HUBUNGAN STATUS GIZI DAN TEKANAN DARAH TERHADAP KADAR C-REACTIVE PROTEIN DARAH PADA SUBYEK DISLIPIDEMIA
AGUSTINO
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah terhadap Kadar C-Reactive Protein Darah pada Subyek Dislipidemia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Agustino NIM I14090057
ABSTRAK AGUSTINO. Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah terhadap Kadar CReactive Protein Darah pada Subyek Dislipidemia. Dibimbing oleh RIMBAWAN dan MIRA DEWI. Peningkatan massa lemak tubuh dan tekanan darah diketahui berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Salah satu mekanismenya adalah melalui peningkatan status inflamasi yang dipicu oleh kondisi dislipidemia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang pinggul dan persen lemak tubuh serta tekanan darah dengan status inflamasi yang ditentukan dengan kadar C-reactive protein (CRP) darah pada subyek dislipidemia di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor. Desain penelitian adalah survei potong lintang, melibatkan 81 subyek penderita dislipidemia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara IMT, rasio lingkar pinggang pinggul, persentase lemak tubuh, serta tekanan darah diastolik dengan kadar CRP darah. Disimpulkan bahwa pada subyek penderita dislipidemia, semakin tinggi persentase status gizi lebih, massa lemak tubuh, dan tekanan darah diastolik semakin tinggi pula status inflamasinya. Kata kunci: C-reactive protein, dislipidemia, massa lemak tubuh, status gizi, tekanan darah
ABSTRACT AGUSTINO. The Association between Nutritional Status and Blood Pressure with Blood C-Reactive Protein Level in Dyslipidemic Subjects. Supervised by RIMBAWAN and MIRA DEWI The increase of body fat mass and blood pressure have been reported to have association with the increase of cardiovascular diseases risks, which mechanism is mediated through the increase of inflammation status caused by impaired blood lipids (dyslipidemia). The objective of this study was to analyze association between nutritional status (Body Mass Index (BMI), waist circumference, waist-hip ratio, and body fat mass) and blood pressure with inflammation state which was assessed by blood C-reactive protein level in dyslipidemic subjects in Bogor. The study design was cross sectional survey involving 81 dyslipidemic subjects. The study showed that there were significant correlations between BMI, waist-hip ratio and body fat mass, diastolic blood pressure with blood CRP level. In conclusion, the higher percentage of over nutritional status, body fat mass, and diastolic blood pressure, the higher the inflammation status. Key words: blood pressure, body fat mass, C-reactive protein, dyslipidemia, nutritional status
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN TEKANAN DARAH TERHADAP KADAR C-REACTIVE PROTEIN DARAH PADA SUBYEK DISLIPIDEMIA
AGUSTINO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober-Desember 2012 ini ialah status gizi, tekanan darah, dan inflamasi, dengan judul Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah terhadap Kadar C-Reactive Protein Darah pada Subyek Dislipidemia. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Rimbawan dan Ibu dr Mira Dewi Sked MSi selaku pembimbing, serta dr Karina Rahmadia Ekawidyani Sked MSc yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Lilik Kustiyah, Mbak Anna Vipta, Pak Mashudi, Wiwi Febriani, Kak Gian, Kak Angga, Kak Rahman, Kak Tunggul, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan masukan bermanfaat bagi penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013 Agustino
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Hipotesis METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Penarikan Subyek Jenis dan Cara Pengambilan Data Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Subyek Profil Lipid Darah Subyek Status Gizi Tekanan Darah Kadar C-Reactive Protein (CRP) Darah Persentase Status Gizi Lebih, Hipertensi, dan Kadar CRP Berisiko Penyakit Kardiovaskular Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah terhadap Kadar CRP Darah SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x x x 1 1 2 2 2 2 3 3 4 5 5 7 8 12 14 14 15 17 17 17 18 22
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Jenis dan cara pengumpulan data penelitian Kategori karakteristik sosial ekonomi subyek Karakteristik sosial ekonomi subyek Rata-rata kadar TGA, kolesterol total, kolesterol LDL, dan kolesterol HDL pada subyek
4 4 6 7
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8
Sebaran subyek berdasarkan abnormalitas profil lipid darah Sebaran subyek berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Sebaran subyek berdasarkan lingkar pinggang Sebaran subyek berdasarkan rasio lingkar pinggang pinggul Sebaran subyek berdasarkan persentase lemak tubuh Sebaran subyek berdasarkan tekanan darah Sebaran subyek berdasarkan kadar CRP darah Persentase subyek dengan status gizi lebih, hipertensi, dan kadar CRP berisiko penyakit kardivaskular
8 9 10 11 12 13 14 15
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner penelitian 2 Kategori persentase lemak tubuh populasi Asia menurut Gallagher et al. (2000) 3 Persentase subyek dengan hipertrigliserida, hiperkolesterolemia, kolesterol LDL tinggi, dan kolesterol HDL rendah 4 Klasifikasi dan rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) subyek 5 Klasifikasi dan rata-rata lingkar pinggang subyek 6 Klasifikasi dan rata-rata rasio lingkar pinggang pinggul subyek 7 Klasifikasi dan rata-rata persentase lemak tubuh subyek 8 Klasifikasi dan rata-rata tekanan darah subyek 9 Klasifikasi, nilai median, nilai minimal, dan nilai maskimal kadar CReactive Protein (CRP) darah subyek 10 Hasil uji regresi linier berganda
22 25 25 25 25 26 26 26 26 27
PENDAHULUAN Latar Belakang Dislipidemia merupakan suatu kondisi ketidaknormalan profil lipid yang dicirikan dengan meningkatnya kadar trigliserida (TGA), kolesterol total, kolesterol low density lipoprotein (LDL), atau rendahnya kolesterol high density lipoprotein (HDL) (Osuji et al. 2010). Prevalensi dislipidemia tinggi dan semakin meningkat bahkan pada usia lebih muda (Caprnda et al. 2008). Menurut WHO (2011), pada tahun 2008 prevalensi global kenaikan total kolesterol darah mencapai 38%. Prevalensi kenaikan total kolesterol pada orang dewasa di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 35.1% dengan 30% total kematian diakibatkan oleh penyakit kardiovaskular. Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular (WHO 2011). Kondisi gangguan profil lipid tersebut memicu terjadinya proses inflamasi di dalam tubuh. Abnormalitas lipid di dalam darah terutama kolesterol LDL yang tinggi dan kolesterol HDL yang rendah akan menyebabkan proses aterosklerosis. Luka anterosklerotik akan memicu mobilitas leukosit ke daerah dinding pembuluh darah yang mengalami pembentukan sel busa. Selanjutnya sel sitokin proinflamasi akan diaktifkan dan bergerak menuju ke daerah luka tersebut sehingga terjadi inflamasi. Peningkatan sel sitokin akan memicu terjadinya peningkatan indikator-indikator inflamasi, salah satunya adalah C-reactive protein (CRP) (Libby et al. 2002). CRP merupakan indikator inflamasi terbaik dibandingkan dengan yang lainnya seperti serum amyloid A (SAA), interleukin-6 (Libby et al. 2002), heat shock protein 65 (Xu et al. 1999), dan soluble intercellular adhesion molecule type (Ridker et al. 1998). CRP diproduksi di hati untuk merespon peningkatan interleukin-6 (salah satu sitokin dalam tubuh) dan terbukti dapat memprediksikan penyakit kardiovaskular (Blake & Ridker 2001). Studi cohort pada wanita Amerika selama 8 tahun menunjukkan bahwa kenaikan kadar CRP di dalam tubuh meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular (Ridker et al. 2003) Dislipidemia memiliki hubungan terhadap status gizi dan tekanan darah pada seseorang. Studi oleh Liu et al. (2010) menunjukkan bahwa kegemukan lebih banyak terjadi pada individu yang mengalami dislipidemia. Di samping itu, kondisi dislipidemia akan menyebabkan kerusakan pada endotel dan berkurangnya aktivitas vasomotor (Nickenig & Harrison 2002) sehingga meningkatkan tekanan darah. Studi cross-sectional menunjukkan adanya hubungan dislipidemia dengan kejadian hipertensi (Oparil et al. 2003). Peningkatan massa lemak tubuh dan peningkatan tekanan darah diketahui berkaitan dengan proses inflamasi di dalam tubuh. Penimbunan lemak di dalam tubuh terutama pada bagian sentral akan memicu peningkatan sitokin sehingga kadar CRP akan meningkat. Demikian pula pada tekanan darah, kerusakan endotel yang memicu peningkatan tekanan darah akan memicu peningkatan sitokin sehingga kadar CRP meningkat (Pearson et al. 2003). Studi mengenai CRP terhadap status gizi dan tekanan darah pada subyek terbatas tertentu seperti dislipidemia masih belum banyak dikaji sehingga studi
2 pada individu dengan etnis yang berbeda diperlukan untuk menentukan status CRP pada dislipidemia. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji hubungan antara kadar CRP darah terhadap status gizi dan tekanan darah pada subyek dislipidemia.
Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengkaji hubungan status gizi dan tekanan darah terhadap CRP pada subyek dislipidemia. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Menguraikan karakteristik subyek. 2. Mengkaji status gizi (indeks massa tubuh, persen lemak tubuh, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang pinggul) pada subyek dislipidemia. 3. Mengkaji tekanan darah dalam kaitannya dengan dislipidemia. 4. Mengkaji status CRP pada subyek dislipidemia. 5. Menganalisis hubungan antara status gizi dan CRP pada subyek dislipidemia. 6. Menganalisis hubungan antara tekanan darah dan CRP pada subyek dislipidemia.
Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara status gizi lebih dan CRP pada subyek dislipidemia. 2. Terdapat hubungan antara tekanan darah dan CRP pada subyek dislipidemia.
METODE Desain, Waktu, dan Tempat Desain penelitian adalah cross-sectional, yaitu pengambilan data dilakukan pada waktu yang bersamaan atau pada satu saat, baik variabel independen maupun variabel dependen. Lokasi penelitian dilakukan di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor. Wilayah kota meliputi Kelurahan Sempur (Kecamatan Bogor Tengah) dan wilayah kabupaten meliputi Kelurahan Dramaga, Keluarahan Cikarawang (Kecamatan Dramaga), Kelurahan Benteng, Kelurahan Cibanteng, dan Kelurahan Cihedeung Hilir (Kecamatan Ciampea). Penelitian ini menggunakan sebagian data baseline penelitian utama yang berjudul “Efficacy study on plant sterol-enriched palm oil intervention to improve lipid profile and
3 inflammation status in hyperlipidaemic individuals”. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2012. Jumlah dan Cara Penarikan Subyek Jumlah subyek dalam penelitian ini sebanyak 81 subyek. Penarikan subyek dilakukan secara purposif dengan kriteria: pria atau wanita dewasa berusia 20-65 tahun, wanita tidak sedang hamil, dislipidemia (TGA ≥150 mg/dL, kolesterol total ≥200 mg/dL, kolesterol LDL ≥130mg/dL, atau kolesterol HDL <40 mg/dL) (National Institute of Health (NIH) 2001), tidak mengkonsumsi obat-obatan hipertensi atau penurun kolesterol, tidak menderita penyakit jantung, diabetes, ginjal atau penyakit kronik lainnya, dan bersedia menjadi subyek dalam penelitian ini. Penelitian utama mensyaratkan pada subyek dengan kriteria inklusi: pria atau wanita berusia 20-65 tahun, total kolesterol plasma ≥200 mg/dL, dan tidak mengkonsumsi obat-obatan penurun kolesterol. Kriteria eksklusi: hiperlipidemia sekunder, konsentrasi trigliserida puasa >300 mg/dL, menggunakan obat-obatan penurun kolesterol, menderita penyakit gastrointestinal atau penyakit berat lainnya yang sama, dan tidak bersedia menjadi subyek. Jenis dan Cara Pengambilan Data Data yang digunakan mencakup data primer dan sekunder. Data primer meliputi tekanan darah (tekanan sistolik dan tekanan diastolik). Data sekunder meliputi karakteristik sosial ekonomi (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga), status gizi (Indeks Massa Tubuh (IMT), Lingkar Pinggang (LP), Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP), dan persentase lemak tubuh), profil lipid darah (TGA, kolesterol total, kolesterol LDL, dan kolesterol HDL) dan indikator inflamasi (CRP). IMT diperoleh melalui berat badan dan tinggi badan. Berat badan diukur menggunakan timbangan injak (ketelitian 0.1 kg) dan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise (ketelitian 0.1 cm). Lingkar pinggang dan lingkar pinggul diukur menggunakan meterline (ketelitian 0.1 cm). Persentase lemak tubuh diukur menggunakan alat Body Fat Monitoring (Ketelitian 4.1% dengan kisaran 4.0-50.0%). Data tekanan darah subyek diperoleh dengan menggunakan alat automatic blood pressure monitor (ketelitian ±3 mmHg dengan kisaran 0-299 mmHg). Darah diambil dari pembuluh darah vena pada lipatan siku lengan sebanyak 5 mL. Pengambilan darah dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.0008.00 WIB pada subyek yang telah puasa minimal 8 jam sebelumnya. Batas maksimal pengambilan darah hingga analisis serum darah adalah 2 jam. Data profil lipid darah meliputi TGA, kolesterol total, kolesterol HDL, dan kolesterol LDL. Profil lipid darah dianalisis menggunakan metode spektrofotometri. Kadar CRP dianalisis menggunakan metode particle enhanced immunoturbidimetric assay. Analisis profil lipid darah dan CRP dilakukan oleh laboratorium kesehatan Prodia® Kota Bogor. Secara keseluruhan jenis dan cara pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 1.
4 Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian Jenis Data Variabel Cara Pengambilan Data Karakteristik sosial Jenis kelamin, umur, tingkat Wawancara menggunakan ekonomi pendidikan, pendapatan, dan kuesioner besar keluarga Status gizi IMT, LP, RLPP, dan Timbangan injak, persentase lemak tubuh microtoise, meterline, body fat monitoring Tekanan darah Tekanan sistolik dan tekanan Menggunakan alat diastolik automatic blood pressure monitor Profil lipid darah TGA, kolesterol total, Metode spektrofotometri kolesterol HDL, dan kolesterol LDL Indikator inflamasi
CRP
Metode particle enhanced immunoturbidimetric assay
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data yang dilakukan meliputi entry, coding, cleaning, pengelompokan data, analisis deskriptif, dan analisis inferensia. Pengolahan dan analisis data menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Minitab® 15.1.20.0. Jenis kelamin subyek dikelompokkan menjadi pria dan wanita. Usia subyek dikelompokkan berdasarkan Papalia & Olds (2001). Pendidikan subyek dikelompokkan menurut sebaran subyek. Pendapatan dikelompokkan berdasarkan garis kemiskinan BPS (2012). Besar keluarga dikelompokkan berdasarkan Hurlock (1993). Secara keseluruhan karakteristik sosial ekonomi subyek dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kategori karakteristik sosial ekonomi subyek Variabel Kelompok Sumber Acuan/Keterangan Jenis Kelamin 1.Pria Sebaran subyek 2.Wanita Usia 1.Dewasa awal (20-40 tahun) Papalia & Olds 2.Dewasa madya (41-65 tahun) (2001) 3.Dewasa lanjut (>65 tahun) Pendidikan 1.Pendidikan dasar (SD) Sebaran subyek 2.Pendidikan menengah (SMP & SMA) 3.Pendidikan tinggi (perguruan tinggi) Pendapatan 1.Keluarga miskin (
Rp242 104) Besar keluarga 1.Keluarga kecil (≤4 orang) Hurlock (1993) 2.Keluarga sedang (5-7 orang) 3.Keluarga besar (≥8 orang)
5 IMT dihitung dengan menggunakan rumus: berat badan (kg)/tinggi badan (m2), kemudian IMT dikelompokkan menjadi kurus (<18.5 kg/m2), normal (18.5-22.9 kg/m2), overweight (23.0-24.9 kg/m2), obesitas I (25.0-29.9 kg/m2), dan obesitas II (≥30 kg/m2) (WHO 2000). Data persentase lemak tubuh diolah dan dikelompokkan berdasarkan Gallagher et al. (2000) (Lampiran 2). LP dikelompokkan dengan batas >90 cm berisiko komplikasi metabolik untuk pria dan >80 cm berisiko komplikasi metabolik untuk wanita (Grundy et al. 2005). RLPP dihitung menggunakan rumus: lingkar pinggang (cm)/lingkar pinggul (cm), kemudian dikelompokkan berdasarkan WHO (2008) yaitu RLPP ≥0.90 berisiko komplikasi metabolik bagi pria dan RLPP ≥0.85 berisiko komplikasi metabolik bagi wanita. Tekanan darah dikelompokkan berdasarkan tekanan sistolik dan diastolik berdasarkan Joint National Committee VII (JNC VII) (2004) yaitu normal (<120/80 mmHg), pre-hipertensi (120-139/80-89 mmHg), hipertensi I (140159/90-99 mmHg), dan hipertensi II (≥160/100 mmHg). Data CRP dikategorikan menurut Pearson et al. (2003) yaitu <1.0 mg/L resiko rendah, 1-3 mg/L resiko sedang, >3 mg/L resiko tinggi terhadap penyakit kardiovaskular. Penyakit inflamasi kronik biasanya ≤10.0 mg/L, apabila >10.0 mg/L merupakan superimposed infeksi yang seharusnya dieksklusi (Wallach 2007). Analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan inferensia. Analisis secara deskriptif (rata-rata, persentase, dan standar deviasi) digunakan untuk menganalisis karakteristik sosial ekonomi subyek, status gizi (IMT, LP, RLPP, dan persentase lemak tubuh), tekanan darah, dan kadar CRP. Analisis inferensia yang digunakan adalah uji regresi linier berganda untuk menguji hubungan status gizi (IMT, LP, RLPP, dan persentase lemak tubuh) dan tekanan darah terhadap kadar CRP.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Subyek Karakteristik sosial ekonomi subyek meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga dapat dilihat pada Tabel 1. Sebagian besar subyek adalah wanita yaitu sebanyak 75.3% dan 24.7% adalah pria. Ratarata usia subyek adalah 48±9 tahun. Sebagian besar subyek berada pada kategori dewasa madya yaitu 41-65 tahun (77.8%). Subyek yang termasuk kategori dewasa awal sebesar 19.7% dan subyek yang termasuk kategori dewasa lanjut hanya 2.5%. Pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan individu. Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan yang semakin baik dapat mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat memenuhi kecukupan gizi dan mempertahankan kesehatan individu (Suhardjo 1989). Pada umumnya subyek memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Subyek yang tidak bersekolah sebesar 1.2% dan subyek yang menempuh tingkat pendidikan dasar sebesar 59.3%, sedangkan subyek yang menempuh tingkat pendidikan menengah dan pendidikan tinggi berturut-turut hanya 33.3% dan 6.2%.
6 Pendapatan keluarga mempunyai peranan penting dalam memberikan efek terhadap tarif hidup masyarakat. Efek disini lebih berorientasi pada kesejahteraan dan kesehatan, dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan tingkat gizi masyarakat (Sayogyo 1994). Sebagian besar subyek termasuk kategori keluarga tidak miskin (61.7%). Persentase subyek yang termasuk keluarga miskin cukup tinggi yaitu sebesar 38.3%. Rata-rata pendapatan subyek adalah Rp393 919±312 042/kapita/bulan dan termasuk kategori keluarga tidak miskin (>Rp242 104 /kapita/bulan). Besar keluarga menurut BKKBN (1997) adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama. Ukuran besarnya keluarga berkaitan dengan kejadian masalah gizi dan kesehatan. Sebagian besar subyek termasuk dalam kategori keluarga kecil yaitu sebesar 50.6% dan kategori keluarga sedang yaitu sebesar 43.2%. Subyek yang termasuk dalam kategori keluarga besar hanya 6.2%. Ratarata anggota keluarga subyek adalah 5±3 orang. Tabel 3 Karakteristik sosial ekonomi subyek Jumlah (n)
Sosial-Ekonomi Jenis kelamin -Laki-laki -Perempuan Total Umur -Dewasa awal (20-40 tahun) -Dewasa madya (41-65 tahun) -Dewasa lanjut (≥65 tahun) Total Rata-rata±std (tahun) Tingkat pendidikan -Tidak bersekolah -Pendidikan dasar (SD) -Pendidikan menengah (SMP-SMA) -Pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi) Total Pendapatan (Rp/Kapita/Bulan) -Keluarga miskin (≤Rp242 104) -Keluarga tidak miskin (>Rp242 104) Total Rata-rata±std (Rp/Kapita/Bulan) Besar keluarga -Keluarga kecil (≤4 orang) -Keluarga sedang (5-7 orang) -Keluarga besar (≥8 orang) Total Rata-rata±std
Persentase (%)
20 61 81
24.7 75.3 100.0
16 63 2 81 48±9
19.7 77.8 2.5 100.0
1 48 27 5 81
1.2 59.3 33.3 6.2 100.0
31 50 81 393 919±312 042
38.3 61.7 100.0
41 35 5 81 5±3
50.6 43.2 6.2 100.0
7 Profil Lipid Darah Subyek Dislipidemia merupakan suatu kondisi ketidaknormalan profil lipid yang dicirikan dengan meningkatnya kadar TGA, kolesterol total, kolesterol LDL, atau rendahnya kolesterol HDL (Osuji et al. 2010). Gangguan pada profil lipid darah berperan dalam proses terjadinya aterosklerosis yang ditunjukkan oleh studi Berenson et al. (1998). Mekanisme terjadinya aterosklerosis meliputi proses oksidasi, pemicuan molekul inflamasi, dan pembentukan plak (Berliner et al. 1995). Rata-rata kadar profil lipid darah subyek ditampilkan pada Tabel 3. Secara total, rata-rata kadar TGA, kolesterol total, dan kolesterol HDL tidak normal. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Blackburn et al. (2001) bahwa subyek dalam penelitiannya memiliki kadar TGA, kolesterol total, dan kolesterol LDL tinggi, sebaliknya kadar kolesterol HDL normal. Berdasarkan jenis kelamin, rata-rata lipid darah yang abnormal pada pria adalah kadar TGA dan kolesterol HDL. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor obesitas, aktivitas fisik yang rendah, seringnya konsumsi makanan tinggi gula dan lemak seperti jeroan (Krummel di dalam Mahan & Stump 2008). Pada wanita, abnormalitas terjadi pada kadar TGA, kolesterol total, dan kolesterol LDL. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor obesitas, rendahnya aktivitas fisik, berkurangnya hormon estrogen (pasca-menopause), seringnya konsumsi makanan tinggi lemak (Krummel di dalam Mahan & Stump 2008). Rata-rata profil lipid darah pada pria dan wanita dalam penelitian ini sedikit berbeda dengan studi Blackburn et al. (2001). Studi oleh Blackburn et al. (2001) menunjukkan bahwa abnormalitas profil lipid pada pria terjadi pada kadar TGA, kolesterol total, dan kolesterol LDL. Pada wanita, profil lipid darah yang tidak normal adalah kadar kolesterol total dan kolesterol LDL. Tabel 4 Rata-rata kadar TGA, kolesterol total, kolesterol LDL, dan kolesterol HDL pada subyek Fraksi Lipid Darah Jenis Kelamin Total (mg/dL) Pria Wanita TGA 191±93 151±69 161±77 Kolesterol Total 194±30 230±28 221±32 Kolesterol LDL 124±30 153±27 146±30 Kolesterol HDL 37±6 49±8 46±9 Gambar 1 menunjukkan persentase subyek yang mengalami hipertrigliserida, hiperkolesterolemia, kolesterol LDL tinggi, dan kolesterol HDL rendah. Secara total, sebagian besar subyek dislipidemia mengalami hiperkolesterolemia (75.3%) dan kolesterol LDL tinggi (72.8%). Berdasarkan jenis kelamin, pria lebih banyak yang mengalami hipertrigliserida (65.0%) dan kolesterol HDL rendah (75.0%). Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor konsumsi tinggi gula dan lemak jenuh (Krummel di dalam Mahan & Stump 2008). Menurut Depkes (2008), persentase pria yang sering mengkonsumsi makanan manis dan jeroan lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yakni 67.2% berbanding 63.3% dan 2.1% berbanding 1.9%.
8 Sebaliknya wanita lebih banyak yang mengalami hiperkolesterolemia (86.9%) dan kolesterol LDL tinggi (83.6%). Hal ini dapat disebabkan oleh faktor obesitas, aktivitas fisik yang rendah, rendahnya asupan serat, dan tingginya konsumsi makanan tinggi lemak (Krummel di dalam Mahan & Stump 2008). Sebagian besar wanita dalam penelitian ini cenderung mengalami obesitas dibanding pria. Menurut Depkes (2008), persentase wanita yang memiliki aktivitas rendah, konsumsi buah dan sayur kurang dari minimal 5 porsi per minggu, dan sering mengkonsumsi makanan berlemak lebih tinggi dibandingkan dengan pria yakni 54.5% berbanding 41.4%, 93.7% berbanding 93.5%, dan 12.9% berbanding 12.8%.
Gambar 1 Sebaran subyek berdasarkan abnormalitas profil lipid darah Status Gizi Status gizi subyek dalam penelitian ini diukur secara antropometri. Menurut Jelliffe (1996) di dalam Gibson (2005), antropometri gizi adalah pengukuran berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh pada tingkat usia dan status gizi yang berbeda-beda. Pengukuran status gizi melalui pengukuran antropometri digunakan secara luas pada tingkat individu maupun populasi. Kelebihan utamanya adalah pengukuran antropometri dapat dikaitkan dengan paparan sebelumnya, proses saat ini, dan kejadian yang akan datang (WHO 1995). Pengukuran antropometri terdiri atas dua jenis. Kelompok antropometri pertama digunakan untuk mengukur ukuran tubuh, sedangkan yang lain mengukur komposisi tubuh. Dalam penelitian ini, antropometri ukuran tubuh meliputi IMT dan antropometri komposisi tubuh meliputi LP, RLPP, dan persentase lemak tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) IMT mengindikasikan berat tubuh terhadap tinggi tubuh seseorang. IMT digunakan sebagai suatu ukuran untuk menentukan status kegemukan dan
9 obesitas. Kelebihan pengukuran IMT adalah mudah, cepat dan tidak bersifat invasif (Gibson 2005). Sebaran subyek berdasarkan IMT ditampilkan pada Gambar 2. Rata-rata subyek secara total termasuk kategori obesitas tingkat I yang ditandai dengan rata-rata IMT sebesar 27.7±4.7 kg/m2. Sebagian besar subyek memiliki IMT di atas batas normal yakni sekitar 83.9% (overweight, obesitas I, dan obesitas II). Subyek yang mengalami obesitas cukup tinggi yaitu mencapai 69.1%. Persentase wanita yang mengalami kegemukan (overweight dan obesitas) (85.3%) lebih tinggi dibandingkan dengan pria (80.0%). Hal ini dapat disebabkan oleh faktor rendahnya aktivitas fisik dan kurangnya konsumsi serat yang sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria (Krummel di dalam Mahan & Stump 2008). Persentase wanita yang memiliki aktivitas fisik rendah dan kurang konsumsi buah dan sayur lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (Depkes 2008). Rata-rata IMT wanita (28.2±4.9 kg/m2) lebih besar dibandingkan dengan pria (25.9±3.5 kg/m2). Rata-rata IMT subyek secara total dan pada wanita dalam penelitian ini lebih tinggi daripada rata-rata IMT secara total dan wanita pada penelitian Blackburn et al. (2001) pada subyek dislipidemia, sedangkan rata-rata IMT pria dalam penelitian ini lebih rendah. Rata-rata IMT pada studi Blackburn et al. (2001) yakni secara total 26.2±4.0 kg/m2, wanita 26.2±4.9 kg/m2, dan pria 26.3±3.4 kg/m2. Hasil penelitian ini sesuai dengan studi oleh Nahar et al. (2012) di India menunjukkan tingginya prevalensi obesitas menurut IMT pada subyek dislipidemia dan prevalensi obesitas menurut IMT lebih tinggi pada wanita daripada pria. Tingginya rata-rata IMT dan persentase subyek yang mengalami kegemukan dapat dijelaskan bahwa secara tidak sengaja kondisi dislipidemia banyak ditemukan pada subyek yang gemuk saat penarikan subyek.
Gambar 2 Sebaran subyek berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Lingkar Pinggang (LP) LP merupakan indikator yang mengukur jaringan lemak khususnya pada bagian abdominal. LP lebih banyak digunakan dan memberikan hasil pengukuran yang lebih baik daripada RLPP dalam menentukan distribusi penumpukan
10 jaringan lemak abdominal. LP berhubungan lebih kuat terhadap gangguan metabolik yang bersifat aterogenik daripada RLPP dan berdasarkan jenis kelamin pria cenderung memiliki LP yang lebih besar dibandingkan dengan wanita (Gibson 2005). Sebaran subyek berdasarkan LP dapat dilihat pada Gambar 3. Rata-rata LP pada subyek secara total adalah 93.8±9.3 cm dan berisiko mengalami komplikasi metabolik. Sebagian besar subyek berisiko komplikasi metabolik yakni sebesar 87.7%. Rata-rata LP wanita (94.4±9.1 cm) lebih besar dibandingkan dengan pria (91.8±10.0 cm) dan persentase wanita yang memiliki LP berisiko komplikasi metabolik (95.1%) lebih tinggi dibandingkan dengan pria (65.0%). Menurut Gee et al. di dalam Mahan & Stump (2008), wanita cenderung memiliki pola penumpukan jaringan lemak pada abdominal seperti halnya dengan pria, pada saat wanita pasca-menopause. Sebagian besar subyek dalam penelitian ini berada pada kategori dewasa madya (40-65 tahun), dimana wanita dalam rentang usia tersebut cenderung telah mengalami menopause.
Gambar 3 Sebaran subyek berdasarkan lingkar pinggang Studi oleh Nahar et al. (2012) di India menunjukkan hasil yang berbeda yakni pada subyek dislipidemia, persentase subyek berisiko komplikasi metabolik antara pria dan wanita hampir sama besar yakni pria sebesar 13.0% dan wanita sebesar 13.6%. Persentase subyek yang mengalami obesitas sentral berdasarkan total, jenis kelamin, dan usia subyek dalam penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil menurut Depkes (2008). Persentase penduduk yang mengalami obesitas sentral secara nasional sebesar 18.8% dan pada wilayah Jawa Barat sebesar 23.1%. Penduduk pria yang mengalami obesitas sentral sebesar 7.7% dan wanita sebesar 29.0%. Rata-rata usia subyek dalam penelitian ini adalah 48±9 tahun, persentase obesitas sentral pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 26.1% (Depkes 2008). Individu yang mengalami dislipidemia cenderung terjadi pada individu yang mengalami obesitas sentral (Gower et al. 2006).
11 Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP) RLPP merupakan metode sederhana untuk membedakan penumpukan jaringan lemak pada tubuh bagian bawah (pinggul dan pantat) dan jaringan lemak pada bagian tubuh atas (pinggang dan abdominal). RLPP yang tinggi berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit terkait obesitas dan sindrom metabolik, terutama pada penumpukan jaringan lemak viseral (Gibson 2005). Sebaran subyek berdasarkan RLPP ditampilkan pada Gambar 4. Rata-rata RLPP pada subyek secara total adalah 0.92±0.08 dan berisiko mengalami komplikasi metabolik. Sebagian besar subyek memiliki RLPP di atas batas normal yakni 90.1% subyek. Pria dan wanita memiliki rata-rata RLPP sama besar (0.92±0.11 dan 0.92±0.06). Persentase pria dan wanita yang berisiko komplikasi metabolik hampir sama besar, yakni sebesar 90.0% pria dan 90.2% wanita.
Gambar 4 Sebaran subyek berdasarkan rasio lingkar pinggang pinggul Rata-rata RLPP subyek dalam penelitian ini secara total dan pada pria lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata RLPP total dan pria pada studi Blackburn et al. (2001). Akan tetapi, rata-rata RLPP wanita dalam penelitian ini lebih tinggi daripada rata-rata RLPP wanita dalam studi Blackburn et al. (2001). Rata-rata RLPP berdasarkan hasil studi Blackburn et al. (2001) adalah total 0.94±0.11, pria 0.96±0.08, dan wanita 0.90±0.15. Persentase subyek dengan RLPP tinggi dalam penelitian ini lebih tinggi daripada persentase subyek pada studi Lin et al. (2010) yakni 42.1%. Persentase Lemak Tubuh Pengukuran persentase lemak tubuh digunakan untuk membedakan antara massa lemak tubuh dan massa bukan lemak tubuh. Faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, keturunan dan kehamilan dapat mempengaruhi persentase lemak tubuh. Pria cenderung memiliki persentase lemak tubuh lebih rendah dibandingkan dengan wanita (Medeiros & Wildman 2012).
12 Sebaran subyek berdasarkan persentase lemak tubuh dapat dilihat pada Gambar 5. Masing-masing jenis kelamin dan rentang usia memiliki batas presentase lemak tubuh yang berbeda-beda (Gallagher et al. 2000). Rata-rata persentase lemak tubuh subyek secara total adalah 33.5±5.8%. Sebagian besar subyek memiliki persentase lemak tubuh di atas batas normal, yakni sekitar 58.0% (kategori tinggi dan sangat tinggi). Rata-rata persentase lemak tubuh wanita (35.3±5.2%) lebih tinggi dibandingkan dengan pria (28.1±4.0%). Persentase pria yang memiliki persentase lemak tubuh di atas batas normal (90.0%) lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (47.5%). Jika dibandingkan dengan IMT, LP, dan RLPP yang cenderung lebih tinggi pada wanita, hal ini dapat diduga adanya distribusi lemak yang tinggi juga pada bagian tubuh lainnya pada pria sehingga berdasarkan batas persentase lemak tubuh oleh Gallagher et al. (2000), persentase pria yang memiliki persentase lemak tubuh di atas batas normal lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Rata-rata persentase lemak tubuh pria dan wanita alam penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian oleh Zaenudin (2013) di Bogor. Hasil penelitian oleh Zaenudin (2013) bahwa rata-rata persentase lemak tubuh pria adalah 26.02±8.30% dan wanita adalah 26.24±8.34 %. Persentase lemak tubuh terbesar pria dan wanita mencapai 51.9% dan 55.9%, sedangkan persentase lemak tubuh terkecil pria dan wanita adalah 2.7% dan 6.8% (Zaenudin 2013).
Gambar 5 Sebaran subyek berdasarkan persentase lemak tubuh Tekanan Darah Tekanan darah adalah fungsi dari output jantung dikalikan dengan resistensi perifer (resistensi di dalam pembuluh darah terhadap aliran darah) (Couch & Krummel di dalam Mahan & Stump 2008). Tekanan darah ≥140/90 mmHg dikelompokkan sebagai hipertensi. Akan tetapi, hipertensi tidak harus ditandai dengan kenaikan tekanan sistolik dan diastolik secara bersamaan. Kenaikan pada salah satu tekanan sistolik atau diastolik dapat dikategorikan hipertensi, contohnya tekanan darah 140/80 mmHg atau 120/90 mmHg.
13 Hipertensi dapat mengakibatkan gagal ginjal kongestif, gagal ginjal, miokardium infark, stroke, aneurisma jika tidak ditangani (Nelms et al. 2011). Sebaran subyek berdasarkan tekanan darah ditampilkan pada Gambar 6. Rata-rata tekanan darah subyek secara total adalah 141±25/89±13 mmHg dan termasuk kategori hipertensi I. Sebagian besar subyek mengalami tekanan darah tinggi yakni sekitar 67.9% (hipertensi I dan hipertensi II). Rata-rata tekanan darah pria dan wanita hanya berbeda sedikit (142±26/86±14 mmHg dan 141±25/89±13 mmHg). Tekanan darah tinggi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita yakni pria sekitar 70.0% dan wanita sekitar 67.2%. Hal tersebut dapat diduga karena adanya peran hormon estrogen pada wanita yang bersifat protektif terhadap vaskular, dimana mungkin wanita dalam penelitian ini tidak semuanya mengalami menopause. Faktor konsumsi makanan tinggi lemak seperti jeroan juga dapat menyebabkan pria lebih banyak yang hipertensi, dimana persentase pria yang sering mengkonsumsi jeroan lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (Depkes 2008). Persentase subyek yang mengalami hipertensi dalam penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan persentase hipertensi dalam studi Blackburn et al. (2001), yakni secara total hipertensi sebesar 23.0%, pada pria 23.3% dan pada wanita sebesar 22.6%. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada subyek studi Blackburn et al. (2001) yang lebih rendah dibandingkan dalam penelitian ini yakni rata-rata tekanan darah secara total 131±16/80±9 mmHg, pada pria 132±16/81±9 mmHg, dan pada wanita 128±16/78±9 mmHg. Menurut Depkes (2008), sebesar 29.4% penduduk Jawa Barat (tidak terbatas pada kondisi dislipidemia) mengalami tekanan darah tinggi. Kondisi obesitas terutama obesitas sentral dapat mengakibatkan hipertensi (Gower et al. 2006).
Gambar 6 Sebaran subyek berdasarkan tekanan darah
14 Kadar C-Reactive Protein (CRP) Darah C-reactive protein (CRP) merupakan protein fase akut utama dalam tubuh manusia yang sensitif terhadap inflamasi sistemik tubuh (Lin et al. 2010). CRP merespon berbagai bentuk inflamasi, infeksi, dan kerusakan jaringan di dalam tubuh. Protein tersebut diproduksi oleh sel hepatosit dan dipengaruhi oleh sirkulasi sitokin (Pepys & Hirchfield 2003). Setiap individu memproduksi CRP, tetapi jumlahnya berbeda, bergantung pada berbagai factor, misalnya genetik dan kebiasaan gaya hidup. Berbagai studi menunjukkan bahwa peningkatan kadar CRP dapat memprediksikan risiko terjadinya serangan jantung, stroke, kematian jantung tiba-tiba, dan penyakit arteri perifer. Menurut Ridker (2003), rata-rata individu yang merokok, mengalami kelebihan berat badan, dan jarang berolahraga cenderung memiliki kadar CRP yang lebih tinggi. Sebaran subyek berdasarkan kadar CRP darah dapat dilihat pada Gambar 7. Nilai median kadar CRP darah subyek secara total adalah 1.6 mg/L dengan kisaran 0.1-9.3 mg/L. Subyek yang berisiko tinggi penyakit kardiovaskular mencapai 28.4%. Nilai median kadar CRP darah pria (1.0 mg/L) dengan kisaran 0.1-9.3 mg/L dan nilai median kadar CRP darah wanita (2.1 mg/L) dengan kisaran 0.2-9.3 mg/L. Persentase wanita yang berisiko tinggi penyakit kardiovaskular (37.7%) lebih tinggi dibandingkan dengan pria (25.0%).
Gambar 7 Sebaran subyek berdasarkan kadar CRP darah Persentase Status Gizi Lebih, Hipertensi, dan Kadar CRP Berisiko Penyakit Kardiovaskular Gambar 8 menunjukkan persentase status gizi lebih, hipertensi, dan kadar CRP berisiko penyakit kardiovaskular pada subyek dalam penelitian ini. Secara umum, subyek dislipidemia cenderung mengalami kegemukan, hipertensi, dan berisiko penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan tingginya persentase status gizi lebih menurut IMT (overweight dan obesitas), LP di atas batas normal, RLPP di atas batas normal, persentase lemak tubuh di atas batas normal, tekanan darah
15 tinggi, dan kadar CRP di atas batas normal (risiko sedang dan tinggi penyakit kardiovaskular). Wanita dalam penelitian ini lebih cenderung memiliki status gizi lebih (kecuali persentase lemak tubuh), hipertensi, dan kadar CRP berisiko penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Hal ini ditandai dengan persentase wanita yang dominan daripada pria pada status gizi lebih menurut IMT, LP, RLPP, hipertensi, dan kadar CRP yang berisiko penyakit kardiovaskular. Data pada Gambar 8 juga menunjukkan bahwa tidak hanya pria yang mengalami obesitas abdominal, akan tetapi wanita dalam penelitian ini juga obesitas abdominal. Menurut Gee et al. di dalam Mahan & Stump (2008), wanita dapat memiliki kecenderungan mengalami penumpukan jaringan lemak pada bagian abdominal seperti halnya dengan pria, terutama wanita yang telah menopause.
Gambar 8 Persentase subyek dengan status gizi lebih, hipertensi, dan kadar CRP berisiko penyakit kardiovaskular Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah terhadap Kadar CRP Darah Uji hubungan antar variabel dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda (multiple linier regression) untuk menguji hubungan beberapa variabel bebas (X) terhadap satu variabel tetap (Y). Variabel bebas meliputi status gizi (IMT, LP, RLPP, dan persentase lemak tubuh) dan tekanan darah (tekanan sistolik dan tekanan diastolik), serta variabel tetap adalah kadar CRP darah. Uji regresi ini menggunakan transformasi data dengan pembobotan (1/residual2) agar uji asumsi normalitas, autokolerasi, dan homogenitas ragam terpenuhi. Dalam analisis, variabel IMT dikeluarkan karena terdapat multikolinieritas dengan variabel LP dan persentase lemak tubuh. Hasil uji linier berganda (multiple linier regression) menunjukkan bahwa IMT, RLPP, persentase lemak tubuh, dan tekanan diastolik berhubungan positif nyata terhadap kadar CRP darah subyek (P <0.05), sebaliknya tekanan sistolik
16 berhubungan negatif nyata terhadap kadar CRP darah subyek. LP tidak berhubungan nyata terhadap kadar CRP darah subyek (P >0.05). Hubungan signifikan antara status gizi berdasarkan indikator IMT, RLPP, dan persentase lemak tubuh dalam penelitian ini sesuai dengan beberapa studi lainnya. Studi oleh Blackburn et al. (2001) menunjukkan bahwa IMT berhubungan signifikan terhadap kadar CRP. Studi lain juga menunjukkan hal demikian, IMT dan RLPP berhubungan signifikan terhadap kadar CRP darah. (Hak et al. 1999; Festa et al. 2000; Frohlich et al. 2000). Lin et al. (2010) menyatakan bahwa persentase lemak tubuh merupakan indikator paling baik dalam menentukan status inflamasi (CRP) terutama pada pria. LP tidak berhubungan nyata dengan kadar CRP darah dalam penelitian ini sesuai dengan hasil studi Lin et al. (2010) bahwa LP bukan indikator yang baik untuk mengindikasikan kenaikan CRP dalam tubuh pada individu yang mengalami kegemukan. Rata-rata 25% sirkulasi IL-6 diproduksi oleh jaringan adiposa subkutan secara in vivo (Mohamed et al. 1998) dan IL-6 merangsang produksi protein fase akut pada hati (Banks et al. 1995; Papanicolaou et al. 1998) sehingga memicu proses inflamasi. Akan tetapi, menurut Fried et al. (1998) jaringan adiposa viseral abdominal lebih banyak menghasilkan IL-6 dibandingkan dengan jaringan adiposa subkutan. Studi IDEA menunjukkan efek negatif yang diakibatkan kelebihan lemak dengan meningkatnya jaringan lemak viseral (Fox et al. 2009). Lemak abdominal atau viseral secara signifikan meningkatkan indikator-indikator inflamasi (Calabro & Yeh 2007). Oleh karena itu, risiko inflamasi sistemik lebih tinggi pada individu yang mengalami obesitas abdominal yaitu pada pria. Kukslinka et al. (2009) menunjukkan bahwa pada individu yang mengalami hipertensi arterial cenderung mengalami kenaikan kadar CRP. Data eksperimental dan hasil studi cross-sectional pada manusia menunjukkan adanya keterkaitan antara CRP dan indikator pengerasan pembuluh arteri sehingga diduga adanya hubungan spesifik antara kadar CRP dan tekanan darah sistolik (Virdis et al. 2007). Akan tetapi, hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara tekanan darah sistolik dan CRP. Hal ini diduga karena adanya faktor metode pengukuran tekanan darah pada subyek yang hanya dilakukan satu kali saja. Menurut Mancia et al. (2007), pengukuran tekanan darah seseorang untuk mengetahui adanya kenaikan tekanan darah perlu diukur rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik dari beberapa kali pengukuran yang terbagi atas waktu siang dan malam hari. Misalnya cara pengukuran tekanan darah oleh Kukslinka et al. (2009) yang menggunakan acuan Mancia et al. (2007), pengukuran tekanan darah dilakukan pada waktu siang jam 06.00 a.m.-10.00 p.m. dengan selang 10 menit dan pada waktu malam jam 10.30 p.m.-05.40 a.m. dengan selang waktu 20 menit. Studi Blackburn et al. (2001) menunjukkan bahwa pada subyek dislipidemia, tekanan darah diastolik berhubungan positif nyata terhadap kadar CRP. Hal ini sesuai dengan hasil analisis yang menunjukkan adanya hubungan positif nyata terhadap kadar CRP darah subyek. Usia subyek dalam penelitian ini hampir sama dengan subyek pada studi Blackburn et al. (2001) (51±11 tahun). Menurut JNC VII (2004) tekanan darah diastolik merupakan indikator risiko penyakit kardiovaskular paling kuat dibandingkan dengan tekanan sistolik sebelum usia 50 tahun.
17 Hubungan tekanan darah terhadap CRP dapat dijelaskan melalui mekanisme yang melibatkan Nitric Oxide (NO). NO merupakan salah satu faktor relaksasi yang dalam kondisi normal berfungsi untuk mencegah agregasi leukosit dan platelet dan menghambat proliferasi sel otot halus vaskular secara lokal. Penurunan ketersediaan NO dapat mempengaruhi kondisi protrombotik dan inflamasi dengan peningkatan proliferasi sel otot halus vaskular. Oleh karena kondisi inflamasi menyebabkan disfungsi endotel dan penurunan fungsi endotel NO sintase (eNOS), maka diduga NO merupakan faktor kunci yang menghubungkan inflamasi terhadap hipertensi dan sebaliknya (Boos & Lip 2006).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebanyak 81 subyek terlibat dalam penelitian ini dan sebagian besar adalah wanita. Rata-rata usia subyek adalah 48±9 tahun. Sebagian besar subyek hanya menempuh pendidikan dasar dan termasuk keluarga tidak miskin dengan rata-rata pendapatan Rp393 919±312 042/kapita/bulan. Rata-rata besar keluarga subyek adalah 5±3 orang. Sebagian besar subyek dislipidemia cenderung memiliki status gizi lebih (berdasarkan IMT, LP, RLPP dan persentase lemak tubuh), mengalami hipertensi, dan berisiko penyakit kardiovaskular. Pada subyek dislipidemia, semakin tinggi IMT, RLPP, persentase lemak tubuh, dan tekanan darah diastolik maka kadar CRP darah akan semakin tinggi. Sebaliknya semakin tinggi tekanan sistolik maka kadar CRP darah akan semakin rendah. Akan tetapi, semakin tinggi LP belum tentu kadar CRP akan semakin tinggi. Saran Untuk mengurangi resiko penyakit jantung-kardiovaskular, individu yang mengalami dislipidemia disarankan untuk tetap menjaga batas IMT, RLPP, persentase lemak tubuh, dan tekanan darah diastolik dalam batas normal agar kadar CRP di dalam tubuh tidak meningkat. Oleh karena itu, diperlukan adanya edukasi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya aktivitas fisik melalui olahraga seimbang dan pembatasan konsumsi makanan tinggi lemak dan garam. Bagi penelitian selanjutnya yang akan mengambil topik yang sama, verifikasi dari penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan lebih banyak jenis indikator status gizi dan indikator status inflamasi seperti interleukin-6 (IL-6) dan TNF-α.
18
DAFTAR PUSTAKA Banks RE, Forbes MA, Storr M, et al. 1995. The acute phase response in patients receiving subcutaneous IL-6. Clin Exp Immunol. 102:217-223. Berenson GS, Srinivasan SR., Bao W, Newman WP, Tracy RE, Wattigney WA. 1998. Association between multiple cardiovascular risk factors and atherosclerosis in children and young adults. N Engl J Med. 338:16501656. Berliner JA, Navab M, Fogelman AM, Frank JS, Demer LL et al. 1995. Atherosclerosis: Basic Mechanisms. Circulation. 91:2488–2896. [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1997. Kamus Istilah Kependudukan Keluarga Berencana Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN. Blackburn R, Giral P, Bruckert E, Andre JM, Gonbert S, Bernard M, Chapman MJ, Turpin G. 2001. Elevated C-reactive protein constitutes an independent predictor of advanced carotid plaques in dyslipidemic subjects. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 21:1962-1968. Blake GJ, Ridker PM. 2001. High sensitivity C-reactive protein for predicting cardiovascular disease: an inflammatory hypothesis. Eur Heart J Med. 22(5):349-352. Boos CJ, Lip GYH. 2006. Is hypertension an inflammatory process?. Current Pharmaceutical Design. 12:1623-1635. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Jumlah dan persentase penduduk miskin, garis kemiskinan, indeks kedalaman kemiskinan (P1), dan indeks keparahan kemiskinan (P2) menurut provinsi. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php ?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=23¬ab=1 [4 Februari 2013]. Calabro P, Yeh ET. 2007. Obesity, inflammation, and vascular disease: the role of the adipose tissue as an endocrine organ. Subcell Biochem. 42:63-91. Caprnda M, Dukat A, Lietava J, Fodor JG. 2008. High prevalences of mixed dyslipidemia in healthy Slovak people. Journal of Clinical Lipidology. 2:541. Couch SC, Krummel DA. Medical nutrition therapy for hypertension. Di dalam: Mahan KL, Stump SE. 2008. editor. Krause’s Food and Nutrition Therapy 12th ed. Missouri: Elsevier. Inc. Hal 865-883. [Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Riset Kesehatan Dasar [Riskesdas] 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI. Festa A, D’Agostino R, Howard G, Mykkanen L, Tracy RP, Haffner SM. 2000. Chronic subclinical inflammation as part of the insulin resistance syndrome: the Insulin Resistance Atherosclerosis Study (IRAS). Circulation. 102:42–47. Fox KAA, Despres JP, Richard AJ, Brette S, Deanfield JE. 2009. Does abdominal obesity have a similar impact on cardiovascular disease and diabetes? A study of 91,246 ambulant patients in 27 European countries. Eur Heart J. 30:3055–3063. Fried SK, Bunklin DA, Greenberg AS. 1998. Omental and subcutaneous adipose tissues of obese subjects release interleukin-6. J Clin Endocrinol Metab. 83:847-850.
19 Frohlich M, Imhof A, Berg G, Hutchinson WL, Pepys MB, Boeing H, Muche R, Brenner H, Foenig W. 2000. Association between C-reactive protein and features of the metabolic syndrome: a population based study. Diabetes Care. 12:1835–1839. Gallagher D, Heymsfield SB, Heo M, Jebb SA, Murgatroyd PR, Sakamoto Y. 2000. Healthy percentage body fat ranges: an approach for developing guidelines based on body mass index. Am J Clin Nutr. 72:694–701. Gee M, Mahan KL, Stump SE. Weight management. Di dalam: Mahan KL, Stump SE. 2008. editor. Krause’s Food and Nutrition Therapy 12th ed. Missouri: Elsevier. Inc. Hal 532-562. Gibson R. 2005. Principles of Nutrition Assessment Second Edition. New York: Oxford University. Gower BA et al. 2006. Changes in intra-abdominal fat in early postmenopause women: effects of hormone use. Obesity. 14:1046. Grundy SM, Cleeman JI, Daniels SR, Donato KA, Eckel RH, Franklin BA, Gordon DJ, Krauss RM, Savage PJ, Smith SC Jr. 2005. American Heart Association; National Heart and Blood Institute: Diagnosis and management of the metabolic syndrome: an American heart Association/National Heart, Lung, and Blood Institute Scientific Statement. Circulation. 112(17):2735-2752. Hak AE, Stehouwer CDA, Bots ML, Polderman KS, Schalkwijk CG, Westendorp ICD, Hofman A, Witteman JCM. 1999. Association of C-reactive protein with measures of obesity, insulin resistance, and subclinical atherosclerosis in healthy, middle-aged women. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 19:1986– 1991. Hurlock EB. 1993. Perkembangan Anak Jilid Dua. M Tjandrasa, M Zarkasih, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. [JNC VII] Joint National Committee VII. 2004. Prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. Rockville (US): National Institute of Health. Krummel DA. Medical nutrition therapy for cardiovascular disease. Di dalam: Mahan KL, Stump SE. 2008. editor. Krause’s Food and Nutrition Therapy 12th ed. Missouri: Elsevier. Inc. Hal 833-864. Kuklinska AM, Mroczko B, Musial WJ, Sawicki R, Kozieradzka A, Waszkiewics, Szmitkowski M. 2009. High-sensitivity C-reactive protein and total antioxidant status in patients with essential arterial hypertension and dyslipidemia. Adv in Med Sci. 54(2):225-232. Libby P, Ridker PM, Maseri A. 2002. Inflammation and atherosclerosis. Circulation. 105:1135-1143. Lin CC, Kardia SLR, Li CI, Liu CS, Lai MM, Lin WY, Chang PC, Lee YD, Chen CC, Lin CH et al. 2010. The relationship of high sensitivity C-reactive protein to percent body fat mass, body mass index, waist-to-hip ratio, and waist circumference in a Taiwanese population. BMC Public Health. 10:579. Liu Y, Zhang P, Wang W, Wang H, Ling Z, Wu W, Guo X. 2010. The characteristics of dyslipidemia patients with different durations in Beijing: a cross-sectional study. Lipids in Health and Disease. 9:115.
20 Mancia G, De Backer G, Dominiczak A. Cifkova R, Fagard R, Germano G, Grassi G, Heagerty AM. Kjeldsen SE, Laurent S et al. 2007. The task force for the management of arterial hypertension of the European Society of Hypertension, The task force for the management of arterial hypertension of the European Society of Cardiology. 2007 Guidelines for the management of arterial hypertension: The Task Force for the Management of Arterial Hypertension of the European Society of Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC). Eur Heart J. 28(12):1462-536. Medeiros DM, Wildman REC. 2012. Advanced Human Nutrition Second Edition. USA: Jones & Bartlett Learning, LLC. Mohamed AV, Pinkney JH, Coppack SW. 1998. Adipose tissue as an endocrine and paracrine organ. Int J Obes Relat Metab Disord. 22:1145-1158. Nahar N, Dubey S, Joshi A, Phadnis S, Sharma VK. 2012. Association of anthropometric indices of obesity with diabetes, hypertension, and dyslipidemia: a study from central India. Indian Journal of Medical Specialities. 3(1):6-11. Nelms M, Sucher KP, Lacey K, Roth SL. 2011. Nutrition Theraphy and Pathophysiology 2th ed. Belmont (US): Cengage Learning, Inc. Nickenig G, Horrison G. 2002. The AT (1)-type angiotension receptor in oxidative stress and antherogenesis: part 1: oxidative stress and antherogenesis. Circulation. 105:393-396. [NIH] National Institute of Health. 2001. National cholesterol education program: ATP III guidelines At-A-Glance quick desk reference. Rockville (US): NIH Publication No. 01-3305. Oparil S, Zaman MA, Calhoun DA. 2003. Pathogenesis of hypertension. Ann Intern Med. 139:761-776. Osuji CU, Nzerem BA, Meludu S, Dioka CE, Nwobodo E, Amilo GI. 2010. The prevalence of overweight/obesity and dyslipidemia amongst a group of women attending “August” meeting. Niger Med J. 51(4):155-159. Papalia DE, Olds SW. 2001. Human Development, Second Edition. USA: Mc Graw-Hill. Papanicolaou DA, Wilder RL, Manolagas SC, Chroussos GP. 1998. The pathophysiologic roles of interleukin-6 in human disease. Ann Intern Med. 128:127-137. Pearson Thomas A, Mensah George A, Alexander R Wayne, Anderson Jefrrey L, Cannon III Richard O, Criqui Michael, Fadl Yazid Y, Fortmann Stephen P, Hong Yuling, Myers Gary L, et al. 2003. Markers of inflammation and cardiovascular disease: application to clinical and public health practice. Circulation. 43:499-511. Pepys MB, Hirschfield GM. 2003. C-reactive: a critical update. J Clin Invest. 111:1805-1812.doi:10.1172/JCI200318921. Ridker PM. 2003. C-reactive protein: a simple test to help predict risk of heart attack and stroke. Circulation. 108:e81-e85. _________, Buring JE, Cook NR, Rifai N. 2003. C-reactive protein, the metabolic syndrome, and risk of incident cardiovascular events: an 8-year follow-up of 14,719 initially healthy american women. Circulation. 107:391-397.
21 _________, Hennekens CH, Roitman JB, Stampfer MJ, Allen J. 1998. Plasma concentration of soluble intercellular adhesion molecule 1 and risks of future myocardial infarction in apparently healthy men. Lancet. 351:88– 92. Sayogyo. 1994. Peranan Wanita dalam Pembangunan Masyarakat Desa. Jakarta: C.V Rajawali. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB. Virdis A, Ghiadoni L, Plantinga Y, Taddei S, Saivetti A. 2007. C-reactive protein and hypertension: is there a causal relationship? CurT Pharm Des. 13(16):1693-1698. Wallach JB. 2007. Interpretation of Diagnostic Tests 8th Edition. USA: Williams & Wilkins. [WHO] World Health Organization. 1995. Physical status: the use and interpretation of anthropometry. Report of a WHO Expert Committee. World Health Organ Tech Rep Ser. 854:1-452. _____________________________. 2000. The Asia-Pacific perspective: redefining obesity and its treatment. Melbourne (AU): International Diabetes Institute. _____________________________. 2008. Waist circumference and waist-hip ratio. Geneva: Switzerland. _____________________________. 2011. Non-communicable disease country profiles 2011. Geneva, Switzerland. Xu Q, Kiechl S, Mayr M et al. 1999. Association of serum antibodies to heatshock protein 65 with carotid atherosclerosis: clinical significance determined in a follow-up study. Circulation. 100:1169–74. Zaenudin. 2013. Hubungan antara konsumsi lemak trans dengan persen lemak tubuh dan status gizi pada orang dewasa di kabupaten dan kota bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
22
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner penelitian
KUESIONER PENELITIAN Hubungan status gizi dan tekanan darah terhadap kadar Creactive protein darah pada subyek dislipidemia
1. Nomor Responden : ________________________ 2. Nama Responden : ________________________ 3. Jenis Kelamin
: L / P*
4. Alamat Rumah
: Jl._________________No____RT____RW____ Kelurahan_______________Kecamatan______________
5. Wilayah
: 1. Kota
2. Kabupaten
6. Nomor Hp/Telpon : _______________________ 7. Tanggal Wawancara: _______________________2012 *)coret yang tidak perlu
23
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN KELUARGA No 1 Responden Nama 2 Responden Umur 3 Responden
Pendidikan 4 Terakhir Responden
Nama 5 Suami/Isteri*) Umur 6 Suami/Isteri*) Pendidikan 7 Terakhir Suami/Isteri*) Pekerjaan 8 Suami/Isteri*) Jumlah 9 Anggota Keluarga Pendapatan Istri (Rp/bln) Pendapatan Suami (Rp/bln) 1 Pendapatan Keluarga Lainnya Total Pendapatan Keluarga *)
: : : : 1. Tidak Lulus SD 2. SD/Sederajat 3. SMP/Sederajat 4. SMA/Sederajat 5. Diploma/Sederajat 6. Sarjana/Sederajat 7. Lainnya, Sebutkan …… : : : : : : : : :
Coret yang tidak perlu
B. STATUS GIZI RESPONDEN 1. Antropometri Berat badan
: …………… Kg
Tinggi badan
: …………… Cm
2. Lingkar pinggang
: …………… Cm
3. Lingkar pinggul
: …………… Cm
4. Persen lemak tubuh
: …………… %
C. TEKANAN DARAH 1. Tekanan darah
: . . . . . . . . . . . mmHg
D. STATUS INFLAMASI 1. Kadar C-reactive protein darah
: . . . . . . . . . . . . mg/L
24
E. RIWAYAT KESEHATAN RESPONDEN 1. Riwayat penyakit sekarang: No Jenis Penyakit Ya Tekanan 1 darah tinggi Jantung 2 Kolesterol 3 tinggi Diabetes/kencing 4 manis Sakit 5 ginjal Sakit 6 liver/sakit kuning Asam 7 urat 8
Tidak Jenis Pengobatan*
Ket**.
*nama obat yang diberikan (termasuk obat atau terapi tradisional), sejak kapan **pernah dirawat? Operasi? jenis spesifik penyakit
2. Riwayat penyakit dahulu No Jenis Penyakit Ya Serangan 1 jantung Stroke 2 Sakit 3 liver Sakit 4 ginjal 5 6 7 8
Tidak Jenis Pengobatan*
Ket**.
*nama obat yang diberikan (termasuk obat atau terapi tradisional), sejak kapan **pernah dirawat? Operasi? jenis spesifik penyakit
3. Riwayat penyakit keluarga No
Jenis Penyakit
Ya
Tidak
Hubungan kekeluargaan
Tekanan 1 darah tinggi Jantung 2 Kolesterol 3 tinggi Diabetes 4 Sakit 5 ginjal Kegemukan 6 7 8 *nama obat yang diberikan (termasuk obat atau terapi tradisional), sejak kapan **pernah dirawat? Operasi? jenis spesifik penyakit
Ket**.
25 Lampiran 2 Kategori persentase lemak tubuh populasi Asia menurut Gallagher et al. (2000) Jenis kelamin Pria
Wanita
Usia (tahun) 20-39 40-59 60-79 20-39 40-59 60-79
Kategori Persentase Lemak Tubuh (%) Rendah Normal Tinggi Sangat Tinggi <13.0 13.0-22.9 23.0-27.9 ≥28.0 <13.0 13.0-23.9 24.0-28.9 ≥29.0 <13.0 14.0-23.9 24.0-28.9 ≥29.0 <25.0 25.0-34.9 35.0-39.5 ≥40.0 <25.0 25.0-34.9 35.0-40.9 ≥41.0 <25.0 25.0-35.9 36.0-40.9 ≥41.0
Lampiran 3 Persentase subyek dengan hipertrigliserida, hiperkolesterolemia, kolesterol LDL tinggi, dan kolesterol HDL rendah Fraksi Lipid Darah (mg/dL) Trigliserida ≥150 mg/dL Kolesterol Total ≥200 mg/dL Kolesterol LDL ≥130 mg/dL Kolesterol HDL <40 mg/dL
Jenis Kelamin Pria (%) Wanita (%) 60.0 42.6 40.0 86.9 40.0 83.6 75.0 11.5
Total (%) 46.9 75.3 72.8 27.2
Lampiran 4 Klasifikasi dan rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) subyek Indeks Massa Tubuh
Normal Overweight Obesitas I Obesitas II Total Rata-rata±std (kg/m2)
Jenis Kelamin Pria Wanita n (%) n (%) 4 (20.0) 9 (14.7) 4 (20.0) 8 (13.1) 10 (50.0) 22 (36.1) 2 (10.0) 22 (36.1) 20 (100.0) 61 (100.0) 25.9±3.5 28.2±4.9
Total n (%) 13 (16.1) 12 (14.8) 32 (39.5) 24 (29.6) 81 (100.0) 27.7±4.7
Lampiran 5 Klasifikasi dan rata-rata lingkar pinggang subyek Lingkar Pinggang
Normal Berisiko komplikasi metabolik Total Rata-rata±std (cm)
Jenis Kelamin Pria Wanita n (%) n (%) 7 (35.0) 3 (4.9) 13 (65.0) 58 (95.1) 20 (100.0) 61 (100.0) 91.8±10.0 94.4±9.1
Total n (%) 10 (12.3) 71 (87.7) 81 (100.0) 93.8±9.3
26 Lampiran 6 Klasifikasi dan rata-rata rasio lingkar pinggang pinggul subyek Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul
Normal Berisiko komplikasi metabolik Total Rata-rata±Std
Jenis Kelamin Pria Wanita n (%) n (%) 2 (10.0) 6 (9.8) 18 (90.0) 55 (90.2) 20 (100.0) 61 (100.0) 0.92±0.11 0.92±0.06
Total n (%) 8 (9.9) 73 (90.1) 81 (100.0) 0.92±0.08
Lampiran 7 Klasifikasi dan rata-rata persentase lemak tubuh subyek Persentase Lemak Tubuh
Rendah Normal Tinggi Sangat tinggi Total Rata-rata±std (%)
Jenis Kelamin Pria Wanita n (%) n (%) 0 (0.0) 1 (1.7) 2 (10.0) 31 (50.8) 8 (40.0) 18 (29.5) 10 (50.0) 11 (18.0) 20 (100.0) 61 (100.0) 28.1±4.0 35.3±5.2
Total n (%) 1 (1.2) 33 (40.8) 26 (32.1) 21 (25.9) 81 (100.0 33.5±5.8
Lampiran 8 Klasifikasi dan rata-rata tekanan darah subyek Tekanan Darah
Normal Pre-hipertensi Hipertensi I Hipertensi II Total Rata-rata±std (mmHg)*
Jenis Kelamin Pria Wanita n (%) n (%) 4 (20.0) 7 (11.5) 2 (10.0) 13 (21.3) 8 (40.0) 21 (34.4) 6 (30.0) 20 (32.8) 20 (100.0) 61 (100.0) 142±26/86±14 141±25/89±13
Total n (%) 11 (13.6) 15 (18.5) 29 (35.8) 26 (32.1) 81 (100.0) 141±25/89±13
*sistolik/diastolik
Lampiran 9 Klasifikasi, nilai median, nilai minimal, dan nilai maskimal kadar CReactive Protein (CRP) darah subyek C-Reactive Protein
Risiko rendah penyakit kardiovaskular Risiko sedang penyakit kardiovaskular Risiko tinggi penyakit kardiovaskular Total Median (mg/L) Minimal-maksimal (mg/L)
Jenis Kelamin Pria Wanita n (%) n (%) 9 (45.0) 20 (32.8) 6 (30.0) 18 (29.5) 5 (25.0) 23 (37.7) 20 (100.0) 61 (100.0) 1.0 2.1 0.1–9.3 0.2-9.3
Total n (%) 29 (35.8) 29 (35.8) 23 (28.4) 81 (100.0) 1.6 0.1-9.3
27 Lampiran 10 Hasil uji regresi linier berganda Model: Y= a . e(bx) (eksponensial) keterangan: a = konstanta b = nilai variable peubah x = variabel peubah Weighted analysis using weights in 1/residual2 The regression equation is ln y = -3.19 - 0.0153 sistol + 0.0146 diastol + 0.00767 LP + 2.30 RLPP + 0.0484 persentase lemak tubuh y = 0.0412 x e (- 0.0153 SISTOL + 0.0146 DIASTOL + 0.00767 L.Ping + 2.30 RLPP + 0.0484 LEMAK) Predictor Constant Sistol Diastol LP RLPP Persentase lemak tubuh
Coef -3.1913 -0.015274 0.014613 0.007670 2.2962 0.048445
SE Coef 0.5261 0.002083 0.001988 0.004361 0.4671 0.005760
T -6.07 -7.33 7.35 1.76 4.92 8.41
P 0.000 0.000 0.000 0.083 0.000 0.000
VIF 3.487 6.379 8.700 1.231 7.591
S = 0.970969 R-Sq = 95.2% R-Sq(adj) = 94.9% Analysis of Variance Source DF Regression 5 Residual Error 75 Total 80 Source Sistol Diastol LP RLPP Persentase lemak tubuh Unusual Observations Obs Sistol ln y 7 140 -0.223 12 150 1.099 19 126 1.030 30 126 0.000 42 129 1.065 48 190 0.000
SS 1411.17 70.71 1481.88
MS 282.23 0.94
F 299.36
Residual 0.000 -0.004 0.002 0.026 -0.002 0.018
St Resid 0.03 X -0.51 X 0.06 X 1.22 X -0.04 X 0.19 X
DF Seq SS 1 4.17 1 1141.67 1 178.98 1 19.66 1 66.69
Fit -0.223 1.102 1.028 -0.026 1.066 -0.018
SE Fit 0.030 0.028 0.031 0.041 0.038 0.080
X denotes an observation whose X value gives it large leverage. Durbin-Watson statistic = 2.10735
P 0.000
28
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tanjungpinang, pada tanggal 15 Agustus 1991, dari seorang Ayah yang bernama Sang Bu dan seorang Ibu yang bernama Eng Siang. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menempuh pendidikan SMA di sekolah SMA Negeri 1 Tanjungpinang dari tahun 2006 hingga tahun 2009. Pada tahun 2009, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama perkuliahan, penulis mendapat beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan beasiswa National Champion Scholarship dari Tanoto Foundation. Selama perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi seperti Keluarga Mahasiswa Buddhis (KMB), Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi (Himagizi), International Association of Agricultural Student and Related Science (IAAS), Asosiasi Tanoto Scholars. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan kepanitian tingkat Departemen dan Fakultas seperti Indonesia Ecology Expo (INDEX) 2010, Nutrition Fair 2010 dan 2012, Masa Perkenalan Fakultas (MPF) 2011. Pada bulan Juli-Agustus 2012 penulis mengikuti Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Bakal, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Pada bulan Maret-April 2013 penulis melaksanakan Internship Dietetic di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.