Hubungan Lingkar Pinggang Dan Kadar Kolesterol Total Dengan Tekanan Darah
HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DENGAN TEKANAN DARAH PADA WANITA USIA 46-55 TAHUN DI DESA SINGOCANDI KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS
ARTIKEL ILMIAH Oleh
YUNITA BUDIARTI 060110a031
PROGRAM STUDI ILMU GIZI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN MARET, 2015
1
Hubungan Lingkar Pinggang Dan Kadar Kolesterol Total Dengan Tekanan Darah
HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DENGAN TEKANAN DARAH PADA WANITA USIA 46-55 TAHUN DI DESA SINGOCANDI KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS Yunita Budiarti*, Sugeng Maryanto*, Indri Mulyasari* E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Latar Belakang : Tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Tekanan darah pada wanita mulai meningkat pada usia >45 tahun dikarenakan kuantitas hormon estrogen yang melindungi pembuluh darah mulai berkurang. Lingkar pinggang dan kadar kolesterol total merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Tujuan : Mengetahui hubungan antara lingkar pinggang dan kadar kolesterol total dengan tekanan darah pada wanita usia 46-55 tahun di Desa Singocandi Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Metode : Jenis penelitian ini adalah studi korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian seluruh wanita usia 46-55 tahun di Desa Singocandi Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Jumlah sampel sebesar 91 wanita diambil dengan metode proportional random sampling. Tekanan darah diukur menggunakan sphygmomanometer air raksa, lingkar pinggang diukur menggunakn metlin, kadar kolesterol total diukur menggunakan cholesterol strips test. Analisis data dengan menggunakan uji korelasi kendall tau dengan nilai α = 0,05. Hasil : Wanita yang memiliki lingkar pinggang lebih sebanyak 54 (59,3%), dan yang memiliki lingkar pinggang normal sebanyak 37 (40,7%). Kadar kolesterol total wanita dalam batas tinggi sebanyak 46 (50,5%), kadar kolesterol total normal sebanyak 34 (37,4%), dan yang memiliki kadar kolesterol total tergolong tinggi sebanyak 11 (12,1%). Wanita yang mengalami hipertensi sebanyak 44 (48,4%), wanita dengan tekanan darah normal sebanyak 29 (31,9%), dan prehipertensi sebanyak 18 (19,8%). Ada hubungan antara lingkar pinggang dengan tekanan darah (p = 0,0001) dan ada hubungan antara kadar kolesterol total dengan tekanan darah (p = 0,0001). Simpulan: Ada hubungan lingkar pinggang dan kadar kolesterol total dengan tekanan darah pada wanita usia 46-55 tahun di Desa Singocandi Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.
Kata kunci: lingkar pinggang, kadar kolesterol total, tekanan darah. Kepustakaan: 20 (2004-2013).
*Program Studi Gizi STIKes Ngudi Waluyo,
1
Hubungan Lingkar Pinggang Dan Kadar Kolesterol Total Dengan Tekanan Darah
THE CORRELATION BETWEEN WAIST CIRCUMFERENCE AND TOTAL CHOLESTEROL LEVELS WITH BLOOD PRESSURE IN 46-55 YEARS OLD WOMEN AT SINGOCANDI VILLAGE, KOTA DISTRICT, KUDUS REGENCY Yunita Budiarti*, Sugeng Maryanto*, Indri Mulyasari* E-mail:
[email protected]
ABSTRACT Background : Blood pressure increases along with the age. Blood pressure in women begins to increase at the age >45 years old due to the quantity of the estrogen hormone which protects blood vessels begins to decrease. Waist circumference and total cholesterol levels are the factors that can affect blood pressure. Objective : Knowing the relationship between waist circumference and total cholesterol levels with blood pressure in women aged 46-55 years old in Singocandi Village, Kota District of Kudus. Method : This research was a correlation all study with cross-sectional approach. The entire population was the women aged 46-55 years old in Singocandi Village. The samples of 91 women were taken by proportional random sampling method. Blood pressure was measured by mercury sphygmomanometer, waist circumference was measured by metlin, total cholesterol levels were measured by cholesterol test strips. Analysis of the data used correlation test that was kendall tau with the value of α=0.05. Result : Women who had more waist circumference were 54 (59,3%), and had normal waist circumference were 37 (40,7%). Women had high limit of total cholesterol levels who were 46 (50.5%), normal total cholesterol levels were 34 (37.4%), and had relatively high total cholesterol levels were 11 (12,1%). Women had hypertension who were 44 (48.4%), the women with normal blood pressure were 29 (31.9%), and had prehypertension who were 18 (19,8%). There was a relationship between waist circumference and blood pressure (p=0.0001). There was also a relationship between total cholesterol levels with blood pressure (p=0.0001). Conclusion : There is a relationship between waist circumference and total cholesterol levels in women’s blood pressure aged 46-55 years old in Singocandi Village, Kota District, Kudus.
Keywords : waist circumference, total cholesterol levels, blood pressure Bibliographies : 20 (2004-2013).
*Nutrition Study Program, Ngudi Waluyo School of Health, PENDAHULUAN Hipertensi masih menjadi masalah dalam bidang kesehatan hingga saat ini, tidak hanya di Indonesia namun juga diseluruh dunia. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius jika tidak dikendalikan, karena akan berkembang dan menimbulkan
komplikasi yang berbahaya seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal (WHO, 2013). Di kawasan Asia Tenggara, 36% orang dewasa memiliki hipertensi. Prevalensi hipertensi meningkat lebih tinggi di kalangan masyarakat menengah ke bawah dan negaranegara berpenghasilan menengah ke atas 2
Hubungan Lingkar Pinggang Dan Kadar Kolesterol Total Dengan Tekanan Darah
(40%), daripada di negara-negara yang berpenghasilan tinggi (35%). Di Indonesia, prevalensi hipertensi mencapai 26,5% (RISKESDAS, 2013). Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus ditahun 2000, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus ditahun 2025 (Armilawati, 2007). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, kasus hipertensi pada tahun 2010 hingga 2013 masuk dalam daftar 10 besar penyakit yang terjadi di Kudus. Pada tahun 2013, kasus hipertensi sebanyak 3.097 kasus. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Kudus dan UPT Puskesmas Rendeng yang menyatakan bahwa Desa Singocandi berada pada urutan ke 2 dengan kejadian hipertensi paling banyak di Kudus. Dimana kebiasaan masyarakat Desa Singocandi cenderung mengkonsumsi makanan kemasan dengan alasan cepat dan mudah dimasak, jarang memasak sendiri dan lebih memilih untuk membeli makanan di warung siap saji, penggunaan MSG juga kaldu bubuk 1-2 bungkus (7 gr/bungkus) setiap kali memasak, mengolah makanan dengan cara digoreng setiap hari, masih ada yang menggunakan minyak jelantah, jarang mengkonsumsi buah, dan juga sering melewatkan waktu sarapan (pola makan tidak teratur). Data dari UPT Puskesmas Rendeng menunjukkan pada triwulan pertama tahun 2014 (Januari-Maret) ada 684 kasus hipertensi yang terjadi, dimana setiap bulannya kasus hipertensi terus bertambah, dan banyak terjadi pada usia >40 tahun. Hipertensi terdapat pada populasi lakilaki maupun perempuan, di perkotaan maupun di pedesaan, namun wanita memiliki risiko lebih besar terkena hipertensi yaitu sebanyak 30% laki-laki dan 35% wanita (SKRT, 2010). Tekanan darah pada wanita mulai meningkat pada usia 45 tahun sebanyak 10% dan akan lebih meningkat lagi pada usia 60 tahun sebanyak 20-30% yang disertai adanya kelebihan gizi (Manampiring, 2008). Tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya
usia dan cenderung terjadi pada wanita. Pada usia >45 tahun, wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami (Anggraini , 2009). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam dua kelompok yaitu faktor yang tidak dapat di ubah seperti genetik, umur, jenis kelamin dan faktor yang dapat diubah seperti obesitas, pola makan (tinggi natrium dan tinggi lemak), stress, merokok, olahraga, dan obat-obatan. Obesitas adalah faktor utama yang dapat meningkatkan tekanan darah (Rusdi dan Isnawati, 2009). Terdapat berbagai metode pengukuran antropometri tubuh yang dapat digunakan sebagai deteksi dini atau skrining obesitas, salah satunya yaitu lingkar pinggang. Ukuran lingkar pinggang yang besar berhubungan dengan peningkatan faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskuler karena lingkar pinggang dapat menggambarkan akumulasi dari lemak intra abdominal atau visceral. Jika lingkar pinggang >90 cm untuk pria dan >80 cm untuk wanita, berisiko mengalami resistensi insulin. Hiperinsulinemia sebagai akibat dari resistensi insulin yang menstimulasi sistem saraf simpatis dan meningkatkan termogenesis yang juga akan meningkatkan tekanan darah dengan stimulasinya pada jantung, pembuluh darah, dan ginjal (Palmer BF, 2007). Overweight dan obesitas menyebabkan kelainan metabolisme yang mempengaruhi tekanan darah, kolesterol total, trigliserid, dan resistensi hormon insulin. Kadar kolesterol total merupakan indikator pemeriksaan dini atau skrining awal yang ringan jika dibandingkan dengan trigliserid, LDL, maupun HDL. Jika seseorang mempunyai kadar kolesterol total dalam batas tinggi atau bahkan tinggi maka risiko untuk mengalami penyakit kardiovaskuler (hipertensi, aterosklerosis, jantung koroner, stroke) juga akan meningkat. Orang yang mengalami obesitas cenderung 3
Hubungan Lingkar Pinggang Dan Kadar Kolesterol Total Dengan Tekanan Darah
mempunyai lemak dan kadar kolesterol yang lebih tinggi didalam darah serta jumlah HDL yang rendah (Soegih & Wiramihadja, 2009). Penyebab kadar kolesterol tinggi biasanya berasal dari makanan yang tinggi lemak. Tingginya konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah atau hiperkolesterolemia. Risiko terjadinya hipertensi pada pasien hiperkolesterolemia akibat terbentuknya akumulasi plak atherosklerosis pada pembuluh darah. Hal ini karena, plak mempunyai komposisi kolesterol, substansi lemak yang lain, jaringan fibrosa dan kalsium. Akibatnya pembuluh darah menjadi tidak elastis juga mengalami penyempitan sehingga tahanan aliran darah dalam pembuluh koroner juga naik (Sudoyo et al, 2007). Angka kejadian hiperkolesterolemia Menurut Balitbangkes (2005) pada Survei 2 Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi hiperkolesterolemia di Indonesia pada usia 25-65 tahun sebesar 11,2%. Menurut penelitian MONICA II pada tahun 2004, hiperkolesterolemia didapati 16,2 % pada wanita dan 14 % laki-laki. Pada wanita menjadi kelompok paling banyak menderita masalah hiperkolesterolemia, yaitu sebesar 14,5%, atau hampir dua kali lipat kelompok laki-laki (Bahri, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkar pinggang dan kadar kolesterol total dengan tekanan darah pada wanita usia 46-55 tahun di Desa Singocandi Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Manfaat dari penelitian ini yaitu Sebagai wawasan, pengetahuan, dan sebagai bahan acuan untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan desain cross sectional. Pengukuran lingkar pinggang dilakukan dengan menggunakan metlin, kadar kolesterol total menggunakan cholesterol test strips, sedangkan pengukuran tekanan darah menggunakan
sphygmomanometer air raksa. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 91 responden. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Simple Random Sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah wanita usia 46-55 tahun. Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu wanita usia 46-55 tahun yang sedang hamil, mempunyai riwayat keluarga hipertensi, meminum obat anti hipertensi, merokok, dan menderita asites sehingga tidak dapat diukur lingkar pinggangnya Analisis data menggunakan program SPSS. Analisis univariat dilakukan secara deskriptif untuk menggambarkan lingkar pinggang, kadar kolesterol total, dan tekanan darah yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan teknik uji korelasi dengan menggunakan uji Kendall Tau dengan α = 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkar Pinggang Tabel 1. Distribusi Frekuensi Lingkar Pinggang Lingkar Pinggang f % Normal (≤ 80 cm) 37 40.7 Lebih (> 80 cm) 54 59.3 91 100.0 Total Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkar pinggang responden dalam kategori lebih (>80 cm) sebanyak 54 orang (59,3%) dan berdasarkan hasil wawancara menggunakan food frequency (FFQ) semi kuantitatif, responden mempunyai pola makan yang tidak teratur yaitu 1-2 kali sehari sekali makan 200 gr nasi. Jika dilihat dari tingkat kecukupan karbohidrat responden yang berasal dari nasi saja sudah menyumbangkan 40,2%, dan itu belum termasuk makanan camilan yang dikonsumsi oleh responden seperti: roti, biskuit, bakwan, mendoan, singkong goreng, dsb. Sedangkan untuk tingkat kecukupan karbohidrat sebesar 80-100%. Kemudian responden mengaku jarang memasak sendiri dengan alasan tidak sempat untuk memasak, lelah, anggota keluarga yang lain lebih sering makan diluar rumah dan lebih memilih untuk 4
Hubungan Lingkar Pinggang Dan Kadar Kolesterol Total Dengan Tekanan Darah
membeli makanan di warung siap saji, seperti mie ayam, bakso, kwetiaw, bakmi jawa, lontong tahu, lentog tanjung, soto, nasi goreng, sate, dan juga makanan kemasan seperti sarden dan mie instant, responden mengkonsumsi mie instant dengan tambahan nasi dan terkadang responden juga menambahkan telur, sayur (seperti sawi, wortel, tomat) dengan alasan jika hanya mie instant saja porsinya sedikit dan kurang kenyang. Buah yang biasa dikonsumsi adalah pisang, pepaya, dan jeruk namun jarang sekali dikonsumsi karena belum tentu 1 minggu sekali responden makan buah dengan berbagai macam alasan diantaranya tidak sempat membeli, harganya mahal, dan tidak menyukai buah. Berdasarkan hasil FFQ juga diketahui bahwa rata-rata tingkat kecukupan karbohidrat responden sebesar 103,2% yang termasuk kedalam kategori lebih. Pada dasarnya makanan sehat dan gizi yang seimbang terdiri dari 50% karbohidrat, namun yang terjadi adalah konsumsi makanan tidak seimbang bahkan terlalu banyak mengandung karbohidrat terutama karbohidrat sederhana yang memiliki indeks glikemik tinggi seperti gula, dan terlalu sedikit mengkonsumsi makanan berserat. Karbohidrat yang berlebih ini akan diubah menjadi trigliserid pada jaringan adiposa dan akan disimpan menjadi lemak tubuh yang pada akhirnya dapat menyebabkan obesitas (Pangkahila, 2007). Setiap hari responden mengkonsumsi makanan yang diolah dengan cara digoreng, seperti tempe, tahu, ikan, gembus, kemudian jarang sekali melakukan variasi cara mengolah makanan dengan direbus, dikukus ataupun dibakar. Keripik, kacang, kue kering, biskuit, singkong goreng, mendoan, bakwan, tahu isi merupakan camilan yang setiap hari dikonsumsi oleh responden. Berdasarkan hasil FFQ semikuantitatif juga diketahui bahwa ratarata tingkat kecukupan lemak responden dalam kategori lebih yaitu 101,1%. Apabila Asupan karbohidrat, protein, lemak lebih maka akan disimpan menjadi lemak di dalam tubuh. Tubuh memiliki kemampuan menyimpan lemak yang
tidak terbatas. Keadaan obesitas sentral dipengaruhi oleh tidak seimbangnya asupan energi dan kurangnya aktivitas fisik sehingga akumulasi lemak lebih banyak terjadi dibagian perut karena sel lemak dibagian perut lebih besar (Pusparini, 2007). Kadar Kolesterol Total Tabel. 2 Tabel Distribusi Frekuensi Kadar Kolesterol Total Kadar Kolesterol Total f % Normal (<200 mg/dl) 34 37.4 Batas Tinggi (200-239 mg/dl) 46 50.5 Tinggi (>240 mg/dl) 11 12.1 91 100 Total Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar kolesterol total responden dalam kategori batas tinggi sebanyak 50,5%, dan responden dengan kadar kolesterol total tinggi sebanyak 12,1%. Berdasarkan hasil wawancara menggunakan food frequency (FFQ) semi kuantitatif, didapatkan bahwa rata-rata asupan lemak responden sebesar 53,6 gr setiap hari nya dengan persentase lemak sebesar 101,1%. Dari hasil FFQ juga didapatkan bahwa responden yang memiliki asupan lemak berlebih yaitu sebesar 50 (54,9%). Responden dengan kadar kolesterol total dalam kategori tinggi dan batas tinggi mempunyai kebiasaan mengolah makanan dengan cara digoreng setiap hari, masih ada yang menggunakan minyak jelantah untuk menggoreng (3-4 kali penggorengan) karena sayang jika minyak goreng hanya digunakan 2x saja, menyukai makanan yang bersantan dan menghangatkannya kembali jika tidak habis hingga 2-3 hari, menggoreng ikan teri, ikan wader dan juga gimbal udang hingga 2x dengan minyak goreng yang banyak, setiap hari sabtu dan minggu selalu makan makanan khas kudus yaitu lentog tanjung, dimana lentog tanjung mengandung santan dan biasanya dimakan dengan lauk sate telur puyuh atau sate usus yang mana makanan tersebut merupakan makanan yang tinggi akan lemak jenuhnya, konsumsi telur dadar atau ceplok 3-4 kali dalam seminggu. Lemak jenuh ditemukan pada daging, mentega, keju, dan krim yang dapat 5
Hubungan Lingkar Pinggang Dan Kadar Kolesterol Total Dengan Tekanan Darah
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Lemak jenuh berbahaya bagi tubuh karena merangsang hati untuk memproduksi banyak kolesterol yang juga berperan akan munculnya penyakit jantung. Karena kolesterol yang mengendap lama-kelamaan akan menghambat aliran darah dan oksigen sehingga mengganggu metabolisme sel otot jantung (Nilawati dkk, 2008). Responden juga mengkonsumsi makanan camilan seperti bakwan, mendoan, tahu isi, singkong goreng, pisang goreng 4-5 kali dalam seminggu sekali makan 2-4 buah dimana makanan gorengan tersebut selain mengandung lemak yang tinggi juga mengandung kerbohidrat. Dari hasil FFQ semikuantitatif juga diketahui bahwa tingkat kecukupan karbohidrat responden dalam kategori lebih yaitu rata-rata 103,2%. Kelebihan karbohidrat di dalam tubuh diubah menjadi lemak. Perubahan ini terjadi di dalam hati. Lemak ini kemudian dibawa ke sel-sel lemak yang dapat menyimpan lemak dalam jumlah tidak terbatas. Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi, sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak. Konsumsi makanan tinggi karbohidrat yang cenderung dapat meningkatkan kadar trigliserida dan menurunkan kadar kolesterol HDL (Situmeang, 2011). Selain dari pola makan yang tinggi lemak, kadar kolesterol total juga dapat dipengaruhi oleh faktor usia, Usia merupakan salah satu faktor risiko alami. Faktor usia dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan seseorang, responden yang mempunyai kadar kolesterol dalam batas tinggi dan tinggi terjadi pada usia 51-55 tahun sebanyak 30 (33%). Hal ini terjadi karena semakin tua, kemampuan mekanisme kerja bagian-bagian organ tubuh seseorang juga akan semakin menurun. Semakin lama usia organ tubuh itu bekerja maka semakin menumpuk pula kotoran-
kotoran, dalam hal ini kotoran tersebut adalah kolesterol yang dapat menghambat aktivitas organ tubuh tersebut. Tekanan Darah Tabel. 3 Tabel Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Tekanan Darah f % Normal (<120/80 mmHg) 29 31.8 Prehipertensi (120-139/80-90 18 19.8 mmHg) Hipertensi (≥140/90 mmHg) 44 48.4 91 100 Total Responden yang mengalami hipertensi sebanyak 48,4%, dan prehipertensi sebanyak 19,8%. Berdasarkan hasil penelitian responden yang mengalami hipertensi dan prehipertensi didapatkan bahwa responden memiliki asupan natrium dalam jumlah yang berlebih yaitu sebesar 61 (67,0%). Salah satu faktor yang menimbulkan hipertensi adalah asupan natrium yang berlebih, berdasarkan hasil wawancara FFQ didapatkan asupan natrium responden yang berlebih, asupan natrium responden yang berlebih tersebut berasal dari konsumsi mie instant 2x seminggu, biskuit, dan kue kering yang mana makanan-makanan tersebut banyak mengandung natrium, sedangkan asupan natrium menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013 untuk wanita usia 30-49 tahun sebanyak 1500 mg dan wanita usia 50-64 tahun sebanyak 1300 mg. Menurut Susilo & Wulandari (2011) yang menyatakan bahwa asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriuretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah. Kemudian tekanan darah juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya yaitu stres yang dialami responden dari kegiatan sehari-hari yang dilakukan misalnya: stres karena pekerjaan di tempat kerja, mengasuh cucu, pekerjaan rumah yang menumpuk, kondisi ekonomi keluarga, dsb. Pada saat pengukuran tekanan darah, 3 (3,3%) responden tidak istirahat terlebih dahulu dan saat responden datang langsung diukur 6
Hubungan Lingkar Pinggang Dan Kadar Kolesterol Total Dengan Tekanan Darah
tekanan darahnya karena alasan responden yang sedang terburu-buru untuk berangkat
bekerja. Kemudian ke tiga responden tersebut mengalami hipertensi.
Tabel. 4 Tabulasi Silang Hubungan Lingkar Pinggang dengan Tekanan Darah Pada Wanita Usia 46-55 Tahun di Desa Singocandi Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tekanan darah pTotal Pre value Lingkar pinggang Normal Hipertensi hipertensi n % n % n % n % Normal 26 70.3 6 16.2 5 13.5 37 100 0.0001 Lebih 3 5.6 12 22.2 39 72.2 54 100 Total 29 31.9 18 19.8 44 48.4 91 100 Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa hasil merupakan mekanisme potensial dalam penelitian yang telah dilakukan di Desa peningkatan tekanan darah. Semakin besar Singocandi Kecamatan Kota Kabupaten Kudus massa tubuh, semakin banyak darah yang memperlihatkan bahwa responden dengan dibutuhkan untuk memasok oksigen dan lingkar pinggang normal sebagian besar makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume memiliki tekanan darah normal yaitu sebanyak darah yang beredar melalui pembuluh darah 26 (70,3%) orang, 6 (16,2%) diantaranya menjadi meningkat sehingga memberi tekanan memiliki tekanan darah prehipertensi, dan 5 lebih besar pada dinding arteri, yang akan (13,5%) mempunyai tekanan darah tinggi menimbulkan terjadinya kenaikan tekanan (hipertensi). Sedangkan responden dengan darah dan meningkatkan frekuensi denyut lingkar pinggang lebih, sebagian besar jantung (Sheps, 2005). Penelitian-penelitian responden mengalami hipertensi yaitu sejumlah lain diantaranya: penelitian yang dilakukan 39 (72,2%) orang, kemudian 12 (22,2%) oleh Seidell et al. (2001) dan Wang et al. diantaranya mempunyai tekanan darah (2004) ukuran lingkar pinggang yang besar prehipertensi, dan 3 (5,6%) lainnya memiliki berhubungan dengan peningkatan faktor risiko tekanan darah yang tergolong normal. terhadap penyakit kardiovaskular karena Responden yang memiliki lingkar lingkar pinggang dapat menggambarkan pinggang lebih sebanyak 54 orang yang akumulasi dari lemak intra abdominal atau sebagian besar mengalami hipertensi yaitu lemak visceral (p value = 0,0002). sebesar 39 (72,2%) dan 12 (22,2%) diantaranya Pada penelitian ini ditemukan responden memiliki tekanan darah yang tergolong yang memiliki lingkar pinggang lebih dengan prehipertensi. Lingkar pinggang yang melebihi tekanan darah normal sebanyak 3 (5,6%) orang. normal (>80cm) adalah penanda adanya Berdasarkan hasil wawancara FFQ semi obesitas sentral (penumpukan lemak di bagian kuantitatif ditemukan bahwa responden tidak abdominal) yang merupakan salah satu faktor banyak menggunakan garam dan juga tidak risiko terjadinya hipertensi menggunakan bahan tambahan makanan Orang yang mengalami obesitas sentral (seperti kaldu bubuk, MSG) saat memasak, berhubungan dengan tekanan darah lebih tinggi setiap hari responden berjalan kaki dan disebabkan karena semakin besar ukuran bersepeda saat bekerja karena pekerjaannya lingkar pinggang maka hal ini akan adalah pedagang sayur dan jamu keliling. meningkatkan timbunan lemak di rongga perut. Olahraga dihubungkan dengan pengelolaan Jaringan lemak di rongga perut memiliki sel per hipertensi, dengan olahraga yang teratur dapat unit masa lebih banyak, peningkatan massa sel menurunkan tahanan perifer pembuluh darah, lemak menyebabkan peningkatan produksi sehingga tekanan darah menajdi turun dan angiotensinogen di dalam jaringan lemak, yang mengakibatkan otot jantung beradaptasi dengan 7
Hubungan Lingkar Pinggang Dan Kadar Kolesterol Total Dengan Tekanan Darah
suatu keadaan yang mengharuskan kerja jantung lebih berat (LIPI, 2009). Hal ini sejalan dengan Baster (2005) yang menjelaskan bahwa aktivitas fisik dapat meningkatkan fungsi endotel. Lapisan endotel dinding pembuluh darah mempertahankan tonus vasomotor normal, meningkatkan fluiditas darah, dan mengatur pembuluh darah. Pada penelitian ini juga ditemukan responden yang memiliki lingkar pinggang normal sebanyak 37 orang, 6 (16,2%) diantaranya mengalami prehipertensi dan 5 (13,5%) lainnya mengalami hipertensi. Menurut hasil wawancara pada saat penelitian, responden mengaku sering mengalami stres, dan juga dikarenakan usia responden. Stres atau ketegangan jiwa (rasa takut, murung, rasa marah, dendam, rasa tertekan, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat,
sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organik atau perubahan patologis. Gejala yang muncul berupa hipertensi atau penyakit maag (Depkes RI, 2006). Faktor lain yang dapat mempengaruhi tekanan darah salah satunya adalah faktor usia, pada penelitian ini responden paling banyak yang mengalami hipertensi adalah responden dengan usia 50-55 tahun yaitu sebanyak 32 (35,1%) orang. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Elsanti (2009), yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan, karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur semakin menyempit dan menjadi kaku.
Tabel. 5 Tabulasi Silang Hubungan Kadar Kolesterol Total dengan Tekanan Darah Pada Wanita Usia 46-55 Tahun di Desa Singocandi Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tekanan darah Total Pre pKadar kolesterol total Normal Hipertensi hipertensi value n % n % n % n % Normal 29 85.3 3 8.8 2 5.9 34 100 Batas tinggi 0 0 14 30.4 32 69.6 46 100 0.0001 tinggi 0 0 1 9.1 10 90.9 11 100 Total 29 31.9 18 19.8 44 48.4 91 100 Penelitian yang telah dilakukan di Desa sebagian besar mengalami hipertensi yaitu Singocandi Kecamatan Kota Kabupaten Kudus sebesar 10 (90,9%) orang, dan 1 (9,1%) orang menunjukkan bahwa responden dengan kadar lainnya prehipertensi. kolesterol total normal sebagian besar memiliki Pada penelitian ini ditemukan responden tekanan darah yang tergolong normal yaitu yang memiliki kadar kolesterol total dalam sebesar 29 (85,3%) orang, 3 (8,8%) diantaranya kategori batas tinggi sebanyak 46 orang, prehipertensi, kemudian 2 (5,9%) orang lainnya sebagian besar respondennya mengalami memiliki tekanan darah yang tergolong tinggi hipertensi yaitu sebesar 32 (69,6%) dan 14 (hipertensi). Responden dengan kadar (30,4%) lainnya memiliki tekanan darah kolesterol total dalam kategori batas tinggi prehipertensi. Sedangkan, responden dengan sebagian besar mengalami hipertensi yaitu kadar kolesterol total dalam kategori tinggi sejumlah 32 (69,6%) orang, dan 14 (30,4%) sebanyak 11 orang, dimana sebagian besar mempunyai tekanan darah prehipertensi. respondennya juga mengalami hipertensi yaitu Sedangkan, responden dengan kadar kolesterol sebesar 10 (90,9%) dan 1 (9,1%) lainnya total yang termasuk kedalam kategori tinggi memiliki tekanan darah prehipertensi. Dari 8
Hubungan Lingkar Pinggang Dan Kadar Kolesterol Total Dengan Tekanan Darah
hasil wawancara, didapatkan responden menyukai makanan bersantan dan menghangatkannya kembali, cara mengolah bahan makanan digoreng setiap hari, pemakaian minyak goreng 3-4 kali, sering menggoreng dengan minyak goreng dalam jumlah yang banyak, menyukai makanan camilan yang tinggi energi, lemak, serta gurih. Hal ini sejalan dengan pendapatnya Susilo dan Wulandari (2011) yang menyatakan bahwa kebiasaan konsumsi lemak jenuh merupakan faktor risiko hipertensi. Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat. Kolesterol yang banyak terdapat dalam LDL akan menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak (Rifky, 2009). Plak tersebut menyebabkan pembuluh darah menjadi tidak elastis dan mengalami penyempitan sehingga tahanan aliran darah dalam pembuluh koroner juga naik. Tekanan sistolik yang meningkat karena pembuluh darah tidak elastis serta naiknya tekanan diastolik akibat penyempitan pembuluh darah disebut juga tekanan darah tinggi atau hipertensi (Rifky, 2009). Dalam penelitian ini juga ditemukan, responden dengan kadar kolesterol total normal sebanyak 34 orang, sebagian besar responden memiliki tekanan darah normal yaitu sebesar 29 (85,3%), namun 3 (8,8%) diantaranya prehipertensi dan 2 (5,9%) lainnya mengalami hipertensi. Peningkatan tekanan darah tersebut dipengaruhi oleh usia responden, dimana responden yang mengalami prehipertensi dan hipertensi terjadi pada usia 53-55 tahun, faktor stres, dan juga asupan natrium responden yang berlebih. Dengan bertambahnya usia, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan, karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur semakin menyempit dan menjadi kaku (Elsanti, 2009).
Peningkatan tekanan darah juga mungkin dapat dipengaruhi dari cara pengukuran tekanan darah yang kurang benar, yaitu responden tidak istirahat terlebih dahulu. Menurut Depkes RI (2007), yang menyatakan bahwa pada saat pengukuran tekanan darah, responden sebaiknya menghindari aktivitas fisik seperti: olah raga, merokok, dan makan minimal 30 menit sebelum pengukuran. Kemudian duduk bersandar (beristirahat) selama 5-15 menit sebelum pengukuran, karena hal-hal tersebut dapat mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Perhimpunan Hipertensi Indonesia (2010) yang menyatakan bahwa, sebelum pemeriksaan dilakukan sebaiknya istirahat atau duduk dengan tenang selama 5 menit dan tidak berbicara saat pengukuran tekanan darah. Sebaiknya duduk dengan menapakkan kaki di lantai atau di injakan kaki dan menyandarkan punggung dapat membantu untuk rileks dan memberikan hasil pengukuran tekanan darah yang lebih akurat. Asupan natrium responden yang diketahui dari hasil wawancara FFQ semikuantitatif didapatkan asupan natrium responden dalam kategori lebih yaitu sebanyak 67% (n=61) juga dapat mempengaruhi naiknya tekanan darah responden, karena seseorang yang sudah terbiasa mengkonsumsi makanan yang memiliki kandungan natrium tinggi, indera perasa mereka telah dibiasakan memiliki ambang batas tinggi terhadap rasa asin (Astawan, 2010). Pendapat ini juga diperkuat oleh Whitney (2004) yang menyatakan bahwa asupan natrium yang tinggi dalam jangka waktu lama merupakan salah satu faktor risiko yang dapat berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah. Menurut Smeltzer & Bare (2001), konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium didalam cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut yang menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
9
Hubungan Lingkar Pinggang Dan Kadar Kolesterol Total Dengan Tekanan Darah
berdampak kepada timbulnya tekanan darah tinggi (hipertensi). SIMPULAN Berdasarkan penelitian tentang hubungan lingkar pinggang dan kadar kolesterol total dengan tekanan darah pada wanita usia 46-55 tahun di Desa Singocandi Kecamatan Kota Kabupaten Kudus dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Lingkar pinggang responden dalam kategori lebih sebanyak 59,3%, dan lingkar pinggang normal sebanyak 40,7%. 2. Kadar kolesterol total responden dalam kategori batas tinggi sebanyak 50,5%, kadar kolesterol total normal sebanyak 37,4%, dan kadar kolesterol total dalam kategori tinggi sebanyak 12,1%. 3. Responden yang hipertensi sebanyak 48,4%, prehipertensi sebanyak 19,8%, dan tekanan darah dalam kategori normal sebanyak 31,9%. 4. Ada hubungan antara lingkar pinggang dengan tekanan darah. 5. Ada hubungan antara kadar kolesterol total dengan tekanan darah.
DAFTAR PUSTAKA Anggraini AD, Waren A, Situmorang E dkk., 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Dipoliklinik Dewasa Puskesmas Bangking Periode Januari Sampai Juni 2008. Tesis. Pekanbaru: Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Astawan, M. 2010. Cegah Hipertensi Dengan Pola Makan. Diakses dari http://www.depkes.go.id/index.php option.articles & task. Bahri, T. 2004. Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi. Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran
USU. 2003; 1-6. Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123 456789/3498/1/gizi-bahri.pdf [03 Juni 2014]. Balitbangkes. 2005. Laporan SKRT 2004. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI, 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Direktorat pengendalian penyakit tidak menular. Departemen Kesehatan RI, 2007. Riset Kesehatan Dasar Pedoman Pengukuran Dan Pemeriksaan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan, 2009. Hipertensi Faktor Resiko Utama Penyakit Kardiovaskuler.Available from:URL;http://www.depkes.go.id/ind ex.php/berita/press-release/157hipertensi-faktor-risiko-utama-penyakitkardiovaskular.pdf. [02 Juni, 2014]. Elsanti, S. 2009. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi & Serangan Jantung. Yogyakarta.: Araska.
Manampiring. 2008. Hubungan Status Gizi Dan Tekanan Darah Pada Penduduk Usia 45 Tahun Keatas Di Kelurahan Pakowa Kecamatan Wanea Kota Manado. Laporan Penelitian. Manado : Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Nilawati, S., Krisnatuti, D., Mahendra, Djing, OG. 2008. Care Yourself, Kolesterol. Jakarta : Penerbit Plus. Palmer, A. 2007. Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Pusparini. 2007. Obesitas Sentral, Sindroma Metabolik dan Diabetes Mellitus Tipe Dua. Universa Medicina 2007 : halaman 195-204. Riset Kesehatan Dasar [RISKESDAS]. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan 10
Hubungan Lingkar Pinggang Dan Kadar Kolesterol Total Dengan Tekanan Darah
Pengembangan Kesehatan, Departemen DAFTAR Kesehatan, Republik Indonesia. An Rusdi & Nurlaela, I. 2009. Awas! Anda Bisa Mati Cepat Akibat Hipertensi & Diabetes. Yogyakarta : Power Books (IHDINA). [SKRT] Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga. 2010. Jakarta : Badan Litbangkes, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Sheps. 2005. Mengatasi tekanan darah tinggi. Jakarta : Intisari Mediatama Situmeang, N. 2011. Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dengan Tingkat Kolesterol Darah Total Pada Pegawai Negeri Sipil Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Soegih, R., Wiramiharja KK. 2009. Obesitas, Permasalahan dan Terapi Praktis. Bagian Ilmu Gizi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Konklusi. Jakarta : Sagung Seto.
Sudoyo, A.W, et al, editor. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1, Cetakan Kedua. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Susilo, Y., Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Darah Tinggi (Hipertensi). Yogyakarta : ANDI Yogyakarta. WHO. 2013. Cardiovascular Diseases. World Health Organization. Geneva. Available at:http://www.who.int/topics/cardiovasc ular_diseases/en/ [ 02 Juni 2014].
11