HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA Sudaryani*, Mulyadi**, Alma Dwi K** 1. Program D3 Akademi Keperawatan dr. Soedono Madiun, Jawa Timur 63117, Indonesia *Email:
[email protected] Abstrak Pendahuluan. Kelebihan berat badan merupakan salah satu prediktor terjadinya peningkatan kadar kolesterol darah yang merupakan faktor penyebab terjadinya penyakit kardiovaskuler dan endokrin. Penentuan kelebihan berat badan pada orang dewasa secara umum menggunakan indeks massa tubuh (IMT) dan kelebihan berat badan sentral menggunakan lingkar perut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara IMT, lingkar perut dengan kadar kolesterol darah. Metode. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan pengambilan data crossectional. Jumlah responden sebanyak 52 orang yang meliputi seluruh kelurahan di Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun. Variabel penelitian meliputi IMT, lingkar perut dan kadar kolesterol darah. IMT merupakan rasio berat badan (kg/tinggi badan pangkat dua (m), yang diukur dengan menggunakan timbangan dengan ketelitian 0,1 kg dan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm. Kadar kolesterol total diukur dengan pengambilan darah vena yang dinalisis menggunakan alat pengukur kaar kolesterol. Hubungan IMT dan lingkar perut dengan kadar kolesterol total dianalisis menggunakan uji korelasi product moment dengan α = 0,05. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata IMT 25,38 kg/m², rata-rata lingkar perut 90,50 cm dan rata-rata kadar kolesterol darah 281,31 mg/dl. Uji hubungan menunjukkan adanya hubungan yang bermakna pada tingkat sedang dan positif antara IMT dan lingkar perut dengan kadar kolesterol darah dengan p = 0,018 < 0,05) dan p = 0,000 < 0,005. Hal ini berarti kenaikan IMT dan lingkar perut diikuti dengan kenaikan kadar kolesterol darah. Analisis. IMT dan lingkar perut merupakan prediktor kadar kolesterol di dalam darah. Diskusi. Para pria dewasa direkomendasikan untuk secara rutin menimbang berat badan dan mengukur lingkar perut untuk memprediksi kadar kolesterol total darah. Hal ini diperlukan untuk mengetahui secara dini kemungkinan adanya risiko mengalami penyakit kardiovaskuler dan endokrin. Kata Kunci: IMT, Lingkar perut, kadar kolesterol total darah CORRELATION BETWEEN NUTRITIONAL STATUS AND TOTAL CHOLESTEROL LEVELS IN ADULT MALE
Abstract Introduction. Being overweight is one of the predictors of the occurrence of elevated levels of blood cholesterol is a causative factor of cardiovascular disease and endocrine. Determination of overweight in adults generally use body mass index (BMI) and overweight using the central abdominal circumference. The purpose of this study was to determine the relationship between BMI, waist circumference with blood cholesterol levels. Methods. The method used is descriptive analytic cross sectional data retrieval. The numbers of respondents are as many as 52 people covering all villages in the district of Madiun Kartoharjo. The research variables include BMI, waist circumference and blood cholesterol levels. BMI is a ratio of weight (kg / height squared (m), which is measured using scales to the nearest 0.1 kg and microtoise to the nearest 0.1 cm. Total cholesterol levels were measured by taking blood veins that dinalisis using gauges kaar cholesterol, BMI and abdominal circumference relationship with total cholesterol levels were analyzed using product moment correlation test with α = 0.05. Results. The results showed an average BMI of 25.38 kg / m², an average of 90.50 cm abdominal circumference and the average blood cholesterol levels 281.31 mg / dl. The correlation test showed a significant relationship at a moderate level and positive relationship between BMI and abdominal circumference with blood cholesterol levels with p = 0.018 <0.05) and p = 0.000, <0.005. This means that the increase in BMI and abdominal circumference followed by an increase in blood cholesterol levels. Analysis. BMI and abdominal circumference are predictors of cholesterol levels in the blood. Discussion. The adult male is recommended to regularly
42
weigh and measure the abdominal circumference to predict the total blood cholesterol levels. It is necessary to know at an early stage the potential risk of cardiovascular and endocrine disease. Keywords: BMI, abdominal circumference, blood total cholesterol levels
metabolik (NHBLI, 2006). Secara umum kita mengenal indeks massa tubuh (IMT) untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan berdasarkan ukuran berat badan dan tinggi badan. Seseorang dikatakan memiliki berat badan lebih apabila berada ada IMT 25–35 kg/m², dan obesitas apabila >35 kg/m². Prevalensi penduduk Indonesia pada tahun 2013 yang mengalami berat badan lebih 13,5% dan obesitas 15,4%. Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7%, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%) (Riskesdas, 2013). Pada suatu populasi, lingkar perut menjadi prediktor lebih baik terhadap timbulnya resiko peningkatan kolesterol dibandingkan IMT terutama pada masyarakat Asia. Seorang laki dewasa dinyatakan sebagai obesitas sentral apabila lingkar perut >90 cm, sedangkan perempuan memiliki lingkar perut >80 cm (WHO AsiaPasifik, 2005). Secara nasional, prevalensi obesitas sentral adalah 26.6 persen, lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%) (Riskesdas, 2013). Lingkar perut sangat berperan penting pada orang dengan rentang IMT 25–35 kg/m² atau lebih, dimana bisa sebagai prediktor terhadap risiko penyakit degeneratif (DM type II, dislipedemia, hipertensi, dan penyakit jantung koroner) dan penentu evaluasi penurunan berat badan (NOF, NHBLI, 2006 dan MC Kinly Heart Center, 2006). Di Puskesmas Oro-Oro Ombo Kota Madiun ditemukan pasien rawat jalan dewasa, sekitar 18% adalah
Pendahuluan Beberapa data statistik di rumah sakit di seluruh Indonesia menunjukkan kecenderungan penyebab kematian utama ditempati oleh penyakit non infeksi secara berturut–turut yaitu stroke, gagal ginjal, penyakit jantung, perdarahan intrakranial, dan diabetes mellitus (Depkes, 2004). Penyakit-penyakit tersebut erat kaitannya dengan peningkatan kadar kolesterol dalam darah atau seringkali disebut dislipidemia. Bentuk dislipidemia ditandai dengan sindroma metabolik yang meliputi peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan kadar trigliserida, peningkatan Low Density Lipoporotein (LDL) dan penurunan hight density lipoprotein (HDL), Di Indonesia prevalensi dislipidemia semakin meningkat. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, penduduk Indonesia pada usia >15 tahun didapatkan kadar kolesterol abnormal 35,9%, HDL rendah 22,9%, LDL tidak optimal dengan kategori gabungan near optimal-borderline tinggi 60,3% dan kategori tinggi-sangat tinggi 15,9%, trigliserida abnormal dengan kategori borderline tinggi 13,0% dan kategori tinggi-sangat tinggi 11,9%. Tingginya prevalensi dislipidemia erat kaitanya perubahan pola makan yang menyebabkan kelebihan berat badan. Orang-orang kelebihan berat badan cenderung mengalami peningkatan kadar LDL, dan penurunan kadar HDL serta peningkatan kadar kolesterol total dalam tubuh yang memicu terjadinya penyakit terutama kardiovaskuler dan
43
menderita overweight dan 38% menderita obesitas, sehingga perlu dilakukan kajian bagaimana profil kolesterol plasma darah, tipe obesitas dan hubungannya kedua faktor tersebut sebagai prediktor resiko penyakit kardiovaskuler. Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu dipelajari “Adakah hubungan komposisi lemak tubuh (IMT dan lingkar perut) dengan profil lipid (kolesterol total) pada pria dewasa di Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun ? “. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan komposisi lemak tubuh (lingkar perut, IMT dan rasio lingkar perut–pinggul) dengan profil lipid (Kolesterol total) orang dewasa pria di Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun.
Kota Madiun yang berumur lebih dari 35 tahun pada tahun 2015. Jumlah populasi berdasarkan laporan tahunan tahun 2014 adalah 14.773 orang dengan besar sampel sebanyak 52 orang, dengan kriteria dapat berdiri dengan baik (tanpa bantuan orang lain) dan tidak sedang mengkonsumsi obat penurun kolesterol/menjalani terapi obat penurunan berat badan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah cluster random sampling tiga tingkat yaitu teknik pengambilan sampel dengan menggunakan suatu rangka yang terdiri dari klaster-klaster unit pencacahan dan tiap klaster diambil unit elementer dengan cara pengambilan sampel acak sederhana atau sistematik. Klaster yang diambil harus heterogen dan tiap klaster sehomogen mungkin (Lemeshow, et al., 1990). Pengambilan sampel dilakukan dengan menentukan 9 kelurahan di Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun (Kartoharjo, Oror Oro Ombo, Klegen, Rejomulyo, Sukosari, Pilang Bango, Tawangrejo, Kanigoro dan Kelun) sebagai klaster pertama dan menentukan RT yang akan diteliti secara acak sebagai klaster kedua. Sebagai unit elementer penelitian menggunakan cara pengambilan sampel. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Juni 2015. Analisis data menggunakan analisis statistik univariat dan bivariat. Analisis univariat menggunakan tendensi sentral (mean, median, modus), standar deviasi, nilai minimal dan maksimal serta confident interval (CI 95%). Analisis ini bertujuan untuk mendeskripsikan indeks massa tubuh, lingkar perut dan kadar kolesterol total. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi product moment. Analisis ini bertujuan mengetahui hubungan
Bahan dan Metode Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan pengambilan data secara cross sectional yang bertujuan untuk mendeskripsikan indeks massa tubuh, lingkar perut dan kadar kolesterol darah, serta menganalisis hubungan antara IMT dan lingkar perut dengan kadar kolesterol darah (Notoadmojo, 2010). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah IMT dan lingkar perut. IMT adalah rasio antara ukuran berat (dengan satuan kg) badan dengan tinggi badan (dengan satuan kg/m²). Lingkar perut adalah ukuran lingkar perut yang diukur dari titik tengah batas tulang rusuk bawah dan batas tulang ileac crest kanan dan kiri dan diukur secara horisontal dengan satuan cm. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar kolesterol total darah yaitu kadar kolesterol total dalam plasma darah dengan satuan mg/dl. Populasi penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Kartoharjo
44
antara variabel independen (IMT, cm, dengan rentang tinggi badan lingkar perut dan rasio lingkar perut antara 165,21 cm sampai 167.60 cm dan pinggul) dengan variabel dan tinggi badan terendah 155 cm dan dependen (kadar kolesterol total tertinggi 174 cm. darah). Rata-rata indeks masa tubuh subyek penelitian sebesar 25,38 kg/m², Hasil Jumlah total subyek penelitian yang berada pada rentang antara 24,45 yang dapat diamati adalah 52 orang. kg/m² sampai 26,32 kg/m², dengan Karakteristik subyek penelitian IMT terendah 17,78 kg/m² dan berdasar pendidikan menunjukkan tertinggi 30,86 kg/m². Berdasar derajat proporsi yang berpendidikan Sekolah berat badanya, subyek penelitian Dasar (SD) sebanyak 5,8%; Sekolah menunjukkan tidak ada yang kurus Menengah Pertama (SMP) 11,5%; sekali, yang kurus sebesar 1,9%, Sekolah Menengah Umum (SMU) gemuk, 11,5%, obesitas 32,7% dan 55,8% dan Perguruan Tinggi (PT) normal 53,8. 26,9%. Mereka rata-rata berumur Rata-rata lingkar perut sebesar 43,48 tahun dengan rentang umur 90,50 cm, yang berada pada rentang berada pada 41,93 tahun sampai 45,03 antara 87,78 cm sampai 93,22 cm, tahun dan umur termuda 35 tahun, dengan lingkar perut terkecil 64cm umur tertua 58 tahun. dan terlebar 105 cm. Rata-rata kadar Rata-rata berat badan subyek kolesterol total darah sebesar 281,31 penelitian 70,25 kg, dengan rentang mg/dl yang berada pada rentang berat badan antara 67,62 kg sampai 264,84 mg/dl sampai 297,77 mg/dl, 72,88 kg dan berat badan terendah 52 dengan kadar kolesterol total darah kg, berat tertinggi 93 kg. Rata-rata terendah 145 mg/dl dan tertinggi 500 tinggi badan subyek penelitian 166,40 mg/dl. Tabel 1 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasar Umur, Berat Badan, Tinggi badan, Indeks Massa Tubuh Responden, Lingkar Perut dan Kadar Kolesterol Total Darah di Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun Bulan Juni 2015 (n = 52) No Indikator Mean SD (Min – Max) (95% CI) 1 Umur 43,48 5,58 35 - 58 41,93 - 45,03 2 Berat Badan 70,25 9,46 52 - 93 67,62 – 72,88 3 Tinggi Badan 166,40 4,28 155 - 174 165,21 – 167,60 4 Indeks Massa Tubuh 25,38 3,36 17,78 - 30,86 24,45 - 26,32 5 Lingkar Perut 90,50 9,78 64 - 105 87,78 – 93,22 6 Kadar Kolesterol Darah 281,31 59,144 145 - 500 264,84 – 297,77 Hasil analisis bivariat antara indeks massa tubuh dengan kadar kolesterol total darah menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kadar kolesterol darah (p = 0,018 < α = 0,05. Tingkat hubungan menunjukkan hubungan yang sedang (r = 0,327). Hal ini berarti juga kenaikan indeks massa tubuh diikuti
dengan kenaikan kadar kolesterol darah. Hasil analisis bivariat antara lingkar perut dengan kadar kolesterol total darah menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara lingkar perut dengan kadar kolesterol darah (p = 0,000 < α = 0,01. Tingkat hubungan menunjukkan hubungan yang sedang (r = 0,469). Hal ini 45
berarti juga kenaikan lingkar perut diikuti dengan kenaikan kadar kolesterol darah Tabel 2 Analisis Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Perut dengan Kadar Kolesterol Total Darah di Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun, Bulan Juni 2015 (n = 52) Variabel Mean SD (Min – Max) (95% CI) Nilai p Nilai r Indeks Massa 25,38 3,36 17,78 - 30,86 24,45 – 26,32 0,018 0,327 Tubuh Lingkar Perut 90,50 9,78 64 – 105 87,78 – 93,22 0,000 0,469 Kadar 281,31 59,144 145 – 500 264,84 – 297,77 Kolesterol darah kurang aktifitas; emosi; lingkungan sosial budaya; ekonomi dan obat. Lingkar perut merupakan salah satu indikator status gizi yang menggambarkan lemak tubuh. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata lingkar perut sebesar 90,50 cm. Hal ini berarti mereka rata-rata berada dalam kondisi obesitas sentral. Hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan dengan konsep biosintesis lemak di dalam tubuh. Lemak diabsorpsi dari makanan dan disintesis oleh hepar dan jaringan adiposa, dibawa oleh darah ke berbagai jaringan dan organ tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi dan/atau disimpan sebagai cadangan lemak. Pada umumnya hanya 3% jumlah glukosa makanan yang dapat disimpan sebagai glikogen di jaringan otot dan hati, sedangkan 30% glukosa itu diubah menjadi lemak di jaringan adiposa (Heymsfield et al, 2001). Penyimpanan lemak di daerah abdomen lebih banyak dibandingkan dengan daerah pinggul dan paha sehingga disebut distribusi lemak sentral atau tipe android. Tipe distribusi lemak ini dipengaruhi oleh hormon seks sehingga terdapat perbedaan distribusi lemak regional pada pria dan wanita. Penyebaran lemak yang terpusat di bagian abdomen memberikan kemudahan
Pembahasan IMT merupakan indikator yang paling bermanfaat untuk menentukan berat badan lebih atau obesitas. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata IMT sebesar 25,38 kg/m². Hal ini berarti masyarakat Kecamatan Kartoharjo yang berjenis kelamin pria rata-rata mengalami kelebihan berat berat badan. Sebanyak 11,5 % mengalami kelebihan berat badan. Angka ini sedikit lebih rendah dibanding prevalensi nasional yaitu sebesar 13,5% (Riskesdas, 2013). Sedangkan angka obesitas sebesar 32,7%, yang mana angka ini lebih besar dibanding prevalensi nasional untuk laki-laki dewasa yaitu 19,7%, (Riskesdas, 2013). Orang dewasa terutama diatas 30 tahun banyak mengalami kelebihan berat badan, hal ini karena umumnya usia tersebut organ tubuh mulai mengalami penurunan fungsi, sehingga tingkat metabolisme mulai menurun dan terjadilah penimbunan makanan. Kondisi ini meningkat oleh kondisi pola hidup yang cenderung banyak makan dan kurang melakukan aktifitas. Beberapa faktor yang mempengaruhi obesitas adalah genetik, kerusakan pada hipotalamus bagian lateral dan ventromedial yang menggerakkan dan menghilangkan nafsu makan; pola makan berlebihan; 46
untuk memperkirakan lemak yang ada di dalam tubuh pada pria sehingga pengukuruan lingkar perut dapat menjadi indikator lemak dalam tubuh. Kelompok usia 45-54 memiliki persentase terbesar dibandingkan kelompok lain yaitu sebesar 58,3%, kelompok usia 35-44 sebanyak 47,6% dan kelompok usia 25-34 sebesar 55,6%. Secara nasional, prevalensi obesitas sentral adalah 26.6 persen, lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%) (Riskesdas, 2013). Saat sekarang mekanisme peningkatan lingkar perut terhadap usia belum sepenuhnya diketahui, namun peningkatan jumlah adiposa yang disimpan di dalam tubuh berhubungan dengan tingkat aktivitas fisik. Asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh akan digunakan sebagai sumber energi bagi sel untuk melakukan fungsi kerja tubuh. Jumlah masukan dan keluaran kalori dalam tubuh harus seimbang sehingga tercipta kondisi yang ideal. Jika keluaran kalori lebih kecil dibandingkan dengan masukan kalori, maka kelebihan kalori itu akan disimpan dalam bentuk cadangan energi seperti lemak. Dengan demikian orang yang memiliki asupan nutrisi tinggi yang tidak diikuti dengan aktifitas berat dapat meningkatkan risiko penumpukan lemak di area perut. Kolesterol adalah lipid/lipoprotein dengan densitas rendah atau low density lipoprotein (LDL atau β-lipoprotein) yang memperlihatkan tahap akhir di dalam katabolisme VLDL. Penelitian menunjukkan rata-rata kadar kolesterol total adalah 281,31mg/dl dan berada pada rentang 264,84 mg/dl sampai 297,77 mg/dl. Hal ini berarti bahwa rata-rata mengalami hiperlipidemia/hiperkolesterolemia atau peningkatan kadar kolesterol
dalam darah. Umur responden berada pada rentang 41,93 tahun sampai 45,03 tahun. Pada umumnya dengan bertambahnya umur maka aktifitas fisik menurun dan pola makan akan berubah seiring dengan peningkatan kemampuan ekonomi. Hal ini menyebabkan massa tubuh tanpa lemak menurun, sedangkan jaringan lemaknya akan bertambah sehingga nilai kolesterol dalam darah juga akan tinggi. Meskipun demikian pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki kecepatan berbeda, sehingga seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan tidak pernah memiliki kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dL, sedangkan yang lainnya menjalani diet rendah lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki kadar kolesterol total dibawah 260 mg/dL. Perbedaan ini tampaknya bersifat genetik dan secara luas berhubungan dengan perbedaan kecepatan masuk dan keluarnya lipoprotein dari aliran darah. Hubungan IMT dan Lingkar Perut dengan Kadar Kolesterol Total darah Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara IMT dengan kolesterol total darah. Meningkatnya IMT mengakibatkan peningkatan kolesterol total serum hingga sekitar 28 mg/dl. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki IMT di atas normal cenderung mengalami peningkatan kadar kolesterol total akibat peningkatan verylow-density lipoprotei (VLDL), low–density lipoprotein (LDL) dan trigliserida dibandingkan dengan yang memiliki IMT normal. Sementara peningkatan IMT dapat menyebabkan penurunan progresif dari konsentrasi kolesterolHDL dalam serum (Grundy, 1998;
47
Pietrobelli et al., 1999; Ahmar, 2010). Overweight terjadi karena ketidak seimbangan asupan energi dengan energi yang digunakan. Kelebihan energi akan disimpan dalam bentuk lemak dan dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada regulasi asam lemak yang akan meningkatkan kadar trigliserida dan ester kolesterol, sehingga meningkatkan resiko terjadinya hiperkolesterolemia. Pengukuran lingkar perut dapat menggambarkan jumlah lemak dalam tubuh, terutama pada pria. Pengukuran lingkar perut juga dapat digunakan untuk memprediksi kadar lipid serum yang lebih baik dibandingkan dengan IMT. Lingkar perut sebagai suatu indikator untuk keadaan obesitas abdominal memiliki hubungan yang kuat dan menjadi indikator yang lebih baik untuk perubahan HDL. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan pada tingkat sedang dan positif antara lingkar perut dengan kolesterol total dalam darah (p = 0,000 < α = 0,01) dan (r = 0,469). Hal ini berarti adanya kenaikan lingkar perut akan diikuti dengan kenaikan kadar kolesterol total darah. Lemak disimpan sebagai triasilgliserol (trigliserida) yang sebagian besar terdapat dalam jaringan adiposa, tetapi dapat juga ditemukan dalam otot rangka dan plasma. Jaringan adiposa merupakan sumber cadangan energi terbesar dalam tubuh (Klein and Romijn, 2003; Mayes and Botham, 2003). Di dalam sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi asam lemak dan gliserol dan dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Jika tubuh membutuhkan energi dari lipid, trigliserida dipecah menjadi asam lemak (asam lemak bebas/FFA (free fatty acid) dan gliserol. Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh
albumin ke sel untuk dioksidasi menjadi energi (Guyton, 2006). Tidak semua asam lemak bebas yang dihasilkan melalui lipolisis digunakan sebagai energi. Asam lemak bebas yang tidak dioksidasi akan mengalami reesterifikasi menjadi trigliserida dalam jaringan adiposa, hepar dan intramuskuler terutama di daerah abdomen. Bila laju reesterifikasi tidak mampu mengimbangi laju lipolitik, maka akan terjadi peningkatan konsentrasi asam lemak bebas dalam plasma, sehingga dapat menimbulkan terjadinya dislipidemia yaitu peningkatan kadar kolesterol total dalam darah. Simpulan dan Saran Simpulan Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pria dewasa di Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun: 1. Rata-rata mengalami kelebihan berat badan/overweight dan obesitas sentral dengan indeks massa tubuh rata-rata 25,38 kg/m² dan lingkar perut rata-rata 90,50 cm. Kadar profil lipid (kolesterol total) menunjukkan hiperkolesterolemia dengan ratarata 28,31mg/dl. 2. Terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dan lingkar perut dengan kolesterol total, dimana kenaikan IMT dan lingkar perut diikuti pula dengan kenaikan kadar kolesterol darah. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan peneliti mengajukan saran-saran kepada masyarakat bahwa pengukuran dan pengontrolan berat badan dan lingkar perut sebaiknya secara rutin dilakukan untuk memperkirakan kadar kolesterol darah sehingga dapat mencegah hiperkolesterolemia yang
48
berakibat pada kejadian penyakit kardiovaskuler dan endokrin.
methods. (6th ed.).Philadelphia: J.B. Lippincott. Sabri, L. & Hastono, S.P. 2006. Statistik Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soegianto, Benny. 2007. Penilaian Status Gizi Dan Baku Antropometri WHO-NCHS. Surabaya: Duta Prima Airlangga Sugiyono, 2000. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung: Alfa Beta Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC Supriyanto, S. 2007. Metodologi Riset. Surabaya: Program Administrasi & Kebijakan Kesehatan. FKMUnair.
Daftar Pustaka Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Atmikasari, Luh Putu Primi. 2009. Status Gizi. http//www.gizi.net, 24 Desember 2008 Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Bakri, dkk.2002. Penelitiam Status Gizi. Jakarta: EGC Brockopp, D.Y. & Marie, T.H.T. 1995. Fundamental of nursing research (Dasar-dasar riset keperawatan). Boston: Jones & Barlett Publishers. Burns, N. & Grove, S.K. 1991. The practice of nursing research: conduct, critiques and utilisation. 2nd. Philadelphia: WB Sounders C.O. Djarwanto. 2001. Mengenal beberapa uji statistik dalam penelitian. Yogyakarta: Liberty. Hastono, S.P. (2007). Basic data analysis for health research. Depok: FKM-UI. Lemeshow, S.; David,W.H.Jr.; Janelle, K.: Stephen K. L. (1990). Adequacy of sample size in health studies. (Besar sampel dalam penelitian kesehatan). John Wiley & Sons. Murray, Robert K., Daryl K., Peter A. M., Viictor W. R. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta : EGC. Notoadmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Polit, D.F. & Hungler, B.P. 199). Nursing research principles and
49