BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Intensitas dan dampak yang ditimbulkan bencana terhadap manusia dan
sektor ekonomi secara keseluruhan mengalami peningkatan (Berz, 1999; World Bank, 2005 dalam Lowe, 2010). Sejak tahun 1990 hampir seluruh negara di dunia mulai melakukan Disaster Risk Reduction atau Pengurangan Risiko Bencana untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan dari bencana. Tsunami Aceh tahun 2004 yang menyebabkan sekitar 166.080 korban jiwa meninggal di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) (Kementerian Kesehatan, 2006), merupakan salah satu faktor pemicu dimulainya era pengurangan risiko bencana di Indonesia. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Indonesia memiliki 127 gunungapi aktif (Pedoman Mitigasi Bencana Gunungapi dalam Peraturan Menteri ESDM No.15 Tahun 2011). Tercatat 10 letusan besar yang menelan korban lebih dari 211.000 jiwa, 2 di antaranya terjadi di Indonesia, yaitu Gunungapi Tambora tahun 1815 (lebih dari 80.000 jiwa), dan Gunungapi Krakatau tahun 1883 (36.000 jiwa) (Davidson & Da Silva, 2000; Pratomo & Abdurachman, 2004 dalam Pratomo, 2006). Luas daerah rawan bencana gunungapi di seluruh Indonesia sekitar 17.000 km2 dengan jumlah penduduk yang bermukim di kawasan rawan bencana gunungapi sebanyak kurang lebih 5,5 juta
1
2
jiwa. Berdasarkan data frekuensi letusan gunungapi, diperkirakan tiap tahun terdapat sekitar 585.000 orang terancam bencana letusan gunungapi (Perka BNPB No. 4 Tahun 2008). Gunungapi Bromo merupakan gunungapi aktif di Provinsi Jawa Timur. Gunungapi Bromo menawarkan panorama alam yang sangat indah saat kondisi normal. Kaldera yang datar tertutup pasir dipadukan dengan adanya kehadiran kerucut sinder Gunung Batok yang indah di sebelah utaranya (Zaennudin, 2011). Wisatawan mancanegara dan lokal berkunjung ke sana untuk menikmati pemandangan dari lokasi pandang Pananjakan yang indah pada pagi hari dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut.
Gambar 1.1. Kondisi Lokasi Pandang Pananjakan Sumber: Peneliti, 2012
Suku Tengger adalah masyarakat asli yang hidup di Lereng Tengger. Mereka dikenal sebagai petani tradisional yang tangguh dan tinggal berkelompok pada bukit-bukit yang tidak jauh dari lahan pertanian. Suhu udara yang dingin membuat mereka bekerja di ladang sejak pagi hingga sore (Sutarto, 2006).
3
Di balik kesuburan tanaman dan keindahannya, Gunungapi Bromo menyimpan potensi bahaya. Berdasarkan catatan sejarah erupsi Gunungapi Bromo yang dimulai tahun 1804 sampai sekarang, diketahui bahwa Gunungapi Bromo merupakan gunungapi yang sangat aktif dengan tenggang waktu istirahat antara erupsi yang satu dengan erupsi lainnya hanya berlangsung beberapa bulan sampai paling lama 16 tahun (Zaennudin, 2011). Memiliki periode erupsi paling lama, terjadi selama 9 bulan 10 hari. Erupsi Gunungapi Bromo yang terjadi pada tahun 2010 mengakibatkan kerusakan dan kerugian sebesar Rp154.950.390.000 (BPBD Provinsi Jawa Timur, 2011) disajikan pada Tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1. Data Kerusakan dan Kerugian Erupsi Gunungapi Bromo Tahun 2010 Jenis Sektor Sosial Infrastruktur Ekonomi Lintas Total
Kerusakan Rp 4.473.255.000 Rp 32.025.270.000 Rp 5.603.568.000 Rp 317.880.000 Rp 42.419.973.000
Kerugian Rp 6.475.710.000 Rp 705.916.000 Rp 106.797.466.333 Rp 112.764.000 Rp 114.091.856.333
Total Rp 10.948.965.000 Rp 32.731.186.000 Rp 110.839.514.333 Rp 430.644.000 Rp 154.950.309.333
Sumber: BPBD Propinsi Jawa Timur, 2011
Kehidupan ekonomi pedesaan dicerminkan dari aktivitas untuk menggunakan lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya (Alviawati, 2011). Desa Ngadirejo di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu desa yang terdampak erupsi Gunungapi Bromo tahun 2010 (BPBD Kabupaten Probolinggo, 2011). Penghidupan rumahtangga petani terganggu karena petani tidak memiliki penghasilan dan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup rumahtangga. Lahan dan tanaman pertanian yang rusak tertimbun
4
abu vulkanik dapat dilihat pada Gambar 1.2 menjadi penyebab petani tidak dapat melakukan aktivitas pertanian dan mempunyai penghasilan.
Gambar 1.2. Dampak Abu Vulkanik Terhadap Lahan dan Tanaman Sumber: Kartono, 2010
Pascaerupsi Gunungapi Bromo tahun 2010, kajian mengenai strategi penghidupan ekonomi rumahtangga petani perlu dilakukan. Besarnya kerusakan dan kerugian pada sektor ekonomi yang ditimbulkan pascaerupsi Gunungapi Bromo 2010 menyebabkan gangguan penghidupan dan kehidupan ekonomi bagi rumahtangga petani. Rusaknya lahan dan tanaman pertanian saat erupsi menyebabkan petani perlu mencari strategi penghidupan lain untuk dapat memenuhi kebutuhan rumahtangga. Erupsi Gunungapi Bromo akan terus berlangsung dan mungkin terjadi dengan intensitas yang lebih besar dibandingkan dengan erupsi Gunungapi Bromo tahun 2010. Rumahtangga petani memerlukan strategi penghidupan yang tepat dan sesuai dengan aset, akses, dan kapabilitas yang dimiliki untuk bisa beradaptasi menghadapi erupsi Gunungapi Bromo pada masa yang akan datang.
5
1.2.
Perumusan Masalah Erupsi Gunungapi Bromo tahun 2010 mengakibatkan petani kehilangan
matapencaharian. Tebalnya timbunan abu vulkanik saat dan pascaerupsi Gunungapi Bromo tahun 2010, menyebabkan lahan pertanian rusak dan tanaman pertanian mati. Petani membutuhkan waktu untuk bisa mengolah dan menanami kembali lahan yang rusak akibat tertutup oleh endapan abu vulkanik. Belum adanya strategi penghidupan ekonomi yang tepat sesuai dengan aset, akses dan kapabilitas dari rumahtangga, menyebabkan lemahnya ketahanan ekonomi masyarakat khususnya rumahtangga petani. Petani membutuhkan waktu untuk dapat kembali beraktivitas sebagai petani dan memanen hasil pertanian secara optimal. Masalah menjadi kompleks karena 95% masyarakat Tengger bermatapencaharian sebagai petani (Sutarto, 2006). Berdasarkan kondisi yang telah dijelaskan pada uraian sebelumnya, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana strategi penghidupan ekonomi rumahtangga petani pascaerupsi Gunungapi Bromo tahun 2010? a.
Bagaimana sejarah erupsi Gunungapi Bromo?
b.
Bagaimana dampak erupsi Gunungapi Bromo tahun 2010 terhadap penghidupan dan kehidupan rumahtangga di Desa Ngadirejo?
c.
Strategi penghidupan apa yang dilakukan rumahtangga petani pascaerupsi Gunungapi Bromo tahun 2010?
6
2. Bagaimana ketahanan ekonomi rumahtangga petani pascaerupsi Gunungapi Bromo tahun 2010? a.
Bagaimana mengukur tingkat ketahanan ekonomi rumahtangga petani pascaerupsi Gunungapi Bromo tahun 2010?
b.
Bagaimana pendapatan rumahtangga petani praerupsi Gunungapi Bromo tahun 2010?
c.
Bagaimana pendapatan rumahtangga petani saat erupsi Gunungapi Bromo tahun 2010?
d.
Bagaimana pendapatan rumahtangga petani pascaerupsi Gunungapi Bromo tahun 2010?
3. Bagaimana strategi penghidupan ekonomi yang memiliki ketahanan ekonomi terbaik bagi rumahtangga petani pascaerupsi Gunungapi Bromo pada masa yang akan datang? 1.3.
Keaslian Penelitian Penelitian tentang strategi penghidupan telah banyak dilakukan. Dari
beberapa penelitian terdahulu, terdapat perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Timuryanti (2011) melakukan penelitian di Desa Ranupane, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang dengan tujuan untuk mengidentifikasi interpretasi masyarakat Tengger Ranupane terhadap pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
7
Lestari (2012) melakukan penelitian di Desa Jumoyo, Magelang dengan tujuan untuk mengetahui perubahan penghidupan penyintas huntara di Desa Jumoyo dan mengetahui kondisi struktur sosial masyarakat penyintas huntara pascaerupsi Gunungapi Merapi. Falikhah (2008) melakukan penelitian mengenai kondisi kerentanan dan strategi livelihood rumahtangga pegawai negeri sipil di Magelang dengan tujuan untuk mengetahui tekanan ekonomi dan strategi livelihood yang diterapkan masing-masing rumahtangga golongan I dan II dalam menghadapi kerentanan. Ketiga penelitian tersebut Timuryanti (2011), Lestari (2012) dan Falikhah (2008) memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu mengenai lokasi penelitian dan tujuan penelitian untuk mengetahui strategi penghidupan. Penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dari penelitianpenelitian terdahulu. Perbedaan tersebut terletak tujuan dari penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Andriyan (2013) mengenai strategi penghidupan ekonomi rumahtangga pada sektor pertanian pascaerupsi Gunungapi Bromo 2010. Tujuan dalam penelitian adalah mengetahui strategi penghidupan rumahtangga petani pascaerupsi Gunungapi Bromo tahun 2010 dan mengukur ketahanan ekonomi sesuai dengan strategi penghidupan yang dilakukan dengan menggunakan metode DSER (Direct Static Economic Resilience). Lebih jelasnya, perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.2.
8
Tabel 1.2. Keaslian Penelitian Judul
Tujuan
Metode Penelitian
Lokasi Penelitian
Dyah Timuryanti (2011) “Interpretasi Masyarakat Tengger Terhadap Pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Kabupaten Lumajang” Tesis Sarjana S-2 program studi Magister Perencanaan Kota dan Daerah.
Mengidentifikasi interpretasi masyarakat Tengger Ranupane terhadap pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sehingga dapat diketahui perilaku masyarakat terhadap sumber daya hutan.
Penelitian induktif kualitatif serta menggunakan pendekatan phenomenologi.
Desa Ranupane, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.
Umi Lestari (2012) “Perubahan Penghidupan (Livelihood) Penyintas Huntara Pascaerupsi Merapi di Jumoyo Magelang” Tesis Sarjana S-2 Program Studi Sosiologi Pembangunan.
1. Mengetahui perubahan penghidupan (livelihood) penyintas huntara di Desa Jumoyo, Magelang. 2. Mengetahui kondisi struktur sosial masyarakat penyintas huntara pascaerupsi Merapi di Desa Jumoyo, Magelang.
Deskriptif kualitatif.
Desa Jumoyo Magelang.
Kesimpulan 1. Intrepretasi masyarakat Tengger Ranupane yang positif atas pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru karena memperhatikan tingkat kesejahteraan mereka melalui kelonggaran penerapan aturan dalam pemanfaatan hasil hutan non-kayu serta membuka lapangan pekerjaan mendorong mereka berperilaku positif terhadap sumber daya hutan. 2. Pemanfaatan hasil hutan non-kayu oleh masyarakat secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: a. pemanfaatan hasil hutan secara intensif. b. Pemanfaatan hasil hutan non-intensif. 3. Lokasi pemungutan hasil hutan non-kayu oleh masyarakat dibedakan menjadi 2 tempat, yaitu: a. pemungutan hasil hutan di sekitar Desa Ranupane; dan b. pemungutan hasil hutan di lereng-lereng. 1. Erupsi Merapi merupakan salah satu penyebab berubahnya pola penghidupan di daerah tersebut karena penghidupan merupakan semua yang berkaitan dengan bagaimana manusia itu hidup di masyarakat dalam keadaan apapun. 2. Desa Jumoyo menjadi salah satu lokasi yang mengalami kerusakan parah dibandingkan dengan lokasi lain. 3. Aset yang dimiliki warga adalah social capital, human capital, physical capital, financial capital dan natural capital. 4. Terjadinya pergeseran dan perubahan struktur sosial baik dalam lingkup makro maupun mikro yang dipengaruhi oleh ekonomi yang tidak stabil. 5. Kemandirian masyarakat menjadi teruji baik secara fisik maupun mental warga, dengan adanya bantuan papan dan pangan sebenarnya belum tentu cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga apabila tidak ada sampingan pekerjaan lain seperti buruh, bertani berkebun dan berdagang. 6. Perubahan penghidupan terjadi tidak secara permanen, akan tetapi perubahan terjadi sebagai akibat dari adanya modifikasi dari berbagai pihak.
9
Tabel 1.2. (Lanjutan) Nur Falikhah (2008) “Kondisi Kerentanan Dan Strategi Livelihood Rumahtangga PNS Golongan I dan II (Studi Kasus Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup DPLH Kota Magelang)” Tesis Sarjana S-2.
1. Mengetahui tekanan ekonomi yang 1. Data kuantitatif dihadapi rumahtangga PNS dengan golongan I dan II di Dinas yang kuesioner. berbeda. 2. Data kualitatif 2. Mengetahui Strategi livelihood dengan studi yang diterapkan masing-masing kasus diperoleh rumahtangga golongan I dan II melalui dalam menghadapi kerentanan. observasi 3. Mengetahui ketahanan partisipasi dan rumahtangga masing-masing wawancara. rumahtangga PNS yang berada pada level yang sama dalam menghadapi kerentanan.
Marshal Andriyan (2013) “Strategi 1. Mengkaji strategi penghidupan ekonomi rumahtangga petani Penghidupan Ekonomi setelah kejadian erupsi Gunungapi Rumahtangga Pada Sektor Bromo tahun 2010. Pertanian Pascaerupsi (Studi Kasus 2. Mengkaji ketahanan ekonomi Erupsi Gunungapi Bromo Tahun rumahtangga petani pascaerupsi 2010)” Tesis Sarjana S-2. Gunungapi Bromo tahun 2010. 3. Menentukan strategi penghidupan ekonomi rumahtangga petani yang memiliki ketahanan ekonomi terbaik di masa depan.
Sumber: Hasil studi pustaka perpustakaan Pascasarjana UGM, 2012
Studi kasus dengan pendekatan concurrent triangulation.
1. Tekanan ekonomi yang dihadapi rumahtangga pada dinas yang berbeda tidaklah sama. Hal ini disebabkan empat hal, yaitu pendapatan, pengeluaran, prioritas kebutuhan, beban Cultural. Berdasarkan tekanan ekonomi, maka rumahtangga di dinas kering (DPLH) relatif lebih rentan dibandingkan dengan rumahtangga dinas basah (DPKKD). 2. Secara umum rumahtangga di dinas basah menerapkan strategi akumulasi sedangkan rumahtangga di dinas kering menerapkan strategi konsolidasi. Hal ini menunjukkan bahwa rumahtangga PNS DPLH golongan menengah bawah relatif miskin, di mana gaji yang mereka terima tidaklah memadai sehingga mereka harus berjibaku dengan menerapkan berbagai strategi terutama mencari pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan rumahtangga. Hal ini berarti bahwa strategi konsolidasi yang mereka terapkan sebagai dampak dari minimnya gaji yang mereka terima. Desa Ngadirejo, 1. Pascaerupsi Gunungapi Bromo tahun 2010 ada 10 aktivitas ekonomi Kecamatan yang dilakukan rumahtangga petani untuk memenuhi kebutuhan Sukapura rumahtangga. Kabupaten 2. Keterbatasan keahlian dan kemampuan yang dimiliki masing-masing Probolinggo, Jawa individu disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan masih Timur. tingginya kemiskinan di Desa Ngadirejo. Besar dan lamanya durasi erupsi Gunungapi Bromo tahun 2010 menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi rendahnya ketahanan ekonomi rumahtangga petani pasca erupsi Gunungapi Bromo 2010 3. Tiga aktivitas yang merupakan aktivitas terbaik pada setiap strategi penghidupan yang dilakukan oleh rumahtangga petani pascaerupsi Gunungapi Bromo tahun 2010, yaitu: a. membiarkan dan menunggu lahan hingga dapat ditanami kembali; b. mencari pekerjaan di luar Desa Ngadirejo; c. menjadi pengepul sayuran di luar Desa Ngadirejo.
10
1.4.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Mengkaji strategi penghidupan ekonomi rumahtangga petani pascaerupsi Gunungapi Bromo tahun 2010.
2.
Mengkaji ketahanan ekonomi rumahtangga petani pascaerupsi Gunungapi Bromo tahun 2010.
3.
Menentukan strategi penghidupan ekonomi rumahtangga petani yang memiliki ketahanan ekonomi paling baik.
1.5.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Memberikan informasi mengenai strategi penghidupan yang sudah dilakukan dan ketahanan ekonomi masyarakat Tengger pascaerupsi Gunungapi Bromo 2010 dengan pendekatan menggunakan metode DSER.
2.
Memberikan informasi bagi peneliti khususnya dalam menentukan strategi penghidupan yang tepat sesuai dengan akses, aset dan kapabilitas dari rumahtangga petani untuk menghadapi erupsi Gunungapi Bromo pada masa yang akan datang.
3.
Sebagai sumber informasi bagi pengembangan penelitian sejenis yang akan dilakukan pada masa yang akan datang.
4.
Memberikan pilihan strategi penghidupan bagi rumahtangga petani karena hilangnya matapencaharian akibat erupsi Gunungapi Bromo pada masa yang akan datang.
11
5.
Dapat dijadikan acuan rumahtangga petani sebagai salah satu upaya meningkatkan ketahanan ekonomi pascaerupsi Gunungapi Bromo pada masa yang akan datang.
6.
Memberikan masukan bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan, stakeholder dan masyarakat mengenai pentingnya perencanaan terkait usaha pengurangan risiko bencana erupsi Gunungapi Bromo pada masa yang akan datang.