BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Kabupaten Rembang merupakan salah satu daerah di pesisir utara Pulau
Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan bencana yang terhitung menunjukkan nilai skor tinggi, yaitu 29, dan berada dalam urutan ke 22 ranking nasional rawan bencana gelombang pasang dan abrasi (BNPB, 2011). Kondisi tersebut selain dipengaruhi oleh kondisi geografis Kabupaten Rembang yang landai, juga dipengaruhi oleh pola angin dan pola arus Laut Jawa. Secara geologis dan geomorfologis, wilayah Pesisir Rembang sampai Tuban merupakan kawasan pantai batu gamping (karst) yang mendapat supply lumpur dari sungai-sungai yang bermuara di laut. Pola angin dan arus timur akan mendorong hempasan gelombang ke arah pesisir Kabupaten Rembang yang berbentuk teluk ke arah Semenanjung Jepara, sehingga mendorong terjadinya abrasi.
Gambar 1.1. Peta Indeks Rawan Bencana Gelombang Pantai dan Abrasi di Indonesia (BNPB dalam Kurniawan, 2011). 1
2
Kabupaten Rembang terletak di pesisir utara Jawa Tengah dengan panjang garis pantai ± 60 km. Permasalahan bencana di Kawasan Pesisir Kabupaten Rembang berupa abrasi dan gelombang pasang. Abrasi terutama terjadi di Kecamatan Sluke, Kecamatan Lasem, Kecamatan Kragan dan Kecamatan Sarang. Permasalahan dalam upaya mitigasi alami yaitu pemanfaatan kawasan pesisir sebagai tambak (khususnya tambak garam) dan permukiman (rembangkab.go.id). Kondisi pesisir utara Jawa Tengah tanpa adanya penahan gelombang baik buatan maupun alami (mangrove dan terumbu karang) akan sangat mudah terkikis karena gerusan gelombang pasang (Dewangga, 2011). Kecamatan Kragan merupakan salah satu daerah yang rentan terdampak bencana
pesisir.
Tingkat
kerentanan
dibedakan
dalam
kerentanan
fisik/infrastruktur, kerentanan ekonomis, kerentanan sosial kependudukan dan kerentanan ekologi (BNPB, 2012). Dengan kepadatan penduduk kawasan pesisir yang cukup padat, serta ketergantungan mata pencaharian dari nelayan, akan meningkatkan tingkat kerentanan terhadap bencana pesisir.
Gambar 1.2. Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Rembang (RTRW 2011-2031)
3
Berdasarkan peta rencana pola ruang wilayah Kabupaten Rembang terindikasi sebagai rawan bencana kelas sedang dan kelas ringan. Sebagai dasar penentuan kelas rawan bencana yaitu jumlah kejadian gelombang pasang dan abrasi yang terjadi di wilayah Kecamatan Kragan. Jumlah kejadian dan besarnya kerugian terdata yang disebabkan abrasi dan gelombang pasang pada 3 tahun terakhir menunjukkan nilai tertinggi di Kecamatan Kragan.
Tabel 1.1. Banyaknya Bencana Alam dan Nilai Kerugian di Kabupaten Rembang, Tahun 2011 - 2013 Kecamatan Sumber Bulu Gunem Sale Sarang Sedan Pamotan Sulang Kaliori Rembang Pancur Kragan Sluke Lasem Jumlah
2011 Kejadian Kerugian 1 0 1 50.000 3 68.400 5 118.400
2012 Kejadian Kerugian 1 50.000 1 89.000 2 139.000
2013 Kejadian Kerugian 2 0 2 0
Sumber : Rembang dalam Angka, 2012-2014 Resiko bencana dipengaruhi oleh bahaya, kerentanan dan kapasitas masyarakat. Bahaya disebabkan proses pantai, yang merupakan interaksi antara angin, gelombang, arus, pasang surut, transport sedimen, serta aktivitas manusia. Gelombang menyebabkan abrasi melalui proses pemecahan gelombang yang mengenai pantai. Gelombang berpengaruh pada arus pantai, dan arus berfungsi sebagai media transport sedimen. Arus susur pantai (longshore current)
4
merupakan penyebab abrasi dan akresi, karena arus ini bergerak sejajar dengan garis pantai. (Wibowo, 2012). Selain factor alami, bahaya pesisir juga disebabkan factor aktivitas manusia pada kawasan pesisir.
Gambar 1.3. Longshore current (Wibowo, 2012)
Tingkat
kerentanan
wilayah
pesisir
meningkat
sebagai
akibat
meningkatnya kerusakan sumberdaya dan ekosistemnya. Kapasitas masyarakat dinilai dari kemampuan masyarakat dalam menyikapi resiko bencana. Masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di kawasan pesisir. Di Kecamatan Kragan mayoritas masyarakat nelayan, dengan beberapa desa merupakan masyarakat petani dan petambak. Di pesisir Kecamatan Kragan, masyarakat nelayan memiliki ketangguhan lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat petani ataupun petambak. Dari segi kerentanan, masyarakat nelayan juga lebih tidak beresiko terhadap ancaman bahaya pesisir dibandingkan dengan pemilik lahan. Pendekatan dalam penanganan bencana pesisir dapat dilakukan dengan menggali respon berdasarkan persepsi masyarakat. Subyektivitas persepsi terhadap resiko bencana dipengaruhi oleh pengetahuan mengenai bencana, pengalaman dalam menghadapi bencana dan
5
kemampuan individu untuk mengatasi dampak (Hardoyo, dkk, 2011). Respon diwujudkan dalam sikap maupun tindakan masyarakat dalam menyikapi bencana. Konsep adaptasi merujuk pada reaksi jangka panjang terhadap suatu kejadian ekstrim. Respon secara langsung biasa disebut coping. Coping mechanism dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu secara fisik/teknologi, ekonomi, sosial/organisasi, dan budaya/cultural (Twigg, 2004). Secara budaya lebih ditujukan pada upaya tradisi masyarakat dalam menangani bencana. Sedangkan adaptasi dapat dibedakan dalam perilaku dan fisik/struktural. Dari teori adaptasi ini akan dikaji strategi masyarakat pesisir Kecamatan Kragan dalam menyikapi abrasi dan gelombang pasang.
1.2.
Pertanyaan penelitian Bagaimana strategi masyarakat dalam menghadapi resiko abrasi dan
gelombang pasang di Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang?
1.3.
Tujuan Penelitian
Tabel 1.2. Tujuan Penelitian No. Tujuan Umum 1. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap ancaman bahaya pesisir di Kecamatan Kragan.
Tujuan Khusus 1. Identifikasi persepsi kognisi 2. Identifikasi persepsi afeksi 3. Identifikasi persepsi konasi
2.
Mengidentifikasi coping masyarakat terhadap ancaman bahaya pesisir di Kecamatan Kragan.
1. Identifikasi jenis coping. 2. Identifikasi kondisi sosial ekonomi masyarakat terhadap pilihan coping.
3
Mengidentifikasi adaptasi masyarakat terhadap ancaman bahaya pesisir di Kecamatan Kragan.
1. Identifikasi jenis adaptasi 2. Identifikasi kondisi sosial ekonomi masyarakat terhadap pilihan adaptasi
6
1.4.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian bagi bidang keilmuan untuk menambah wawasan
keilmuan, khususnya mengenai lingkungan yang rentan terhadap bahaya pesisir. Bagi bidang perencanaan dapat menjadi bahan gambaran bagaimana pengelolaan lingkungan secara seimbang dengan memperhatikan persepsi dan respon masyarakat dalam perencanaan pembangunan, terutama kawasan pesisir.
1.5.
Batasan Penelitian Ruang lingkup penelitian dibatasi pada strategi masyarakat dalam
menghadapi abrasi dan gelombang pasang, yang dinilai dari persepsi dan respon masyarakat pesisir Kecamatan Kragan. Strategi dilihat baik dalam persepsi masyarakat, respon dan coping, serta adaptasi masyarakat. Respon merupakan reaksi yang dipengaruhi oleh persepsi. Terkait dengan upaya penanggulangan ancaman, respon secara langsung dapat disebut coping. Coping dapat dilihat dari aspek fisik/teknologi, sosial/organisasi dan ekonomi. Adaptasi dapat dilihat dari aspek perilaku dan aspek stuktural/lingkungan. Penilaian persepsi, coping dan adaptasi masyarakat ini dibatasi pada keterkaitan dengan aspek sosial masyarakat, yaitu pada desa nelayan dan desa non – nelayan.
1.6.
Keaslian Penelitian Penelitian mengenai strategi masyarakat terhadap abrasi dan gelombang
pasang masih jarang dilakukan. Selama ini penelitian di kawasan pesisir beserta potensi bencananya lebih mengkaji pada bahaya banjir rob dengan penanganan
7
dan adaptasinya. Beberapa penelitian lain memiliki fokus, lokus dan modus berbeda. Yang membedakan dengan penelitian sebelumnya yaitu pada fokus, adanya identifikasi resiko untuk mendukung upaya pemilihan adaptasi masyarakat. Pada lokus, membagi secara spasial berdasarkan penggunaan lahannya. Perbandingan penelitian yang telah dilakukan dengan tema adaptasi terhadap abrasi dan gelombang pasang disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 1.3. Keaslian Penelitian Peneliti Judul
Ian Gilang Dewangga (2011) Mitigasi dan Adaptasi Masyarakat terhadap Dampak Erosi Pantai di Kawasan Kepesisiran Kabupaten Jepara
Tujuan - mengetahui dampak
Maria Theresia Firmina Baru (2011) Persepsi dan Strategi Adaptasi Masyarakat Pesisir Selatan Kota Ende Dalam Menghadapi Dampak dari Gelombang Pasang Air Laut
- mengetahui pemahaman dan Persepsi masyarakat mengenai banjir pesisir dan abrasi - mengidentifikasi dampak - mengetahui strategi adaptasi masyarakat terhadap banjir pesisir dan abrasi - mengetahui kebijakan pemerintah dalam pengelolaan bencana pesisir Metode - proses digitasi on- - survey dan interview screen dan overlay - sampling purposive citra Quickbird - wawancara dan observasi erosi - mengetahui bentuk mitigasi masyarakat dan pemerintah baik secara structural maupun non structural - mengetahui bentuk strategi adaptasi masyarakat di pesisir Kabupaten Jepara
Fittri Yani Sumirat (2015) Strategi Masyarakat dalam Menghadapi Abrasi dan Gelombang Pasang di Pesisir Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang Mengidentifikasi ancaman dan resiko bahaya pesisir, mengetahui persepsi, coping dan respon masyarakat terhadap ancaman bahaya pesisir
- deduktif kuantitatifkualitatif, dengan kuesioner, wawancara dan observasi. - Sampling purposive
8
1.7.
Kerangka Alur Penelitian Penelitian ini dilatarbelakangi permasalahan lingkungan pesisir dan
adaptasi yang dialami masyarakat. Tujuannya selain menggali strategi masyarakat melalui persepsi dan respon terhadap kejadian abrasi dan gelombang pasang, juga dapat memberi rekomendasi apakah adaptasi yang dilakukan tersebut sesuai dengan kondisi lingkungannya. Kerangka alur penelitian sebagaimana gambar berikut :
Studi Literatur
Pesisir Kecamatan Kragan
- Persepsi terhadap bencana - Respon terhadap bencana
Ancaman bahaya pesisir - Abrasi & Akresi - Gelombang Pasang
Analisis Data
Pengumpulan Data
Adaptasi
Masyarakat
Tokoh Masyarakat
Kondisi Lapangan
Wawancara
Observasi
Sampling Purposive Kuesioner Analisis Statistik
Analisis Kualitatif
Deskriptif Kuantitatif
Deskriptif Kualitatif Kesimpulan dan Rekomendasi
Gambar 1.4 : Kerangka Alur Penelitian