BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Insidensi fraktur collum femur meningkat sejalan dengan meningkatnya usia; insidensi tertinggi terjadi pada usia antara 70 – 80 tahun. Fraktur ini terjadi lebih sering pada wanita dibandingkan dengan laki-laki, yakni dengan rasio sekitar 5 : 1. Hal ini dikarenakan populasi wanita yang lebih banyak pada usia tersebut dan juga karena arsitektur dari upper end of femur sehubungan dengan osteoporosis dimana prevalensinya lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki. Lesi ini jarang terjadi pada orang yang menderita osteoarthritis pada panggulnya. Markey melaporkan bahwa fraktur collum femur mencapai 5-10% dari semua kejadian stress fracture. Stress fracture collum femur adalah fraktur yang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi dapat mengakibatkan masalah yang serius. Tentunya di kelompok atlet, seperti pelari jarak jauh yang tiba-tiba mengubah atau menambah aktivitasnya, akan mempunyai prevalensi yang lebih besar terhadap terjadinya stress fracture dari collum femur ini dibandingkan dengan populasi lainnya. Plancher dan Donshik juga melaporkan rata-rata angka prevalensinya sekitar 10% untuk fraktur corpus femur ipsilateral, dimana sebanyak 30% tidak diketahui pada awal terjadinya. Menurut Koval dan Zuckerman, angka kejadian fraktur collum femur di Amerika Serikat adalah sebesar 63.3 kasus per 100.000 orang per tahun untuk wanita dan 27.7 kasus per 100.000 orang per tahun untuk pria. 1
2
Sejak ditemukan prosedur internal fixation, angka mortalitas yang awalnya mencapai 60-85% telah berkurang hingga 8-10%; dengan demikian, angka morbiditas meningkat tajam sampai 30%, yang mengindikasikan bahwa internal fixation merupakan prosedur lifesaving. Kematian jarang terjadi karena fraktur ini, tetapi terdapat beberapa gangguan medis yang mempengaruhi orang-orang pada usia yang lebih lanjut ini, seperti gangguan jantung, penyakit paru, diabetes mellitus, trombosis serebral, hipertensi, dan demensia senilis.
Collum femur merupakan lokasi fraktur tersering yang banyak terjadi pada orang lanjut usia. fraktur ini banyak terjadi pada orang ras Kaukasia, wanita lebih sering dari pada pria, usia dekade ketujuh dan kedelapan, dan pada orang yang menderita osteoporosis. Oleh karena itu, tingkat insidensi fraktur collum femur dapat dijadikan sebagai salah satu parameter tingkat insidensi osteoporosis di suatu negara. Faktor resiko lainnya ialah adanya penyakit yang mengakibatkan kelemahan atau penurunan kekuatan pada tulang, seperti osteomalasia, diabetes mellitus, stroke, dan konsumsi alkohol. Selain itu, orang lanjut usia sering kali memiliki otot-otot yang lebih lemah dan keseimbangan yang kurang baik sehingga memiliki tendensi yang lebih tinggi untuk jatuh yang mungkin mengakibatkan fraktur collum femur ini.
Adanya hubungan antara fraktur collum femur dengan hilangnya massa tulang akibat osteoporosis post menopause meningkatkan usaha screening untuk osteoporosis sebagai salah satu bentuk pencegahan terjadinya fraktur tersebut.
3
Sebaliknya, trauma ini sangat jarang ditemukan pada orang-orang dengan massa tulang yang tinggi, seperti pada orang yang menderita osteoartritis.
Fraktur collum femur juga lebih jarang ditemukan pada orang-orang ras Negroid, dibandingkan dengan orang Kaukasia dan Asia. Alasan rendahnya tingkat insidensi pada orang Negroid belum sepenuhnya diketahui. Namun, ada berbagai hipotesis untuk menjelaskan hal tersebut, yakni karena massa tulang orang Negroid lebih tinggi, tingkat kehilangan massa tulang setelah menopause yang lebih lambat, dan adanya perbedaan struktur tulang dibandingkan orang Kaukasia.
Tingkat kejadian fraktur collum femur diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dalam 30 tahun ke depan. Hal ini terjadi sebagai akibat semakin meningkatnya angka harapan hidup, khususnya hingga di atas usia 65 tahun yang juga semakin meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis. Oleh karena itu, saat ini usaha pencegahan yang efektif dan efisien terus dikembangkan mengingat tingginya beban ekonomi yang akan ditimbulkan untuk terapi, rehabilitasi, dan penanganan lebih lanjut bagi para penderitanya.
4
1.2. Rumusan Masalah Penelitian Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Apakah faktor resiko terhadap angka kejadian fraktur collum femur pada pasien yang berobat di RSUP dr. Sardjito sama dengan laporan yang didapatkan oleh penelitian sejenis yang dilakukan di lain tempat ?
2.
Apakah hasil penelitian ini akan dapat dijadikan acuan yang benar mengingat adanya perbedaan karakteristik dari setiap individu meliputi faktor internal dan ekstenal
pasien jika dibandingkan dengan penelitian serupa yang sudah
dilakukan mengingat banyaknya perbedaan yang didapat oleh pasien. 3.
Apakah hasil penelitian akan bermanfaat untuk menjelaskan secara umum akan faktor resiko yang menyebabkan angka kejadian fraktur collum femur sehingga dapat diaplikasikan pada masyarakat sehingga dapat menurunkan angka kejadian tersebut
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor faktor resiko apa saja yang mempengaruhi angka kejadian fraktur collum femur di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
5
Tujuan Khusus Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya fraktur collum femur sehingga dapat menekan angka kejadian dan fraktur collum femur di daerah Istimewa Yogyakarta
1.4.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan untuk menjadi bagian dari rangkaian penelitian
lebih lanjut untuk masa yang akan datang, dengan adanya pemahaman terhadap faktor resiko tersebut diharapkan adanya tindakan tindakan intervensi terkait angka kejadian fraktur collum femur sehingga pencegahan dini dapat dilakukan dan secara tidak langsung akan dapat meningkatkan angka kualitas dan harapan hidup di Indonesia.
1.5.
Keaslian Penelitian Berdasarkan kepustakaan peneliti belum ada yang melakukan penelitian
tentang faktor resiko fraktur collum femur di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan di provinsi Yogyakarta.