1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kematian janin dalam kandungan merupakan salah satu masalah yang ditemukan pada saat hamil, keadaan ini dapat mengancam nyawa ibu. Kematian janin dalam kandungan apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan ancaman bagi nyawa ibu. Biasanya ini terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada trimester kedua (Chandra, 2010). Kematian perinatal (lahir mati dan kematian neonates) terjadi dalam 1% kehamilan. Diperkirakan bahwa 10-25% kehamilan berakhir sebelum mencapai 28 minggu. Kematian janin sebelum persalinan dimulai mungkin terdiagnosis ketika sang ibu tidak merasakan gerakan janinya lagi atau gejala-gejala kehamilan meredup, yang pertama lebih sering di jumpai. Kematian janin dalam kandungan/intra uterine fetal deadth (IUFD), merupakan keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadht (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu. Kematian maternal dan perinatal merupakan masalah besar, khususnya di Negara berkembang sekitar 98-99%, sedangkan Negara maju hanya 1-2%.
1
2
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008 kematian perinatal adalah 400 per 100.000 orang atau sekitar 200.000 ribu orang pertahun sehingga kematian perinatal terjadi 1,2-1,5 menit. Kematian perinatal di Indonesia adalah yang tertinggi diantara Negara-negara Association South Of East Nation (ASEAN) kejadian sekitar 15 kali di malaysia (Manuba, 2008). Angka kematian perinatal (AKP) di Indonesia belum diketahui pasti karena belum ada penelitian menyeluruh mengenai hal ini. Diperkirakan AKP di rumah sakit berkisar antara 77,3 sampai 137,7 per 1000 kelahiran hidup. Angka-angka tersebut akan lebih tinggi dari pada kenyataan sebenarnya karena rumah sakit sebagai referral hospital untuk daerahnya menampung kasus-kasus dalam keadaan darurat. (Wiknjosastro H, 2005) Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi terdapat sedikitnya 3483 kasus kematian janin dari 119437 kelahiran hidup. (DinKes Provinsi, 2008). Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati. Sebagian besar informasi yang mendasari terjadinya penyebab IUFD diperoleh dari audit perinatal. Beberapa studi melaporkan penyebab spesifik IUFD, yaitu Intrauterine Growth Restriction (IUGR), penyakit medis maternal, kelainan kromosom dan kelainan kongenital janin, komplikasi plasenta dan tali pusat, infeksi, dan penyebab lain yang tidak dapat dijelaskan (Mochtar, 2004).
3
Penyebab kematian pada janin dalam kasus ini, kemungkinan besar akibat dari faktor maternal, dimana usia ibu yang terlalu tua (> 35 tahun) (Sarah and Mcdonald, 2007). Edukasi pada pasien ini ialah penjelasan mengenai program KB dan memotivasi ibu untuk mengikutinya, mengingat sudah memiliki anak 2 dan usia. Berdasarkan survey awal yang telah diperoleh penelitian di Puskesmas Kampung Paya di peroleh data yang mengalami kematian janin dalam kandungan sebanyak 10%, hal ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan penyebab kematian janin dalam kandungan. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian janin dalam kandungan. Gawat janin merupakan suatu keadaan bahaya yang relative dari janin yang secara serius, yang mengancam kesehatan janin. Gawat janin (Fetal Distress) juga umum digunakan untuk menjelaskan kondisi hipoksia yang bila tidak dilakukan penyelamatan akan berakibat kerusakan atau kematian janin dalam kandungan (Manuba, 2005). Posterm merupakan kehamilan yang berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan ini dikatakan kehamilan lewat waktu (Asuhan Persalinan Normal, 2010). Status ekonomi juga menyebabkan kematian janin dalam kandungan, beberapa ahli juga menyimpulkan bahwa wanita dengan keadaan status ekonomi yang lebih baik akan jarang menderita kematian janin dalam kandungan (Nuwoso, 2006).
4
Pengetahuan merupakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah mendapat informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki (Nursalam, 2003). Pekerjaan merupakan sesuatu yang menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan atau keuangan, baik bekerja ataupun tidak. Pekerja adalah suatu yang dilakukan untuk mencari atau mendapatkan nafkah (Hardywinoto, 2011)
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam Penelitian ini adalah “faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian janin dalam kandungan (intra uterine fetal death/iufd) di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan Tahun 2014”.
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan 2014. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Apakah gawat janin berhubungan dengan kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan. 2. Apakah postterm berhubungan dengan kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan.
5
3. Apakah status ekonomi berhubungan dengan kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan. 4. Apakah pengetahuan berhubungan dengan kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan. 5. Apakah pekerjaan berhubungan dengan kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti Sebagai titik tolak dalam menerapkan proses berfikir ilmiah dalam memahami dan menganalisis suatu masalah dalam hal ini adalah berapa jumlah penyebab kematian janin dalam kandungan. 1.4.2. Bagi Institusi Menambah
bahan
informasi
yang
dapat
dijadikan
referensi
bagi
pengembangan ilmu atau penelitian lebih lanjut bagi yang membutuhkannya khususnya tentang kematian janin dalam kandungan. 1.4.3. Bagi Puskesmas Merupakan informasi bagi badan pelayanan kesehatan Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan mengenai berapa jumlah penyebab kematian janin dalam kandungan sehingga dapat dijadikan landasan dalam upaya menurunkan angka kematian janin dalam kandungan.
6
1.4.4. Bagi Akademi Kebidanan Audi Husada Bagi Akademi Kebidanan Audi Husada untuk mengetahui dan lebih memahami tentang faktor-faktor penyebab kematian janin dalam kandungan. Sebagai sumber informasi mengenai kematian janin dalam kandungan. Dapat juga digunakan sebagai tambahan referensi di perpustakaan Akademi Kebidanan Audi Husada Medan.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kematian Janin dalam Kandungan (KJDK) 2.1.1. Pengertian KJDK
Kematian janin adalah kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada trimester kedua. Jika terjadi pada trimester pertama disebut keguguran atau abortus. Jika janin sudah meninggal di dalam kandungan maka rahim tidak akan membesar lagi, pembesarannya akan berhenti sesuai dengan usia kehamilan saat janin meninggal (Nelwan, 2009).
2.2. Faktor-faktor Penyebab Kematian Janin dalam Kandungan 2.2.1. Faktor Gawat Janin Gawat janin menunjukkan suatu keadaan bahaya yang relative dari janin yang secara serius, yang mengancam kesehatan janin. Istilah gawat janin (fetal distress) terlalu luas dan kurang tepat menggambarkan situasi klinis. Gawat janin juga umum digunakan untuk menjelaskan kondisi hipoksia yang bila tidak dilakukan penyelamatan akan berakibat buruk yaitu menyebabkan kerusakan atau kematian janin jika tidak diatasi secepatnya atau janin secepatnya dilahirkan. Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima oksigen cukup, sehingga mengalami hipoksia. Secara luas istilah gawat janin telah banyak dipergunakan, tapi didefinisi istilah ini sangat miskin. Istilah ini biasanya menandakan kekhawatiran obstetrik tentang keadaan janin, yang kemudian berakhir dengan seksio secarea atau
7
8
persalinan buatan lainnya. Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin (DJJ). Dan memeriksa kemungkinan adanya mekonium didalam cairan amnion. Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila ditemukan mekonium, menandakan hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut sering kali tidak dibenarkan. Misalnya, takikardi janin dapat disebabkan bukan hanya oleh hipoksia dan asidosis, tapi juga oleh hipotemia, sekunder dari infeksi intra uterin. Keadaan tersebut biasanya tidak berhubungan dengan hipoksia janin atau asidosis. Sebaliknya, bila DJJ normal, adanya mekonium dalam cairan amnion tidak berkaitan dengan meningkatnya insidensi asidosis janin. Disebut gawat janin bila ditemukan denyut jantung janin di atas 160/menit atau dibawah 100/menit, denyut jantung tidak teratur, atau keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan. Kegawatan yang kronik dapat timbul setelah suatu periode waktu yang panjang selama periode antenatal bila status fisiologis dari unit ibu-janin-plasenta yang ideal dan normal terganggu. Hal ini dapat dipantau melalui evaluasi dari pertumbuhan janin intra uteri, keadaan biofisikal janin, cordosintesis, dan velosimetri Doppler. (springer) Gawat janin akut disebabkan oleh suatu kejadian yang tiba-tiba yang mempengaruhi oksigenasi janin. Gawat janin selama persalinan menunjukkan hipoksia (kurang oksigen) pada janin. Tanpa oksigen yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan variabilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi (perlambatan) lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap, glikolisis (pemecahan glukosa) anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH janin yang menurun.
9
Sebagian besar diagnosis gawat janin didasarkan pada pola frekuensi denyut jantung. Penilaian janin ini adalah penilaian klinis yang sarna sekali subyektif dan pastilah memiliki kelemahan dan harus diakui demikian. Salah satu penjelasannya adalah bahwa pola-pola ini lebih merupakan cerminan fisiologi daripada patologi janin. Pengendalian frekuensi denyut jantung secara fisiologis terdiri atas beragam mekanisme yang saling berkaitan dan bergantung pada aliran darah serta oksigenasi. Selain itu, aktivitas mekanisme-mekanisme pengendali ini dipengaruhi keadaan oksigenasi janin sebelumnya, seperti tampak pada insufisiensi plasenta kronik, sebagai contoh. Yang juga penting, jika janin menekan tali pusat, tempat aliran darah terus menerus mengalami gangguan. Selain itu, persalinan normal adalah proses yang menyebabkan janin mengalami asidemia yang semakin meningkat (Rogers dkk., 2005). Dengan demikian, persalinan normal adalah suatu proses saat janin mengalami serangan hipoksia berulang yang menyebabkan asidemia yang tidak terelakkan. Dengan kata lain, dan dengan beranggapan bahwa “asfiksia” dapat didefinisikan sebagai hipoksia yang menyebabkan asidemia, persalinan normal adalah suatu proses yang menyebabkan janin mengalami asfiksia. Tanda-tanda gawat janin : 1. Mekonium kental berwarna hijau terdapat di cairan ketuban pada letak kepala. 2. Takikardi/bradikardi/iregularitas dari denyut jantung janin untuk mengetahui adanya tanda-tanda seperti dilakukan pemantauan menggunakan kardiotokografi. 3. Asidosis janin diperiksa dengan cara mengambil sampel darah janin.
10
2.2.2. Penyebab KJDK 1.
Kelainan pasokan plasenta : solutio plasenta, plasenta previa, postterm, prolapsus tali pusat, lilitan tali pusat, pertumbuhan janin terhambat, isufisiensi plasenta
2.
Kelainan arus darah plasenta : hipotensi ibu, hipertensi, kontraksi hipertonik,
3.
Saturasi oksigen ibu berkurang: hipoventilasi, hipoksia, penyakit jantung.
4.
Gejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya gerakan janin. Ibu dapat melakukan deteksi dini dari gawat janin ini, dengan cara menghitung jumlah tendangan janin/ ’kick count’. Janin harus bergerak minimal 10 gerakan dari saat makan pagi sampai dengan makan siang. Bila jumlah minimal sebanyak 10 gerakan janin sudah tercapai, ibu tidak harus menghitung lagi sampai hari berikutnya. Hal ini dapat dilakukan oleh semua ibu hamil, tapi penghitungan gerakan ini terutama diminta untuk dilakukan oleh ibu yang beresiko terhadap gawat janin atau ibu yang mengeluh terdapat pengurangan gerakan janin. Bila ternyata tidak tercapai jumlah minimal sebanyak 10 gerakan maka ibu segera datang ke Rumah Sakit atau pusat kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Bila pasokan oksigen dan nutrisi berkurang, maka janin akan mengalami
retardasi organ bahkan risiko asidosis dan kematian. Bermula dari upaya redistribusi aliran darah yang akan ditujukan pada organ penting seperti otak dan jantung dengan mengorbankan visera (hepar dan ginjal). Hal ini tampak dari volume cairan amnion yang berkurang (oligohidramnion). Bradikardia yang terjadi merupakan mekanisme
11
dari jantung dalam bereaksi dari baroreseptor akibat tekanan (misalnya hipertensi pada kompresi tali pusat) atau reaksi kemoreseptor akibat asidemia. 2.2.3. Denyut Jantung Janin (DJJ) 1.
Penelitian menunjukkan bahwa pola frekuensi denyut jantung janin intrapartum pada 898 kehamilan dengan menggunakan suatu sistem klasifikasi yang mereka rancang sendiri. Pola frekuensi denyut jantung janin selarna persalinan sebelum kelahiran diklasifikasikan sebagai “normal”, “stres”, atau “gawat”.
2.
“Gawat” janin didiagnosis pada 8 (1%) rekaman dan 70% diklasifikasikan sebagai “normal”. Hampir sepertiga adalah pola intermediet. Yang digolongkan ke dalam “gawat” janin antara lain tidak adanya variabilitas plus deselerasi larnbat atau deserasi variabel sedang sampai parah atau denyut basal kurang dari 110 dpm selama 5 menit atau lebih. Hasil akhir seperti seksio sesarea, asidemia janin, dan rawat inap di ruang perawatan intensif secara bermakna berkaitan dengan pola frekuensi denyut jantung janin.
3.
Penelitian terkini menemukan bukti bahwa beberapa kombinasi pola frekuensi denyut jantung janin dapat digunakan untuk mengidentifikasi janin normal dan abnormal parah. Pola gawat janin yang sejati tampaknya berupa tidak adanya variabilitas denyut-demi-denyut disertai deselerasi berat atau perubahan frekuensi basal persisten atau keduanya. Salah satu penjelasan mengapa manfaat pemantauan frekuensi denyut jantung sulit dibuktikan secara ilmiah adalah gawat janin semacam itu jarang terjadi sehingga sulit dilakukan uji klinis yang sah.
12
4.
Pemantauan dan pencatatan denyut jantung janin yang segera dan kontinyu dalam hubungan dengan kontraksi uterus memberikan sutu penilaian kesehatan janin yang sangat membantu selama persalinan. Akselerasi periodik pada gerakan janin merupakan keterangan dari reaktifitas janin yang normal.
2.2.4. Tanda dan Gejala Gawat Janin 1.
Bradikardi. Denyut jantung janin kurang dari 120 denyut per menit.
2.
Takikardi. Kecepatan denyut jantung janin yang memanjang (>160) dapat dihubungkan dengan demam pada ibu yang sekunder terhadap infeksi intrauterine. Prematuritas atropine juga dihubungkan dengan denyut jantung janin yang meningkat.
3.
Variabilitas denyut jantung dasar yang menurun. Yang berarti depresi system saraf otonom janin oleh medikasi ibu (atropine, skopolamin, diazepam, fenobarbital, magnesium dan analgesic narkotik).
4.
Pola deselerasi. Deselerasi lanjut menunjukkan hipoksia janin yang disebabkan oleh insufisiensi uteriplasenter. Deselerasi yang bervariasi tidak berhubungan dengan kontraksi uterus adalah lebih sering dan muncul untuk menunjukkan kompresi sementara waktu saja dari pembuluh darah umbilicus. Peringatan tentang peningkatan hipoksia janin adalah deselerasi lanjut, penurunan atau tiadanya variabilitas, bradikardia yang menetap dan pola gelombang sinus
2.2.5. Pemeriksaan pH Darah Janin 1.
Contoh darah janin memberikan informasi yang objektif tentang status asam basa janin. Pemantauan janin secara elektronik dapat menjadi begitu sensitive
13
terhadap perubahan-perubahan dalam denyut jantung janin dimana gawat janin dapat diduga bahkan bila janin itu dalam keadaan sehat dan hanya memberi reaksi terhadap stress dari kontraksi uterus selama persalinan. Oleh karena itu, pengukuran pH kapiler janin dikombinasikan dengan pemantauan denyut jantung janin memberikan informasi kesehatan janin yang dapat dipercaya dibandingkan jika hanya melakukan pemantauan denyut jantung janin saja. 2.
Pengambilan contoh darah janin diindikasikan bilamana pola denyut jantung janin abnormal atau kacau. Jika pH kulit kepala yang lebih besar dari 7,25, hal ini menandakan pH normal. Sedangkan pH kulit kepala yang kurang dari 7,20 menandakan hipoksia janin dengan asidosis. Jika hal ini terdeteksi maka persiapan kelahiran segera dilakukan. Sksiosesaria dianjurkan, kecuali jika kelahiran pervaginam sudah dekat.
2.2.6. Penanganan Terkini 1.
Pasien dibaringkan miring ke kiri, agar sirkulasi janin dan pembawaan oksigen dari ibu ke janin lebih lancar.
2.
Berikan oksigen sebagai antisipasi terjadinya hipoksia janin.
3.
Hentikan infuse oksitosin jika sedang diberikan infuse oksitosin, karena dapat mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus yang berlanjut dan meningkat dengan resiko hipoksis janin.
4.
Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah penanganan yang sesuai.
14
5.
Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab gawat janin.
6.
Bebaskan setiap kompresi tali pusat.
7.
Perbaiki aliran darah uteroplasenter.
8.
Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera merupakan indikasi.
9.
Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominam) didasarkan pada faktorfaktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetrik pasien dan jalannya persalinan.
2.2.7. Penatalaksanaan 1.
Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Perubahan dalam posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.
2.
Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.
3.
Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu curahan darah ke ruang intervilli.
4.
Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 % berbanding larutan laktat. Transfusi darah dapat di indikasikan pada syok hemoragik.
5.
Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan perjalanan persalinan.
15
6.
Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi risiko aspirasi mekonium. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari mekonium dengan kateter pengisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan mekonium dengan pipa endotrakeal.
2.3. Faktor Postterm Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai 42 dan ini merupakan dimana terjadinya persalinan normal. Kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap sebagai postterm atau kehamilan lewat waktu (Asuhan Persalinan Normal, 2010). 2.3.1. Etiologi Faktor yang dikemukakan adalah hormonal yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin kurang. Factor lain menurut Nwoso dan kawan-kawan adalah adanya perbedaan dalam rendahnya kadar cortisol pada darah bayi sehingga disimpulkan kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya his, selain kurangnya air ketuban dan insufiensi plasenta. 2.3.2. Diagnosis 1.
Bila tanggal pertama haid terakhir dicatat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar.
16
2.
Bila wanita tidak tahu, lupa atau tidak ingat,atau sejak melahirkan yang lalu tidak dapat haid terus menjadi hamil, hal ini akan sukar memastikannya. Hanya dengan pemeriksaan antenatal yang teratur dapat diikuti tinggi dan naiknya fundus uteri, mulainya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu diagnosis.
3.
Pemeriksaan berat badan ibu diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu pula lingkaran perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang.
4.
Pemeriksaan rontgenologik dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia, os kuboid, diameter bipariental 9,8 cm atau lebih.
5.
Ulhasonografi : ukuran diameter bipariental, gerakan janin dan jumlah air ketuban.
6.
Pemeriksaan tologik air ketuban : air ketuban diambil dengan amniosentesis baik tranvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan bercampur lemak dari selsel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai 36 minggu ke atas. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan sulfat biru Nil, maka sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga :
7.
a.
Melebihi 0% : kehamilan diatas 36 minggu
b.
Melebihi 50% : kehamilan diatas 39 minggu
Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban menurut warnanya karna dikeruhi mekonium.
8.
Kardiotokografi : mengawasi dan membaca denyut jantung janin, karena insufiensi plasenta.
17
9.
Uji oksitosin (stress test) : yaitu dengan tetes oksitosin, dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.
10. Pemeriksaan kadar striol dalam urin. 11. Pemeriksaan pH darah kepala janin. 12. Pemeriksaan asnitologi vagina. 2.3.3. Tanda-tanda Bayi Postterm 1.
Biasanya lebih berat dari bayi matur
2.
Tulang dan satura kepala lebih keras dari bayi matur
3.
Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
4.
Verniks kaseosa dibadan kurus
5.
Kuku-kuku panjang
6.
Rambut kepala agak tebal
7.
Kulit agak pucat dengan eskuamasei pitel.
2.3.4. Pengaruh terhadap Ibu dan Janin 1.
Terhadap ibu : persalinan postterm dapat menyebabkan distosia karena a.
Aksi uterus tidak terkoordinasi
b.
Janin besar
c.
Moulding (moulage) kepala kurang maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan pendarahan postpartum. Karena itu akan menaiki angka morbiditas dan mortalitas.
18
2.
Terhadap janin : a.
Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu.
b.
Postterm akan menambah bahaya pada janin.
c.
Pengaruh postterm pada janin bervariasi : berat badan janin tetap bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.
2.3.5. Penatalaksanaan 1.
Setelah kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-baiknya.
2.
Apabila tidak ada tanda-tanda insufiensi plasenta, persalinan spontan dapat di tunggu dengan pengawasan ketat.
3.
Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa emniotomi.
4.
Bila disertai riwayat kehamilan yang lalu ada : kematian janin dalam kandungan, hipertensi, preeklamsi dan ini adalah anak pertama karena infertilitas, pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu.
5.
Tindakan operasi seksio sesaria dapat dipertimbangkan pada indikasi : a.
Insufiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b.
Pembukaan belum lengkap, persalinan lama dan terjadi tanda gawat janin
c.
Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, preeklamsi, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
19
6.
Pada persalinan pervagina harus diperhatikan : a.
Bahwa partus lama akan sangat merugikan bayi
b.
Bahwa janin postterm kadang-kadang besar, kemungkinan disproporsi sefalo pelvic dan distosia janin perlu dipertimbangkan
c.
Bahwa janin postterm lebih peka terhadap sedatife dan narkosa oleh karena itu anestesi konduksi paling baik
d.
Bahwa perawatan neonates postterm perlu di bawah pengawasan dokter anak.
2.4. Faktor Status Ekonomi Hal ini sering disampaikan bahwa status ekonomi juga menyebabkan faktor kematian janin dalam kandungan. beberapa ahli menyimpulkan bahwa wanita dengan keadaan status ekonomi yang lebih baik akan lebih jarang menderita kematian janin dalam kandungan. Tanpa mempedulikan hal tersebut, kematian janin dalam kandungan yang di derita oleh wanita dari keluarga mampu tetap saja bisa menjadi berat dan membahayakan nyawa seperti halnya gawat janin yang di derita wanita remaja di daerah kumuh. Tatapi kelompok yang masyarakat miskin biasanya tidak mampu untuk membiayai perawatan kesehatan atau pelayanan kesehatan sebagai mana mestinya. Bahkan orang miskin tidak percaya dan tidak mau menggunakan fasilitas pelayanan medis walaupun tersedia. Merekalah yang rentan mengalami resiko kematian janin dalam kandungan. Pasien yang miskin dengan pemeriksaan
20
antenatal yang kurang atau tidak sama sekali merupakan faktor predisposisi terjadinya kematian janin dalam kandungan.
2.5. Faktor Pengetahuan Menurut Nursalam (2003), bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah mendapat informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Responden yang berpendidikan tinggi akan mudah menyerap informasi sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki lebih tinggi, namun sebaliknya yang berpendidikan rendah akan mengalami hambatan dalam penyerapan informasi sehingga ilmu yang dimiliki juga lebih rendah. Dengan berpendidikan rendah maka wawasan pengetahuan kematian janin dalam kandungan kurang.
2.6. Faktor Pekerjaan Menurut Labor Force Consenpth, yang digolongkan bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan atau keuangan, baik bekerja penuh ataupun tidak. Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari atau mendapatkan nafkah (Hardywinoto, 2011). Ibu hamil yang bekerja akan memilki sedikit waktu memeriksakan kehamilanya karena sibuk dengan pekerjaannya. Sedangkan ibu hamil dianjurkan untuk tidak bekerja terlalu berat untuk menjaga kehamilan ibu sendiri. Pola pekerja ibu hamil berpengaruh terhadap kebutuhan energy. Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan lama bekerja melebihi tiga jam perhari dapat berakibat kelelahan. Kelelahan dalam bekerja berat bisa juga menyebabkan
21
kematian janin. Pekerjaan merupakan suatu yang penting dalam kehidupan, namun pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan kehamilanya, hendaklah dihindari untuk menjaga keselamatan ibu maupun janin (Kompas.com).
2.7
Kerangka Konsep Variabel Independen
Variabel Dependen
1. Gawat janin 2. Postterm Kematian Janin dalam 3. Status ekonomi Kandungan 4. Pengetahuan 5. Pekerjaan
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
2.8. Hipotesis Peneliti 1.
Ada hubungan Gawat janin ibu terhadap resiko kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan.
2.
Ada hubungan postterm ibu terhadap resiko kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan.
3.
Ada hubungan status ekonomi ibu terhadap resiko kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan.
4.
Ada hubungan pengetahuan ibu terhadap resiko kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan.
22
5.
Apakah hubungan pekerjaan ibu terhadap resiko kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan.
23
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan pendekatan cross seefesional yaitu menganalisis yang berhubungan dengan kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan Tahun 2014.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kampung Paya tingginya angka kematian di Puskesmas Kampung Paya, Aceh Selatan. Alasan pengambilan penelitian di tempat tersebut adalah : 1.
Masih kurangnya pengetahuan ibu tentang kematian janin dalam kandungan di Puskesmas kampung paya Aceh selatan 2014.
2.
Peneliti ingin melihat adakah factor-faktor penyebab kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan.
3.
Peneliti perah praktek dan menemukan kasus tersebut sehingga tertarik untuk meneliti di Puskesmas Kampung Paya Aceh selatan
3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Desember tahun 2013 sampai bulan Mei tahun 2014.
23
24
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berada di wilayah kerja puskesmas yang datang berlangsung di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan sebanyak (50 orang ibu hamil). 3.3.2 Sampel Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi dijadikan sebagai sampel ditentukan dengan rumus pengukuran besar sampel menurut Taro Yamane (Notoatmodjo, 2001) yaitu : n=
N 1+ N (d )²
n=
100 1+100 (0,1)²
n=
100 2
n=
50
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas didapatkan sampel sebanyak 50 ibu. Penganmbilan sampel dilakukan secara acak sistematik (systematic random sampling). Untuk mendapat sejumlah sampel, semua anggota populasi dibagi dengan jumlah sampel yang diinginkan. Populasi sebanyak 100 kemudian di bagi dengan 50 sampel, maka intervalnya adalah 100 : 50 = 2, maka yang menjadi sampel
25
adalah setiap kelipatan 2 yaitu 4,6, dan seterusnya hingga diperoleh sebanyak 50 sampel. 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner, memberikan pertanyaan langsung terhadap responden. 3.4.2. Data Sekunder Pengumpulan data skunder dilakukan dengan mengambil data-data dari Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan. 3.5. Definisi Operational 1.
Gawat janin adalah suatu keadaan bahaya yang relatif dari janin yang secara serius, yang mengancam kesehatan janin. Kuesioner : 1. Gawat Janin 2.Tidak Gawat Janin
2.
Posterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai 42 dan ini merupakan dimana terjadinya persalinan normal. Kuesioner : 1. Posterm 2. Tidak Posterm
3.
Status Ekonomi adalah hal ini sering disampaikanbahwa ekonomi juga menyebabkan faktor kematian janin dalam kandungan. Kuesioner : 1. Sudah UMR 2.Tidak UMR
26
4.
Pengetahuaan adalah bisa juga menyebabkan kematian janin dalam kandungan. Kuesioner
: 1. Baik 2. Buruk
5.
Pekerjaan adalah kegiatan ibu yang bersifat tetap untuk menambah penghasilan. Kuesioner : 1. Bekerja 2. Tidak Bekerja
3.6. Aspek Pengukuran Table 3.1. Metode Pengukuran Variabel Penelitian No.
Variabel
1.
Gawat Janin
2.
Posterm
3.
Status Ekonomi
4.
Pengetahuan
5.
Pekerjaan
Cara dan Alat Ukur Wawancara (Kuesioner) Wawancara (Kuesioner) Wawancara (Kuesioner) Wawancara (Kuesioner) Wawancara (Kuesioner)
Skala Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal
Hasil Ukur 1. 2. 1. 2. 1. 2. 1. 2. 1. 2.
Gawat janin Tidak gawat janin Posterm Tidak posterm Sesuai UMR Tidak sesuai UMR Baik Buruk Bekerja Tidak bekerja
3.7. Pengolahan Data dan Analisa Data 3.7.1. Pengolahan Data Langkah-langkah pengolahan data : 1.
Editing Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan kuesioner, apakah jawaban yang ada pada kuesioner sudah.
27
2.
Coding Merupakan kegiatan merubah data dan berbagai huruf menjadi data berbentuk angka bilangan. Kegunaan dari coding adalah mempermudah saat analisis data dan mempercepat saat entry data.
3.
Processing/Entry Setelah isi kuesioner terisi penuh dan juga melewati pengkodean maka langkah selanjutnya memproses data agar dapat dianalisis. Pemerosesan data dilakukan dengan cara mengentri data dari kuesioner ke paket program computer.
4.
Cleaning Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang telah dientri apakah ada kesalahan atau tidak. Kesaalahan tersebut kemungkinan terjadi pada saat klien menegntri ke komputer.
3.7.2. Tehnik Analisa Data 1.
Analisa Univariat Analisa Univariat ini digunakan dengan melihat distribusi frekuensi dari masingmasing variabel dependen (kematian janin dalam kandungan) dan variabel independen (gawat janin, posterm, status ekonomi, pengetahuan, pekerjaan).
2.
Analisa Bivariat Adalah setelah diketahui variabel, maka dilakukan analisis lebih lanjut berupa analisis bivariat, data dari kedua variabel merupakan data kategori, maka uji statistik menggunakan uji chi-square yang bertujuan untuk menguji dan digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian
28
janin dala kandungan. Untuk melihat hubungan antara variabel indevenden dan variabel devenden maka dilakukan uji statistic chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.
29
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan salah satu Puskesmas yang berada di Desa Paya Kecamatan Kluet Utara Aceh Selatan dengan luas 0,5 Ha wilayah adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Timur
: Berbatas dengan sawah
2. Sebelah Barat
: Berbatas dengan jalan kabupaten
3. Sebelah Selatan
: Berbatas dengan sawah
4. Sebelah Utara
: Berbatas dengan rumah penduduk
4.1.2. Fasilitas Gedung Puskesmas Kluet Utara Puskesmas Kluet Utara Aceh Selatan memiliki fasilitas gedung yang terdiri atas : 1. Ruang kamar dokter
: 2 buah
2. Poli gigi
: 1 buah
3. Ruang pemeriksa
: 1 buah
4. Ruang bersalin
: 1 buah
5. Ruang obat
: 1 buah
6. Ruang KIA/KB dan imunisasi
: 1 buah
7. Ruang administrasi
: 1 buah
29
30
8. Ruang tunggu
: 1 buah
9. Kamar mandi
: 3 buah
4.1.3. Jumlah Tenaga Kesehatan Tenaga Medis/Non Medis di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan jumlahnya 41 orang dengan rincian sebagai berikut : 1. Dokter Umum
: 2 orang
2. Dokter Gigi
: 1 orang
3. Bidan
: 12 orang
4. Perawat
: 15 orang
5. Perawat gigi
: 2 orang
6. Apoteker
: 2 orang
7. Konseling
: 3 orang
8. SKM
: 4 orang
4.2. Analisa Univariat Analisis univariat pada penelitian ini meliputi gawat janin, posterm,status ekonomi, pengetahuan, pekerjaan, kematian janin dalam kandungan (KJDK) di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan.
31
4.2.1. Gawat Janin Untuk mengetahui kejadian gawat janin pada kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kluet Utara Aceh Selatan dapat diliahat dalam Tabel 4.1 : Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Gawat Janin di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan No Kejadian Gawat janin f % 1 Gawat janin 24 48,0 2 Tidak Gawat janin 26 52,0 Jumlah 50 100 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kejadian gawat janin pada puskesmas Kluet Utara Aceh Selatan lebih banyak mengalami gawat janin yaitu sebanya 24 orang (48,0%) dan lebih sedikit dengan tidak gawat janin 26 orang (52,0%). 4.2.2. Posterm Untuk melihat kejadian posterm di Puskesmas Kampung paya Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel 4.2 : Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Posterm di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan No Kejadian Posterm 1 Posterm 2 Tidak posterm Jumlah
f 26 24 50
% 52,0 48,0 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kejadian posterm pada puskesmas Kluet Utara Aceh Selatan lebih banyak mengalami posterm yaitu sebanya 26 orang (52,0%) dan lebih sedikit dengan tidak posterm 24 orang (48,0%).
32
4.2.3. Status Ekonomi Untuk melihat status ekonomi di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel 4.3 : Tabel 4.3. Distibusi Frekuensi Status Ekonomi di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan No Kejadian Status Ekonomi 1 Sesuai UMR 2 Tidak sesuai UMR Jumlah
f 22 28 50
% 44,0 56,0 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa status ekonomi pada puskesmas Kluet Utara Aceh Selatan lebih banyak mengalami sesuai UMR yaitu sebanya 22 orang (44,0%) dan lebih sedikit dengan tidak sesuai UMR 24 orang (56,0%). 4.2.4. Pengetahuan Untuk melihat pengetahuan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel 4.4 : Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan No Kejadikan Pengetahuan 1 Baik 2 Buruk Jumlah
f 24 26 50
% 48,0 52,0 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pengetahuan pada puskesmas Kluet Utara Aceh Selatan lebih banyak mengalami baik yaitu sebanya 24 orang (48,0%) dan lebih sedikit dengan buruk 26 orang (52,0%).
33
4.2.5. Pekerjaan Untuk melihat pekerjaan di Puskesmas Kampung paya Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel 4.5 : Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pekerjaan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan No Pekerjaan 1 Bekerja 2 Tidak bekerja Jumlah
f 22 28 50
% 44,0 56,0 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pekerjaan pada puskesmas Kluet Utara Aceh Selatan lebih banyak melakukan pekerjaan yaitu sebanya 22 orang (44,0%) dan lebih sedikit dengan tidak melakukan pekerjaan 28 orang (56,0%).
4.3. Analisa Bivariat Analisa bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan Gawat janin, Posterm, Status ekonomi, Pengetahuan, Pekerjaan dengan kematian janin dalam kandungan. 4.3.1. Hubungan Gawat Janin dengan Kematian Janin dalam Kandungan Untuk melihat hubungan Gawat janin dengan kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan dapat dilihat pada Tabel 4.4 :
34
Tabel 4.6. Distribusi Hubungan Gawat Janin dengan Kematian Janin dalam Kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan Kematian Janin dalam Kandungan Gawat Janin Resiko Tidak resiko n % n % Gawat janin 16 66,6 8 33,3 Tidak Gawat 7 26,9 19 73,0 janin
No 1. 2.
Total n 24 26
Nilai p
% 100 100
0,05
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 24 Gawat janin yang mengalami 16 orang (66,6%) beresiko kematian dan responden tetapi yang tidak beresiko sebanyak 8 orang (26,9%), sedangkan dari 26 orang yang
beresiko
sebanyak 7 orang (26,9%) dan responden tetapi tidak beresiko sebanyak 19 orang (73,0%). Hasil uji bivariat dengan Uji Chi-square diperoleh dengan nilai p= 0,05 < 0,05 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Gawat janin berhubungan dengan kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan. 4.3.2. Hubungan Posterm dengan Kematian Janin dalam Kandungan Untuk melihat hubungan posterm dengan kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan dapat dilihat pada table 4.5 Table 4.7. Distribusi Hubungan Posterm dengan Kematian Janin dalam Kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan
No 1 2
Posterm Posterm Tidak posterm
Kematian Janin Dalam Kandungan Resiko Tidak resiko n % n % 17 65,3 9 34,6 6 25,0 18 75,0
Total % n 26 24
100 100
Nilai p 0,04
35
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 26 Posterm yang mengalami 17 orang (65,3%) beresiko kematian dan responden tetapi yang tidak beresiko sebanyak 9 orang (34,6%), sedangkan dari 24 orang yang beresiko sebanyak 6 orang (25,0%) dan responden tetapi tidak beresiko sebanyak 18 orang (75,0%). Hasil uji bivariat dengan Uji Chi-square diperoleh dengan nilai p= 0,04 < 0,05 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Posterm berhubungan dengan kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan. 4.3.3. Hubungan Status Ekonomi dengan Kematian Janin dalam Kandungan Untuk melihat hubungan status ekonomi dengan kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan dapat dilihat pada table 4.6 : Table 4.8. Distribusi Hubungan Status ekonomi dengan Kematian Janin dalam Kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan
No
Status Ekonomi
1. 2.
Sesuai UMR Tidak Sesuai UMR
Kematian Janin dalam Kandungan Resiko Tidak resiko n % n % 15 68,1 7 31,8 8 28,5 20 71,4
Total n 22 28
% 100 100
Nilai p 0,05
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 22 status ekonomi yang mengalami 15 orang (68,1%) beresiko kematian dan responden tetapi yang tidak beresiko sebanyak 7 orang (31,8%), sedangkan dari 28 orang yang
beresiko
sebanyak 8 orang (28,5%) dan responden tetapi tidak beresiko sebanyak 20 orang (71,4%).
36
Hasil uji bivariat dengan Uji Chi-square diperoleh dengan nilai p= 0,05 < 0,06 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa status ekonomi berhubungan dengan kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan. 4.3.4. Hubungan Pengetahuan dengan Kematian Janin dalam Kandungan Untuk melihat hubungan pengetahuan dengan kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan dapat dilihat pada table 4.7 : Table 4.9. Distribusi Hubungan Pengetahuan dengan Kematian Janin dalam Kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan
No
Pengetahuan
1. 2.
Baik Buruk
Kematian Janin dalam Kandungan Resiko Tidak Resiko n % n % 6 25,0 18 75,0 17 65,3 9 34,6
Total n 24 26
Nilai p
% 100 100
0,04
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 24 pengetahuan yang mengalami 6 orang (25,0%) beresiko kematian dan responden tetapi yang tidak beresiko sebanyak 18 orang (75,0%), sedangkan dari 26 orang yang
beresiko
sebanyak 17 orang (65,3%) dan responden tetapi tidak beresiko sebanyak 9 orang (34,6%). Hasil uji bivariat dengan Uji Chi-square diperoleh dengan nilai p= 0,04 < 0,05 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Pengetahuan berhubungan dengan kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan.
37
4.3.5. Hubungan Pekerjaan dengan Kematian Janin dalam Kandungan Untuk melihat hubungan pekerjaan dengan kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan dapat dilihat pada table 4.8 Tabel 4.10. Distribusi Hubungan Pekerjaan dengan Kematian Janin dalam Kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan
No 1. 2.
Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja
Kematian Janin dalam Kandungan Resiko Tidak Resiko n % n % 15 68,1 7 31,8 8 28,5 20 71,4
Total n 22 28
Nilai p
% 100 100
0,05
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 22 pekerjaan yang mengalami 15 orang (68,1%) beresiko kematian dan responden tetapi yang tidak beresiko sebanyak 7 orang (31,8%), sedangkan dari 28 orang yang
beresiko
sebanyak 8 orang (28,5%) dan responden tetapi tidak beresiko sebanyak 20 orang (71,4%). Hasil uji bivariat dengan Uji Chi-square diperoleh dengan nilai p= 0,05 < 0,06 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan berhubungan dengan kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan.
38
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Faktor Gawat Janin dengan Kematian Janin dalam Kandungan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa gawat janin memiliki resiko kematian janin dlam kandungan sebanyak 66,6% sedangkan tidak gawat janin tidak memiliki resiko terhadap kematian 33,3%. Hasil pengujian dengan Uji Chi-square didapat nilai p sebesar 0,05 (p < 0,05) maka secara statistic terdapat hubungan yang signitifkan antara asfiksia dengan kematian janin dalam kandungan. Maka semakin kecil nilai pada gawat janin maka semakin banyak yang mengalami gawat janin. Gawat janin lebih sedikit beresiko terhadap kematian yang berjumlah 26,9%, sedangkan yang tidak beresiko terhadap kematian janin dalam kandungan berjumlah 73,0%, hal ini di karenakan kehamilan segera di tindak lanjutin oleh tenaga kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rogers dkk (2005) bahwa Gawat janin menunjukkan suatu keadaan bahaya yang relative dari janin yang secara serius, yang mengancam kesehatan janin. Istilah gawat janin (fetal distress) terlalu luas dan kurang tepat menggambarkan situasi klinis. Gawat janin juga umum digunakan untuk menjelaskan kondisi hipoksia yang bila tidak dilakukan penyelamatan akan berakibat buruk yaitu menyebabkan kerusakan atau kematian janin jika tidak diatasi secepatnya atau janin secepatnya dilahirkan.
38
39
Hal ini juga dibenarkan dengan penelitian yang telah dilakukan Ella bahwa 55.000 kelahiran hidup setiap tahunnya, 500 bayi mengalami kematian janin dalam kandungan dan kematian tersebut diakibatkan oleh gawat janin.
5.2. Faktor Posterm dengan Kematian Janin dalam Kandungan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian posterm menyebabkan kematian janin dalam kandungan dengan jumlah sebanyak 65,3%, sedangkan kejadian posterm yang tidak menyebabkan kematian yang berjumlah 34,6 %. Akan tetapi, posterm memiliki resiko 25,0 %, dan 71,4 % tidak memiliki resiko terhadap kematian janin dalam kandungan hal ini di karenakan hormonal yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin kurang. Hasil statistic Uji Chi-square didapat p value < 0,04 yang jika di banding dengan alpa = 0,05 sehingga hipotesa nol (ho) di tolak, hipotesa alternative (ha) diterima. Ini berarti ada hubungan posterm dengan kematian janin dalam kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan. Hal ini sesuai dengan penelitian (Asuhan Persalinan Normal,2010). Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai 42 dan ini merupakan dimana terjadinya persalinan normal. Kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap sebagai postterm atau kehamilan lewat waktu. Oleh karena itu pada masa kehamilan perlu pengawasan terhadap kandungan untuk
40
mencegah
timbulnya
masalah-masalah
atau
penyakit-penyakit
yang
bisa
menyebabkan kematian janin dalam kandungan.
5.3. Faktor Status Ekonomi dengan Kematian Janin dalam Kandungan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Status ekonomi beresiko terhadap kematian janin dalam kandungan yang berjumlah 68,1 %, sedangkan yang tidak beresiko terhadap kematian janin dalam kandungan sebanyak 34,6 %. Hal ini menunjukkan kehamilan di Puskesmas Kampung paya Aceh Selatan lebih banyak yang beresiko karena Status Ekonomi namun tidak beresiko terhadap kematian. Akan tetapi Status ekonomi yang beresiko sebanyak 8 orang (28,5%) dan yang tidak beresiko terhadap kematian 20 orang (71,4%). Hasil penguji Uji Chi-square menunjukkan bahwa responden yang mempunyai Status Ekonomi berhubungan dengan kematian janin dalam kandunga. Hal ini sering disampaikan (RSCM) bahwa status ekonomi juga menyebabkan factor kematian janin dalam kandungan. beberapa ahli menyimpulkan bahwa wanita dengan keadaan status ekonomi yang lebih baik akan lebih jarang menderita kematian janin dalam kandungan. Hal ini di benarkan dalam penelitian yang dilakukan oleh hartati tahun 2009 faktor-faktor yang bisa menjadi masalah pada kematian janin dalam kandungan akan kurangnya status ekonomi.
41
5.4. Faktor Pengetahuan dengan Kematian Janin dalam Kandungan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan beresiko terhadap kematian janin dalam kandungan yang berjumlah 25,0 %, sedangkan yang tidak beresiko terhadap kematian janin dalam kandungan sebanyak 75,0 %. Hal ini menunjukkan kehamilan di Puskesmas Kampung paya Aceh Selatan lebih banyak yang beresiko karena pengetahuan namun tidak beresiko terhadap kematian. Akan tetapi pengetahun yang beresiko sebanyak 17 orang (65,3%) dan yang tidak beresiko terhadap kematian 9 orang (34,6%). Hasil penguji Uji Chi-square menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan berhubungan dengan kematian janin dalam kandunga. Hal ini sering disampaikan Menurut Nursalam (2003), bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah mendapat informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Responden yang berpendidikan tinggi akan mudah menyerap informasi sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki lebih tinggi, namun sebaliknya yang berpendidikan rendah akan mengalami hambatan dalam penyerapan informasi sehingga ilmu yang dimiliki juga lebih rendah. Dengan berpendidikan rendah maka wawasan pengetahuan kematian janin dalam kandungan kurang.
5.5. Faktor Pekerjaan dengan Kematian Janin dalam Kandungan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan beresiko terhadap kematian janin dalam kandungan yang berjumlah 68,1 %, sedangkan yang tidak beresiko terhadap kematian janin dalam kandungan sebanyak 31,8 %. Hal ini
42
menunjukkan kehamilan di Puskesmas Kampung paya Aceh Selatan lebih banyak yang beresiko karena pengetahuan namun tidak beresiko terhadap kematian. Akan tetapi pengetahun yang beresiko sebanyak 8 orang (28,5%) dan yang tidak beresiko terhadap kematian 20 orang (71,4%). Hasil penguji Uji Chi-square menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pekerjaan berhubungan dengan kematian janin dalam kandunga. Hal ini sering disampaikan Menurut Labor force Consenpth, yang digolongkan bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan atau keuangan, baik bekerja penuh ataupun tidak. Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari atau mendapatkan nafkah (Hardywinoto,2011). Ibu hamil yang bekerja akan memilki sedikit waktu memeriksakan kehamilanya karena sibuk dengan pekerjaannya. Sedangkan ibu hamil dianjurkan untuk tidak bekerja terlalu berat untuk menjaga kehamilan ibu sendiri. Pola pekerja ibu hamil berpengaruh terhadap kebutuhan energy. Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan lama bekerja melebihi tiga jam perhari dapat berakibat kelelahan. Kelelahan dalam bekerja berat bias juga menyebabkan kematian janin.
43
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1.
Ada hubungan Gawat Janin dengan Kematian Janin dalam Kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan
2.
Ada hubungan Posterm dengan Kematian Janin dalam Kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan
3.
Ada hubungan Status Ekonomi dengan Kematian Janin dalam Kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan
4.
Ada hubungan Pengetahuan dengan Kematian Janin dalam Kandungan di Puskesmas Kampung paya Aceh Selatan
5.
Ada hubungan Pekerjaan dengan Kematian Janin dalam Kandungan di Puskesmas Kampung Paya Aceh Selatan
6.2. Saran 1.
Meningkatkan mutu pelayanan terhadap kehamilan untuk mencegah terjadinya gawat janin dalam kandungan.
2.
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap kehamilan untuk mencegah terjadinya posterm.
3.
Meningkatkan pelayanan terhadap kandungan dengan Status ekonomi.
4.
Di harapkan kepada ibu hamil untuk datang kunjungan ke tempat pelayanan kesehatan guna mencegah bahaya-bahaya yang akan terjadi pada kandungan.
43
44
5.
Diharapkan kepada para bidan setempat untuk meningkatkan pengetahuan dengan mengadakan pelatiahan tentang penanganan kematian janin dalam kandungan.
45
DAFTAR PUSTAKA
Asuhan-Kebidanan-Pada Iugr-dan-Iufd.html. Azwar,S, (2002), Sikap Manusia Chandra. (2010). Antenatal care (internet). Tersedia dalam : http://franchicandra.com/2010/04/07/Antenatalcare (Diakses 15 februari (2012). Chaoman Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta : EGC Hellen, V. (2001). Buku saku bidan. Jakarta : EGC Kematian-Janin-dalam-Kandungan-Iufd.html. Machfoadz, I. (2008), metode peneliti bidang kesehatan, keperawatan dan kebidanan, Jakarta : fitramanya. Manuba, IBG. (2008). Buku Ajaran Patologi Obstetri-Untuk Mahasiswa Kebidanan Jakarta : EGC Mochtar, R. (2004). Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC Notoatmodjo, Soekidjo, (2005). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan, Jakarta : EGC Sabrina, P . (2009) . Kematian Janin dalam Kandungan, (internet), tersedia dalam http://tlasabrina. blogspot.com/2009/06/Kematian Janin dalam Kandunganintra.html, Saifuddin. A, B, (2006) Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatus, Jakarta : YHB-SP. Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Wiknjosastro, H. (2005) Ilmu Kebidanan, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka.
46
Lampiran : 1 Kuesioner Penelitian DAFTAR KUESIONER UNTUK DATA TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN (INTRA UTERINE FETAL DEATH/IUFD) DI PUSKESMAS KAMPUNG PAYA ACEH SELATAN Identitas Responden 1. Nama
:
2. Alamat
:
3. Umur
:
4. Pendidikan
:
5. Pekerjaan ibu
:
a. PNS
c. Buruh
b. Wiraswasta
d. IRT
A. Gawat Janin 1. Apakah ibu sering merasakan pergerakan janin ibu a. ya b. Tidak B. Posterm 2. Apakah usia kehamilan ibu cukup bulan a. Ya b. Tidak
47
C. Status ekonomi 3. Apakah ibu mendapatkan gizi yang cukup a.
Ya
b.
Tidak
D. Pengetahuan 4. Apakah ibu tahu tentang kehamilan a. Ya b. Tidak E. Pekerjaan 5. Apakah ibu sering melakukan pekerjaan yang berat a.
Ya
b.
Tidak
48
lampiran 2. Master Data No
Gawat janin
katagori
Posterm
katagori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Gawat janin Tidak gawat janin Gawat janin Tidak gawat janin Gawat janin Tidak gawat janin Tidak gawat janin Tidak gawat janin Gawat janin Gawat janin Gawat janin Gawat janin Tidak gawat janin Tidak gawat janin Gawat janin Gawat janin Tidak gawat janin Tidak gawat janin Tidak gawat janin Gawat janin Gawat janin Gawat janin Tidak gawat janin Gawat janin Tidak gawat janin Tidak gawat janin Tidak gawat janin Tidak gawat janin Tidak gawat janin Tidak gawat janin Gawat janin Gawat janin Gawat janin Tidak gawat janin Gawat janin Tidak gawat janin Tidak gawat janin Gawat janin Tidak gawat janin Gawat janin Gawat janin Tidak gawat janin Tidak gawat janin Gawat janin Gawat janin Gawat janin Tidak gawat janin Tidak gawat janin Tidak gawat janin Gawat janin
0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0
Posterm Tidak posterm Tidak posterm Posterm Posterm Tidak posterm Posterm Tidak posterm Posterm Posterm Posterm Tidak posterm Tidak posterm Tidak posterm Posterm Posterm Posterm Posterm Tidak posterm Tidak posterm Tidak posterm Tidak posterm Posterm Posterm Tidak posterm Tidak posterm Posterm Posterm Posterm Posterm Tidak posterm Tidak posterm Posterm Posterm Tidak posterm Tidak posterm Tidak posterm Tidak posterm Posterm Posterm Posterm Tidak posterm Tidak posterm Posterm Tidak posterm Posterm Tidak posterm Posterm Posterm Tidak posterm
0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1
Status ekonomi Tidak ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada Ada
katagori 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1
Pengetahuan Ada Tidak ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Tidak ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada ada
katagori
Pekerjaan
1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1
Tidak ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Tidak Ada ada Tidak ada ada Tidak ada Ada ada
Fetal death 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1
49
Frequencies Statistics N
Valid Missing
GJ
postterm
s.ekonomi
pengetahuan
pekerjaan
fetaldeath
50 0
50 0
50 0
50 0
50 0
50 0
Frequency Table GJ Valid
0 1 Total
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
24 26 50
48.0 52.0 100.0
48.0 52.0 100.0
48.0 100.0
postterm Valid
0 1 Total
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
26 24 50
52.0 48.0 100.0
52.0 48.0 100.0
52.0 100.0
s.ekonomi Valid
0 1 Total
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
22 28 50
44.0 56.0 100.0
44.0 56.0 100.0
44.0 100.0
pengetahuan Valid
0 1 Total
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
24 26 50
48.0 52.0 100.0
48.0 52.0 100.0
48.0 100.0
pekerjaan Valid
0 1 Total
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
22 28 50
44.0 56.0 100.0
44.0 56.0 100.0
44.0 100.0
50
fetaldeath Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
23 27 50
46.0 54.0 100.0
46.0 54.0 100.0
46.0 100.0
0 1 Total
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid GJ * fetaldeath postterm * fetaldeath s.ekonomi * fetaldeath pengetahuan * fetaldeath pekerjaan * fetaldeath
Missing
Total
N
Percent
N
Percent
N
Percent
50 50 50 50 50
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
0 0 0 0 0
.0% .0% .0% .0% .0%
50 50 50 50 50
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
GJ * fetaldeath Crosstab fetaldeath GJ
Total
Total
0
1
0
Count Expected Count % within GJ
16 11.0 66.7%
8 13.0 33.3%
24 24.0 100.0%
1
Count Expected Count % within GJ
7 12.0 26.9%
19 14.0 73.1%
26 26.0 100.0%
Count Expected Count % within GJ
23 23.0 46.0%
27 27.0 54.0%
50 50.0 100.0%
51
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
7.936a 6.417
1 1
.005 .011
8.152
1
.004
Exact Sig. (2- Exact Sig. sided) (1-sided)
.010 7.777
1
.005
.005
50 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.04. b. Computed only for a 2x2 table postterm * fetaldeath Crosstab fetaldeath postterm
0
1
Total
Count Expected Count % within postterm Count Expected Count % within postterm Count Expected Count % within postterm
0
1
Total
17 12.0 65.4% 6 11.0 25.0% 23 23.0 46.0%
9 14.0 34.6% 18 13.0 75.0% 27 27.0 54.0%
26 26.0 100.0% 24 24.0 100.0% 50 50.0 100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square b
Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
8.194a 6.649 8.461
1 1 1
.004 .010 .004
Exact Sig. (2- Exact Sig. sided) (1-sided)
.005 8.030
1
.005
.005
50 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.04. b. Computed only for a 2x2 table
52
s.ekonomi * fetaldeath Crosstab fetaldeath s.ekonomi
Total
0
1
Total
0
Count Expected Count % within s.ekonomi
15 10.1 68.2%
7 11.9 31.8%
22 22.0 100.0%
1
Count Expected Count % within s.ekonomi
8 12.9 28.6%
20 15.1 71.4%
28 28.0 100.0%
Count Expected Count % within s.ekonomi
23 23.0 46.0%
27 27.0 54.0%
50 50.0 100.0%
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb
7.782a
1
.005
6.269
1
.012
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test
7.970
1
.005
Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Exact Sig. (2- Exact Sig. sided) (1-sided)
.010 7.626
1
.006
.006
50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.12. b. Computed only for a 2x2 table
53
pengetahuan * fetaldeath Crosstab fetaldeath pengetahuan
0
1
Total
0
Count Expected Count % within pengetahuan
6 11.0 25.0%
18 13.0 75.0%
24 24.0 100.0%
1
Count Expected Count % within pengetahuan
17 12.0 65.4%
9 14.0 34.6%
26 26.0 100.0%
Count Expected Count % within pengetahuan
23 23.0 46.0%
27 27.0 54.0%
50 50.0 100.0%
Total
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
8.194a
1
.004
Continuity Correction
6.649
1
.010
Likelihood Ratio
8.461
1
.004
Pearson Chi-Square b
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Exact Sig. (2- Exact Sig. sided) (1-sided)
.005 8.030
1
.005
.005
50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.04. b. Computed only for a 2x2 table
54
pekerjaan * fetaldeath Crosstab fetaldeath pekerjaan
Total
0
1
Total
0
Count Expected Count % within pekerjaan
15 10.1 68.2%
7 11.9 31.8%
22 22.0 100.0%
1
Count Expected Count % within pekerjaan
8 12.9 28.6%
20 15.1 71.4%
28 28.0 100.0%
Count Expected Count % within pekerjaan
23 23.0 46.0%
27 27.0 54.0%
50 50.0 100.0%
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb
7.782a
1
.005
6.269
1
.012
Likelihood Ratio
7.970
1
.005
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Exact Sig. (2- Exact Sig. sided) (1-sided)
.010 7.626
1
.006
.006
50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.12. b. Computed only for a 2x2 table