BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dan informasi dalam dunia usaha atau bisnis, informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada konsumen. Konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali informasi tentang produk yang akan digunakan. Pencarian informasi dilakukan karena semakin banyaknya produk makanan atau minuman yang terjual di pasar, baik produksi dalam negeri maupun luar negeri. Informasi suatu produk dapat dilihat dari kemasan mengenai bentuk fisik produk, label, komposisidan informasi nilai gizi yang dapat digunakan konsumen sebagai pertimbangan dalam memilih produk.Dalam label produk konsumen dapat menemukan informasi mengenai nama produk,berat bersih atau isi bersih, tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa, nama dan alamat pihak yang memproduksi serta keterangan tentang halal (Nurbowo dan Apriyanto 2003:68). Sejalan dengan informasi dari produk, konsumen yang menggunakan produk
tersebut
juga
beragam
sesuai
kebutuhannya.
Konsumen
Islam
menggunakan informasi untuk memilih produk yang akan dibeli adalah produk yang halal. Umat Islam sekarang ini sangat besar dan tersebar luas di seluruh dunia. Maka hal ini menjadi perhatian para produsen dalam memasarkan produk nya. Indonesia adalah negara yang Umat Islam nya terbesar dari Negara-negara lain di dunia.
Universitas Sumatera Utara
Halal dalam bahasa Arab berasal dari kata halla, yahillu, hillan, yang berarti
membebaskan,
melepaskan,
memecahkan,
membubarkan
dan
membolehkan. Dalam ajaran Islam seorang muslim tidak diperkenankan memakan sesuatu kecuali yang halal.Bukan cuma halal, tetapi juga thayyib (baik). Para ulama menafsirkan thayyib sebagai bergizi sesuai standar ilmu kesehatan. Allah berfirman yang artinya: “Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan; karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah:168). Ketidakinginan masyarakat Muslim untuk mengkonsumsi produk-produk haram akan meningkatkan keterlibatan yang lebih tinggi dalam proses pemilihan produk (High Involvement). Dengan demikian akan ada produk yang dipilih untuk dikonsumsi dan produk yang disisihkan akibat adanya proses pemilihan. Proses pemilihannya sendiri akan menjadikan kehalalan sebagai parameter utamanya. Ketentuan ini membuat keterbatasan pada produk-produk makanan untuk memasuki pasar umat Muslim. Setiap konsumen muslim mempunyai hak untuk memperoleh jaminan bahwa produk-produk yang dikonsumsinya adalah halal, karena setiap muslim hanya boleh mengkonsumsi produk halal (Sam Ichwan, 2009:84). Konsumen Muslim sendiri juga bukan tanpa kesulitan untuk memilah produk-produk yang mereka konsumsi menjadi produk dalam kategori halal dan haram. Tentunya untuk memeriksakan sendiri kondisi kehalalan suatu produk adalah kurang memungkinkan. Hal ini berkaitan dengan masalah teknis dalam
Universitas Sumatera Utara
memeriksa kehalalan suatu produk, seperti uji kimia, pengamatan proses serta pemeriksaan kandungan produk. Di Indonesia ada lembaga yang bertugas untuk memeriksa produk – produk makanan atau minuman yang beredar
dipasar. Lembaga ini adalah
Lembaga Pengawasan Dan Peredaran Obat Dan Makanan Majelis Ulama Indonesia (LPPOM –MUI) lembaga ini mengawasi produk yang beredar di masyarakat dengan memberi sertifikat halal dengan demikian produk yang telah memiliki sertifikat halal dapat memberi label halal pada produknya. Terdapat kasus-kasus besar yang berkaitan dengan kehalalan produk pangan di Indonesia dan telah merugikan banyak pihak, serta menimbulkan keresahan masyarakat. Kasus pertama terjadi pada tahun 1988, yaitu adanya isu lemak babi pada banyak produk pangan, sedangkan kasus kedua adalah haramnya MSG Ajinomoto yang sebelumnya telah dinyatakan halal, initerjadi pada tahun 2000. Kasus
yang
melanda
Indonesia
akibat
masalah
keharaman
penyedapmasakan Ajinomoto menyadarkan kepada kita betapa besar dampak yang ditimbulkan. Dari segi materi kerugian yang diderita oleh PT. Ajinomoto Indonesia dapat mencapai puluhan milyaran rupiah, apalagi jika tuntutan konsumen dan para pedagang eceran dipenuhi, tentu kerugian materi ini akanlebih besar pula. Tentu saja konsekuensi semua produsen pangan harus memenuhi ketentuan memproduksi dan mengedarkan bahan pangan halal, kecuali untukkonsumen non-muslim.
Universitas Sumatera Utara
Halal diperuntukkan bagi segala sesuatu yang baik dan bersih yang dimakan atau dikonsumsi oleh manusia menurut syari’at islam. Lawan halal adalah haram yang berarti “tidak dibenarkan atau dilarang” menurut syari’at islam. Label halal yang ada pada kemasan produk yang beredar di Indonesia adalah sebuah logo yang tersusun dari huruf-huruf Arab yang membentuk kata halal dalam sebuah lingkaran.
Sumber : www.halalmui.org Gambar 1.1 Logo Halal MUI Produk yang beredar dikalangan konsumen muslim bukanlah produkproduk yang secara keseluruhan memiliki lebel halal yang dicantumkan pada kemasannya. Artinya masih banyak produk-produk yang beredar dimasyarakat belum memiliki sertifikat halal. Konsumen muslim akan dihadapkan pada dua pilihan. Produk-produk halal dan produk yang tidak memiliki label halal sehingga diragukan kehalalan produk tersebut, maka keputusan untuk membeli produkproduk yang berlebel halal atau tidak akan ada sepenuhnya di tangan konsumen sendiri. Keamanan produk bagi konsumen adalah bahwa produk yang mereka beli baik dan layak untuk dikonumsi. Hal tersebut disebabkan karena masih banyak
Universitas Sumatera Utara
dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan mutu dan keamanan produk seperti banyak produk yang tidak memenuhi syarat mutu dan keamanan. Disebabkan karena beberapa hal diantaranya menggunakan zat aditif pangan terlarang, cemaran kimia yang berbahaya. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Dalam UU No 7 tahun 1996 Tentang Pangan Pasal 4 ayat (1): Pemerintah menetapkan persyaratan sanitasi dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan. Makanan adalah barang yang dimaksudkan untuk dimakan atau diminum oleh manusia serta bahan yang digunakan dalam produksi makanan dan minuman. Makanan olahan adalah makanan dan minuman yang diolah berasal dari bahan baku dengan proses teknologi yang sesuai dan atau ditambah dengan bahan pengawet dan atau bahan penolong serta tahan untuk disimpan (Departemen Agama RI, 2003:134). PT. So Good Food Manufacturing Indonesia pada awalnya bernama PT. Japfa OSI Food Industries. PT So Good Food Manufacturing bergerak dalam industri pemotongan ayam, pengolahan karkas ayam, dan menghasilkan produk daging olahan. Perusahaan ini berada dibawah naungan Japfa Group, merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agroindustri seperti pembibitan dan penetasan ayam, pakan ternak dan vaksin, tambak udang, pengolahan daging, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Awalnya perusahaan ini didirikan untuk memenuhi kebutuhan daging olahan rumah makan cepat saji Mc. Donald’s berupa Fillet O Fish, Mc. Chicken dan
Beef
Burger sebagai Exclusive
Supplier.
Setelah
tidak
lagi
menjadi Exclusive Supplier, So Good Food Manufacturing memperluas usahanya dengan memproduksi Chicken Nugget dengan merk dagang SO GOOD. Dan produknya berkembang dengan memproduksi Bakso Kuah Ayam, Udang, dan Ikan, Bakso Goreng, Bakso Kuah Sapi, Beef Sausage, Chicken Chunk,Chicken Karaage, Chicken Katsu, Chicken Nugget, Chicken Stick, Dino Bites, Spicy Wing, Fried Chicken, Nugget Jet, So Nice Chicken Nugget, So Eco Chicken Nugget, Sozzis Ayam, Sozzis Sapi, So Nice, Nugget Alphabet. So Good Food Manufacturing sejak tahun 1998 telah mendapatkan sertifikat halal dari LP-POM MUI Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Saat ini semua produk yang diproduksi oleh PT. So Good Food Manufacturing telah mendapatkan sertifikat halal. Sertifikat halal ini selalu diperpanjang setiap 2 tahun sekali. Sosis So Nice adalah sosis siap saji yang terbuat dari daging segar terbaik yang diolah dengan teknologi tinggi dengan tingkat higenis dan kebersihan yang terbaik, sehingga dihasilkan produk sosis yang istimewa. Dengan varian sosis yakni Sosis daging Sapi dan Sosis daging Ayam. Sosis So Nice adalah produk konsumsi berupa daging yang di olah dan langsung siap makan tanpa di masak terlebih dahulu, dapat dijadikan makanan penunda lapar karena penyajiannya dapat langsung dimakan. Isu yang beredar dipasar menyatakan bahwa Sosis So
Universitas Sumatera Utara
Nice mengandung babi (haram) tidak lah benar karena Sosis So Nice memiliki label halal yang dikeluarkan oleh MUI Sosis So Nice adalah makanan olahan yang telah memiliki label halal dengan
nomor
Certificate
Serial
Number:00010007850398(www.direktorihalal.org/index.php?search=sosis), merupakan produk makanan olahan daging yang cukup dikenal oleh masyarakat di Indonesia, dengan promosi yang dilakukan cukup baik, sehingga dengan cepat masyarakat dapat mengenal produknya. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara AlWashliyah dengan sebagian besar mahasiswanya beragama Islam dapat menjadi perwakilan dari komunitas Muslim yang menjadi konsumen produk tersebut. Mahasiswa adalah komunitas kritis yang bila ditinjau dari sisi informasi yang mereka peroleh dan kemampuan mereka untuk mencerna informasi adalah komunitas yang bisa memilah-milah produk-produk yang mereka konsumsi berdasarkaninformasi yang mereka peroleh. Agar dapat memperoleh informasi yang lebih jelas serta disertai bukti ilmiah mengenai bagaimana pengaruh label halal dan keamanan produk terhadap keputusan pembelian konsumen untuk produk tertentu, perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah. Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian dengan menjadikan mahasiswa FE UMN sebagai studied population. Penulis memberikan batasan bahwa produk makanan olahan yang dimaksud adalah Sosis So Niceyang diproduksi dengan mengunakan kemasan dan menyertakan label halal didalam kemasannya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Labelisasi Halal dan Keamanan Produk Terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan Olahan Sosis So Nice Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Alwashliyah”
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah Labelisasi Halal berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis So Nice Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Alwasliyah? 2. Apakah Keamanan Produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis So Nice Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Alwasliyah? 3. Apakah Labelisasi Halal dan Keamanan Produk secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis So Nice Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Alwasliyah?
1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis So Nice Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Alwasliyah. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Keamanan produk terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis So Nice Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Alwasliyah. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Labelisasi Halal dan Keamanan produk secara simultan terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis
Universitas Sumatera Utara
So Nice Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Alwasliyah.
1.4 Maanfaat Penelitian Maanfaat yang didapat dari penelitian ini antara lain adalah: a. Bagi Perusahaan PT. So Good Food Indonesia Sebagai informasi kepada pihak sebagai produsen Sosis So Nice mengenai salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Sosis So Nice b. Bagi Peneliti Penelitian ini bermaanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai strategi pemasaran dan khususnya mengenai pemberian label atau Labeling c. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan informasi dan refrensi yang dapat dijadikan perbandingan dalam mengadakan penelitian pada bidang yang sama di waktu yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara