ABSTRAK
Indonesia yang terdiri kurang lebih 17.000 pulau-pulau, terbentang dari Sabang dibagian Barat sampai Merauke dibagian Timur diantaranya terdiri dari pulau-pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Jawa, Bali, Lombok, Sumba, Sumbawa, Flores serta pulau-pulau kecil lainnya. Pada pulau-pulau tersebut mengalir berbagai sungai besar dan kecil dari suatu ketinggian menuju laut. Topografi pulau juga sangat bervariasi. Sungai serta bentuk topografi yang memungkinkan air akan mengalir menjadikan potensi tenaga air yang bila dikembangkan dan dikendalikan akan bermanfaat bagi kehidupan semua mahluk. Salah satu pengembangan sungai adalah pemanfaatan tenaga air menjadi suatu tenaga listrik. Selain itu pula untuk irigasi, bahan baku air bersih, transportasi air dan masih banyak lainnya. Pengembangan potensi air atau potensi hidro terutama untuk pembangkit listrik tenaga air saat ini sudah selayaknya lebih mendapat perhatian dan diprioritaskan sebagai
energi alternatif yang bersih dan ramah lingkungan sebagai
pengganti energi fosil yang makin lama akan habis. Sedangkan kapasitas pembangkit di luar Pulau Jawa didominasi oleh PLTD yang menggunakan BBM, sehingga biaya operasi menjadi mahal. Oleh karena itu sudah seharusnya pengembangan energi alternatif tanpa menggunakan BBM lebih diintensifkan dengan mengganti energi yang lebih murah. Dan energi ini bisa didapatkan dari pegembangan tenaga air yang relatif ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik dimasa depan. PT PLN (Persero) salah satu perusahaan milik Pemerintah telah merencanakan pengembangan pembangkit hidro di Indonesia antara lain dengan : a. Pengembangan Potensi Hidro untuk pembangkitan oleh PT PLN (Persero) sendiri, b. PT PLN (Persero) bekeja sama dengan investor lokal maupun luar negeri dengan pola Kemitraan. c. Mangundang investor lokal atau luar negeri untguk mengembangkan dan menoperasikan potensi hidro di Indonesia .
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Indonesia yang terdiri atas kurang lebih 17.000 pulau-pulau, terbentang dari Sabang di bagian Barat sampai Merauke di bagian Timur diantaranya terdiri atas pulau-pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Jawa, Bali, Lombok, Sumba, Sumbawa, Flores serta pulau-pulau kecil lainnya. Pada pulau-pulau tersebut mengalir berbagai sungai besar dan kecil dari suatu ketinggian menuju laut. Topografi pulau juga sangat bervariasi. Sungai serta bentuk topografi yang memungkinkan air akan
mengalir
menjadikan potensi tenaga air yang bila dikembangkan dan dikendalikan akan bermanfaat bagi kehidupan semua mahluk. Salah satu pengembangan sungai adalah pemanfaatan tenaga air menjadi suatu tenaga listrik. Selain itu pula untuk irigasi, bahan baku air bersih, transportasi air dan masih banyak lainnya. Pengembangan potensi air atau potensi hidro terutama untuk pembangkit listrik tenaga air saat ini sudah selayaknya lebih mendapat perhatian dan diprioritaskan sebagai energi alternatif yang bersih dan ramah lingkungan sebagai pengganti energi fosil yang makin lama akan habis. Sejalan dengan meningkatnya
perkembangan ekonomi dan pertambahan
penduduk, maka kebutuhan tenaga listrik akan meningkat pula. Semakin meningkatnya ekonomi didaerah, maka konsumsi tenaga listrik juga akan semakin meningkat. Kondisi ini tentunya harus diantisipasi sedini mungkin agar ketersediaan tenaga listrik dapat tersedia dalam jumlah yang cukup dengan harga yang memadai. Secara Nasional 2
perkiraan pertumbuhan ekonomi berkisar antara 4%-5% pertahun, sedangkan perkiraan pertumbuhan penduduk 0,9% pertahun. Dalam kehidupan sehari-hari, tingkat penggunaan listrik di Indonesia khususnya di perdesaan terhitung masih sangat rendah, terutama bila dibandingkan dengan tingkat penggunaan listrik di beberapa negara tetangga. Dalam hal ini, program kelisrikan desa adalah salah satu alternatif dan juga merupakan satu kebijakan yang harus diambil dalam usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat desa, sekaligus mengurangi kesenjangan antara kehidupan kota dengan pedesaan. Karenanya, merupakan suatu langkah yang tepat jika Pemerintah Indonesia kini sedang memfokuskan diri untuk meningkatkan rasio penggunaan listrik untuk mencapai target 100% dalam waktu dekat. Pada saat yang sama, Pemerintah juga mempunyai kebijakan untuk dapat merubah sumber-sumber daya alam menjadi sumber daya energi yang dapat diperbaruhi dan sekaligus dapat digunakan untuk menghemat energi dari bahan bakar migas. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) sebagai suatu pembangkit yang mampu mensuplai kebutuhan listrik di pedesaan, dengan memanfaatkan sumber data air yang banyak tersedia di perdesaan, menjadi sebuah alternatif penting dalam hal ini; terutama untuk daerah terpencil (rural area) yang tidak terjangkau oleh PT PLN (Persero) atau yang tidak termasuk dalam daerah perencanaan jaringan instalasi PT PLN (Persero). Dalam perkembangannya, PLTMH di Indonesia sudah banyak di manfaatkan hampir di seluruh propinsi, yang pengelolaannya telah ditangani langsung oleh organisasi desa ataupun oleh Koperasi Unit Desa (KUD) setempat. PLTMH secara umum didefinisikan sebagai Pembangkit Listrik yang memanfaatkan sumber daya air dengan skala kecil (5-100 kW) yang mempunyai beberapa kelebihan antara lain[1]: a. Energi terbarukan. 3
b. Biaya Operasional yang relatif kecil. c. Eksplorasi sumber daya yang masih sangat luas tersebar di Indonesia. d. Teknologi yang relatif sederhana dan memadai. Dibawah ini adalah skema dalam pembangunan PLTMH[5]: Pengumpulan Data (Penentuan Lokasi) Survey Lapangan Pembuatan Design & Penentuan Spesifikasi Estimasi Biaya (Anggaran) Evaluasi Tehnis & Keuangan Negosiasi (Contract Agreement) Pembangunan
Pelatihan Uji Coba Pengelolaan
Gambar 1.1 Skema Pembangunan PLMTH
4
1.2
MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN
Tugas Akhir ini dibuat dengan tujuan, antara lain: a. Merencanakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro di desa Citalahap. b. Memanfaatkan air sebagai energi alternatif yang bisa menggantikan ketergantungan pada energi yang dihasilkan oleh fosil.
1.3
PEMBATASAN MASALAH
Adapun yang memenuhi masalah yang akan dibahas, dianalisa serta diselesaikan dalam Tugas Akhir ini adalah perencanaan dalam membuat pembangkit listrik berbahan bakar air: a. Daya dari Pembangkit yang di rencanakan. b. Pemilihan Komponen-komponen Pembangkit antara lain: •
Tipe Generator
•
Tipe Turbin
1.4
METODE PENELITIAN
Ada beberapa langkah-langkah yang dilakukan dalam proses penyusunan dan penyelesaian masalah dalam Tugas Akhir ini. Langkah-langkah tersebut antara lain: a. Studi Lapangan: •
Menentukan ide dan gagasan sebagai dasar perencanaan untuk penyelesaian masalah yang dihadapi.
•
Memperoleh ide masukan dari berbagai pihak termasuk dari masyarakat sekitar. 5
b. Studi Pustaka •
Mengumpulkan bahan dan mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan penyelesaian tugas akhir.
•
I.5
Menyusun laporan tugas akhir.
SISTEMATIKA PENULISAN
Tugas akhir ini disusun berdasarkan pada sistematika penulisan dengan 5 bab. Bab dua berisi tentang teori-teori yang menunjang pembuatan tugas akhir seperti ciri-ciri PLTMH, bangunan sipil dan perangkat mecanical electrical. Bab tiga memuat hal-hal mengenai perencanaan Pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro, meliputi letak
geografis dan kapasitas daya yang dibangkitkan. Bab empat berisi uraian hasil perhitungan dari perencanaan yang dilakukan dan kemampuan masyarakat sekitar. Kesimpulan dan saran dapat di lihat dalam Bab lima. .
6
BAB II GAMBARAN UMUM PLTMH
2.1 CIRI-CIRI UMUM PLTMH PLTMH mempunyai beberapa perbedaan dengan Pembangkit Tenaga Listrik Hidro pada umumnya, dengan beberapa ciri umum antara lain: a. Biaya instalasi yang rendah. Usaha kelistrikan desa adalah sebuah usaha yang non profit, yang nampak dari beberapa kegiatannya, seperti penarikan iuran yang relatif rendah dari masyarakat desa. Karenanya, sangat disarankan untuk menghemat biaya instalasi dengan memanfaatkan berbagai sarana yang telah ada ; misalnya dengan memanfaatkan saluran irigasi untuk digunakan sebagai saluran pembawa (head race). b. Sumber daya energi yang mandiri. Daerah sasaran PLTMH adalah daerah terpencil yang jauh dari jaringan listrik PT PLN (Persero) yang sudah tersedia maupun yang terencana sehingga fasilitas pembangkit itu sendiri serta semua sistem pendukungnya haruslah merupakan sebuah sistem yang mandiri dalam pelaksanaannya. c. Berskala kecil. Sasaran konsumen dari PLTMH adalah penduduk desa yang tinggal di sekitar lokasi PLTMH berada. Dengan
skala kecil ini memang akan sedikit
menyulitkan bila ada permintaan sambungan untuk konsumen yang berjumlah besar. Karenanya, perencanaan dan perhitungan
dengan jumlah konsumen pemakai
PLTMH ini harus di rencanakan dengan seksama; misalnya apabila sebuah desa mempunyai penduduk 200-400 rumah tangga dengan permintaan maksimum sebesar 100 watt per rumah, maka alternatif untuk membangun PLTMH dengan 20-40 kW akan cukup memadai. 7
2.2 LOKASI PLTMH Sudah barang tentu tidak semua tempat pada suatu air atau sungai dapat dipakai untuk membangun sebuah PLTMH. Jika sepanjang tahun sungai ternyata tidak pernah kering dengan debit yang cukup besar alirannya cukup deras, tidak perlu diragukan untuk membangun sebuah PLTMH. Aliran air yang cukup deras menandakan cukupnya kemiringan di bagian tersebut dari sungai ini. Kemiringan berarti adanya perbedaan tinggi antara dua tempat di hulu dan di hilir sungai yang dinamakan Tinggi Terjun. Tinggi terjun dapat diperbesar lagi dengan membangun sebuah bendungan yang diperlukan untuk membelokkan air ke PLTM. Tersedianya debit air dan tinggi terjun yang mencukupi berarti bahwa di tempat tersebut sungai mempunyai cukup daya untuk membangkitkan tenaga listrik seperti yang telah diuraikan. Perlu diperhatikan bahwa air diperlukan untuk berbagai keperluan. Maka sebelum menentukan besarnya debit air yang akan dipakai untuk membangkitkan tenaga listrik, perlu didapat kepastian bahwa air disebelah hulunya tidak akan dipakai dalam waktu yang dekat misalnya untuk irigasi, air minum, tambak atau penggunaan konsumsi air lainnya. Dengan demikian perlu diperhatikan beberapa hal penting agar dibicarakan terlebih dahulu dengan yang berwenang setempat dan penduduk, khususnya yang berhubungan dengan penggunaan dan pengaturan air dari sungai atau aliran yang bersangkutan. PLTMH terdapat beberapa komponen yang perlu mendapat perhatian dalam membangun PLTMH dengan kondisi lokasi yaitu:
8
a. Daerah penyerap air. Diperlukan sebuah bendungan untuk membelokkan sebagian dari aliran sungai masuk ke pemasukan air. Bendungan ini juga dapat meninggikan muka air hulu sehingga memperbesar tinggi terjun. Bendungan dapat pula dibuat tidak permanen, misalnya dari tumpukan brojong saja. Keuntungan bendungan yang tidak permanen adalah karena mudah dibawa oleh banjir-banjir besar sehingga aliran dapat merusak bagian-bagian lainnya dari PLTMH terus mengalir secara lancar. Sesudah banjir reda, bendungan dapat diperbaiki lagi. b. Saluran pengantar air. Pada umumnya dibuat sejajar dekat dengan kali dan tidak diberi lapisan batu kecuali jika keadaan tanah memerlukannya. Saluran air pengantar ini juga tidak berbeda dengan suatu irigasi tradisional. c. Wadah air. Saluran air pengantar berakhir di sebuah wadah air yang akan meneruskan air masuk ke dalam pipa pesat. Wadah air dilengkapi dengan saringan kotoran terapung di muka lubang pemasukan air ke pipa pesat dan sebuah pelimpahan untuk membuang air yang berlebihan. Untuk membuat wadah air cukup banyak di perlukan semen untuk pasangan batu. d. Pipa pesat. Beberapa macam bahan dapat dipakai untuk membuat pipa pesat. Untuk tekanan air lebih dari 6 meter sudah diperlukan pipa baja yang kemungkinan besar harus dibuat di kota. Pipa dapat pula dipakai untuk tekanan yang rendah dapat dipakai bahan dari drum minyak bahkan dapat pula dari papan-papan kayu. e. Bangunan sentral. Dapat di buat sesederhana mungkin tetapi dapat melindungi generator dan peralatan dan hujan dan cuaca. Jika untuk turbin dipakai kincir-kincir air, maka pada umumnya kincir ini tidak perlu dilindungi dengan atap. Gedung sentral sekaligus dapat dijadikan bengkel dan ruang kerja yang menggunakan berbagai peralatan yang dijalankan langsung oleh turbin dengan tali kipas. Dalam memilih 9
tempat untuk gedung sentral harus diperhatikan mengenai tinggi muka air dan kali dalam keadaan banjir dan pula keadaan untuk pondasinya. f. Turbin dan generator. Bentuk turbin air yang tertua dan telah dikenal secara luas adalah air. Biarpun kincir air yang dipakai untuk memutar generator hanya dapat menghasilkan mutu tenaga listrik yang rendah, tetapi dalam pembuatan, pemasangan, pemeliharaan dan juga pembiayaan, berada dalam batas kemampuan masyarakat Indonesia pada umumnya. Tetapi dalam hal ini diperlukan beberapa pulley dan sabuksabuk penggerak yang cukup panjang. Umur dari sabuk pada umumnya adalah singkat, kira – kira hampir setiap 1 tahun.
2.3 PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTMH Dalam melakukan perencanaan untuk membangun PLTMH, ada beberapa kegiatan yang perlu di lakukan yaitu: a. Pengumpulan data b. Survei lokasi / lapangan c. Pengukuran arus (debit) sungai
2.3.1 Pengumpulan Data kegiatan pengumpulan data sangatlah vital untuk menunjang pembuatan desain dan penentuan spesifikasi peralatan yang akan digunakan dalam merancang bangun sebuah PLTMH. Perubahan curah hujan, datageologis, dan alur sungai yang berubah secara periodik akan menjadi sangat penting di dalam menentukan skala dan ukuran yang akan dipergunakan. Meneliti dan mengkonfirmasi ada atau tidaknya sebuah bangunan irigasi juga merupakan satu hal yang harus dilakukan didalam penyesuaiannya dengan konsep 10
desain, selain bias juga dijadikan suatu alternatif untuk mengurangi biaya pembangunan. Idealnya, sebuah kegiatan PLTMH dapat di jabarkan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Menggunakan beberapa data dari bagian irigasi pada Departemen Pertanian, seperti: data sungai, curah hujan, dan saluran irigasi dan peta topografi 1/25.000 atau 1/50.000. Pada tahap perencanaan awal, beberapa perencanaan rute saluran air di persiapkan berdasarkan pada peta topografi skala 1/50.000 atau 1/25.000 dengan tujuan pemilihan lokasi untuk struktur utama seperti intake, saluran pembawa, serta rumah turbin. b. Pengenalan terhadap kondisi jalan (akses) dan waktu tempuh yang dibutuhkan. c. Memproduksi range/jarak antara jaringan distribusi PLN dengan lokasi PLTMH yang telah dipilih. Hal yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan data arus sungai antara lain adalah: data yang dapat dijadikan acuan adalah semua data yang dapat diperoleh mengenai sungai tersebut, atau dapat juga diambil data mengenai sungai lain yang ada di dekat sungai tersebut. Dengan data tersebut, alur lengkung sungai dapat diamati dan digambar. Juga perlu memperhatikan kondisi khas dari sungai tersebut yang berbeda satu sama lainnya. Di sini data dari sungai-sungai lain yang terdekat perlu diambil guna melakukan observasi dan penyesuaian secara tepat. Tidak tersedianya data curah hujan di daerah tersebut maupun daerah di sekitarnya. Dalam hal ini, apabila data-data tersebut memang tidak bisa diperoleh, maka asumsi-asumsi yang diambil bisa dilakukan dengan cara mengkorelasikannya dengan catchment area (daerah cakupan). Penyesuaian dengan mengamati laju arus sungai bisa di jadikan pertimbangan dalam hal ini. Pada beberapa kasus, data-data yang di perlukan sama sekali tidak tersedia. Dalam hal ini, maka metode 11
yang paling baku di lakukan adalah dengan mengurangi kondisi volume air dari pembuangan minimal yang di ukur pada musim kering. Musim tanam padi adalah salah satu hal yang bisa di jadikan kriteria asumsi (pertimbangan) dalam hal ini.
2.3.2 Survei Lokasi / Lapangan Survei Lapangan bertujuan untuk memeriksa dan mencari berbagai alternatif pemecahan masalah yang diketahui dalam tahap pengumpulan data. Beberapa hal berikut ini juga perlu diperhatikan ketika melakukan sebuah survei lapangan: a. Sistem jaringan listrik yang sudah tersedia. Jarak antara distribusi yang telah ada dan jalur distribusi dari lokasi yang akan dibangun. Ada tidaknya rencana pemasangan jaringan listrik pada lokasi yang akan dibangun. Informasi mengenai hal-hal yang tersebut di atas bisa didapatkan dengan cara berkonsultasi dengan kantor PT. PLN (Persero) terdekat. b. Survei topografi. Konfirmasi mengenai faktor-faktor topografi yang perlu diambil di dalam merancang struktur bangunan. Konfirmasi mengenai lokasi dipandang dari segi struktur dan rute jalur air. Pengukuran ketinggian spesifik antara intake dengan tail race. Survei lokasi sebaiknya dilakukan pada sepanjang jalur (rute) sungai seperti yang telah ditentukan pada perencanaan awal. Sangat penting untuk mengambil gambar (foto) dari situasi lokasi yang telah di survei. c. Kondisi jalan (akses). Jarak yang ditempuh dari terminal kota ke lokasi. Mempertimbangkan kondisi jalan yang akan dilalui disesuaikan dengan kondisi / jenis barang-barang dan peralatan-peralatan yang harus diangkut untuk keperluan proyek
12
nanti. Hal ini perlu dilakukan secara cermat karena akan sangat mempengaruhi dalam perhitungan anggaran. d. Kunjungan / koordinasi ke Departemen Pemerintahan dan Organisasi yang terkait. Hal ini perlu dilakukan untuk; melakukan penjelasan serta konfirmasi mengenai proyek yang akan telah dilakukan. Mendapatkan persetujuan serta koordinasi / kerja sama dalam pembangunan proyek. Mendapatkan informasi mengenai tenaga kerja, misalnya : informasi mengenai harga per unit untuk pekerjaan pembangunan. e. Mengumpulkan informasi (interview) serta musyawarah mengenai penentuan daerah konsumen yang potensial, serta penunjukan KUD setempat yang akan mengelola PLTMH nanti. Untuk itu perlu di adakan penelitian pada: •
Masyarakat desa. Mengumpulkan informasi mengenai jumlah rumah tangga (konsumen) yang akan digunakan untuk menentukan luas daerah yang memungkinkan untuk dilalui jaringan. Juga mengamati taraf hidup masyarakat desa pada umumnya, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan / daya beli masyarakat terhadap taraf hidup listrik yang akan diberlakukan nanti.
•
Anggota KUD / Organisasi Pedesaan. Mengamati dan mempertimbangkan kemampuan KUD dalam mengelola usaha listrik ini nantinya.
2.3.3 Pengukuran Debit (Arus) Sungai Penentuan lokasi dari beberapa sarana pembangkit serta pengukuran debit haruslah diperhitungkan berdasarkan pengamatan cermat terhadap data dan informasi yang telah dikumpulkan, karena perhitungan skala rancang bangun dari lokasi pembangkit sangat tergantung pada beberapa jumlah sarana yang harus dibangun. Pertimbangan standar dari
13
PLTMH dan sarana pengatur (pelimpah) airnya antara lain; debit air dari lokasi, di mana dapat diambil dari data aliran sungai per tahun. Penanggulangan / pelimpahan banjir, yang terjadi sekali setiap sepuluh tahun atau lebih. Perkiraan dari jumlah debit air harus diperiksa dengan perhitungan / kalkulasi yang cukup akurat. Untuk lebih jelasnya, debit minimum pada saat musim kering dan debit maksimum pada saat musim hujan dapat dihitung berdasarkan pada perkiraan dan perhitungan berikut ini (sebagai catatan, apabila metode perhitungan kurang dapat dipahami, maka pembuat desain perlu melakukan konsultasi dengan para ahli). Pengukuran catchment area dari lokasi di dasarkan pada peta-peta topografi yang ada. Perkiraan koefisien debit air, baik dari literature maupun pendapat para ahli (expert). Perkiraan curah hujan dari pengumpulan data dan saran para ahli. Akhirnya, hasil dari pertimbangan tersebut harus dibandingkan dengan perkiraan pembuangan air di atas. Apabila nilai yang diperkirakan sangat berbeda dengan yang telah dihitung, para pendesain perlu melakukan konsultasi dengan para ahli untuk menjelaskan alasan perbedaan tersebut. Debit sungai (Q) adalah kuantitas air yang melewati suatu area dalam waktu 1 detik, dirumuskan dengan[3],[4]: Q (m3 /det) = V x A
(2.1)
dimana: V
= kecepatan (meter / detik)
A
= luas area (m2)
14
2.3.3.1 Perhitungan Untuk mengoptimalkan , dengan mempertimbangkan besarnya debit antara 0,1 s/d 0,5 m3 / det dan tinggi jatuh antara 5 s/d 30 m, maka sangat disarankan menggunakan turbin crossflow, yang mempunyai kelebihan dalam pemanfaatkan produksi domestik serta mudah dalam perawatan dan pengoperasiannya. Effisiensi (η) dari turbine dan generator adalah sebesar 60%. Perhitungan ini secara sistematis dirumuskan sebagai berikut[3],[4]: P = 9,8 x Q x He x η
(2.2)
dimana: P
= Daya (kW)
Q
= Discharge / debit air (m / det)
He
= Effective head (m)
η
= Effisiensi dari Turbin Dan Generator
2.3.3.2 Pengukuran saluran pembawa Saluran pembawa adalah salah satu bangunan yang sangat vital dan perlu diperhitungkan secara rinci di dalam perancangan dan desain PLTMH. Harus selalu disesuaikan antara perencanaan dengan pengukuran pada saat setiap kali survei, sebagai ukuran standar, minimal harus dilakukan tiga pengukuran terpisah, di mana pada pengukuran tersebut harus dilakukan dengan metode yang berbeda. Dari beberapa metode pengukuran saluran yang ada, sebaiknya dipilih satu metode yang tepat disesuaikan dengan perangkat yang ada (meteran, theodolit, dll). Dalam hal ini ada 2 metode yang umum dipakai yaitu: a. Metode builder Level & theodolit, di mana metode ini dilakukan dengan cara mengukur elevasi dari permukaan medan dengan menggunakan alat bantu berupa 15
theodolite. Dengan bantuan theodolite ini, titik-titik elevasi dari permukaan akan diketahui untuk kemudian dijadikan dasar perhitungan (pengukuran). b. Metode spirit level, di mana metode ini dilakukan dengan cara penglihatan langsung berdasarkan pada logika teknis. Pada saat survei, maka pengamatan terhadap kondisi lokasi, struktur tanah dan sebagainya akan langsung dijadikan pertimbangan berdasarkan pada logika-logika teknis di dalam perhitungannya.
16
BAB III DESAIN PLTMH CITALAHAP
3.1 LETAK GEOGRAFIS PLTMH CITALAHAP Lokasi pembangunan PLTMH berada di desa Citalahap yang terletak pada provinsi Jawa barat, tepatnya pada kawasan Tanam Nasional Gunung Halimun (lihat gambar 3.1 dan gambar 3.2). Di mana kawasan tersebut memiliki ciri – ciri sebagai berikut: a. Karakteristik Taman Nasional Gunung Halimun •
Luas 40.000 hektar
•
Letak Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi (Provinsi Jawa Barat) dan Kabupaten Lebak (Provinsi Banten)
•
Temperatur udara rata-rata 30° C
•
Curah hujan 4.000 - 6.000 mm/tahun
•
Ketinggian tempat 500 – 1.929 meter dpl
•
Letak geografis 6°37’ - 6°51’ LS, 106°21’ - 106°38’ BT
•
46 desa dan 13 kecamatan
•
Total populasi 160.000
b. Jarak Tempuh •
Bogor - Parungkuda - Kabandungan (67 km) = 2.5 jam perjalanan melalui jalan aspal kasar
•
Kabandungan – Cikaniki (950 dpl) sejauh 23 km = 1.5 hingga 2 jam perjalanan menggunakan kendaraan (direkomendasikan menggunakan four wheel drive) karena melalui jalan berbatu. 17
c. Potensi •
Masih menggunakan mesin diesel untuk keperluan penerangan listrik
•
Pembatasan jam kerja mesin diesel mulai pukul 17.00 – 24.00.
•
Harus membeli bahan bakar solar.
•
Terdapat 200 KK.
•
Dengan iklim yang basah, taman nasional ini merupakan sumber mata air dari beberapa sungai (al. sungai Citarik) yang alirannya tidak pernah kering sepanjang tahun, dan air terjun.
•
Di sebelah utara, sungai besar mengalir melalui daerah Tangerang dan Bogor, sementara di daerah selatan Sukabumi dan Lebak dilalui oleh beberapa sungai kecil.
•
Taman hutan membantu menahan air membantu mencegah banjir di musim hujan dan kekurangan air di musim kering.
•
Air terjun / Curug : Curug Cimantaja dan Cipamulaan dekat desa Cikiray; Curug Piit dan Cihanjawar di desa Nirmala; Curug Citangkolo and Ciraksamala dekat desa Mekarjaya dan Curug Ciberang dekat desa Cisarua.
•
Memanfaatkan aliran sungai untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat desa Citalahab.
•
Menggunakan sistem micro-hydro untuk membangkitkan listrik (‘murah’, ramah lingkungan – bebas polusi).
18
Gambar 3.1 Lokasi I
19
Gambar 3.2 Lokasi II
3.2 DATA LOKASI Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan sebanyak 2 tahap pada tanggal 22-23 Juni 2005 dan 23-25 September 2006, maka data lokasi proyek sebagai berikut : a. Propinsi
: Jawa Barat
b. Kabupaten
: Sukabumi
c. Kecamatan
: Kabadungan
d. Desa
: Citalahab
e. Dusun
: Citalahab Central dan Citalahab Kampung
f. Sungai
: Cikaniki
20
g. Tinggi Jatuh
: 15 m
h. Kapasitas Pembangkit
: 30 kW
i. Jumlah Pelanggan
: 200 Rumah, 2 Musolah, 1 Guest House
3.3 DESAIN BANGUNAN SIPIL Pada dasarnya, setiap sarana harus dibangun dengan memperlihatkan secara teliti semua data dan informasi yang telah dikumpulkan. Selain itu secara umum, bencana alam seperti banjir yang mungkin timbul dapat memberikan kerusakan yang fatal terhadap PLTMH, yang tentu tidak cukup dapat diperbaiki hanya dengan kerjasama dari pengelola. Oleh karena itu, penentuan desain lokasi PLTMH selain dituntut untuk disesuaikan dengan keadaan alam di sekitar lokasi juga harus mempertimbangkan faktor bencana alam yang mungkin timbul di masa mendatang, terutama bencana banjir. Dalam pembangunan PLTMH ada beberapa bangunan sipil hal yang harus dibangun yaitu: a. Bendungan. Bendungan harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk pembuangan, serta kemampuan dalam penyaluran air berlebih (flood) dengan stabil. Pintu pembuangan harus dipasang di tempat-tempat yang tepat dan sesuai untuk dapat membuang endapan yang berada di depan saluran pembawa. Apabila perlu, tembok sayap perlu dipasang untuk menghindari terlalu banyaknya air yang masuk ke dalam fasilitas saluran pembawa pada saat banjir. b. Intake. Walaupun arus sungai berada pada tingkat minimum, saluran intake harus mempunyai kemampuan membawa air dengan stabil. Desain saluran pembawa air ini harus dibuat dengan memperhatikan tingkat permukaan air pada saat debit minimum. Walaupun tanpa pengoperasian pintu saluran air, pencegahan seperti pemasangan
21
overflow spillway harus dilakukan untuk mencegah pengambilan air yang berlebih ke dalam headrace. c. Bak pengendap. Arus air masuk membawa serta pasir dan lumpur ke dalam penstock dan turbin menyebabkan jangka waktu penggunaan fasilitas-fasilitas PLTMH menjadi berkurang karena abrasi/gesekan. Untuk menghindari hal ini, maka perlu dipasang bak pengendap seoptimal mungkin. Berdasarkan kondisi lokasi, kapasitas dari bak pengendap harus ditentukan berdasarkan pada perhitungan agar ukuran partikelpartikel yang mempunyai ukuran lebih dari 0,3 – 0,5 mm dapat diambil disini. Apabila pembangunan bak pengendap ini tidak bisa dilakukan karena kurangnya biaya pembangunan atau karena topografinya, maka fungsi bak pengendap perlu ditambahkan/digabungkan dengan fungsi bak utama. d. Headrace (saluran pembawa). Headrace harus dipasang sejauh mungkin dari tempattempat yang rawan terhadap tanah longsor. Dalam kasus dimana saluran irigasi digunakan sebagai headrace, apabila saluran irigasi dekat daerah rawan longsor, maka rute headrace perlu untuk dipindahkan. Apabila lokasi headrace ditempatkan di daerah yang rawan untuk tertimpah batuan-batuan jatuh, maka langkah-langkah pencegahan ini perlu dilakukan; penempatan saluran di bawah jalan. Pemasangan penutup pada saluran terbuka tersebut, dengan papan kayu atau dengan material lain. Di beberapa lokasi yang tersebut sebagai berikut, perlu pelapisan dengan beton (semen) karena dapat terjadi pengikisan akibat arus air, sisi luar belokan pada headrace dan daerah dimana arus berkecepatan tinggi karena perubahan daerah perpotongan atau gradien/tingkat dasar pada saluran di headrace. Standar umum dari gambar rancangan headrace, adalah; gradient 1/1,00 – 1/1.500 dan kecepatan rata-rata arus air 1.0 – 3.0 m/det. 22
e. Headtank atau bak utama tempat masuk air ke dalam penstock yang diakibatkan jatuhnya tingkat permukaan air di bak utama. Bagian atas dari penstock yang terpasang harus dibuat dengan ukuran dua atau tiga kali lebih panjang daripada diameter bagian dalam penstock. Apabila pembuatan bak pengendap sulit dilakuakn karena kurangnya biaya pembangunan dan hal-hal yang berkaitan dengan topografi, fungsi dari bak pengendap perlu ditambahkan/digabungkan ke bak utama dengan memperbesar kapasitas bak utama. f. Spillway (saluran pembuang), untuk mengantisipasi kalebihan air di bak utama harus mempunyai kapasitas pembuangan yang cukup, sehingga dapat membawa arus pembuangan air maksimum secara stabil. Apabila penjebak sampah (saringan sampah) berada di bawah permukaan air pada saat operasi, sampah yang terjebak disaring mungkin tidak dapat ditemukan. Ini berarti, operator akan mendapat kesulitan dalam membersihkan sampah dengan segera untuk menghindari pengaruh yang tidak baik terhadap pengoperasian PLTMH. Atas dasar hal tersebut, maka pada saat pemasangan, pinggir dari saringan sampah diletakkan di atas permukaan air pada saat operasi. Berdasarkan pada pemahaman bahwa spillway adalah suatu bagian yang harus selalu ada, maka konstruksinya harus didesain sebaik mungkin agar kelebihankelebihan air (debit air maksimum) dari bak utama dapat mengalir dengan stabil. Apabila pintu keluar dari spillway menuju ke arah sungai kecil yang sudah ada, kelebihan air dari spillway dapat mengakibatkan pengkikisan di tepi sungai di sungai kecil tersebut disebabkan oleh meningkatnya volume air. Atas dasar hal tersebut, maka pintu keluar spillway sebaiknya dipasang menuju ke arah sungai dimana air diambil.
23
g. Penstock, secara umum jalur penstock mempunyai tingkat kemiringan yang tinggi, tanah permukaannya cenderung mudah terkikis oleh hujan. Karenanya, langkahlangkah pencegahan yang sesuai seperti pemasangan selokan dan penanaman rumput atau semak perlu diatur sebelumnya. Didalam kasus skala pembangunan yang kecil, penggunaan tipe penstock yang ditanam di bawah tanah akan sangat efektif karena disamping dapat mencengah pengikisan tanah permukaan, juga membuat perawatan lebih
mudah.
Untuk
mengurangi
biaya
pembangunan
penstock,
harus
dopertimbangkan apakah pipa-pipa siap pakai yang sudah jadi dapat digunakan (dimanfaatkan) atau tidak. Secara umum, dari segi biaya sangat diharapkan agar kecepatan arus air di dalam penstock adalah 2-5 meter/detik. Karenanya perhitungan diameter dalam penstock harus diperhitungkan secara cermat. Agar kegiatan perawatan bagian bawah penstock seperti pengecekan baut dan pengecatan menjadi lebih mudah, maka jarak antara permukaan tanah dan bagian penstock harus lebih dari 30 m. h. Rumah Turbin, di lokasi tempat rumah turbin, yang paling utama untuk dipertimbangkan adalah pencegahan rumah turbin dari genangan air pada saat banjir. Untuk itu maka tingkat permukaan air sungai yang berkaitan dengan jumlah pembuangan air banjir dihitung dengan memperhatikan tingkat permukaan air, serta lokasi rumah turbin. Secara lebih rinci, tingkat permukaan lantai rumah turbin harus dibuat minimal sejajar dengan tingkat permukaan sungai yang terhibung langsung dengan pembuangan air tersebut. Selain itu, ruas lingkar rumah turbin sebuah selokan perlu dibangun guna menghindari kelebihan air dari hujan masuk ke dalam rumah turbin.
24
i. Trailrace, untuk dapat mencegah air masuk ke dalam rumah turbin karena banjir. Jumlah outlet air harus ditentukan dengan memperhatikan tingkat permukaan air yang berkaitan dengan jumlah pembuangan air telah diperhitungkan / diperkirakan sebelumnya. j. Walkway (tangga servis), beberapa servis walkway perlu dibangun sepanjang saluran air, guna memudahkan pengawasan harian juga perawatan yang akan dilakukan oleh operator. Untuk pemasangan beberapa servis walkway, hal-hal yang tersebut di bawah ini perlu untuk diperhatikan adalah sebuah servis walkway sangat penting untuk dibangun, dengan pengertian bahwa apabila terjadi banjir, operator tetap dapat mendekati fasilitas saluran pembawa dengan aman serta kegiatan pengoperasian pintu-pintu air tetap dapat dijalankan. Dan pembuatan tangga sepanjang jalur penstock juga diperlukan, dimana para operator dapat melakukan inspeksi penstock secara aman..
3.4 PERANGKAT MECANICAL ELECTRICAL (ME) Selain desain sipil terdapat juga peralatatan-peralatan ME yaitu: a. Turbin. Sebuah turbin akan merubah energi / tenaga dari bentuk air yang jatuh kebentuk tenaga staf yang berputar. Pemilihan turbin yang terbaik untuk lokasi tenaga hidro sangat tergantung dari ciri-ciri lokasi yang akan dibangun. Faktor dominannya adalah head yang ada dan keluaran energi yang dibutuhkan di lokasi PLTMH ( < 100 kW), sebuah turbin dengan arus silang (crossflow) dapat digunakan dalam hal ini. Dibandingkan dengan tipe yang lain, turbin cross mempunyai teknik pembuatan yang lebih sederhana, pengoperasian dan perawatan yang lebih mudah, dan biaya pemasangan yang lain rendah[3]. 25
b. Sistem Pengoperasian. Apabila PLTMH yang dibangun direncanakan untuk daerah tanpa listrik, maka sistem pengoperasian yang mandiri perlu dilakukan. Turbin dapat berputar atau berotasi dengan menggunakan volume air yang selalu tetap, sehingga apabila beban berubah, maka pengatur beban dummy akan mengambil alih pengaturan tenaga listrik. c. Generator / pembangkit. Generator mempunyai fungsi untuk merubah tenaga mekanikal, yaitu berupa putaran menjadi tenaga listrik. Bagian utama generator terdiri atas bagian yang berputar yang disebut sebagai “rotor” dan bagian yang diam yang disebut “stator”. Terdapat pemisah berbentuk udara antara rotor dan stator. Untuk pemasangan PLTMH, sebuah generator sinkron atau generator induksi dapat digunakan. d. Panel kontrol. Komposisi panel kontrol sangat bermacam-macam tergantung pada PLTMH apakah pengoperasiannya terpisah atau terhubung dengan sistem, dan dalam perencanaan ini tergabung. e. Grounding. Grounding adalah salah satu alat yang sangat penting untuk dipasang, misalnya dalam pemasangan generator, sistem distribusi dan sistem distribusi. Grounding dipasang untuk melakukan proteksi pada peralatan terhadap kenaikan voltase secara tiba-tiba. Grounding juga mempunyai fungsi untuk menghindari shock turbin akibat listrik apabila ada kebocoran atau kerusakan peralatan. f. Distribusi. Secara umum, rumah turbin dibangun berdekatan dengan rumah para konsumen. Listrik di distribusikan dari rumah turbin melalui jalur distribusi ke kotak instalasi para konsumen, sistem distribusi juga harus memperhitungkan terjadinya tegangan jatuh, apabila para konsumen tinggal jauh dari rumah turbin. Dalam hal ini,
26
panjang jalur distribusi yang ideal adalah kira-kira 1,5 km agar tegangan tidak turun (drop) di bawah nilai tersebut agar tidak mempengaruhi peralatan listrik. g. Metode distribusi. Tegangan yang disediakan oleh rumah turbin biasanya menggunakan sistem fase 3 dengan 4 kabel penghubung (star connection). Kelebihan penggunaan 4 kabel dari 3 kabel adalah kapasitas yang didistribusikan dapat menurun, sehingga regulasi tegangan menjadi lebih baik. Dengan arus yang sama, tenaga listrik dari 4 kabel dapat naik tiga kali lebih banyak daripada menggunakan sistem delta dengan 3 kabel. h. Pemasangan sambungan ke konsumen. Sistem pemasangan distribusi konsumen sebaiknya dimulai dengan kabel distribusi dari tiang listrik yang paling dekat dengan instalasi rumah sampai dengan titik nya. Terdapat banyak sekali jenis peralatan yang dapat digunakan. Beberapa peralatan utama yang biasa digunakan untuk pemasangan di konsumen ini antara lain adalah; kabel instalasi, power restricter (MCB), grounding (arrester), connector. i. Kabel Listrik; kabel tembaga dan pipa sebagai kabel insulasi umum digunakan untuk menghantar distribusi.
3.5 DATA TEKNIS Berdasarkan hasil survei yang telah di lakukan pada lokasi pembangunan PLTMH Citalahap, maka di dapat data teknis sebagai berikut :
27
Tabel 3.1 Data teknis pembangunan PLTMH Citalahap
NO. PARAMETER
TIPE/UKURAN
KETERANGAN
1.
Nama Lokasi
Citalahab
2.
Kapasitas
1 x 30 kW
Pembangkit 3.
Tinggi Jatuh
4.
Saluran Penyadap
Tipe
Direct Intake
5.
Saluran Pembawa
Panjang
200 meter
Lebar
1 meter
Tinggi
1 meter
Konstruksi
Pasangan batu beton bertulang
Volume
3 x 3 x 2.5 meter
6.
Bak Penenang
15 meter
7.
Pipa Pesat
Panjang
20 meter
8.
Rumah Pembangkit
Pondasi
Ukuran Turbin Impulse
Ukuran
4 x 4 meter
9.
Turbin
Jenis
Crossflow
10.
Sistem Kontrol
Tipe
Electronic Load Control (ELC)
11.
Generator
Tipe
Generator Sinkron AC, 3 phasa
Kapasitas
28
12.
Transmisi
dan Transmisi
Twisted A1 x 70 mm2, 5000 m
Distribusi
Distribusi
Twisted A1 x 35 mm2, 3000 m
Instalasi
NYM
Tiang
Besi, Tinggi 7 meter
Pembatas Daya
MCB 0.5 A
2 x 1.5 mm2, 3000 m
Dari data survey yang telah dilakukan didapat, bahwa debit air yang ada di Citalahap jumlah debit air sebesar 0.35 yang di peroleh dari pengukuran . Q=VxA Dimana V
= 0.035 m/s
A
= 10 m2
Maka Q = 0.35 m3 / s Dengan didapat Nilai Q maka dapat menghitung Daya yang dihasilkan P = 9.8 x Q x He x η Dimana He
= 15 m
η
= 60 %
Maka P = 30 kW
29
BAB IV ANALISIS KEEKONOMIAN PLTMH
4.1 KOMPOSISI BIAYA PEMBANGUNAN Setelah membuat desain dan rancangan, biaya pembangunan akan dikalkulasikan sesuai dengan ukuran atau dimensi dari berbagai sarana yang akan dibuat. Secara umum, biaya pembangunan terdiri atas beberapa item. Namun di dalam pelaksanaannya, beberapa sarana irigasi telah tersedia, dan adanya beberapa sarana pendukung yang mungkin masih bisa difungsikan. Dalam tabel 4.1 berisikan rincian anggaran biaya dalam pembuatan PLTMH di desa Citalahap. Tabel 4. 1 Rincian Anggaran Biaya
No
UNIT PEKERJAAN
VOL
SAT
TOTAL HARGA SAT
JML. HARGA HARGA
Rp
Rp Rp
I
PEKERJAAN PERSIAPAN 1
Direksi keet/gudang barang
1
ls
2.500.000
2.5000.000
2
Bouwplank
786
m
2.900
2.279.400
3
Pembersihan & setting out
1
ls
1.500.000
1.500.000
a. Batu kali
60
m3
23.000
1.380.000
b. Kawat Bronjong
780
Kg
4.770
3.720.600
c. Besi Beton d. 10 cm
12
Brg
4.600
52.200
II
PEKERJAAN SIPIL 1
Bendungan Bronjong
30
2
3
4
Intake a. Pasangan batu kali
14,44
m3
105.000
1.516.200
b. Pasangan batu kosong
5.6
m3
22.550
126.280
c. Galian Tanah
33.6
m3
7.700
2.464
d. Plesteran kepala
0.32
m2
7.7000
2.464
e. Siaran
40.6
m2
1.100.000
1.320.000
f. Saringan
1.2
m2
1.100.000
1.320.000
g. Urugan pasir
2.8
m3
24.500
68.6000
h. Plesteran & acian
20.5
m2
8.300
170.150
i. Beton bertulang K-175
1.2
m3
661.250
693.500
j. Balok kayu 20 / 40 X 0.80
0.16
m3
690.000
110.400
Sub Jumlah
4.567.284
Saluran Pembawa a. Galian tanah
897.75
m3
7.700
6.912.675
b. Siaran 1 : 2
825
m2
4.950
4.083.750
c. Plesteran dan acian
315
m2
8.300
2.614.500
d. Pas. batu kali
360.75
m3
105.000
37.878.750
Sub Jumlah
51.489.675
Bak Pengendap Penenang & Pelimpah
5
a. Galian tanah
123.5
m3
7.700
950.950
b. Urungan pasir
4.94
m3
24.500
121.030
c. Pas. batu kosong
9.88
m3
22.500
222.794
d. Pas. batu kali
62.4
m3
105.000
6.552.000
e. Plesteran 1 : 3
142.1
m2
8.300
1.179.430
f. Siaran 1 : 2
95.4
m2
4.950
472.230
g. Pintu air peguras
1
bh
862.500
862.500
h. Pintu air Pipa pesat
1
bh
1.035.000
1.035.000
i. Saringan
1
bh
1.100.000
1.100.000
Sub Jumlah
1.2.495.000
Pondasi & Pipa pesat a. Penstock d. 610 mm. 14 mm
20
m
733.100
14.662.000
b. Karet Flens
6
m2
87.000
586.500
c. Klem penstock
4
bh
57.500
230.000
31
6.
d. Galian tanah
11.4
m3
7.700
87.780
e. Urungan pasir
1.1
m3
24.500
26.950
f. Pas batu kosong
3.2
m3
22.550
72.160
g. Pas batu kali
17.67
m3
105.000
1.855.350
h. Siaran
10.1
m2
4.950
49.995
i. Plesteran dan acian
14.7
m2
8.3000
205.010
j. Beton tumbuk K-175
4.46
m3
431.250
1.923.375
k. Beton bertulang K-175
6.8
m3
661.250
4.495.500
l. Rip rap batu kali
10.08
m3
6.325
63.756
Sub Jumlah
24.249.376
Rumah Turbin a. Galian Tanah
8.93
m3
7.700
68.761
b. Urugan Pasir
1.92
m3
24.500
48.020
c. Pas, batu kosong
0.49
m3
22.500
11.050
d. Pas, batu kali
4.2
m3
105.000
441.000
0.67
m3
902.750
604.843
f. Pas dinding
2.64
m2
140.500
370.920
g. Plesteran + acian
83.52
m2
8.300
693.216
h. Kusen pintu & jendela
0.26
m3
293.250
76.245
3.6
m2
172.500
624.000
1.2
m2
75.900
91.080
0.26
m3
345.000
89.700
l. Konsol kayu
0.15
m3
373.750
56.063
m. Atap asbes gelombang
35
m2
18.400
644.000
n. Lantai ( cor, tumbuk )
0.93
m3
112.700
107.065
o. Kunci, engsel, grendel
1
unit
40.250
40.250
p. Pondasi turbin beton K-225
1.62
m3
711.150
1.152.063
Sub Jumlah
5.115.275
e. Sloof, ring balk Kolom beton
i. Daun pintu ( double triplek ) j. Jendela kaca 1, 5 mm k. Balok kayu 6 / 15 ( kuda-kuda+konst atap )
7.
Tail Race
32
8.
a. Galian Tanah
15.75
m3
7.700
121.275
b. Urugan Pasir
0.75
m3
24.500
18.375
c. Pas, batu kosong
3
m3
22.550
67.650
d. Pas, batu kali
6.4
m3
105.550
672.000
e. Plesteran 1 : 3
30
m2
8.300
249.000
f. Saluran 1 : 2
24
unit
4.950
118.000
g. Riprap batu kali
2
m3
6.325
12.650
Sub Jumlah
1.259.750
Finishing a. cat Tembok
104.36
m2
8.050
840.098
b. Cat kayu kusen, pintu, balok
44
m
8.050
354.200
c. Cat pipa pesat
36
m
10.350
372.600
Sub Jumlah
1.566.898
III.
MECANICAL ELECTRICAL
1.
Turbin
2.
89.317.500
a. Crossflow bo = 380 mm
1
unit
29.267.500
29.267.500
b. Chaais turbin
1
unit
1.150.000
1.150.000
C. Pulley turbin
1
unit
1.400.000
1.400.000
d. Flat turbin
1
unit
1.250.000
1.250.000
e. Nozzle
1
unit
1.000.000
1.000.000
1
unit
16.750.000
16.750.000
a. Heater
1
unit
5.850.000
5.850.000
b. Box ballast
1
unit
850.000
850.000
150 rpm, 3 phase
1
unit
12.000.000
12.000.000
b. Chassis generator
1
unit
1.150.000
1.150.000
c. Pulley generator
1
unit
850.000
850.000
Electrical Load Control a. Electric Load Controller 40 kW
3.
4.
Ballast Load
Generator a. Syncrounous 40 kW
33
d. Bearing, Couping,
Block bearing
1
unit
2.300.000
2.300.000
5.
Protektor
1
unit
4.000.000
4.000.000
6.
Setup instalasi dan peralatan
1
unit
6.500.000
6.500.000
7.
Mobilitas dan finishing
1
unit
5.000.000
5.000.000
IV
DISTRIBUSI
1.
Tiang a. Tiang panjang 7 m
2.
V.
65.127.500
100
bh
200.000
20.000.000
a. Kabel twisted 4 x 70 mm2
2000
m
12.000
24.000.000
b. Kabel twisted 4 x 35 mm2
1000
m
8.000
8.000.000
c. Upah pemasangan
1
ls
5.250.000
5.250.000
d. Asesories tiang dan kabel
1
ls
7.877.500
7.877.500
Kabel twisted
INTALASI RUMAH KONSUMEN ( SRIP )
1.
37.500.000
Sambungan Rumah & Instalasi Rumah
200
unit
187.500
37.500.000
Grand Total Rp.
4.2
304.124.391,50
PENENTUAN HARGA PER UNIT
Sebelum melakukan estimasi biaya pembangunan. harga per unit dari setiap pekerjaan akan dihitung dengan cara membandingkannya dengan harga per Unit standar di lokasi yang akan dibangun.
( 1 ) Pekerjaan :
1 m3 Penggalian tanah normal
34
Rp
Term
Jumlah
Unit
Buruh
0,9
Orang
10.000
9.000
Orang
20.000
9.600
Harga per Unit
9.600
Mandor 0,03
Harga per Unit
1 m3 Urugan normal
( 2 ) Pekerjaan :
Harga Total
Rp
Term
Jumlah
Unit
Pasir
1,2
m3
25.000
30.000
Buruh
0,3
Orang
10.000
3.000
Orang
20.000
200
Harga per Unit
33.200
Mandor 0,01
( 3 ) Pekerjaan :
Harga per Unit
1 m3 Pengerasan lapisan normal
Harga Total
Rp
Term
Jumlah
Unit
Buruh
0,9
Orang
10.000
3.000
Orang
20.000
200
Harga per Unit
3.200
Mandor 0,031
Harga per Unit
35
Harga Total
4. 3 PERHITUNGAN KEMAMPUAN MASYARAKAT MEMBAYAR REKENING Di desa Citalahap terdapat 200kk dengan penghasialan perbulan antara Rp 50.000- Rp 300.000 perbulan dan berdasarkan pada pertemuan yang dilakukan pada survai terakhir yang telah dilakukan didapat bahwa masyarakat di desa Citalahap mampu membayar rekening antara Rp 20.000-Rp 30.000 per bulan per rumah. Sehingga bila rata-rata per kosumen Rp 25.000- kali 200 KK, maka pendapatan kotor per bulan adalah Rp 5.000.000, dalam 1 tahun berjumlah: 12 x Rp 5.000.000,- = Rp60.000.000,-, dan jumlah ini masih dikurangi biaya operasi dan pemeliharaan per tahun. Biaya operasi dan pemeliharaan meliputi a. Biaya gaji operator dan pemeliharaan yang disepakati adalah 20% perbulan b. Biaya perbaikan peralatan PLMTH mencapai 25 % pertahun Maka didapat pendapatan bersih sebesar Rp. 33.000.000,-.Dengan kapasitas pembangkit 30 kW keseluruhan biayanya Rp. 304.124.391,50., maka dalam waktu 10 tahun biaya investasi pembangunan PLTMH dapat dikembalikan dengan melihat kemampuan masyarakat di atas dimana tidak mungkin membiayai sendiri Pembangunan PLTMH maka pendanaan yang dibutuhkan harus merupakan dana hibah dan dana pinjaman .
36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN 1. Perencanaan yang menyangkut pemilihan teknologi harus didukung data yang kongkrit, cukup dan dapat diandalkan. 2. Peningkatan faktor beban dengan memanfaatkan listrik untuk kegiatan produktif pada siang dan malam hari. 3. Pemberdayaan masyarakat setempat beserta aparat terkait sejak awal pembangunan dalam bentuk transfer teknologi dan pelatihan dari institusi terkait. 4. Dengan memberikan pengelolaan dan perawatan melalui badan usaha koperasi, diharapkan masyarakat setempat memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap PLTMH.
5.2 SARAN Seiring dengan meningkatnya harga energi yang dihasilkan dari fosil maka hal yang sangat mungkin dilakuan adalah mengganti energi fosil dengan energi alternatif lainnya dalam hal ini air dan peran serta swasta, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) sangat diharapkan dalam pembangunan PTMH di desa-desa terpencil yang tidak mungkin dapat didistribusikan listrik oleh PT PLN (Pesero).
37
DAFTAR PUSTAKA [1] Ibrahim, A. H., “Proyeksi Kedepan Pembangunan Hydropower Plant di Indonesia” , PT PLN (Persero), 2005, Jakarta. [2] Irwanto, R. D, “Sekilas Mengenai Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Air”, Konsultan Wiratman & Associates, 2005, Jakarta. [3] Sularso, Hendrawan, “Penelitian Turbin”, LIPI, Jakarta. [4] “Direktori dan Pemetaan Lokasi PLTMH dan PLTS Yang Dikelola Koperasi Dan UKM”, Kantor Menteri Negara Urusan Koperasi Dan UKM, 2002, Jakarta. [5] “Pedoman Umum Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro”, Kantor Menteri Negara Urusan Koperasi Dan UKM, 2001, Jakarta.
38