BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah yang luas terbentang dari Sabang sampai Merauke. Beragam jenis bahan pangan lokal terdapat di Indonesia, yang dapat dikonsumsi sama seperti bahan pangan pokok pada umumnya. Bahan makanan yang dikonsumsi harus memiliki lima kelompok zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk kegiatan sehari-hari yaitu karbohidrat, protein, lemak dan mineral serta tubuh juga memerlukan air dan serat. Tubuh akan terpenuhi zat gizinya apabila kita mengkonsumsi beragam makanan, karena pada setiap bahan pangan yang kita konsumsi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Diketahui bahwa pola konsumsi pangan di Indonesia masih didominasi oleh tingginya konsumsi karbohidrat terutama beras sebagai pangan pokok sementara konsumsi umbi-umbian, protein, sayuran dan buah-buahan masih belum mencapai target walaupun terjadi peningkatan konsumsi (Kementan,2012) jika dibandingkan dengan negara asia lainnya. Hal ini didukung oleh pendapat Menteri Pertanian Suswono (Kementan, 2011) mengatakan bahwa konsumsi pangan pokok beras per kapita di Asia Tenggara masih tinggi. Saat ini Indonesia konsumsi beras mencapai 316 gram/kapita/hari, padahal cukup jika dipenuhi dengan 275 gram/kapita/hari. Sementara, konsumsi umbi-umbian hanya 40 gram/kapita/hari, dari jumlah ideal 100 gram/kapita/hari (Kementan, 2011). Berdasarkan hal tersebut diperlukan perubahan pada pola konsumsi pangan seiring dengan meningkatnya pendidikan,
1
2
pengetahuan gizi dan kesejahteraan masyarakat dalam rangka perbaikan status gizi masyarakat sebagai salah satu prediktor untuk kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan hal tersebut pemerintah membentuk Program Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) yang bertujuan untuk mengupayakan masyarakat mengkonsumsi beragam makanan yang bergizi, seimbang dan aman, yang dimulai dari konsumsi rumah tangga. Program ini memiliki indikator outcome yaitu skor Pola Pangan Harapan (PPH) semakin beragam konsumsi makanan yang dilakukan oleh masyarakat, maka skor PPH semakin tinggi. Bali dengan jumlah penduduk 4152,8 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2015) dan merupakan destinasi pariwisata menjadikan Bali dikunjungi oleh tamu domestik bahkan mancanegara. Menyebabkan arus globalisasi semakin dirasakan. Bermacam-macam produk buatan dalam negeri sampai buatan luar negeri mudah diakses. Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun dari suatu pola ketersedian dan atau konsumsi pangan). Berdasarkan laporan Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian tahun 2014 mengenai skor PPH Nasional tahun 2010-2014 (Mendapatkan hasil skor PPH mengalami penurunan dari tahun 2010-2013). Tahun 2010 skor PPH sebesar 85,7% mengalami penurunan pada tahun 2011 capaian skor PPH sebesar 85,6%. Pada tahun 2012 capaian skor PPH mengalami penurunan menjadi 83,5% dan tahun 2013 capaian skor PPH mengalami penurunan menjadi 81,4%, namun pada tahun 2014 capaian skor PPH meningkat menjadi 83,6%. Sedangkan untuk skor PPH di Bali dari tahun 2011-2014. Didapatkan hasil yaitu tahun 2011 capaian skor PPH sebesar 62,06% mengalami peningkatan pada tahun 2012 dengan capaian skor PPH sebesar 63,73%, namun
3
pada tahun 2013 capaian skor PPH mengalami penurunan menjadi 58,7% dan untuk tahun 2014 kembali mengalami penurunan skor PPH menjadi 58,2%. (Badan Pusat Statistik, 2014). Pada penelitian lain dengan kondisi dan karakteristik yang sama terletak di Kecamatan Lakor didapatkan bahwa skor PPHnya adalah 65,9. Hal ini masih dibawah standar dari skor PPH Nasional. (Lily, Y., 2013). Berdasarkan kondisi skor PPH di Provinsi Bali yang rendah ditambah lagi dengan laporan Badan Ketahan Pangan Kementrian Pertanian RI tahun 2012 mengenai roadmap diversifikasi pangan tahun 2011-2015, Bali berada posisi strata 1 mengalami kondisi sangat rawan pangan yaitu ≤ 14,47% dan presentase pendek pada anak balita ≤ 32%. Dari laporan ini kita dapat mengetahui bagaimana kondisi ketahanan pangan pada Provinsi Bali yang ternyata mengalami kerawanan. Kondisi rawan pangan lebih banyak di alami oleh RTS yang merupakan rumah tangga miskin. Penduduk miskin Provinsi Bali terbanyak terdapat pada Kabupaten Klungkung berdasarakan data dari (BPMPD, 2013) yaitu sebesar 14.627 jiwa. Yang tersebar di 4 Kecamatan terdiri dari Kecamatan Dawan sebesar 1840 jiwa, Kecamatan Klungkung sebesar 2804 jiwa, Kecamatan Banjarangkan 3092 jiwa dan Kecamatan Nusa Penida 6891 jiwa. Wilayah Kabupaten Klungkung sepertiganya terletak di daratan Pulau Bali dan dua pertiganya terletak di Kepulauan Nusa Penida. Dari jarak tempuh per kecamatan menuju pusat kota Klungkung yang jauh. Menandakan diperlukannya prasarana yang mendukung untuk mengirimkan pasokan bahan makanan yang beragam diantaranya cuaca, waktu dan tenaga. Agar seluruh bahan makanan yang diperlukan masyarakat terpenuhi.
4
Dari empat Kecamatan di Kabupaten Klungkung yang memiliki penduduk miskin terbanyak adalah Kecamatan Nusa Penida yang tersebar di 15 desa. Dari 15 desa tersebut yang memiliki penduduk miskin terbanyak adalah Desa Batukandik. Berdasarkan penjelasan diatas sampel penelitian ini diambil di Desa Batukandik Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung dilihat dari banyaknya penduduk miskin, faktor yang mempengaruhi skor PPH (jumlah anggota keluarga, Pengetahuan ibu tentang gizi, tingkat pendapatan keluarga, pengeluaran rumah tangga, pantangan makan, diet dan kepemilikan lahan). Serta prasarana yang dibutuhkan untuk mengirimkan pasokan bahan makanan. Rumusan Masalah Skor PPH di Provinsi Bali masih rendah dan perlu adanya penelitian mengenai faktor yang berhubungan dengan skor PPH . Faktor PPH yaitu jumlah anggota keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi, tingkat pendapatan keluarga, pengeluaran pangan rumah tangga, pantangan makan, diet dan kepemilikan lahan. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, berikut terdapat beberapa permasalahan yang menjadi pertanyaan dalam penelitian yaitu : 1. Bagaimanakah gambaran skor pola pangan harapan pada RTS di Desa Batukandik Pulau Nusa Penida ? 2. Bagaimanakah gambaran konsumsi energi pada RTS di Desa Batukandik Pulau Nusa Penida ? 3. Bagaimanakah gambaran ekonomi, budaya dan pengetahuan pada RTS di Desa Batukandik Pulau Nusa Penida ?
5
4. Adakah hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan Skor PPH pada RTS di Desa Batukandik Pulau Nusa Penida ? 5. Adakah hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan Skor PPH pada RTS di Desa Batukandik Pulau Nusa Penida ? 6. Adakah hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan Skor PPH pada RTS di Desa Batukandik Pulau Nusa Penida ? 7. Adakah hubungan antara pengeluaran pangan rumah tangga dengan Skor PPH pada RTS di Desa Batukandik Pulau Nusa Penida ? 8. Adakah hubungan antar pantangan makan dengan Skor PPH pada RTS di Desa Batukandik Pulau Nusa Penida ? 9. Adakah hubungan antara kepemilikan lahan dengan Skor PPH pada RTS di Desa Batukandik Pulau Nusa Penida ? Tujuan 1.4.1
Tujuan Umum Mengetahui faktor yang berhubungan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH)
pada Rumah Tangga Sasaran (RTS) di Desa Batukandik Pulau Nusa Penida. 1.4.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran skor pola pangan harapan pada RTS di Desa Batukandik Pulau Nusa Penida. 2. Mengetahui gambaran konsumsi energi pada RTS di Desa Batukandik Pulau Nusa Penida. 3. Mengetahui gambaran ekonomi, budaya dan pengetahuan pada RTS di Desa Batukandik Pulau Nusa Penida.
6
4. Mengetahui hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan Skor PPH pada RTS di Desa Batukandik Pulau Nusa Penida. 5. Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan Skor PPH pada RTS di Desa Batukandik Pulau Nusa Penida. 6. Mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan Skor PPH pada RTS di Desa Batukandik Pulau Nusa Penida. 7. Mengetahui hubungan antara pengeluaran pangan rumah tangga dengan Skor PPH pada RTS di Desa Batukandik Pulau Nusa Penida. 8. Mengetahui hubungan antara pantangan makan dan diet dengan Skor PPH pada RTS di Desa Batukandik Pulau Nusa Penida . 9. Mengetahui hubungan antara kepemilikan lahan dengan Skor PPH pada RTS di Desa Batukandik Pulau Nusa Penida. Manfaat 1.5.1
Manfaat Teoritis Dapat memberikan informasi dan bahan pustaka kepada Dinas Kesehatan,
Puskesmas, Bidang Ketahanan Pangan mengenai keadaan gizi dan tingkat keragaman pangan serta dapat mengetahui lebih dalam mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan skor PPH. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menyususn kegiatan yang berbasis keragaman pangan dan pemanfaatan pangan lokal. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan peneliti lain.
7
1.5.2
Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah : 1. Hasil penelitian ini merupakan salah satu langkah dalam membantu pemerintah terkait dengan program P2KP (Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan). 2. Peneliti dapat mengaplikasikan teori yang didapat dalam proses perkuliahan dan mendapatkan pengalaman secara langsung dalam melakukan pengamatan. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini pada bidang gizi kesehatan masyarakat dengan
mengambil materi mengenai faktor yang berhubungan dengan skor PPH pada RTS di Desa Batukandik Kabupaten Klungkung dan secara langsung dapat mengetahui pola konsumsi pangan dan bagaimana cara mengakses makanan.