1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mengalami krisis moneter sejak tahun 1997 yang menyebabkan harga-harga naik karena mengikuti kurs (U$ dollar). Tahun ini (2005) pemerintah menetapkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) naik lagi sebesar 29% yang menyebabkan harga-harga sembako menjadi ikut naik sehingga daya beli konsumen menjadi berkurang karena masyarakat pada umumnya merasa terbebani untuk membeli dalam harga yang terus naik atau mahal. Kenaikan harga yang disebabkan oleh naiknya BBM tidak hanya pada sembako saja, akan tetapi berdampak juga pada kenaikan biaya pajak, baik pajak toko, perusahaan, rumah, biaya tenaker (tenaga kerja), dan biaya lain-lain yang ikut naik. Kenaikan tersebut mempengaruhi masyarakat Indonesia yang mengalami kemerosotan yaitu tingkat kemiskinan bertambah dan semakin banyaknya jumlah pengangguran yang terus meningkat dari tahun ke tahun yang menyebabkan semakin banyaknya tindakan kriminalitas sehingga keamanan masayarakat kurang terjamin dengan baik. Dalam kondisi demikian, perusahaan didirikan dengan adanya tujuan untuk memperoleh keuntungan, memang keuntungan bukan satu-satunya tujuan didirikannya suatu perusahaan namun baik perusahaan yang didirikan tanpa adanya tujuan untuk memperoleh laba adalah sangat jarang terjadi. Jika tidak dapat memperoleh keuntungan maka perusahaan tidak dapat berkembang atau
2
maju dengan baik serta dapat menyebabkan terjadinya kebangkrutan perusahaan tersebut. Salah satu jenis perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan adalah toko barang-barang kelontong atau sembako. Bagi suatu toko yang menjalankan kegiatan bisnisnya (jual-beli), khususnya pada Toko Sembako Lancar di Purwokerto tentu banyak menghadapi berbagai macam masalah yang secara langsung ataupun tidak langsung berhubungan dan mempengaruhi perkembangan dan besarnya toko tersebut. Semakin besar dan berkembangnya toko dan perusahaan tersebut maka akan semakin banyak masalah yang dihadapi. Di antara berbagai masalah yang dihadapi toko seperti halnya Toko Sembako Lancar di Purwokerto, yang penting dan menarik untuk diteliti adalah mengenai BEP atau analisis cost volume profit. Oleh karena itu dari masalah BEP kita juga dapat mengetahui kapan toko dapat mengalami laba atau keuntungan, yang mana laba atau keuntungan adalah tujuan utama perusahaan. Di samping itu, analisis BEP juga dapat digunakan untuk mengetahui pada volume penjualan berapa toko tidak mengalami kerugian. Hal ini kesemuanya dapat diketahui bila titik Break Even- nya diketahui. Bila produksi atau penjualan di atas titik Break Even berarti toko mendapatkan keuntungan. Akan tetapi jika penjualannya di bawah titik Break Even maka toko mengalami kerugian. Dan kemungkinan lain apabila produksi dan penjualannya sama dengan titik Break Even maka toko tidak mengalami baik keuntungan maupun kerugian.
3
Kegunaan lain BEP bagi manajemen adalah sebagai berikut: a. Sebagai alat untuk mengambil keputusan oleh manager. b. Sebagai alat untuk mengendalikan budget. c. Sebagai dasar untuk rencana pengembangan. d. Sebagai alat untuk menentukan harga jual e. Sebagai alat untuk merencanakan laba Perusahaan yang akan diambil sebagai studi kasus adalah Toko Sembako Lancar merupakan perusahaan yang menjual berbagai macam jenis barang sembako, antara lain minyak goreng, gula pasir, tepung terigu, rokok, roti, sabun, dan obat-obatan. Karena besarnya manfaat dan pentingnya BEP bagi kemajuan dan perkembangan toko tersebut, maka sangat perlu bagi pemilik toko untuk mengetahuinya. Hal-hal tersebut di atas itulah yang mendorong penulis untuk megambil judul “Analisis penjualan produk sebagai upaya peningkatan pendapatan dengan menggunakan analisis Biaya-Volume-Laba”. Studi kasus pada Toko Sembako Lancar.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah yang dihadapi oleh Toko Sembako Lancar adalah produk manakah yang layak dikembangkan dan bisa menghasilkan laba kontribusi yang paling besar untuk dapat menunjang kemajuan dan perkembangan toko tersebut ?
4
1.3. Batasan Masalah Mengingat keterbatasan waktu, data dan kemampuan pada diri penulis, maka penulis akan membatasi pada permasalahan sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan pada Toko Sembako Lancar yang berlokasi di jalan Wihara Blok H-10 Kompleks Pasar Wage Baru Purwokerto (Banyumas) 53111. 2. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2005. 3. Penelitian dibatasi pada biaya-volume-laba yang dilakukan pada perusahaan yang bersangkutan. 4. Barang sembako yang akan diteliti adalah minyak goreng malinda, terigu dahlia, dan gula pasir pada tahun 2004. Karena barang- barang tersebut merupakan barang-barang yang paling laku dan diharapkan barang tersebut menjadi unggulan.
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui barang mana diantara barang sembako, yaitu minyak goreng malinda, terigu, dan, gula pasir, yang dapat memberi laba kontribusi paling besar untuk dapat menunjang kemajuan dan perkembangan bagi Toko Sembako Lancar.
5
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan mempunyai beberapa kegunaan atau manfaat antara lain: 1. Bagi Penulis - Penelitian ini dilakukan sebagai pengalaman nyata disamping teori yang telah diperoleh di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Duta Wacana. - Untuk menambah pengetahuan dalam menggunakan analisis biayavolume- laba sebagai alat bantu untuk mengetahui barang mana diantara barang sembako minyak goreng malinda, terigu dahlia, dan gula pasir yang dapat memberi laba kontribusi paling besar untuk dapat menunjang kemajuan dan perkembangan paling besar bagi Toko Sembako Lancar. - Untuk dapat memahami analisis biaya-volume-laba serta memahami akuntansi manajemen yang baik. 2. Bagi Toko Sembako Lancar - Penelitian ini berguna sebagai gambaran bagi toko untuk merencanakan penjualannya dan keuntungan yang diperoleh. - Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan masukan kepada Toko Sembako Lancar sebagai alat bantu untuk mengetahui barang mana diantara barang sembako minyak goreng malinda, terigu dahlia, dan gula pasir yang dapat memberi laba kontribusi paling besar untuk dapat menunjang kemajuan dan perkembangan bagi Toko Sembako Lancar.
6
- Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan analisis biaya-volume-laba. - Sebagai proses perencanaan dan pengendalian serta diharapkan dapat memperbaiki kinerja manajemen. 3. Bagi pihak lain - Penelitian ini berguna sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan untuk menambah pengetahuan - Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pelajaran yang menambah wawasan serta pengetahuan mengenai analisis biaya-volume-laba khususnya dalam penjualan produk sebagai upaya peningkatan pendapatan .
1.6. Telaah Literatur dan Kerangka Pemikiran Analisis biaya-volume-laba merupakan suatu metode bagaimana perubahan variabel-variabel berikut akan mempengaruhi laba yaitu biaya variabel per unit, harga jual per unit, jumlah biaya tetap per periode, volume penjualan dan bauran penjualan. Analisis biaya-volume-laba adalah pemeriksaan bagaimana jumlah pendapatan dan jumlah biaya atau pengeluaran berubah seiring dengan perubahan volume penjualan. Analisis biaya-volume-laba adalah instrument yang lazim dipakai untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan (Henry Simamora, 1999 : 159). Misalnya, analisis biaya-volume-laba dalam menetapkan harga jual, memilih bauran penjualan, dan
7
menganalisis perubahan biaya variabel dan biaya tetap terhadap profitabilitas perusahaan. Analisis
biaya-volume-laba
merupakan
instrumen
perencanaan
dan
pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah tehnik dan prosedur pemecahan masalah dengan bertumpukkan pada pemahaman terhadap pola-pola perilaku biaya perusahaan. Analisis biaya-volume-laba adalah analisis pola-pola perilaku biaya yang mendasari hubungan-hubungan antara biaya, volume, dan laba (Henry Simamora, 1999:160). Dalam analisis biaya-volume-laba, volume mengacu kepada sebuah pemicu biaya aktivitas, seperti unit penjualan, biaya, dan laba. Analisis biaya-volume-laba merupakan persoalan yang kompleks karena hubungan-hubungan tersebut sering dipengaruhi oleh faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian di luar kendali manajemen. Analisis biaya-volume-laba merupakan salah satu faktor kunci dalam berbagai macam keputusan manajemen. Konsep analisis biaya-volume-laba merasuki bidang akuntansi manajemen karena konsep ini berhubungan dengan bagaimana seorang manager melaksanakan tugasnya. Konsep ini mempunyai manfaat yang sangat besar, sehingga berfungsi sebagai alat manajemen yang sangat penting yaitu untuk mengetahui potensi laba yang belum dimanfaatkan oleh suatu perusahaan. Analisis biaya-volume-laba seringkali secara sederhana dijelaskan sebagai analisis impas, hal ini kurang tepat karena analisis impas hanyalah salah satu bagian dari analisis biaya-volume-laba. Namun, penting untuk diketahui bahwa analisis impas adalah bagian kunci dari analisis biaya-volume-laba.
8
Analisis impas yang merupakan suatu kunci atau bagian dari analisis biayavolume-laba mengasumsikan penjualan hanya atas satu produk atau atas bauran produk tertentu bagi perusahaan yang menjual beberapa jenis produk (Gayle Rayburn, 1999:12-14). Sehingga harus membuat suatu asumsi mengenai bauran penjualan supaya dapat menghitung pendapatan rata-rata dan biaya rata-rata. Penggunaan dua produk untuk menghitung titik impas bagi seluruh perusahaan mungkin tidak realistis atau tidak masuk akal disebabkan banyak perusahaan yang menjual berbagai lini produk. Oleh karena itu, untuk atau memudahkan dalam menghitung analisis impas maka perlu diketahui banyaknya atau jumlah unit yang terjual, biaya variabel per unit, margin kontribusi dan total biaya tetap dari masing-masing produk atau dua produk. Agar lebih mudah untuk menghitung margin kontribusi rata-rata yang dianggarkan, mungkin akan lebih mudah apabila kita menganggap kombinasi (bauran atau komposisi penjualan ) tersebut sebagai paket untuk dijual atau paket penjualan (market bundle of goods) yaitu dengan menambah jumlah masingmasing produk. Hal ini untuk merencanakan dan menghitung margin kontribusi rata-rata yang dianggarkan. Analisis impas menjadi kurang kuat yaitu apabila melibatkan lebih dari satu segmen atau divisi karena biaya tetap tidak langsung dari seluruh perusahaan harus dialokasikan kepada setiap segmen. Dengan demikian, dalam menghitung titik impas, kita harus membatasinya pada segmen sekecil mungkin.
9
Perlu diperhatikan bahwa jika bauran penjualan dinyatakan dalam persentase nilai penjualan, maka harus menghitung rasio margin kontribusi tertimbang dan posisi impas dalam nilai penjualan jika bauran penjualan dinyatakan dalam unit, perlu dihitung margin kontribusi rata-rata yang dianggarkan serta titik impas dalam unit. Berdasarkan telaah literatur di atas, maka penulis mencoba untuk menganalisis penjualan produk sebagai upaya peningkatan pendapatan. Adapun bagan kerangka pemikirannya adalah sebagai berikut :
10
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Perencanaan penjualan produk
Faktor yang mempengaruhi laba: 1. Biaya variabel per unit 2. Harga jual per unit 3. Jumlah biaya tetap per periode 4. Volume penjualan 5. Bauran Penjualan
Analisis Biaya- volume- laba: 1. Mencari titik Break Even 2. Mencari Margin Of Safety 3. Mencari Contribution Margin 4. Mencari Profit Ratio
Keputusan perencanaan penjualan produk yang mana layak dikembangkan dan bisa menghasilkan laba kontribusi paling besar bagi Toko Sembako Lancar.
Dalam mempelajari hubungan biaya-volume-laba pada perusahaan yang menghasilkan dan menjual beberapa jenis produk, perlu dianalisis hubungan setiap jenis produk yang dihasilkan. Analisis tersebut penting untuk mengetahui seberapa jauh biaya dapat dipisahkan dengan teliti dan adil untuk setiap jenis produk. Rincian biaya tetap dan variabel untuk setiap jenis produk sulit dilakukan apabila hubungan antarproduk adalah produksi bersama (joint product) karena semua elemen biaya produksi dinikmati bersama-sama oleh semua jenis produk (joint cost), begitu pula apabila jenis produk relatif banyak maka perlu
11
menggolongkan jenis produk tersebut ke dalam kelompok atau keluarga produk tertentu. Hubungan biaya-volume-laba yang diuraikan di atas tidak hanya berlaku disuatu perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis produk. Jika perusahaan memproduksi beberapa produk, maka diperlukan suatu cara atau pendekatan yang berbeda, karena biaya unit dari produk akan berbeda dan jumlah unit produk tidak dapat digunakan sebagai suatu ukuran yang valid untuk volume (Robert Anthony, 1985: 72-74). Untuk mengatasi masalah volume sering dilakukan: 1). dengan penggunaan hasil atau pendapatan (dengan membandingkan unit-unit yang lain) sebagai pengukuran volume dan 2). dengan menyatakan biaya-biaya variabel perunit sebagai suatu persentase hasil penjualan (dengan membandingkan jumlah rupiah perunit). Hubungan biaya-volume-laba adalah valid jika pendapatan kira-kira menghasilkan kontribusi margin yang sama. Ini adalah suatu kasus dibanyak perusahaan yang menetapkan harga penjualan agar mendapatkan suatu keuntungan, suatu persentase yang tetap di atas biaya-biaya variabel. Hubungan biaya-volume-laba adalah juga valid, jika setiap rupiah pendapatan menghasilkan kontribusi margin per unit yang relatif sama untuk bermacammacam produk yang berbeda. Demikian pula jika bauran penjualan produk secara relatif tetap. Bauran produk adalah suatu istilah yang menggambarkan pada proporsi produk dengan kontribusi yang berbeda didalam lini produk. Jika
12
proporsi pada kontribusi margin per unit tinggi, dan jika produk meningkat, maka bauran produk dikatakan memperoleh margin yang lebih banyak. Dalam keadaan ini, rata-rata persentase kontribusi unit akan meningkat. Sebaliknya, jika proporsi dari peningkatan produk kontribusi unit yang rendah, bauran penjualan merata dan rata-rata persentase kontribusi unit akan menurun. Toko Sembako Lancar merupakan salah satu perusahaan dagang yang menjual berbagai macam jenis produk dengan tingkat pemasukan produk baru yang sangat cepat. Dengan cepatnya perputaran produk yang keluar dan masuk serta meningkatnya daya beli konsumen dan pendapatan maka semakin meningkatkan laba penjualan pada perusahaan tersebut, akan tetapi masalah yang muncul sekarang adalah bagaimana untuk mengetahui dan memilih produk mana yang layak dikembangkan dan dapat memberi laba kontribusi paling besar bagi Toko Sembako Lancar. Selama ini Toko Sembako Lancar belum pernah melakukan suatu analisis untuk menentukan berapa unit barang yang terus terjual sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun mendapat untung (Break Even) serta analisis lain yang dipergunakan untuk menganalisis penjualan produk sebagai upaya peningkatan pendapatan. Karena itu, dalam penelitian ini penulis ingin membantu Toko Sembako Lancar dalam menerapkan analisis biaya-volume-laba untuk penentuan produk mana yang layak dikembangkan dan dapat memberi laba kontribusi paling besar bagi Toko Sembako Lancar.
13
1.7. Hipotesis Hipotesis adalah penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi yang merupakan jawaban sementara yang disusun peneliti, yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan (Mudrajad Kuncoro, 2003:47). Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori dan belum menggunakan fakta dan berfungsi sebagai pedoman untuk mempermudah jalannya penelitian. Dengan berbagai uraian tersebut di atas (latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian ) maka penulis mencoba mengemukakan hipotesis sebagai berikut: Semua produk seperti minyak goreng malinda, terigu, dan gula pasir memberi keuntungan yang besar bagi Toko Sembako Lancar, akan tetapi produk yang memberikan laba kontribusi paling besar adalah minyak goreng malinda.
14
1.8. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang akan penulis gunakan adalah sebagai berikut: 1.8.1. Tempat Penelitian Penelitian
ini
dilakukan
pada
Toko
Sembako
Lancar
yang
beralamatkan di jalan Wihara Blok H–10 Kompleks Pasar Wage Baru Purwokerto (Banyumas) 53111. 1.8.2. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan jenisnya adalah: - Data Primer (Penelitian Lapangan) Data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian dilapangan atau data yang dikumpulkan langsung dari sumber yang diteliti penulis mengumpulkan data dengan cara: 1. Observasi, yaitu mengamati dan mengadakan observasi langsung pada obyek penelitian. 2. Interview, yaitu cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan wawancara secara langsung dengan pihak yang dianggap berkepentingan dan berhubungan erat dengan obyek penelitian. -Data Sekunder (Penelitian Kepustakaan) Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian dan data yang diperlukan untuk menunjang data primer. Data ini diperoleh dari
15
dokumen resmi Toko Sembako Lancar dan sumber-sumber pustaka seperti buku-buku tentang break even point atau analisis biayavolume-laba yang tersedia di perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta. Menurut Cooper dan Emory (1995), data sekunder digunakan untuk tiga tujuan yaitu untuk mengisi kebutuhan akan rujukan pada beberapa hal, sebagai bagian terpadu dari sebuah studi penelitian yang lebih besar dan digunakan sebagai dasar bagi sebuah studi penelitian. 1.8.3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara: -Penelitian lapangan atau observasi, yaitu pencatatan secara langsung dan sistematis, juga pengamatan pada obyek penelitian untuk melengkapi data-data yang diperlukan dengan melakukan kegiatan wawancara, dan observasi langsung di tempat yang bersangkutan. -Penelitian Kepustakaan atau Studi kepustakaan atau data sekunder yaitu dengan mempelajari bahan-bahan yang dibutuhkan dengan penelitian
ini,
misalnya
dari
buku-buku
yang
terdapat
di
perpustakaan, buku-buku literatur, catatan-catatan kuliah, data yang diambil dari internet, dan sebagainya yang berkaitan dengan masalah atau topik pembahasan yang akan diteliti untuk memperkuat dasardasar teori yang dipergunakan.
16
- Wawancara adalah percakapan dua arah atas inisiatif pewawancara untuk memperoleh informasi dari responden (Cooper dan Emory, 1995). Wawancara dilakukan kepada pemilik toko Toko Sembako Lancar. 1.8.4.Alat atau Metode Analisis Data Dalam penulisan ini metode analisis data yang dipergunakan adalah metode studi kasus pada Toko Sembako Lancar yang meliputi analisis cost, analisis volume, dan analisis profit, untuk mengetahui penerapan analisis costvolume-profit sebagai alat untuk menentukan produk mana yang layak dikembangkan dan dapat memberi laba kontribusi paling besar bagi Toko Sembako Lancar. Langkah-langkah analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Memisahkan biaya semi variabel ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Berdasarkan perubahan kegiatan biaya dapat digolongkan dalam biaya tetap dan biaya variabel dengan menggunakan metode least square, dengan persamaan sebagai berikut: Y = a + bx b = n ∑XY - ∑X.∑Y ∑ X 2 - (∑X) 2 a=
∑Y-b.∑X n
17
Keterangan : Y = Total biaya a = Biaya tetap b = Biaya variabel X = Tingkat kegiatan perusahaan b. Mencari Titik Break Even Break Even Point adalah suatu keadaaan dimana suatu usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi atau total pendapatan sama dengan total biaya, jadi labanya sama dengan nol. Perhitungan BEP dapat dilakukan dengan cara: BEP (Rupiah) =
FC 1 – VC S
BEP(Unit) =
FC
=
P – VC
FC CM
Keterangan: FC = Fixed Cost / Biaya tetap total VC = Variable Cost / Biaya variabel unit P = Price / Harga jual per unit S = Sales / Volume penjualan CM=Contribution Margin / Marjin Kontribusi per unit
18
c. Mencari Margin of Safety (MOS) Margin of Safety (MOS) menunjukkan batas sampai seberapa jauh besarnya penjualan yang telah dianggarkan dapat turun tetapi perusahaan belum menderita kerugian atau masih dalam keadaan Break Even. Rumus perhitungan Margin of Safety adalah sebagai berikut: MOS =
Penjualan yang dianggarkan-Penjualan pada BEP x 100% Penjualan yang dianggarkan
d. Mencari Contribution Margin Contribution Margin adalah bagian dari penjualan yang tersedia untuk menutupi biaya dan menghasilkan laba. Apabila Contribution Margin lebih besar dari biaya tetap, berarti penghasilan penjualan lebih besar daripada biaya total, maka perusahaan akan mendapat laba. Rumus perhitungan Contribution Margin adalah sebagai berikut : Contribution Margin = Penjualan-Biaya Variabel e. Mencari Profit Ratio Untuk mengetahui tingkat prosentase keuntungan perusahaan yaitu dengan mengalikan Marginal Income Ratio dengan Margin of Safety. Marginal Income Ratio adalah Ratio antara Marginal Income dengan hasil penjualan. Sedangkan Marginal Income adalah selisih antara hasil penjualan dengan biaya variabel, atau dengan rumus:
19
Marginal Income Ratio = Hasil Penjualan – Biaya Variabel
x100%
Hasil Penjualan Profit Ratio
= Marginal Income Ratio x Margin of Safety