BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pesatnya teknologi telah membawa peradaban manusia yang terus menerus berubah dari zaman ke zaman. Pola hidup manusia pun berubah begitu drastis sehingga faktor kesehatan juga menjadi masalah tersendiri. Penyakitpenyakit manusia modern pun timbul akibat dari gaya dan pola hidup. Hakikatnya teknologi modern yang serba canggih di bidang kesehatan telah menghadirkan pengobatan dengan serba teknologi. Bedah jantung dengan sinar laser, obat-obat impor yang serba mahal dan sebagainya. Mulai era 2000an pelan-pelan manusia bergeser ke pengobatan secara alam (back to nature). Hal ini juga diperkuat dengan data Badan Penelitian dan Pengembangan Dasar, bahwa pada tahun 2010 sekitar 50 % masyarakat Indonesia menggunakan obat herbal untuk menjaga kesehatan ataupun untuk pengobatan karena sakit. Obat herbal didefinisikan sebagai obat yang dibuat dari bahan alami seperti tumbuhan yang sudah dibudidayakan ataupun tumbuhan liar. Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa akan kekayaan tanaman yang mempunyai khasiat obat. Salah satunya adalah mahkota dewa. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dikenal sebagai salah satu tanaman obat di Indonesia yang berasal dari Papua. Menurut Badan Pusat Statistik (2012),
1
mahkota dewa mengalami kenaikan produksi dari tahun 2009 ke tahun 2010 yang dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1 Produksi Tanaman Biofarmaka menurut Jenis Tanaman (ton) pada tahun 2009 -2010 Jenis Tanaman
2009
2010
Jahe 122.181 107.135 Lengkuas 59.332 58.962 Kencur 43.635 29.638 Kunyit 124.047 107.375 Lempuyang 8.804 8.520 Temulawak 36.826 26.671 Temuireng 7.584 7.141 Temukunci 4.702 4.358 Dringo 1.075 755 Kapulaga 25.179 28.550 Mengkudu 16.267 14.613 Kejibeling 944 1.139 Sambiloto 4.335 3.845 Mahkota dewa 12.067 15.072 Lidah Buaya 5.884 4.309 Sumber : Statistik Tanaman Biofarmaka, BPS (2012)
Perkembangan 2009-2010 Absolut (%) -14.446 -11,820 -370 -0,620 -13.997 -32,080 -16.672 -13,440 -284 -3,230 -10.155 -27,580 -443 -5,840 -344 -7,320 -320 -29,770 3.371 13,390 -1.654 -10,170 195 20,660 -490 -11,300 3.005 24,900 -1.575 -26,770
Tabel 1.1 diatas menjelaskan bahwa produksi tanaman mahkota dewa pada tingkat nasional mengalami kenaikan dari tahun 2009 ke tahun 2010. Hal ini berarti bahwa mahkota dewa ada potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku suatu industri herbal. Pada umumnya, setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai keuntungan yang optimal dan menekan pengeluaran agar tetap kompetitif. Ada berbagai pos biaya yang dapat dihemat dan diorganisir dengan baik untuk mencapai tujuan itu yaitu pada biaya produksi. Salah satu cara untuk
2
menghemat biaya produksi adalah dengan perencanaan kebutuhan bahan baku yang baik, sebagai salah satu input yang mutlak diperlukan sebuah perusahaan. PT. Salama Nusantara merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pertanian herbal dengan produk unggulan teh mahkota dewa dan mahkota dewa sebagai bahan utamanya. Salah satu permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah persediaan bahan baku yang tidak efisien. Persediaan bahan baku merupakan faktor yang paling awal dalam proses produksi, dengan terpenuhinya persediaan khususnya bahan baku, maka perusahaan dapat menjalankan proses produksi dan kegiatan bisnis dengan baik. Untuk menentukan persediaan bahan baku, perusahaan membutuhkan kemampuan manajemen operasi dan sistem yang handal untuk mengatur persediaan bahan baku agar sesuai dengan kuantitas dan waktu yang telah ditentukan. Persediaan bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan harus dikontrol dengan baik, karena bisa mempengaruhi jalannya proses produksi dan biaya produksi. Apabila perusahaan mengalami kekurangan persediaan bahan baku, maka proses produksi akan terhambat, sebaliknya apabila perusahaan mengalami kelebihan persediaan bahan baku akan membawa dampak yakni meningkatan pengeluaran biaya simpan. PT. Salama Nusantara memiliki pola persediaan dengan melakukan pemesanan bahan baku setiap minggu dengan kuantitas yang sudah ditentukan. Namun, ternyata perusahaan kurang memperhitungkan kebutuhan bahan baku secara matang. Perusahaan masih sering kali mengalami kelebihan ataupun
3
kekurangan bahan baku. Hal ini tanpa disadari perusahaan akan menimbulkan kerugian finansial. Selain itu, apabila dilihat dari tingkat permintaan teh mahkota dewa yang fluktuatif maka perencanaan bahan baku diperlukan untuk menjamin lancarnya proses produksi. Suatu proses produksi yang efektif dan efisien dengan kebutuhan bahan baku yang sesuai dengan kapasitas pesanan dan tepat waktu dapat diperoleh dengan suatu perencanaan kebutuhan bahan baku yang baik. Perencanaan kebutuhan bahan baku yang baik adalah perencanaan yang tepat jumlah dan tepat waktu. Disinilah pentingnya dilakukan perencanaan kebutuhan bahan baku, salah satunya dengan metode Material Requirement Planning (MRP). MRP adalah metode yang menentukan kapan dan berapa jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dari suatu perencanaan produksi. Input yang digunakan MRP adalah jadwal induk produksi, struktur produk dan catatan persediaan. Pengolahan MRP menggunakan 4 prinsip yaitu netting, lotting, offsetting dan exploding. Dengan perencanaan bahan baku menggunakan Material Requirement Planning (MRP), harapannya dapat merencanakan kebutuhan bahan baku dengan baik sehingga dapat menjamin lancarnya proses produksi diperusahaan dan menghemat biaya persediaan bahan baku.
B. Rumusan Masalah Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah persediaan bahan baku yang tidak efisien. PT. Salama Nusantara memiliki pola persediaan dengan
4
melakukan pemesanan bahan baku setiap minggu dengan kuantitas yang sudah ditentukan. Namun, ternyata perusahaan kurang memperhitungkan kebutuhan bahan baku secara matang. Perusahaan masih sering kali mengalami kelebihan ataupun kekurangan bahan baku. Hal ini tanpa disadari perusahaan akan menimbulkan kerugian finansial. Selain itu, apabila dilihat dari tingkat permintaan teh mahkota dewa yang fluktuatif maka hal ini juga akan berpengaruh terhadap ketersediaan bahan baku perusahaan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah bagaimana menentukan kebutuhan bahan baku dengan menggunakan metode Material Requirement Planning (MRP) dan bagaimana dapat melakukan penghematan biaya persediaan pada perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode Material Requirement Planning (MRP). MRP digunakan untuk merencanakan kebutuhan bahan baku dengan baik secara
jumlah
dan
waktu
pemesanan.
Harapannya,
perusahaan
dapat
merencanakan kebutuhan bahan baku dengan baik sehingga dapat menjamin lancarnya proses produksi dan menghemat biaya persediaan bahan baku.
C. Batasan Masalah 1. Produk yang diteliti adalah teh mahkota dewa yang berbahan baku mahkota dewa, teh hijau dan benalu teh. 2. Penelitian ini berfokus pada aspek persediaan bahan baku mahkota dewa, teh hijau dan benalu teh serta biaya-biaya yang terkait dengan persediaan tersebut.
5
3. Metode yang digunakan adalah Metode Material Requirement Planning (MRP). 4. Biaya-biaya persediaan selama waktu perencanaan diasumsikan tidak mengalami perubahan. 5. Biaya bangunan tidak termasuk dalam komponen biaya simpan.
D. Tujuan Penelitian 1. Menyusun perencanaan kebutuhan bahan baku teh mahkota dewa. 2. Melakukan perhitungan biaya persediaan dalam perencanaan kebutuhan bahan baku dengan menggunakan metode MRP dan membandingkannya dengan biaya persediaan perusahaan.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan, dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap pembelian bahan baku dan bahan pertimbangan dalam mengendalikan persediaaan sehingga harapannya proses produksi dapat berjalan lancar dan mampu memenuhi kebutuhan konsumen dalam jumlah dan waktu yang tepat. 2. Bagi peneliti/mahasiswa dapat digunakan sebagai media untuk belajar,
menambah pengetahuan dan pemahaman, serta memperluas wawasan dari teori yang diperoleh di kuliah dengan penerapannya dalam permasalahan yang nyata.
6