BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan, memiliki peranan yang sangat penting ditinjau dari sudut perkembangan pengetahuan. Matematika merupakan pondasi yang melandasi ilmu pengetahuan, baik itu ilmu eksak maupun ilmu non-eksak, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat baik dari segi materi maupun kegunaannya. Banyak konsep-konsep matematika yang membantu dan dibutuhkan oleh disiplin ilmu-ilmu lainnya, tidak sedikit memberikan kontribusinya terhadap perkembangan teknologi dan sains. Namun kenyataan yang terjadi penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Salah satu pelajaran matematika masih rendah tergolong rendah yaitu cara pemahaman matematik. Cara pemahaman matematik siswa rendah dibuktikan berdasarkan penelitian yang dilakukan Yosi ( 2010, h. 2) terhadap siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Tasikmalaya dalam penelitiannya, bahwa nilai rata-rata untuk mata pelajaran matematika hanya mencapai 62. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan oleh SMP Negeri 2 Tasikmalaya untuk mata pelajaran
1
2
matematika kelas VIII adalah 70. Pencapaian tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan siswa masih menganggap sulit untuk menguasai, serta memahami matematika. Menurut Rudy (Yosi, 2010, h. 3) “pemahaman matematik berarti suatu kemampuan memahami konsep, membedakan sejumlah konsep-konsep yang saling terpisah, serta kemampuan melakukan perhitungan secara bermakna pada situasi atau permasalahan-permasalahan yang lebih luas”. Dengan demikian kemampuan pemahaman matematik merupakan suatu kekuatan yang harus diperhatikan dan diperlakukan secara fungsional dalam proses dan tujuan pembelajaran matematika. Oleh sebab itu, guru sebagai pengajar mempunyai peran kunci tercapainya tujuan pengajaran di setiap sekolah-sekolah sebagai institusi (lembaga) pendidikan. Posisi semacam ini memberikan suatu tanggung jawab untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar sehingga tercapai suatu hasil yang optimal. Guru harus menyesuaikan metode yang akan diterapkan sesuai dengan materi dalam pengajarannya, bahan-bahan yang akan disampaikan dalam pengajaran harus dapat diterima oleh siswa, sehingga siswa akan selalu menguasai dasar untuk proses belajar selanjutnya. Selain itu, pemilihan model pembelajaran harus ditempuh agar terjalinnya interaksi yang menguntungkan, sehingga siswa terlibat langsung pada proses pembelajaran. Menurut Dalyono (2010, h. 55) mengatakan “ ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, salah satunya cara belajar. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan model pembelajaran akan memperoleh hasil yang kurang
3
memuaskan”. Oleh karena itu model dalam pembelajaran sangatlah penting, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan menekankan pada keaktifan siswa dalam pembelajaran sehingga terjadi interaksi multi arah adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Hosnan (2014, h. 201) mengatakan, “Pembelajaran kooperatif merupakan metode belajar kelompok yang dirancang oleh guru untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok ini terdiri atas beberapa orang siswa yang memiliki kemampuan akademik yang beragam” Pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai tipe-tipe pembelajaran. Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah tipe Jigsaw. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut Tim MKPBM (Suherman, 2001, h. 219) mengemukakan bahwa dalam Jigsaw setiap anggota kelompok diberi tugas mempelajari topik tertentu yang berbeda, para siswa bertemu dengan anggota-anggota dari kelompok lain yang mempelajari topik yang sama untuk saling bertukar pendapat dan informasi. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya semula untuk menyampaikan apa yang didapatkannya kepada teman-teman di kelompoknya, para siswa kemudian diberi kuis/tes secara individual oleh guru, skor hasil kuis atau tes tersebut disamping untuk menentukan skor individu juga digunakan untuk menentukan skor kelompoknya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul, “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran
4
Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa SMP’’. B. Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Hasil belajar matematika siswa rendah; 2. Kemampuan pemahaman matematik siswa rendah; 3. Model pembelajaran belum bervariasi. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, rumusan masalahnya adalah: 1. Apakah kemampuan pemahaman matematik siswa SMP dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik daripada siswa SMP yang mendapat pembelajaran biasa ? 2. Bagaimana sikap siswa SMP terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran matematika ? D. Batasan Masalah Pembatasan masalah ini sangat diperlukan untuk mempermudah atau memfokuskan penelitian. Oleh karena itu penulis membatasi permasalahan di atas sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas VII SMP Pasundan 4 Bandung. 2. Materi yang akan diteliti adalah pokok bahasan segiempat.
5
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui apakah kemampuan pemahaman matematik siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik dari pada siswa yang mendapat pembelajaran biasa. 2. Mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran matematika. F. Manfaat Penelitian Manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat, antara lain: 1. Manfaat Teoretis a. Memperkenalkan model pembelajaran Jigsaw dalam pembelajaran matematika
sehingga
bermanfaat
bagi
perkembangan
teori
pembelajaran. b. Mengembangkan ilmu pendidikan matematika, khususnya dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti, diharapkan adanya perolehan pengetahuan yang berhubungan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan kemampuan pemahaman. b. Bagi Siswa, penelitian ini diharapkan dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap matematika sehingga kemampuan pemahaman matematis siswa meningkat.
6
c. Bagi Guru, guna mengetahui pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran siswa di kelas. G. Definisi Operasional Definisi operasional terdiri atas pembelajaran kooperatif, model pembelajaran Jigsaw, kemampuan pemahaman matematik, pembelajaran konvensional: 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif dimana setiap anggota kelompok diberi tugas mempelajari topik tertentu yang berbeda. 2. Kemampuan Pemahaman Matematik Kemampuan pemahaman matematik adalah kemampuan siswa untuk memahami dan menerapkan konsep, prinsip algoritma dan ide matematika untuk menyelesaikan soal atau masalah matematika. 3. Pembelajaran Biasa Pembelajaran biasa adalah pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru di kelas yang mengacu pada kurikulum 2006 (KTSP). Metode pembelajaran biasa atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan siswa dalam proses belajar dan pembelajar.
7
H. Struktur Organisasi Skripsi Gambaran lebih jelas tentang isi dari keseluruhan skripsi disajikan dalam struktur organisasi skripsi berikut dengan pembahasannya. Struktur organisasi skripsi tersebut disusun sebagai berikut: 1.
Bab I Pendahuluan Bagian pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan struktur organisasi skripsi.
2.
Bab II Kajian Teoretis Pada bab ini, membahas tentang kajian teori, analisis dan pengembangan materi pelajaran yang diteliti (meliputi keluasan dan kedalam materi, karakteristik materi, bahan dan media, strategi pembelajaran, dan system evaluasi), kerangka pemikiran atau diagram/skema paradigm penelitian, asumsi dan hipotesis.
3.
Bab III Metode Penelitian Metode penelitian pada bab III meiputi metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan rancangan analisis data.
4.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembehasan Pada bab IV ini membahas mengenai deskripsi hasil dan temuan penelitian, dan pembahasan penelitian.
8
5.
Bab V Simpulan dan Saran Pada bab V ini berisi kesimpulan dan saran yang membahas mengenai penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.