BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG Pemerataan pembangunan yang belum terlaksana di Indonesia menyebabkan sentralisasi pembangunan seakan terpusat pada pulau Jawa khususnya kota Jakarta yang menjadi Ibu kota Negara ini, kondisi ini menyebabkan kota Jakarta tumbuh menjadi kota metropolitan yang memiliki daya tarik bagi semua orang untuk meraih mimpi dan masa depan yang lebih cerah, Sehingga banyak pendatang berbondongbondong datang ke kota ini, baik dari pulau Jawa maupun dari daerah lain di Indonesia. Dampak dari hal tersebut adalah timbulnya masalah kepadatan penduduk di kota Jakarta yang tidak lagi seimbang dengan luas lahan yang tersedia, berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta, penduduk Jakarta bertambah sebanyak 228.738 jiwa setiap tahunnya, hal ini menyebabkan peningkatan kepadatan penduduk di DKI Jakarta, hasil sensus penduduk tahun 1990-2003 menunjukan kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia berada di kota DKI Jakarta, Kondisi ini dimanfaatkan oleh para pengembang dengan membangun kompleks perumahan dengan harga terjangkau di daerah pinggiran kota Jakarta, berbagai kompleks perumahan atau real estate dibangun dan dilengkapi dengan fasilitas yang cukup lengkap. Pemekaran wilayah kota atau tumbuhnya kota-kota setelit juga tidak
1
menjadi solusi yang terbaik bagi pemenuhan kebutuhan hunian dan lahan yang semakin kritis di ibu kota ini.
Tabel Jumlah Kepadatan Penduduk per Wilayah Kotamadya Bulan : Desember 2008
WNI
WNA
Wilayah
Total Jumlah
Luas (Km2) Kepadatan / Km2
Jumlah
Jakarta Pusat
927.048
341
927.389
47,14
19.673
Jakarta Utara
1.421.940
512
1.422.452
137,39
10,353
Jakarta Barat
1.633.829
987
1.634.816
125,25
13.052
Jakarta Selatan
1.891.958
643
1.892.601
145,73
12.987
Jakarta Timur
2.610.050
217
2.610.267
189,30
13.789
21.645
0
21.645
8,70
2.488
8.490.160
2.672
8.492.832
652,58
13,014
Kep. Seribu TOTAL
(Sumber : Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kotamadya)
Jarak antara rumah tinggal dan tempat kerja menjadi kendala utama, Jarak tempuh yang jauh, waktu tempuh yang pastinya menjadi lebih lama, kemacetan yang harus dihadapi setiap hari, juga biaya yang dikeluarkan untuk transportasi adalah beberapa faktor yang menyebabkan penduduk sub-urban(pinggiran kota) merasa jenuh dan ingin kembali tinggal di pusat kota, fenomena ini dikenal sebagai fanomena back to the city (Indonesiaapartment,Esti Savitri 2007) atau fenomena kembali ke kota. Fenomena ini berdampak pada peningkatan jumblah penduduk di kota Jakarta yang semangkin tak terkendali. Salah satu bentuk pemecahan permasalahan lahan di kota Jakarta ini adalah dengan pembangunan Mixed-use Development atau proyek multi fungsi, Mixed-use Development adalah kawasan yang terdiri dari satu atau beberapa massa bangunan 2
yang terpadu dan saling berhubungan secara langsung dengan bangunan lain dengan peruntukan yang berbeda, semua massa bangunan berdiri di atas lahan yang sama dan dimiliki oleh satu pengembang. Produk Bangunan hasil proyek multifungsi ini lebih dikenal Mixed-use building yang merupakan Bangunan dengan fungsi ganda (Indonesiaapartement,Esti Savitri 2007)
Mixed-use building biasanya perpaduan antara fasilitas hunian, fasilitas rekreasi dll. Fasilitas hunian yang dimaksud adalah apartemen yang memang sekarang menjadi “urban lifestyle” bagi pendatang dan kaum sub-urban dari golongan kelas menengah keatas juga pasangan muda yang mengalami kesulitan mendapatkan tempat tinggal. Sedangkan untuk fasilitas rekreasi yang sedang menjamur di ibu kota ini adalah Mal, yang merupakan tempat rekreasi paling populer di kota Jakarta, setiap akhir pekan Mal ramai di kunjungi oleh penduduk kota Jakarta. Pembagian fungsi bangunan ke arah vertikal pada Mixed-use building diharapkan dapat menghemat lahan yang ada dengan memaksimalisasikan suatu lahan untuk berbagai fungsi sebagai bentuk pemecahan berbagai masalah pemukiman akibat pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan lahan yang tersedia di kota ini.
I.2. MAKSUD DAN TUJUAN I.2.1 Maksud
Pembangunan
Mixed-use
building
dengan
fungsi
hunian
dan
rekreasi(mal dan apartemen) merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan pemukiman kota dengan memanfaatkan suatu lahan untuk berbagai 3
fungsi yang saling mendukung dan memiliki daya tarik yang besar sehingga akan Lebih menghemat lahan yang harus di bangun untuk fungsi-fungsi tersebut,(satu lokasi dapat memenuhi dua fungsi sekaligus)
Memberikan solusi terhadap kompleksitas kehidupan kota, lebih praktis dalam hal jarak dan waktu, penghuni apartmen tidak perlu bersusah payah menempuh jarak yang jauh atau terkena kemacetan untuk mencapai tempat rekreasi atau mal
I.2.2 Tujuan
Merencanakan bangunan multifungsi dan lingkungan binaan untuk mendukung kebutuhan penduduk ibukota Jakarta dengan “urban lifestyle”nya
Merencanakan bangunan multifungsi yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap permasalahan global yang sedang berkembang saat ini, dengan mengangkat tema penerapan konsep hemat energi pada bangunan
I.3. LINGKUP PEMBAHASAN
Penerapan arsitektur hemat energi dalam menciptakan bangunan multifungsi dan lingkungan binaan di pusat kota
Mixed-use building ini merupakan bangunan komersial yang mempunyai fungsi hunian(Apartemen) dan fungsi rekreasi( mal) 4
Cakupan kegiatan fungsi hunian(Apartemen) adalah meliputi cakupan kegiatan apartmen pada umumnya yang memiliki privacy yang lebih tinggi dari pada cakupan kegiatan pada fungsi rekreasi, artinya fasilitas fungsi hunian hanya dapat digunakan oleh penghuninya saja(tidak untuk umum)
Selain itu terdapat juga sarana public, Seperti telepon umum, panel digital(untuk iklan)dan ATM yang terdapat di plaza(ruang komunal) bangunan tersebut yang dapat digunakan oleh semua orang
Terdapat ruang yang disewakan untuk fasilitas bisnis, seperti ruang meeting.
I.4. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Sistematika Pembahasan yang dipakai adalah sistem dedukasi, yaitu membahas hal-hal yang umum ke hal-hal yang khusus, Lalu data-data diperoleh dengan cara: 1. Survey kepustaka yaitu pengumpulan data dan teori melalui
buku-buku
ilmiah ,situs-situs internet yang memuat tulisan tentang Mixed-use Development, aplikasi hemat energi pada bangunan dan arsitektur sebagai bahan referensi,studi dan perbandingan 2. Survey lapangan dilakukan dilokasi tapak yang direncanakan akan dibangun proyek tersebut,juga pada bangunan-bangunan yang memiliki fungsi kegiatan a\dan kerakteristik yang sama dengan bangunan yang akan dirancang 3. Wawancara dengan pihak-pihak terkait.
5