BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Keberagaman Alam Dan Budaya Indonesia Yang Belum Dioptimalkan Dengan gugusan pulau yang tersebar luas dari ujung barat ke ujung timur, Indonesia memiliki keberagaman alam dan budaya yang sangat tinggi.banyak akademisi baik dari dalam maupun luar negri Indonesia dari zaman penjajahan hingga sekarang telah berkunjung dan mendokumentasikan keberagaman yang tidak ada habisnya tersebut. karena keberagaman tersebut, Indonesia telah menarik banyak sekali minat individu untuk berkunjung mengelilingi gugusan negara kepulauan Indonesia terbesar di dunia ini, baik minat secara akademisi yang ingin mempelajari lebih dalam keberagaman Indonesia mapun hanya sekedar pencari kesenangan di kala lelahnya hidup yang monoton. Tentu apapun minatnya tidak bisa dipungkiri,bahwa keberagaman Indonesia baik secara lingkungan maupun budaya adalah potensi industri terbesar di Indonesia, industri pariwisata. 1.1.2 Negara Maritim dan Industri Pariwisata Kapal Pesiar Eksotisme ragam budaya antrhopologi dan keragaman hayati terbungkus rapi dalam satu kesatuan negara kepulauan tropis yang menjadi surga bagi wisatawan mancanegara. Pariwisata bahari akan kekayaan bawah laut dan keindahan pemandangan yang dimiliki Indonesia merupakan potensi terbesar yang bisa digunakan untuk kebutuhan perkembangan Indonesia. Potensi tersebut pun terbukti dengan meningkatnya permintaan akan industri pariwisata internasional yang saat ini sedang marak permintaannya, industri pariwisata kapal pesiar. Wisata atau perjalanan dengan menggunakan kapal pesiar adalah salah satu kegiatan dalam industri pariwisata bahari. Adapun pengertian dari “wisata bahari” itu sendiri adalah segala kegiatan wisata yang bersumber dan berhubungan
1
dengan kelautan baik dalam konteks sebagai sumber daya alam, kekayaan alam maupun yang berhubungan dengan pemanfaatan lingkungan kelautan. Sedangkan arti dari wisata kapal pesiar adalah segala kegiatan kepariwisataan yang menggunakan kapal laut atau perahu untuk pesiar atau mengunjungi tempat-tempat obyek wisata.
1
Industri pariwisata kapal pesiar merupakan industri yang hampir seluruh kegiatannya berkutat diseputar kelautan, oleh karena itu negara maritim adalah sumber utama dari industri kapal pesiar. Kalangan jetset yang menjadi penggiat pariwisata kapal pesiar pun menjadi potensi besar untuk kemasukan negara, meningkatkan devisa negara secara lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan dibanding industri devisa lainnya seperti pertambangan. Oleh karena itu, pengadaan sarana yang dapat mengakomodasikan industri ini merupakan urgensi yang tinggi untuk segera ditanggapi. Memang belum seperti di negara-negara kawasan Karibia yang sangat ramai dikunjungi wisatawan kapal pesiar. Virgin Islands misalnya, jumlah kunjungan wisatawan kapal pesiar di sana lebih 2 juta setahun, sementara jumlah penduduknya hanya berkisar 100.000 jiwa. Padahal negara ini hanya mengandalkan pulau, pantai, dan barang-barang impor yang dijual kepada wisatawan. Tidak ada ragam seni dan budaya seperti Indonesia miliki. Dampak ekonomi wisata kapal pesiar bagi Indonesia sangat signifikan dan kontribusinya ke daerah-daerah yang disinggahi cukup besar pula. Dampak ekonominya akan kian terasa pula terutama bagi masyarakat di daerah tujuan singgah kapal. Wisata kapal pesiar dunia terus berkembang dari tahun ke tahun sehingga menjadi penting ditangkap bagi industri wisata berbagai negara dunia. Pada 1990 wisatawan kapal pesiar dunia hanya 5 juta, 2009 menjadi 13juta, 2010 naik lagi menjadi 15juta, dan pada 2015 diperkirakan menjadi
1
24
juta.
Indonesia
tentu
harus
jeli
melihat
dan
menangkap
(Yoeti, drs. Oka A. 1990. Ilmu Pengantar Pariwisata, Bandung: Angkasa Bandung)
2
perkembangan ini. Pembuatan kapal pesiar juga berkembang pesat. Pada 2000an lebih 100 kapal pesiar dibuat. Sementara pada 1980-1990-an hanya 402. 2
1.1.3 Pariwisata Kapal Pesiar di Indonesia Wisata kapal pesiar pun tercatat terus berkembang dari tahun ke tahun. Walau sejauh ini tujuan pariwisata kapal pesiar di Indonesia masih bertuju kepada Bali, Lombok, dan beberapa bagian dari Nusa Tenggara Timur, wisatawan kapal pesiar yang datang pun sudah berada di angka yang tinggi. Kenaikan dari jumlah wisatawan kapal pesiar dunia yang pada tahun 2009 sejumlah 68.500 orang dan naik secara pesat di tahun 2010 menjadi 113.000 orang, memberikan sebuah gambaran perkiraan bahwa di tahun 2016 jumlah wisatawan kapal pesiar dunia akan mencapai 500.000 orang. Pendapatan Indonesia pada tahun 2010 sebesar USD 8,7 juta sangatlah kecil jika dibanding Australia yang mencapai USD 430 juta. Hal ini dikarenakan kunjungan kapal pesiar yang datang hanya sejumlah 190 kapal dengan 94.372 wisatan, sedang australia bisa mendapatkan kunjungan kapal pesiar hingga 521 kapal dengan 863.000 orang. Sedikitnya kapal yang berkunjung ke Indonesia dikarenakan minimnya fasilitas untuk mewadahi kunjungan tersebut, sehingga perusahaan-perusahaan kapal pesiar besar di dunia hanya sedikit yang melakukan port of call ke Indonesia. Melihat urgensi ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerjasama dengan Kementrian Perhubungan sedang menyiapkan sedikitnya 10 pelabuhan sebagai pintu masuk kapal pesiar dunia di Indonesia. 1.1.4 Rencana Pembangunan Pelabuhan Kapal Pesiar di Wakatobi “Pengembangan wisata bahari melalui kapal pesiar ringan atau yacht dan kapal pesiar atau cruise sedang dilakukan, karena sektor itu sangat diminati para wisatawan mancanegara dan akan banyak menarik devisa. Itu diungkapkan Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenbudpar, Firmansyah Rahim.
2
http://www.koran-sindo.com/node/302701 27.05.2013
CSM dan wisata pesiar indonesia downloaded
3
"Guna menarik wisatawan yang menggunakan kapal pesiar untuk datang ke Indonesia dengan memerbaiki regulasi yang ada dan pembangunan marina," kata Firmansyah saat ditemui Okezone, belum lama ini. "Untuk marina, saat ini di Indonesia hanya memiliki lima sampai enam marina kecil yang belum berstandar internasional. Sedangkan yang dibutuhkan adalah marina besar dan bertaraf internasional. Untuk itu, ke depannya kita harus membangun marina yang bertaraf Internasional agar devisa dari para wisatawan yang berada di kapal pesiar tidak lari," sambungnya. Lebih lanjut Firmansyah menambahkan, potensi wisatawan dari kapal pesiar sangat besar karena Indonesia wilayahnya 75 persen laut. Pasalnya, tidak sampai 1.000 kapal pesiar yang masuk ke Indonesia dan mereka biasa singgah di Darwin, tapi berlibur ke Indonesia. "Untuk itu, kita pilih daerah yang berpotensial untuk dibangun marina yang bertaraf internasional dan bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk menawarkan kepada investor," tutupnya. 3 Keindahan laut dengan gugusan karang terindah di dunia, menjadikan Kabupaten Wakatobi, sebagai daerah persinggahan 150 kapal layar (yacht). Konsekuensi logis dari pengakuan pemerintah pusat atas keindahan dan keunikan bawah laut (undewater) dan budaya Wakatobi, membuat daerah kepulauan tukang besi makin dikenal di manca negara.
Gambar 1. Coral Triangle Dunia (sumber: www.dephut.go.id/files/Wakatobi.pdf )
3
http://travel.okezone.com/read/2011/07/11/407/478452/kembangkan-wisata-bahari-devisanegara-naik kembangkan wisata bahari downloaded 04.04.2013 4
“Ada beberapa persyaratan teknik yang disarankan panitia pusat, misalnya pengadaan mooring buoy. Pemda menyanggupi untuk mengadakannya. Dan itu sudah mulai dikerjakan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika,” dikatakan Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Drs H Hasirun Ady Msi. Menurutnya, secara umum Pemda Wakatobi, telah siap menyambut kunjungan 150 buah kapal layar. Untuk memenuhi persyaratan teknik, khususnya yang berkaitan dengan tambat labuh kapal mewah tersebut, Pemda telah menyiapkan pelabuhan. Bahkan telah ditinjau selama tiga hari oleh panitia pusat, tentang kelayakan pelabuhan dan tempat-tempat destinasi wisata lokal. Kunjungan kapal pesiar (yacht) di Wakatobi akan dimanfaatkan secara maksimal, sebagai moment yang paling strategis untuk daerah Wakatobi. Jika kapal tersebut menjangkau Wakatobi, maka hampir dipastikan sekitar 500 orang awak kapal mewah itu, akan berada di Kota Wangiwangi. Untuk menciptakan daya tarik dan kesan yang baik dan mendalam di hati para traveler ini, Pemda Wakatobi melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah mengagendakan kegiatan atrakesi budaya, lomba dayung tradional, tour dive, festival makanan tradisional dan handycraft expo. Secara nasional, Sail Indonesia – Bunken 2009 merupakan rangkaian, kegiatan WOC dan CTI Summit di Manado. Dan Sulawesi Utara (Sulut) merupakan icon destinasi wisata bahari dunia yang berpusat di perairan laut Indonesia. Sekaligus event ini dimaksudkan menyemarakan Visit Indonesia Year 2009 ( Tahun Kunjungan Wisata Indonesia) dalam tema kelautan.
Gambar 2. Rute Pelayaran Indonesia ( sumber: http://i702.photobucket.com/albums/ww24/pakeko_04/sail_bunaken_09/route-sailIndonesia.jpg ) 5
“Nah, di Wakatobi, melihat event internasional ini, maka memperkokoh daerah ini menjadi daerah kunjungan wisata. Dan dalam moment ini, semakin memperekenalkan existensi daerah secara langsung kepada turis. Bukankah, Ini media promosi yang efektif dan murah. Ketika mereka senang dan gembira dengan pelayanan kita, maka mereka akan bercerita kepada masyarakat dunia,” paparnya. Diakui, pengembangan wisata bahari memiliki arti yang sangat penting dalam mendorong peningkatan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Kita di Wakatobi
telah
lebih
awal
menuangkan
dalam
dokumen
perencanaan
pembangunan sebagai perwujudan, pencitraan visi daerah berbasis kelautan dan pariwisata,” terang Hasirun. Karena itu dengan masuknya 157 kapal ini, merupakan Test Sail, apakah daerah Wakatobi dapat memberi keamanan kepada kapal-kapal mewah itu,” ungkap Hasirun, mengutip pernyataan Aji Sularso. Sekedar diketahui, kapal-kapal tersebut, rata-rata harganya diatas 5 miliar rupiah. Diantara kapal tersebut ada sebuah kapal bernama Star Cruise yang harganya sama dengan harga Pesawat Boeing 737, dan dikategorikan salah satu kapal yang termahal di dunia. 4 1.1.5 Arsitektur Atmosfer Untuk Pariwisata Sebagai akses utama para wisatawan yang akan berkunjung ke Wakatobi, maka pelabuhan ini merupakan pintu gerbang dari pariwisata Wakatobi. Sebagai titik awal dimulainya pariwisata dan sebagai titik akhir selesainya kegiatan pariwisata, tentu pelabuhan sebagai pintu gerbang ini harus memiliki gagasan konsep
desain
yang
mampu
memberikan
makna
berkualitas
terhadap
pengalaman berwisata setiap wisatawan. Dalam arsitektur dan desain spasial, atmosphere merujuk pada kualitas sensorial yang dikeluarkan dari ruang tersebut. atmosphere merupakan bentuk sewaktu-waktu dari persepsi fisik, dan dirasakan melalui sensibilitas emosional. Menggunakan arsitektur atmosphere sebagai
4
kerangka desain pelabuhan
http://hariruwanci.blogspot.com/2009/07/rute-wakatobi-sail-indonesia-ditetapkan.html wakatobi sail downloaded 08.04.2013
rute
6
pariwisata, akan memberikan sebuah pengalaman pariwisata yang berkualitas, sehingga sejalan dengan tujuan para wisatawan untuk berpariwisata.
1.2 Permasalahan 1.2.1 Permasalahan umum Pembangunan yang begitu pesat di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia pada dekade yang lalu memang telah dapat menaikkan taraf hidup masyarakat di segala bidang. Akan tetapi pembangunan yang berlangsung cepat tersebut terkadang membawa dampak. Begitupun terhadap lingkungan wilayah pantai dengan berbagai pembangunan yang dilakukan telah menimbulkan kerusakan ataupun bencana ekologis di kawasan pantai dan pesisir. Pelaksanaan pembangunan yang dillakukan yang berdampak terhadap kerusakan disekitar wilayah pesisir seperti misalnya pencemaran perairan terus berlangsung, bukan saja berasal dari kegiatan di daratan dan di daerah aliran sungai, tetapi juga di kawasan pantai dan pesisir dari arah laut. Perusakan habitat sumber daya hayati melalui berbagai cara yang tidak wajar, bukan saja berakibat buruk pada sumber daya hayatinya (hutan mangrove, terumbu karang, ikan dan sebagainya) yang berakibat pada pemusnahan plasma nutfah, juga telah membawa akibat pada penurunan pendapatan masyarakatnya. Berbagai kegiatan pembangunan yang berlangsung di kawasan pantai dan pesisir seperti pembangunan pelabuhan, industri, perumahan, pariwisata, pertambangan dan perikanan memunculkan berbagai isu dan masalah sebagai hasil dari penggunaan dan pemanfaatannya serta konflik kepentingan antara berbagai pihak. Keadaaan di atas terjadi karena ketidakjelasan pengaturan pemanfaatan kawasan pantai dan pesisir. Terlalu banyak pihak (lembaga maupun departemen) terkait dan mungkin mengaitkan diri dengan kawasan ini. Ironisnya pemerintah daerah sendiri sebagai pemilik kawasan boleh dikatakan tidak berdaya dalam mengatur dan memanfatkan kawasan dan pesisir.
7
1.2.2 Permasalahan Khusus 1.2.2.1 Permasalahan Pembangunan Pelabuhan Pembangunan
pelabuhan
demi
memenuhi
kebutuhan
negara
akan
perkembangan sektor pariwisata bahari memiliki banyak sekali permasalahan baru yang harus dihadapi. Membangun pelabuhan baru akan merusak ekosistem garis pantai (pengerukan kedalaman laut, penggunaan bahan kimia operasional pelabuhan, pencekikan ekosistem dasar laut, dan perluasan dead zone ekosistem). Hal ini justru akan semakin membahayakan potensi keberlangsungan industri pariwisata kedepannya. Untuk menghindari pengrusakan ekosistem dan akibat kebutuhan dasar perancangan bangunan pelabuhan, mengkonservasi kondisi ekosistem laut Indonesia salah satu nya adalah dengan mengubah konsep perancangan pelabuhan yang selama ini ada pada umumnya. Perancangan pembangunan lepas pantai merupakan solusi baru untuk menjawab permasalahan tersebut. Tentu solusi ini menimbulkan permasalahan baru, bangunan pelabuhan yang pada dasarnya menuntut kestabilan kondisi kelautan akhirnya harus menghadapi pada dinamisme kondisi kelautan laut Indonesia (ombak, perubahan arus laut, musim badai).
1.2.2.2 Dampak Ekologis Lingkungan Dengan hadirnya pintu gerbang pariwisata baru, ancaman tentang perusakan lingkungan pun hadir dengan arus yang besar. Kesadaran akan para wisatawan akan pentingnya keberlangsungan ekosistem di tempat wisata tidak berada pada kondisi mereka siap untuk menjaga dan menghargai lingkungan ekologi tempat tersebut. permasalahan ini selalu hadir pada setiap bentuk pariwisata yang berbasis pada pariwisata alam.
8
Gambar 3. Kerusakan Laut (sumber : http://bangka.tribunnews.com/foto/berita/2012/1/13/Pelabuhan_Muntok__kotor.jpg )
Dengan ancaman yang besar tersebut tentu peringatan terhadap para wisatawan harus bisa dihadirkan, salah satunya dalam bentuk desain arsitektural. Mencoba
untuk
bioengineering.
mendesain
lansekap
Menggunakan
disiplin
pelabuhan ilmu
dengan
gagasan
bioengineering
ide
berupa
bioluminescence, ekologi yang diciptakan dari lansekap pelabuhan akan menimbulkan rasa baru pada pengalaman arsitektural dalam wisata, memberikan sebuah peringatan secara kontinyu kepada wisatawan agar menghargai lingkungannya. Selain berguna sebagai rambu peringatan, bioluminescence ini akan menjadi penunjang kebutuhan akan energi bangunan pada malam hari. Memberi sebuah gagasan ide yang meng oposisi standar bangunan internasional tentang kebutuhan cahaya di malam hari, keborosan energi yang dibutuhkan untuk memenuhi standar tersebut dikurangi dengan cara penggunaan ide desain cahaya yang remang untuk mengoptimalkan pendaran cahaya dari setiap organisme penghasil bioluminescence. dengan pencahayaan yang remang tersebut akan memberikan pengalaman ruang berbeda dan tentu itu akan menjadi budaya pariwisata baru yang hemat energi dari bangunan ini.
1.2.2.3 Dampak Sosial Budaya “semenjak banyak peraturan untuk daerah kawasan taman nasional, nelayan sendiri tidak boleh masuk ke wilayah-wilayah tersebut, di jaga ketat oleh polisi laut dan juga kesadaran untuk tidak melanggar peraturan yang ada, akhirnya
9
hasil laut yang bisa digunakan sebagai mata pencaharian pun berkurang jauh, sekarang ikan susah dan mahal” (amirudin tulu, mahasiswa arsitektur asal wakatobi). Sebagai mereka yang tinggal di wilayah wakatobi, datangnya gelombang pariwisata yang di targetkan oleh pemerintah justru menekan mereka untuk kehilangan mata pencaharian dan semakin sulit menuju masyarakat mandiri. Fasilitas-fasilitas yang ada sekarang pun hanya dimiliki oleh pejabat-pejabat daerah dan orang asing, mengakibatkan pariwisata itu sendiri tidak memberi lahan bagi warga lokal untuk dapat menikmati dan menjadikan tanah mereka sebagai langkah kehidupan mandiri mereka. Pintu pariwisata yang akan mendatangkan wisatawan secara masif ke suatu daerah akan memutar balikkan sebuah kebudayaan masyarakat yang ada disana sebelumnya. Pertemuan antara masyarakat kota sebagai wisatawan dan masyarakat rural sebagai penerima tamu telah secara lama terbukti memberi dampak negatif yang cukup besar. Sebagai contoh masyarakat tengger di gunung bromo, pariwisata gunung berapi Bromo yang telah mendatangkan banyak wisatawan tersebut mengubah budaya hidup dan cara pandang masyarakat tentang kehidupan, budaya diperjualkan sebagai barang dagangan wisata, masyarakat berdebat memperebutkan pelanggan wisata, mata pencaharian mereka berubah pesat dan keharmonisan yang dulu ada secara perlahan berubah menjadi komersialisme. Keramahan adalah sebuah penawaran, bukan lagi sebagai murni keramahan. Hal ini harus diperhatikan secara mendalam, dengan gagasan arsitektural tentu ide desain harus bisa menghindari permasalahan tersebut. dengan melihat kondisi sosial budaya di sekitar site, masyarakat Wakatobi adalah masyarakat nautik. Masyarakat yang sebagian besar penduduknya berpenghasilan dari laut. budaya pesisir (marine antrhopologis) merupakan embrio gagasan ide yang bisa diterapkan kepada gagasan ide arsitektural.
10
Gambar 4. Perkampungan Bajo ( Sumber : http://v-images2.antarafoto.com/gpr/1301362811/bajo-darat-11.jpg )
Salah satu aspek marine antropologis yang bisa diterapkan adalah pelayaran rakyat. Menyelaraskan dengan mendesain sebuah pelabuhan transisi dari pelayaran kapal pesiar yang mewah berpindah menggunakan pelayaran rakyat akan membentuk zona transisi kebudayaan yang tepat. Dengan menyediakan desain bagi pelayaran masyarakat, masyarakat setempat bisa memiliki andil yang cukup besar di industri pariwisata. Menjadi tokoh utama dalam desain pintu gerbang pariwisata Wakatobi akan mampu memberikan sebuah keselarasan sosial budaya antara masyarakat dan wisatawan. 1.3 Tujuan & sasaran •
Merumuskan desain pelabuhan wisata lepas pantai berstandard internasional yang mampu menjadi pilihan terbaik destination port bagi jalur kapal pesiar internasional di Indonesia.
•
Merumuskan pemanfaatan bioluminescence sebagai bagian konsep arsitektural yang menunjang atraksi wilayah dan menjadi trademark kawasan wisata.
•
Merumuskan ide desain dalam pemanfaatan budaya masyarakat sebagai trademark kawasan wisata dan juga sebagai guideline konservasi budaya yang baik.
1.4 Keaslian Penulisan “Pengembangan Pelabuhan Benoa Bali Sebagai Turn Around Cruise Port” Savitri Estiningtyas 02/157769/TK/27533 Persamaan : -
Pembangunan pelabuhan sebagi penyokong industri pariwisata
11
-
Menjadikan kapal pesiar sebagai pengguna utama pelabuhan
-
Terletak di kawasan potensi pariwisata internasional
Perbedaan : -
Menggunakan sistem turn around port
-
Menggunakan pendekatan sirkulasi
-
Tidak terletak di kawasan yang memiliki urgensi konservasi alam
1.5 Kerangka Pemikiran
CONCE PT
ANALYSIS
THEORY
IDE A
ANTHROPOLOGY ECOLOGY BA CKGROUND BACKGROUND ISSUE ISSUE
MAIN ISSUE
MAIN ISSUE
KONTEKS
FUNGSI
TEMA
INTERNATIONAL DESTINATION
ACCESS NEEDED
ICONIC DESIGN
SULAWESI TENGGARA
BUILDING ACCESS
TOURISM STARTING POINT
ECOLOGY POTENTIAL
CORAL TRIANGLE OF THE WORLD
ECOLOGY DESTRUCTION
MARINE ECOLOGY SURROUNDING
ANTHROPOLOGY POTENTIAL
RICH OF CULTURE
ANTHROPOLOGY DESTRUCTION
MARINE ANTHROPOLOGY SURROUNDING
CRUISE TOURISM
NATIONAL PARK WAKATOBI
OFFSHORE DESTINATION PORT
ATMOSPHERES ARCHITECTURE
ANALISIS SITE
TEORI PERANCANGAN PELABUHAN
TEORI ARSITEKTUR ATMOSFER
GUIDELINE OF DESIGN
TANGIBLE DESIGN
INTANGIBLE DESIGN
MARINE
RADIANCE
EXCITING
INDONESIA
Diagram 1. Kerangka Pemikiran ( sumber : Analisis Penulis )
12
1.6 Sistematika Penulisan -
BAB 1. Pendahuluan Berisi latar belakang pemilihan tema, permasalahan yang ada pada tema tersebut, arah dan lingkup pembahasan, serta format sistem dan metodologi penulisan yang digunakan.
-
BAB 2. Kajian Pustaka Berisi tinjauan pustaka, dasar-dasar perancangan pelabuhan dan bangunan lepas pantai, serta dasar-dasar teori untuk perancangan desain
arsitektur
menggunakan
konsep
pendekatan
atmosfer
arsitektur. -
BAB 3. Kajian Lapangan Berisi tentang analisis daerah taman nasional Wakatobi, zonasi yang boleh digunakan, lokasi yang sesuai dan memenuhi kebutuhan pembangunan pelabuhan.
-
BAB 4. Analisis Berisi analisa hasil penggabungan fungsi terhadap konteks, konteks terhadap tema, tema terhadap fungsi, dan hasil analisa bagaimana ditemukan konsep perancangan yang tepat.
-
BAB 5. Konsep perancangan Berisi tentang deskripsi konsep, dasar-dasar desain yang akan dimasukkan, ditail-ditail sederhana desain untuk melatar belakangi pengembangan desain di tahap selanjutnya.
13