BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi di
dalam
yang
sistem
pendidikan
sebelumnya
kedokteran
pembelajaran
di
Indonesia,
berbasis
pengajar
(teacher-centered learning, TCL) menjadi pembelajaran berbasis
pelajar
(student-centered
learning,
SCL).
Inovasi ini tentunya akan memengaruhi aktivitas belajar mengajar
sehari-hari
Pendekatan
SCL
di
lebih
institusi
terfokus
pada
pendidikan. pembelajar
dibandingkan pengajar; dimana mahasiswa dituntut untuk membangun
pengetahuan
secara
mandiri
berdasarkan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Mahasiswa akan
rutin
mengikuti
diskusi
kelompok
kecil
yang
disebut tutorial untuk mencapai learning objectives. Tutorial akan dibimbing oleh tutor sebagai fasilitator (Harsono, 2005). FK
UGM
telah
menerapkan
strategi
pembelajaran
berbasis masalah, Problem Based Learning (PBL) secara penuh sejak 2002. PBL merupakan pendekatan sistematik yang
biasa
digunakan
untuk
memecahkan
masalah
atau
menjawab tantangan hidup dan karir. Dalam Problem Based 1
2
Learning (PBL), mahasiswa tidak lagi sekedar bersikap pasif
dalam
periodik
perkuliahan
dalam
tutorial
tapi
harus
kelompok
aktif
dan
secara
keterampilan
laboratorium (skills laboratory). Mahasiswa dirangsang untuk
berdiskusi
permasalahan
secara
yang
aktif
umum
mengenai
dijumpai
berbagai
dalam
praktek
kedokteran. Mahasiswa juga dilatih untuk menganalisis masalah
dalam
mengumpulkan
kelompok
informasi
serta
yang
bertanggung
relevan.
mahasiswa
untuk
belajar
berbagai
praklinik
maupun
klinik.
Dosen
PBL
mendukung
keterampilan
ahli
juga
jawab
baik
dilibatkan
secara periodik untuk mendukung proses pembelajaran (FK UGM, 2010). Dalam Kurikulum
perjalanannya, Berbasis
FK
Kompetensi
UGM (KBK)
mengembangkan dengan
tetap
menerapkan strategi pembelajaran PBL untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter tahun 2007. Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2010 pasal 97 bahwa kurikulum perguruan tinggi
dilaksanakan
dan
dikembangkan
berdasarkan
kompetensi (FK UGM, 2010). Dalam kurikulum ini, masa pendidikan mahasiswa dibagi menjadi tiga fase yaitu :
3
1. Fase satu (foundation of medicine): Fase ini dilalui
oleh
setiap
mahasiswa
tahun
pertama
yang baru saja masuk ke fakultas kedokteran. Pada
tahap
memahami
ini
mahasiswa
dasar-dasar
diharapkan
mampu
mengenai
ilmu
teori
kedokteran dan memahami profesi dokter sebagai pembelajar sepanjang hayat serta bagian dari sistem pelayanan kesehatan. 2. Fase dua (transition from theory to practice): Fase ini berlangsung pada mahasiswa di tahun kedua
sampai
tahun
ketiga.
Dalam
fase
ini
mulai terjadi transisi dari pembelajaran teori dasar
menuju
ke
ilmu
Mahasiswa
diharapkan
dasar
penyakit,
klinis
dapat
kedokteran.
memahami
konsep
pencegahan
dan
penatalaksanaannya serta mengemas pengetahuan dan
keterampilan
klinik
secara
sistematis
untuk penanganan masalah kesehatan 3. Fase
tiga
berada
di
(doctor tahun
in
practice)
keempat
dan
:
Fase
tahun
ini
kelima.
Mahasiswa dalam fase ini sudah memasuki rotasi klinik dimana akan berhadapan langsung dengan pasien
dalam
Mahasiswa
institusi
diharapkan
pelayanan
dapat
kesehatan.
melakukan
upaya
4
pencegahan kesehatan
dan di
penatalaksanaan
tingkat
individu,
masalah
keluarga
dan
masyarakat dengan menerapkan prinsip etik dan moral sesuai kewenangan profesi dokter. Kurikulum yang diterapkan FK UGM memiliki 21 blok yang terbagi menjadi enam blok tiap tahunnya, kecuali pada tahun keempat dimana hanya terdapat tiga blok. Kegiatan
belajar
mengajar
meliputi
kuliah
pakar,
tutorial yang diadakan dua kali seminggu, skills lab, sesi
praktikum,
informal
diskusi
lainnya.
pembelajar
dengan
Mahasiswa
yang
aktif
pakar
dan
diskusi
untuk
menjadi
mencapai
tujuan
dituntut untuk
pembelajaran dan faktor yang paling berpengaruh untuk mencapainya adalah melalui tutorial. Tutorial ini akan dibimbing oleh tutor yang berperan sebagai fasilitator. Peran utama dari tutor adalah untuk menjaga diskusi berjalan dengan baik dan sistematis agar tercapainya tujuan
pembelajaran
dalam
blok
tersebut.
Tutorial
merupakan jantung bagi PBL, bagaimana PBL bisa berjalan dengan
baik
sangat
bergantung
pada
proses
tutorial
(Harsono, 2005). Evaluasi tutor yang dilakukan oleh Gandes et al. (2009) menunjukkan bahwa mahasiswa angkatan 2007/2008
5
dari program internasional maupan reguler telah cukup puas
dengan
peran
dari
tutor.
Meski
begitu
ada
perbedaan yang cukup signifikan pada nilai fungsional tutor antara program internasional dan reguler. Empat belas tutor untuk program reguler dari total 33 tutor mendapatkan nilai dibawah rata-rata sedangkan 1 tutor untuk
program
internasional
dari
total
6
tutor
mendapatkan nilai dibawah rata-rata. Rata-rata nilai ketidakhadiran tutor pada program reguler (94,7%) lebih tinggi daripada program internasional (91,7%). Perubahan
sistem
pembelajaran
konvensional
menjadi student centered learning memunculkan beberapa kesulitan karena terjadi pergantian peran pendidik dari seorang
edukator
menjadi
fasilitator.
Dalam
memfasilitasi perubahan kurikulum, amatlah penting agar setiap staf fakultas saling membantu untuk merangkul inovasi baru yang diinginkan, menunjukkan kepercayaan sepenuhnya terhadap filosofi dari sistem PBL, SCL, dan juga
apresiasi
terhadap
pentingnya
perbedaan
metode
untuk pembelajaran. Adanya kesempatan pelatihan tutor akan dapat menciptakan budaya pembelajaran seumur hidup diantara staf akademisi dan klinisi fakultas (Jung et al., 2005).
6
Jung
et
al.
(2005)
mengidentifikasi
bahwa
institusi pendidikan dan pembuat kebijakan seharusnya dapat memberikan usaha yang lebih terhadap pengembangan keterampilan fakultas
tutor
yang
menggunakan
menstimulus
strategi
refleksi
pengembangan untuk
sistem
pendidikan yang sudah diterapakan. Lebih lanjut lagi, disarankan
agar
studi
kualitatif
dilakukan
untuk
mendapatkan wawasan yang lebih baik mengenai gambaran pendidik
serta
mahasiswa
tentang
profil
tutor
yang
berlangsung
dari
ideal. I. 2. Perumusan Masalah Kegiatan semester Mahasiswa
tutorial
pertama
di
hingga
kedokteran
fase
FK
UGM
semester kedua
tujuh yang
perkuliahan.
telah
melewati
satu tahun masa pendidikan dengan metode pembelajaran PBL akan merasakan kebutuhan yang berbeda dengan tahun pertama, dimana mereka hanya diajarkan tentang teoriteori dasar kedokteran. Perbedaan pengetahuan
tujuan
mahasiswa
di
pembelajaran setiap
fase
dan
tingkat
tentunya
akan
memengaruhi skenario tutorial dan peran tutor yang akan mendampingi
tutorial
mahasiswa itu berada.
agar
sesuai
dengan
fase
dimana
7
Mahasiswa pada fase kedua ini akan mengharapkan tutor yang dapat membimbing dan memfasilitasi kebutuhan mahasiswa sesuai tujuan pembelajaran pada tahun kedua, ketiga, dan keempat. Permasalahan dalam skenario yang semakin rumit dan teori yang dipelajari semakin luas akan
membuat
mahasiswa
merasa
kesulitan
untuk
memelajari masalah tersebut dalam tutorial dibandingkan mahasiswa
fase
pertama.
Pemahaman
konsep
dasar
penyakit, pencegahan dan penatalaksanaannya serta dapat mengemas berbagai pengetahuan dan keterampilan klinis secara terstruktur dan sistematis adalah tuntutan bagi mahasiswa
pendidikan
dokter
fase
kedua.
Selain
itu,
kemungkinan rasa jenuh yang muncul setelah berkali-kali mengikuti tutorial lebih dari satu tahun dan pengalaman bertemu tutor dengan berbagai macam gaya tutor dalam memfasilitasi
tutorial
mengimplikasikan
kebutuhan
mahasiswa yang berbeda di setiap tahun kuliahnya, maka untuk menunjang proses tutorial yang baik diperlukan profil tutor yang bisa menyesuaikan dengan tutorial di fase tersebut sehingga terjadi diskusi yang baik dan terarah demi mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan pengalaman tutorial dan sudut pandang peneliti, kegiatan tutorial di FK UGM selama ini belum diterapkan secara baik karena peneliti berpengalaman
8
mengikuti cukup
tutorial
banyak
fasilitator
dengan
tutor
yang
sebagaimana
berbagai tidak
macam
tutor
melaksanakan
mestinya.
dan
peran
Kecenderungan
perilaku mahasiswa saat diskusi tutorial juga sangat dipengaruhi oleh karakter tutor yang mendampingi saat itu.
Meski
begitu,
menurut
peneliti
ketidaksiapan
mahasiswa dalam mengikuti metode pembelajaran mandiri seperti
tutorial
juga
merupakan
salah
satu
faktor
mengapa tutorial belum berjalan dengan baik, seperti mahasiswa
masih
mengharapkan
tutor
untuk
selalu
memberikan informasi atau pengetahuan secara langsung. Oleh kualitatif
karena untuk
itu,
perlu
mendapatkan
diadakannya gambaran
studi
mahasiswa
mengenai profil dan peran tutor yang ideal.
I. 3. Tujuan Penelitian Mengetahui ekspektasi mahasiswa pendidikan dokter FK UGM fase kedua mengenai profil tutor yang ideal.
I. 4. Keaslian Penelitian Sepengetahuan dari peneliti, penelitian mengenai ekspektasi mahasiswa program studi pendidikan dokter FK UGM fase kedua mengenai profil tutor ideal ini belum pernah dilakukan. Hanya saja peneliti menemukan satu
9
penelitian yaitu
yang
hampir
penelitian
serupa
oleh
dengan
Setyarini
penelitian
(2005)
ini
mengenai
persepsi mahasiswa PSIK FK UGM terhadap peran tutor dalam
pelaksanaan
penelitian
ini
mahasiswa
adalah
program
penelitian
ini
pendidikan
seven
sampel
studi
pada
dan
Perbedaannya
yang
ilmu
menggunakan
dokter
digunakan
jumps.
digunakan
keperawatan
mahasiswa
instrumen
penelitian
itu
dengan adalah
sedangkan
program
studi
penelitian
yang
adalah
kuisioner
sedangkan penelitian ini menggunakan diskusi kelompok terarah.
Metode
penelitian
yang
digunakan
oleh
Setyarini (2005) tersebut adalah penelitian deskripsi kuantitatif sedangkan penelitian ini adalah kualitatif.
I. 5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan acuan
dan
evaluasi
untuk
pendidikan
kedokteran,
menentukan
kebijakan
tim
serta
tim
kurikulum,
koordinator
blok
program-program
bagian untuk
strategis
fakultas yang dapat membantu mengembangkan profil tutor ideal di FK UGM serta memberikan gambaran mengenai apa saja yang diharapkan oleh mahasiswa dari seorang tutor yang ideal.