BAB I PENDAHULUAN I.1.
Latar Belakang
Gambar 1. : Ilustrasi Bumi Yang Semakin Tua Dan Sakit-Sakitan. “RESPON
PERANCANGAN
BANGUNAN
TERHADAP
ISU PEMANASAN
GLOBAL “ “ Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai”
“Pentingnya kesadaran para arsitek dalam merancang lingkungan binaan yang mempunyai kontribusi terhadap alam sebagai tempat yang menyediakan tempat untuk menuangkan idealis.” Mulai dari milenium kedua sampai ke milenium ketiga sekarang ini banyak terdapat kemajuan di berbagai bidang teknologi, tapi yang disayangkan dari berbagai macam kemajuan tersebut, justru banyak yang menyebabkan peningkatan berbagai macam pencemaran dan perusakan lingkungan yang disebabkan oleh limbah parik, limbah rumah tangga, asap pabrik, asap kendaraan bermotor, dll. Seharusnya kemajuan teknologi tersebut justru harus mengurangi pencemaran yang terjadi meskipun sudah ada beberapa praktisi yang berusaha melakukan berbagai macam percobaan untuk melestarikan lingkungan yang sudah ada. Dalam hal pencemaran lingkungan, bangunan-bangunan yang ada yang secara tidak langsung
berkaitan dengan desain atau arsitektur merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran ini, dimana dalam proses perancangan bangunan tersebut si perancang kurang memperhatikan aspek-aspek lingkungan yang ada, sehingga banyak timbul bangunan yang boros energi, hilangnya lahan hijau untuk ditempati bangunan yang tidak memperhatikan lingkungan sekitar, dll. Peran arsitek dalam Global warming dan “warning” issue “Arsitek masa kini dan masa depan harus memahami serta menguasai strategi perencanaan bangunan yang mampu meminimalkan penggunaan energi BBM (bahan bakar minyak) untuk meniadakan proses pemanasan bumi," ujar pengajar arsitektur Universitas Tarumanegara Jakarta Tri Harso Karyono pada Seminar Arsitektur "Peran Arsitek dalam Membakar Bumi". Saat ini, hampir semua teknologi modern yang digunakan manusia sangat bergantung pada sumber energi BBM. Pembakaran minyak bumi dalam jumlah besar secara kontinu akan menghasilkan polutan karbondioksida (CO2) yang diduga menjadi penyebab terjadinya pemanasan global. Bangunan modern cenderung boros BBM untuk memenuhi kenyamanan fisik manusia di dalamnya. Dari tangan arsitek bisa ditentukan apakah kota dan bangunan yang dirancang akan hemat energi atau sebaliknya, konsumtif terhadap BBM. Tak satu pun gedung pencakar langit di Indonesia memiliki ciri bangunan iklim tropis, apalagi didesain dengan arsitektur khas Indonesia. Sebaliknya, tidak mudah juga menerapkan arsitektur tropis pada gedung-gedung bertingkat tinggi di Indonesia. Hal itu karena kaca jendela di ruang gedung lantai atas harus tertutup rapat untuk mencegah masuknya tiupan angin yang keras. Akibatnya, udara di bagian dalam ruangan akan menjadi lebih pengab. Solusi yang dilakukan oleh kebanyakan
pengembang
adalah
memasang
pendingin
ruangan
(air
conditioning/AC). Padahal, penggunaan pendingin ruangan yang memakai bahan pendingin (refrigen) dari CFC (chloro fluoro carbon) dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon di atmosfer. Akibatnya, radiasi matahari yang dipantulkan oleh bumi tak bisa menembus atmosfir tak terperangkap di permukaan bumi sehingga meningkatnya suhu permukaan bumi atau terjadilah pemanasan global. Hal-hal diatas juga terjadi di Indonesia dan juga di kota Medan dimana semakin banyak pabrik-pabrik bermunculan, arus kendaraan yang semakin besar yang akan mengakibatkan peningkatan polusi baik itu udara, air, suara, dll.
Banyak hal yang perlu diperhatikan untuk mengatasi bahkan mengurangi pencemaran-pencemaran ini yang bisa dilakukan oleh berbagai macam praktisipraktisi yang ada antara lain: 1. Bagaimana mengurangi polusi dari asap kendaraan yang semakin meningkat populasinya? 2. Bagaimana mengurangi kadar polusi dari pabrik-pabrik termasuk limahlimbahnya? 3. Bagaimana mengembalikan lahan hijau dan kesuburan tanah yang jumlahnya hampir habis? 4. Bagaimana menciptakan bahan-bahan yang ramah terhadapa lingkungan yang bisa dipakai di bermacam-macam tempat? 5. Bagaimana cara mengolah bahan-bahan yang telah dipakai untuk dimanfaatkan lagi? 6. Dll. Dengan adanya pencemaran-pencemaran yang terjadi itu yang salah satunya juga disebabkan oleh kehadiran bangunan yang kurang memperhatikan lingkungan maka timbullah suatu pola pemikiran baru dalam bidang arsitektur yang berusaha untuk menghadirkan suatu bangunan yang ramah lingkungan, hemat energi, dll. Pola pemikiran tersebut dinamakan “Ecology Architecture” (Arsitektur Ekologi) dan “Bioklimatic” (Bioklimatik, ruang lingkupnya termasuk didalam prinsip Arsitektur Ekologi). Seiring dengan itu, untuk kawasan Indonesia yang tingkat polusinya termasuk tinggi diantara negara-negara lain di dunia dalam menghadirkan bangunan perlu mengaplikasi pemikiran Arsitektur Ekologi atau Bioklimatik. Begitu pula dengan kota Medan yang merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia, yakni setelah Jakarta dan Surabaya dan juga merupakan salah satu kota penghasil polusi yang cukup besar Dengan adanya pembangunan Bandara Kuala Namu serta rencana pembangunan Pusat Kota dan Central Bisnis District (CBD) sebagai landmark kota. Kawasan CBD ini akan dipenuhi oleh bangunan-bangunan tinggi. Akibatnya timbul masalah baru apabila pembangunan CBD ini dilaksanakan. Jalur-jalur transmisi telekomunikasi yang melalui pusat kota sekarang pasti akan terganggu, sehingga perkembangan bangunan tinggi di kota Medan akan terganggu.
Seperti halnya kota-kota besar didunia, biasanya suatu kota diidentikkan kepada suatu bangunan yang menonjol atau sesuatu yang menunjukkan ciri khas dari sebuah kota tersebut. Misalnya kota Paris dengan Menara Eiffel dan kota New York dengan patung Liberty nya. Bangunan-bangunan ini sangat terkenal sehingga apabila orang menyebut namanya pasti akan tertuju pada kota tempat bangunan itu berada. Kota Medan yang merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia, akan baik sekali apabila memiliki suatu bangunan yang dapat dijadikan suatu kebanggaan bagi masyarakat Medan. Bangunan tersebut dapat diusulkan menjadi landmark kota dan sebagai sumbangan bagi wajah baru kota Medan khususnya.
Bangunan yang direncanakan berupa bangunan menara yang mampu menangani sistim transportasi yang dapat melayani kota Medan serta didukung oleh fasilitas penunjang lainnya. Bangunan yang direncanakan ini akan memiliki fasilitas telekomunikasi yang canggih, serta fasilitas kantor, hotel dan sarana penunjang lainnya seperti mall, restoran, galeri seni dll, sehingga nantinya dapat menjadi masukan dana yang berarti bagi pemerintah.
1.2. Asumsi Dengan akan dilakukannya pemindahan bandara Polonia ke bandara Kuala Namu (dalam proses pembangunan), Pemerintah kota medan merencanakan pembangunan CBD pada kawasan bandara polonia nantinya, direncanakan pula pembangunan sebuah menara yang dapat mengakomodir jasa telekomunikasi bagi kota medan dan berfungsi pula sebagai landmark kota Medan. Pemilikan dan pendanaan proyek yang diasumsikan adalah pihak pemerintah dan yang akan menggunakan fasilitas dan pihak swasta yang mau menanamkan modal di dalam bangunan menara ini nantinya.
1.3. Maksud dan Tujuan Proyek Adapun tujuan perancangan adalah Memberikan suatu wajah yang baru bagi kota Medan, yang mampu menghasilkan suatu bentuk karakteristik yang benar-benar dapat mewakili wajah dari kota Medan nantinya. Yaitu menciptakan bangunan yang menjadi
sebuah landmark kota yang hemat dalam pemakaian energy dan tanggap terhadap iklim sekitar. Sedang visi pembangunan kota yang berwawasan lingkungan berarti meningkatkan kualitas lingkungan sekitar. Dimana Menara akan menjadi patokan terhadap bangunan yang nantinya ada disekitar lokasi CBD Polonia untuk ikut serta menerapkan konsep yang serupa.. Ikut berpartisipasi untuk terpenuhinya salah satu konsep yang tertera pada Agenda 21 yaitu Sustainable Architecture, yang berarti ikut membantu dalam gerakan mengantisipasi pemanasan global yang sekarang ini sedang melanda bumi kita. Menjadi langkah awal penerapan desain bioklimatik pada bangunan bertingkat tinggi di kota Medan.
1.4. Rumusan Masalah/ Permasalahan Permasalahan yang dihadapi dalam kasus proyek ini adalah: •
Bagaimana merencanakan penampilan Menara Medan yang menarik sehingga dapat menjadi landmark kota Medan.
•
Bagaimana menciptakan bentuk arsitektur yang dapat menjadi patokan pada bangunan sekitarnya, terutama bangunan tingkat tinggi yang hemat energy, karena kebanyakan bangunan-bangunan berlantai banyak yang ada masih kurang memperhatikan kualitasnya, baik dari segi pengkonsumsian energi pencahayaan maupun dilihat dari segi lingkungan.
•
Bagaimana mengatasi permasalahan pada desain seperti aksesibilitas, sirkulasi, aktivitas, fungsi, kenyamanan, utilitas, pencahayaan, keamanan, dan dimensi ruang.
•
Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip tema terhadap desain agar tercipta bangunan yang sesuai dan tanggap terhadap lingkungan di sekitarnya.
•
Bagaimana menciptakan ruang luar dan ruang dalam yang nyaman untuk kegiatan dan harmonis sehingga dapat menunjang interaksi manusia dengan lingkungan di
sekitarnya, serta tidak merusak kualitas ruang kota.
1.5. Pendekatan Pendekatan dalam penyelesaian masalah pada perancangan dilakukan dengan: •
Studi tentang Landmark sebuah kota.
•
Studi literatur untuk memahami tema Bioklimatik serta perbandingan bangunan dengan tema sejenis.
•
Perencanaan bayangan bangunan juga dilakukan agar sudut jatuh bayangan matahari pada ruang public (seperti taman) untuk memperoleh kenyamanan termal.
•
Studi lokasi yang berkaitan dengan karakteristik, aktivitas, fungsi eksisting, potensi kawasan, serta permasalahan yang terdapat pada kawasan tersebut.
•
Studi banding untuk mengetahui program ruang, konsep rancangan, data tentang proyek sejenis, fasilitas pendukung dalam bangunan, melakukan pendekatan terhadap permasalahan yang terjadi pada proyek sejenis yang diperoleh melalui berbagai sumber seperti buku, internet, dan sumber penting lainnya.
1.6. Lingkup Batas Lingkup atau batasan proyek ini meliputi: •
Perancangan bangunan Menara Medan sebagai landmark kota Medan yang mencakup beberapa fungsi yaitu hotel bisnis, kantor sewa, yang didukung oleh shopping mall.
•
Penerapan konsep Bioklimatik pada bangunan.
•
Perancangan memperhatikan aspek fisik dan non fisik, seperti perancangan tapak, massa bangunan, estetika, pemakai, pengunjung, struktur, kebutuhan ruang, sirkulasi.
•
Data diperoleh dari hasil survei dianggap relevan dan benar, data yang kurang jelas akan diselesaikan dengan studi literatur, wawancara ahli, dan asumsi serta perbandingan analisis pendekatan dari data tersebut dapat dipergunakan untuk tahap selanjutnya.
•
Dana bukan merupakan pertimbangan dalam desain bangunan.
1.7. Metode perancangan a. Survei lapangan Survei lapangan dilakukan di tempat fasilitas-fasilitas penunjang yang sesuai dengan kebutuhan perancangan. b. Studi pembanding Bertujuan untuk memperoleh gambaran obyek terhadap arah perencanaan malalui pengamatan dan perancangan. c. Studi wawancara Proses
perolehan
data
melalui
tanya jawab
dengan
pihak
yang
berkepentingan dan para ahli yang mahir di dalam bidang ini. d. Studi literatur Untuk melengkapi data-data dalam proses perencanaan dan perancangan dari perpustakaan dan buku-buku literature
1.8.
Kerangka Berpikir
Latar Belakang -
Semua orang berhubungan dengan musik.
-
Medan terdapat banyak bibit – bibit Musisi yang handal
-
Medan masih kekurangan fasilitas di bidang musik dan gedung
-
Medan memerlukan suatu lembaga pendidikan formal di bidang
pertunjukan musik yang memadai.
musik yang memiliki fasilitas musik yang memadai.
Tujuan dan Manfaat -
Judul Perancangan
Sebagai icon / pusat perkembangan music di kota Medan
-
Sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikan formal di bidang musik.
Institut Musik Medan -
Menyediakan fasilitas pertunjukan musik sebagai sarana penyaluran bakat bagi para pemusik dan juga sebagai sarana hiburan dan apresiasi bagi warga masyarakat kota Medan,
-
Meningkatkan kualitas musisi kota Medan dan
Perumusan Masalah −
Bagaimana mengisolir polusi suara dari lingkungan sekitar sehingga tidak mengganggu aktifitas belajar ataupun konser di dalama site mengingat proyek ini berhubungan erat dengan masalah suara.
− − −
Data Perencanaan
Bagaimana menghadirkan suasana alam terbuka dalam site namun
−
Data Tapak
tidak dimasuki oleh suara atau kebisingan dari luar site.
−
Studi Literatur
Bagaiaman hubungan dan keterkaitan ruang antar fungsi public,
−
Studi Banding
private dan semi private.
−
Survei Lapangan
Bagaimana menerapkan tema dalam desain bangunan.
Analisa Desain Perancangan
Analisa Tapak (Analisa Fisik) View, sirkulasi, pencapaian, orientasi, dll.
Konsep Perancangan
Analisa Fungsional (Analisa Nonfisik)
Umpan balik
1.9.
Sistematika Laporan
Adapun sistematika dalam penulisan laporan ini adalah: BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang pemilihan, maksud dan tujuan, perumusan masalah, pendekatan, lingkup batas, metode perancangan, asumsi, kerangka berpikir dan sistematika laporan. BAB II. DESKRIPSI PROYEK Berisikan tinjauan umum maupun tinjauan khusus tentang proyek yang akan dilaksanakan seperti beberapa teori yang dapat membantu dalam proses perencanaan/perancangan, posisi site, kondisinya, potensi yang ada, ketentuan dan peraturan yang ada. Selain itu program kegiatan hingga melahirkan kebutuhan ruang berikut studi banding proyek yang sejenis. BAB III ELABORASI TEMA Berisi tentang pengertian, latar belakang pemilihan tema, keterkaitan tema dengan judul, tinjauan tema dan studi banding bangunan dengan tema sejenis. BAB IV ANALISIS Berisi tentang analisa kondisi tapak dan bangunan, masalah, potensi, pemecahan masalah, pemakai dan aktivitas, kebutuhan ruang, organisasi ruang, penzoningan, dan program ruang. BAB V KONSEP PERANCANGAN Berisi tentang konsep tapak, bangunan, struktur, dan sistem utilitas bangunan yang akan dipakai. BAB VI PERANCANGAN ARSITEKTUR Berisi gambar-gambar hasil perancangan bangunan dan foto maket. yang ada. Selain itu program kegiatan hingga melahirkan kebutuhan ruang berikut studi banding proyek yang sejenis.