BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakangg M asalah Masalah Film m Indonesia merupakan merup upak kan n ccontoh onto on toh h pr produk budayaa populer yang berkem embang dii masy yar arak akat a . Secara fungsional, film fi m tidak tidak hanya hanya bersinggungan berrsi s nggungan berkembang masyarakat. de dengan bid dan ang g hhiburan, ibura ran n, namun juga menjadi potrett atas ata tas perm mas asal alah a an ddii dalam bidang permasalahan masy yar arak akaat. Fi ilm Indonesia dengan demikian bergerak dan be berkem mba bang ng pada du dduaa masyarakat. Film berkembang ar rah tersebu but: sebagai media hiburan, sekaligus menjadi refleksi si aka an di dina namika ka arah tersebut: akan dinamika so sosi sial yang yaang terjadi pada masyarakat. Hal ini senada dengan kajian ya ang di dila lak kukan sosial yang dilakukan Krishn na Sen terkait perkembangan sinema Indonesia pada orde ba aru. Dala am Krishna baru. Dalam kka jiannnya tersebut, Sen menunjukkan pengaruh yang kuat dari kondisi sosial sosiaal kajiannya masyar arakat Indon ones esia ia ddii bawah h rezim orde de bbaru aru terh had adap ap tema-tema ma film ya yang ng masyarakat Indonesia terhadap ddi produksi pada era tersebut (Sen, 199 994: 4:4 4). diproduksi 1994:4). Ga Gari rin Nugr g oho merupa p kan satu dari sedikit sutradara dii IIndonesia ndones nd esia ia yyang ang Garin Nugroho merupakan me meng nggu g nakan film lm untuk untuk k memotret memottre rett permasalahan perm pe rmasalah ahan a ssosial osia os iall di Indones sia ia. menggunakan Indonesia.
Garin
memili liki ki kepekaan kep epek ekaan tinggi atas ppermasalahan ermasal alahan sosial di IIndonesia ndon nd ones esia ia ddan an hal ini memiliki terwujud dalam film-film garapan nnya. Salah h satu pengamat film Indonesia seperti garapannya. Seno Gumira Ajidarma misalnyaa dalam Membaca Membaca Film Garin menulis bahwa film-film Garin Nugroho melihat kepekaan kepeekaan Garin dari film-filmnya “tidak bisa ke di ti” (Ch dkk 2002:44). 2002 44) Pernyataan P t iinii mengacu pada d bbeberapa b ffaktor kt dimengerti” (Cheahh dkk, yang seringkali berujung pada kompleksitas karya-karya Garin.
Beberapa di
antaranya adalah penonjolan penggunaan simbol-simbol metaforik yang
2
multitafsir, pemilihan tema cerita yang mengangkat permasalahan sosial Indonesia, serta pensejajaran adegan yang kontras. Faktor-faktor semacam ini menjadi membuat Garin Nugroho o m enjadi salah satu sutradara sut utra radara yang memiliki kekhasan dalam penciptaann karya-karyanya. karya-karyany ya. Jika ka Garin terke ena n l de eng ngan an ffilm-filmnya ilmil m fi film mny nyaa yang keras ddan an berkarakter terkenal dengan terseb ebut, hal in ini tida ak luput dari uusahanya sahaanyya dalam sa m melawa w n repres si di masa tersebut, tidak melawan represi pe pemerint ntah ahan an O rde Ba Baru. Dalam wawancaranya dengan deng gan Tom mR edwo ed w ods 1 dalam pemerintahan Orde Redwoods Maja ala lahh Reall Time Arts tahun 2007 Garin mengungkapkan mengungkap pka k n “musuh” “mus “m usuh” ya ang Majalah yang di iha hada d piny nya di masa Orde Baru adalah militerisme Soeharto. Si Sinema ma, me menuru ut dihadapinya Sinema, menurut Ga Garin pada waktu itu cenderung menjadi alat propaganda untuk ppemerintahan em mer erin inta t han pada Soehar rto. Soeharto.
Di tengah tekanan yang bersifat politis tersebut Gari rin berusa ahaa Garin berusaha
m enam mpilkan Indonesia dengan perspektif yang kompleks melaluii perm mainan n menampilkan permainan makna dan para rado doks ks yyang angg muncul ul di film-fi film lmnyya2 paradoks film-filmnya Paradoks-paradoks yang mu muncul unc n ul tersebut “mengganggu” bag bagi gi pa par para ra pe peni nikm kmatt ffilm ilm il m ya yang ng m enca en cari ri hhiburan i uran dalam ib m ffilm ilm il m Ga Gari rin n. Pe Peno nont nton on tid idak ak jjarang arang ar penikmat mencari Garin. Penonton tidak di diaj ajak ak uuntuk ntuk berpikir ber erpi piki kirr dan dan menonton meno me n nton n film-filmnya fil ilm m-film mny nyaa berulang berula be lang ng kali kali untukk memahami m mahami me diajak dan mengi intterpretasi simbol-simb bol o yang g seringkali tidak terkait terk kait it ddan an sulit untuk menginterpretasi simbol-simbol dimaknai secara denotatif.
1
G arin seak kan-akan memaksa penonton untuk Garin seakan-akan
Wawancara diunduh dari http://www.realtimearts.net/article/80/8636; http://www.realtim mearts.net/article/80/8636; Permainan makna ini merupakan salah satu ciri khas Garin di dalam filmnya dengan mempertontonkan adegan-adegan yang jika dilihat secara gamblang terasa tidak berkaitan dengan konteks narasi film. Contoh dalam film Surat untuk Bidadari pada salah satu adegan tokoh Lewa berkeliling desa dengan menunggangi kuda dan ia menggunakan helm dari ember dan tangannya memegang tongkat, mirip dengan ksatria Inggris pada abad ke-14. Sedangkan paradoks yang sering muncul (lihat Krishna Sen, “What ‘Oppositional in Indonesian Cinema?” dalam Philip Cheah, dkk, And The Moon Dances: The Films of Garin, Yogyakarta, Bentang, 2004,hlm.44-45) 2
3
bercermin pada realitas yang pahit atas kecarutmarutan dan dekadensi kultural yang sedang melanda Indonesia pada waktu itu. realitas Kepekaan Garin ddalam alam menangkap reali al lita tas yang muncul di masyarakat perspektif Indonesia membuat memb buat karya Garin kaya akan perspekt tif dibanding sutradarasutradara In Indonesia yang ng lain. Kekayaan K ka Ke k ya y an a akan aka kan n pe perspektif dalam am penggarapaan filmny nya dapat di dditelusuri telusuuri salah satun u ya melalui bukun unya y Hibu buran dan Kekuasaan K kuasaan Ke filmnya satunya bukunya Hiburan ((Nugroho, Nugroh ho, 11998). 998 99 8).
Bu Buku tulisan kr krit itik ik Garin dalam ini merupakan kumpulan tu kritik
meliha hatt perkembangan p rkem pe embangan televisi, film, bahkan media elektronik ik lai in di IIndonesia. ndones esia. melihat lain Bu uku ini menunjukkan menunjukkan kemampuan Garin dalam menangkap nilai ai-nillai ide deol o ogis is Buku nilai-nilai ideologis yan dib yang bawa oleh film: dibawa Potensi unik (film) sebagai media komunal-cangkokan tersebutt menjadikannya sering dikenali sebagai gugusan dari bagian-bagian yang g berbeda, yang setiap bagian dibangun oleh hukumnya sendiri-sendiri. unsur-Akibatnya, sering melahirkan pertentangan-pertentangan dari unsur unsurnya sendiri. SSungguhlah ungg un gguh uhlah tepat apa yang ng dikatakan dik ikat atak akan James Monaco o bahwa adalah memahami (How too Read Read a Film), Fil ilm) m), ba bahw h a memahami mema mah hami film fil ilm m ad adal alah ah m emahami bagaimana setiap unsur baikk sosial, sosi so sial, ekonomi, ekon ek onomi, politik, budaya, psikologi, mengubah dan estetis film masing-masing men engu gubah diri dalam hubungannya yang dinamis i (Nugroho, 1998:77).
Keunikan Keunik ikan ddan an cciri iri khas yyang ang an g di diha dihadirkan hadirkan m melalui elal el alui ffilm ilm garapa il garapan pan n G Garin arin Nugroh oho o berlanjut b rllan be anju jutt pada salah satu u filmny ya berjudul Opera Jawa Jaw (2006). (200 (2 006) 6). Film ini Nugroho filmnya Nu den ngan Peter Sellars dan didanai oleh merupakan kerjasama Garin Nugroho dengan Ne Crow wn Hope Festival untuk memperingati pemerintah kota Wina dalam New Crown ulang tahun Mozart ke-250.
Me Melalu ui jejak karya Garin pada dua dekade Melalui
sebelumnya Opera Jawa menjadi sebuah sebu b ah proyek eksperimental yang dilakukan sebelumnya, Garin untuk menggabungkan unsur seni rupa, vokal, dan seni tari dalam sebuah narasi film.
Opera Jawa sendiri merupakan film yang didasarkan pada satu
4
episode dari Epos Ramayana tentang penculikan Dewi Sinta dan diinterpretasikan ulang oleh Garin Nugroho.
Cerita Ramayana sendiri masuk ke tanah Jawa,
dipopulerkan diadaptasi oleh Wali Sanga San ang ga dan dipopulerka kan n sebagai sarana untuk proses Islamisasi di Jawa wa (Susetya, 2008:iv). Dengan adanya proses prros o es adaptasi ini, maka Ramayanaa bbukan ukan hanya ya berfung ngsi si eestetis sttetis is ssebagai eb bag agai ai karya sastra, nnamun amun menjadi berfungsi medi ia komuni ika k si yang yan ang efektif dan sa sara at dengan nnilai-nilai ilai il a -nilai ai dan mak kna n religius media komunikasi sarat makna ya die yang end ndap apka kan dala lam m filosofi-filosofi dasar masyarak akat at Jawa. a. diendapkan dalam masyarakat D alam m buku buku yang sama Susetya (2008:215) mencer erit i akan an uulang lang cer la erita Dalam menceritakan cerita Ra ama mayanaa dan memberikan nilai-nilai luhur yang dapat diamb bil dar arii ka kara rakterrRamayana diambil dari karakterka kara r kterr yang ada di dalamnya, termasuk Dewi Sinta. Tokoh in ni dic icerrit itakan karakter ini diceritakan sebaga ai istri yang setia dan mengabdi pada suaminya Rama, hingga hingga pada paadaa sebagai an antikli imaks cerita ketika Rama tidak meyakini kesucian Dewi Sinta.. Pada da titik k antiklimaks kritis ini Dewii Sinta Sint Si nta membuktikan membuktika kan n kesetiaannya kesetiaa aan nnya y denga g n me melo lomp m at ke kobaran n ap apii dengan melompat ya tidak membakar tubuhnya. yang Se Sepe peng ngga gall an anti tikl klim imak akss tersebut m enja en jadi di ttema emaa in em inti ti yyang ang g me memb mbuat Sepenggal antiklimaks menjadi membuat pe perb rbed edaa a n besa ar an anta tara vversi ersi er si klasi ik Ra Ram mayana na yyang ang an g se sela lama ma ini dik ken enal al ddengan engan perbedaan besar antara klasik Ramayana selama dikenal ffilm Opera Jawa. Jawa. Film ini mengeksplorasi men ngeksplo orasi konflik yang ddialami iallami Dewi Sinta (ditunjukkan oleh tokoh Siti) terkait rel lasinya dengan Rama (Setyo) serta relasinya Rahwana (Ludiro). Dengan setting g kehidu upan masyarakat Jawa di era tahun 1998, kehidupan tokoh Siti menjadi lebih “jujur” dan menyuguhkan meenyuguhkan permasalahan yang selama ini membisu di kalangan perempuan Jawa.
Permasalahan tersebut ditunjukkan
dengan idealisme yang kurang lebih dapat terangkum dalam pertanyaan: apa dan siapa perempuan Jawa?
5
Dalam film ini, gambaran tokoh Siti menunjukkan sosok perempuan Jawa yang lazim ditemui di daerah rural Jawa: seorang istri dari kelompok petani/pedagang; tinggal ddii kkomunitas omunitas pedesaan n ddan a berperan sebagai ibu rumah an tangga. Hampir tidak tiddak ada yangg janggal hingga penonton diajak ti dia iaja j k untuk mencermati dialog dan an monolog yang yan a g diutarakan diuttar di arak akan an S itii tentang tent te n ang dirinya;; tentang hasrat Siti seksua ualnya yan ang tida ak terpenuhi ol oleh eh suaminya, ttentang entang ggodaan en odaan Lu Ludiro yang seksualnya yang tidak se sejenak memb me mbu uatnya ya tterlena, erlena, tentang kesedihannya atas ata tass kebebasan kebeeba basa san n yang sselama elama membuatnya ini terpendam teerp rpen endam ddii dalam dirinya. Ko onflik-konflik tersebut mencerminkan tekanan yang mun ungk gkin in jugaa Konflik-konflik mungkin di dial alami oleh para perempuan Jawa. “Tekanan” ini mengakibatkan pperasaan eras asaaan isin dialami dan sungkan suungkan (Magnis-Suseno, 1985:167-168) yang kemudian menuntu ut dorong gan anmenuntut dorongando dorong gan pribadi untuk dikontrol atas nama kaedah yang dis setujui ui oleh h dorongan disetujui masyarakat. Konteks Kon onte teks ks demikian memberi memberi m akna ya yyang ng g leb ebih ih dalam dal a am atas kehadi dira ran n makna lebih kehadiran Si dalam film Opera Jawa. Hal ini Siti in ni pula pula yang mendorong peneliti untukk dapat dap apaat me meng ngkaji ji lebih leb ebih ih lanjut lan anju jutt konflik konf ko nfli lik k tersembunyi tersembuny yi da dala lam m to toko koh h Si Siti ti, terutama teru te rutama ma m eliihat el mengkaji dalam tokoh Siti, melihat ko kont ntek ekss tokoh ini ini dengan denggan rrealitas de ealitas ya ea yang ng ddimiliki imillik ikii oleh ol h perempuan per erem empu p an dii ma masy syarakat konteks masyarakat Jawa. Sebagai gambaran, posis si perempua an dalam masyarakat Indonesia yang posisi perempuan kini tidak lagi dimaknai secara ssederhana ederhan na dan terdomestifikasi dalam institusi keluarga.
misalnya, perkembangan karir perempuan Dalam sektor ekonomii mi
sebagai PNS di Indonesia menempati hingga jumlah 1.727.797 dari total 3.728.868 PNS di Indonesia (Ruspita, 2012:23).
Indikasi ini menunjukkan
progres dari perempuan yang berkontribusi secara signifikan dalam sektor publik.
6
Pemberdayaan ini turut didukung oleh Instruksi Presiden (Inpres) No.9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Inpres ini pemerintah merupakan strategi pemer erin intah yang dibangun un untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi dim mensi integral dari perencanaan, penyusunan, penyusun nan an, pemantauan, hingga evaluasi ata tas kebijakan da dan prog gra ram m pe pemb mban ngu una nan n na nnasional sional (Saga ala l , 2007:153). atas program pembangunan (Sagala, Dalam pe ppenelitian neliti tian sebelumny nyaa Si S ti jjuga uga tela ah dika aji sebelum mny n a dalam sebelumnya Siti telah dikaji sebelumnya be beberapa a ppenelitian enel en elitian di antaranya pada dua judul skrip ipsi si berju udu dull “Repre ese s ntasi skripsi berjudul “Representasi Patria iark rkii Jawaa dalam dalam Film Opera Jawa” oleh Alexandra Adyta Ady dyta t pada pad adaa ta tahun 20 009 Patriarki 2009 se ert rtaa “Siste tem Nilai Falsafah Jawa Tentang Perempuan dalam Fi Film l O peera Jawaa serta “Sistem Opera Ka Karya G arin Nugroho: Analisis Semiotika Roland Barthes dalam m Hubungan Hub ubun u gan Garin Suamii Istri melalui Tokoh Siti” oleh Aisyah pada tahun 2011. Penelitian yang dilakukan oleh Alexandra Adyta berfokus ppada ada ffaktor akto or kekuasaan yang ng dditunjukkan itunju it j kkan ppada ad da tokoh Lu Lud diro dan Setyo yo ssehingga ehingga menunjuk eh kka kan n Ludiro menunjukkan ad adanya unsur patriarki yang terjadi di antara dua tokoh tersebut terhadap ap Si Sit ti. Siti. Pe Pene neli l tiian yang yan angg kedua kedu ke duaa ol oleh eh A isya is y h di lain pihak piha pi hak k berfokus berf be rfok okus us pada pad adaa ek eksp lora orasi si fu fun ngsi Penelitian Aisyah eksplorasi fungsi dan pe dan pera r n peremp mpua uann ya yang ng mu muncul ddalam alam al am tokoh oh S itii deng it ngan an ffilosofi ilosofi Ja awa wa. peran perempuan Siti dengan Jawa. Ke K dua peneliti di atas mem emiliki ke kesamaan dalam mel lihatt sudut pandang Kedua memiliki melihat Siti sebagai perempuan yang did dominasi oleh olleh hierarki laki-laki di dalam konteks didominasi kehidupan rumah tangga.
ut pandang pandaang ini memberi pertanyaan baru bagi Sudut
penelitian yang akan dilakukan dalam am ppenelitian enelitian ini: bagaimana kemudian posisi Siti sebagai individu yang berada di dalam hierarki ini? Apa yang hendak disampaikan Garin melalui tokoh Siti ini?
7
Dua pertanyaan di atas dapat terjawab apabila peneliti dapat menjabarkan representasi kultural yang ditunjukkan oleh tokoh Siti. Terutama karena banyak memperlihatkan adegan-adegan di dalam ffilm ilm il m yang memperlihatka kan n monolog Siti dalam usahanya Ludiro untuk menghadapi pi kkonflik onflik batin dan konfliknya dengan Lud udiro dan Setyo. Rele levansi antara S iti dann representasi repr re pressen nta tassi ttokoh okoh ok oh ini sebagai ssebuah e uah gambaran eb Relevansi Siti kecil dari per erem e puan an JJawa awa mema mang ng tidak dimaksudkan dimak aksu sudkan n untuk memberikan memberikan perempuan memang ge generalisa sasi si atas ata t s apa apa dan siapa perempuan Jawa, na nnamun mun n to toko koh Sitii dapat generalisasi tokoh memb mber erik ikan ggagasan agasan lain terhadap perempuan Jawa. Gaga asa s n “k “ket eteerwakila lan” memberikan Gagasan “keterwakilan” yang dim yang miliki oleh konsep representasi tidak hanya dig gunak akan an uuntuk ntuk k dimiliki digunakan me memper rlihatkan arus utama budaya (mainstream culture) namun n juga ju uga dapat dapat memperlihatkan menunj njukkan budaya tandingan (counter culture). menunjukkan
Untuk dapat m enjabark kan n menjabarkan
ba representasi reepresentasi arus utama budaya ataupun tandingannya tersebut, maka mak ka perlu u baik ret etas asii dan da pembedahan p mbed pe dah ahan atass si simbol-simbo boll yang yan muncul di dalam dal alam am adanya interpr interpretasi simbol-simbol fi Opera Jawa. film Jika M etzz me et meli liha hatt fi film lm ssebagai ebagai bahasa bahassa (S (Sta tam m, R ober ob ertt dk dkk k 19 1992 92:3 :35 5), ma m ka Jika Metz melihat (Stam, Robert 1992:35), maka Oper Op era a Jawa adalah ad dal alah ah bbahasa ah has asaa ya yang m emeerlukaan in em inte terp rpreeta tasi si ssedemikian edemikia ian n rupa rup ru pa dan Opera memerlukan interpretasi membaaca c tiga media yang ddigunakan igunakan film ini. menuntut proses signifikasi guna membaca merup pakan langkah agar pembacaan terkait Proses signifikasi tersebut tidak lain merupakan ini n dapatt dikontekstualisasikan dengan isu yang simbol-simbol yang ada di film ini iden ntitaas Siti sebagai salah satu tokoh di film ini. telah dibahas sebelumnya terkait identitas
8
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah h ssebagai ebagai berikut: hadir 1. Bagaimana Bagaiman na representasi kultural tokoh Siti yang ha adi d r di dalam film Opera Jaw wa? Jawa? 2. Bagaimana Bagaim man a a re rela lasi represent ntas asii tokoh Siti ti kaitannya kaitann n ya dengan den nga gan posisi relasi representasi pe pere remp mpuan da dala lam konteks masyarakat Jawa masa maasa kini? perempuan dalam
C. Tu Tujuan n Penelitian T ujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat representasi kkultural u tura ul rall to tokoh h Tujuan Siti yang yaang hadir di dalam film Opera Jawa dan melihat relasi representa asi tokoh h in ni representasi ini te erk r aitt dengan perkembangan posisi perempuan dalam konteks masy yaraka kat Jawa wa terkait masyarakat masa kini.
Manfaat Penelitian D. Ma Manf nfaa aat P eneli liti tian an Penelitian akademik memberikan wawasan Pe Pene neli liti tian an ini ni secara secara ak kad ademik k mem mberikan wa wawa w sa san n ba baru ru tterkait erka kait it kajian sinema Indonesia yang diwakilii oleh film m Opera Jawa. Film garapan Garin Nugroho ini merupakan satu ddari ari sedikitt film yang mengeksplorasi berbagai elemen tanda sebagai bahasa fi ilm l . film.
R epresentasi tokoh Siti sebagai objek Representasi
penelitian memberikan perspektif bbaru aru atas representasi perempuan di dalam ar media Indonesia.
9
E. Kerangka Teori 1. Film sebagai g Teks Media Daya tarik film m sebagai sebuah obyek ppenelitian e elitian tidak terlepas dari en eksistensi film yang ya mencakupp berbagai dimensi. Film dapat dap apat dilihat dari aspek pertunjukan layaknya teater, estetika sseni eni pertun unju juka kan n laya akn knya ya ttari arri dan dan te teat a er er,, seperti se seni n lukis yang representatif, musik repr resentatif, ddan an seperti mus usik ik ssebagai ebag eb agai ai sseni enii ya en yyang ng tterekam erekam m ((recording r cordin re ng art) (de Fleur dan F leur da an De Dennis, 19 1985:257). Apa yang kemudian membuat memb mbua u t film film berbeda ber e beda dengan den e gan bentuk uk sseni eni ya yang lain adalah karena film juga dapat dilihat sebagai seba bagai teks teeks dan dan dapat dap pat be berp rpeeran ssebagai ebagai komunikasi massa. berperan K etika aspek komunikasi massa digunakan untuk mengkaji film lm, ma maka ka film m Ketika film, akan ddilihat ilihat sebagai sebuah teks yang memproduksi makna. Dalam gagasan gaagasan dasar daasaar ya ang n ddigunakan igunakan oleh Burton (2002:38) produksi makna yang ada pada padaa sebua uah h yang sebuah teks merupakan merupaka kan n ko kons nstr truk uksi si yyang ang an g hadi ir ba baik ik ddari arii pr ar prod odus usen teks atau dari dar ari konstruksi hadir produsen ma masyarakat B gaimana konstruksi tersebut terb rben ntu uk? yang menjadi audiens. Ba Bagaimana terbentuk? Pr Prod oduk uksi si makna makna k tersebut terse sebu butt hadir hadi ha dirr me mela l lui simb mbol ol-si simb mbol ol yang yan a g terdapat terdap d pat dalam dal alam am sebuah seb ebuah Produksi melalui simbol-simbol te eks ks, da dan n si simb mbol ol-si simb mbol ol tersebut tersebu butt akan nm emillki makna makna kna ketika ket etik ikaa ia m enga en gala lami mi proses teks, simbol-simbol memilki mengalami pemaknaan atau signifikasi. Ket etiika sebu uah a teks mengalami proses signifikasi, Ketika sebuah makna yang muncul dari tekss tersebut membentuk membentuk pandangan selektif atas subyek-subyek tertentu seturut de ddengan ngan pandangan sosial dan kultural yang dominan (Burton, 2002:37). Dengann kata kata lain, makna bukanlah sesuai yang hadir tiba-tiba dan alamiah dalam sebuah teks, namun dikonstruksi. Sebelum membahas lebih lanjut terkait konstruksi makna yang terjadi di dalam film, perlu untuk mengetahui film dalam beberapa pandangan beberapa
10
teoritikus film. Andrè Bazin merupakan salah satu pionir teorikus film yang di bukunya berjudul What Is Cinema? (1959:13) Membahas esensi film dalam realismenya. sebuah pandangan realism smeenya. Menurut pandangannya panda dang n annya kapasitas film dalam sebuah lebih mereproduksi seb buah obyek memiliki obyektifitas yang leb ebih i tinggi dibandingkan media lain n. Obyektifitass di sinii mengacu m ng me n ac a u pa pada da ppendapatnya endapatnya yan en ng melihat bahwa lain. yang film menunjukkan menunjukk kkan realitas reaali l ta t s dari sebuah sebua uah h ob obye y k tertentu u. obyek tertentu. Pa and ndan ang gan Ba azi zin dalam melihat film secara real alis is kemud udia ian n ditentan ng oleh Pandangan Bazin realis kemudian ditentang Metzz (1983:3) (19 1983:3)) dengan dengan memandang sinema sebagai hasil dari te teknik k ima majjinasi aatau t u ta imajinasi de eng ngan a kat ata lain, secara strukturalis. Jika Bazin banyak membahas membahaas si ine nema ma da ddalam lam m dengan kata sinema pa pan ndanggan realis, maka Metz banyak membahas sinema sebagai bbahasa. ahasa sa. Metz M tz Me pandangan menga adaptasi pandangan Saussure atas langue dan langage. Di awal kajian yang yaang g mengadaptasi di dilaku ukan oleh Metz, ia mendiskusikan apakah film merupakan lang ngue (s (sistem m dilakukan langue bahasa)) atau la ang ngag age (b ((bahasa). ahasa)). P a a akhirn ad rnya Metz meng ngko konk nklusikan film adalah adaala lah h langage Pada akhirnya mengkonklusikan se sebagai langage dan bukan langue di dida dasari oleh beberapa a dasar. Pertama,, la lang ngu ue didasari langue me meru rupa paka kan n se sebu buah ah ssistem iste is tem m ta tand nda yang ditujukan dituj ujuk ukan an untuk unt ntuk uk komunikasi kom omun unik ikasi dua dua arah. ar merupakan sebuah tanda Se Seme ment ntara padaa kkenyataannya eny en yataaan anny nyaa film hanya han any ya bis sa me meny nyajjik ikan an komunikasi komunikas asii satu satu arah Sementara bisa menyajikan karena ad danya jarak antara pproduksi roduksi film dan resepsii atau attau penerimaan adanya penontonnya.
sensial film m bukanlah sistem bahasa. Kedua, secara eesensial
Hal ini
dikarenakan kurangnya padanan at aatau au per rsamaan yang ditunjukkan oleh bahasa persamaan film dengan tanda linguistik yang arbitrer. arrbi b tr trer.
Dengan diproduksinya film melalui
proses reproduksi mekanis, maka film menempatkan hubungan yang berbeda antara signifier (penanda) dan signified (petanda).
11
Lebih
lanjut, dengan
melihat film sebagai bahasa maka
Metz
mendefinisikan matter of expression atau hal-hal yang membentuk ekspresi agar terjadi susunan pesan di ddalam alam film. Matter ooff ex al eexpression pression ini terdiri dari lima kanal atau rute, yyaitu aitu gambar fotografi yang bergerak (m (moving image), bunyi fonetik yang yaang direkam ddii dalam m film lm ((recorded reco c rd rded ed pphonetic honetic soun nd), bunyi yang sound), direka kam di ddalam a am ffilm al ilm (recorded il d nnoise), o se), oi ), musik k yyang ang di ddirekam rekam da dalam film direkam (r (recorde ed mu musi s cal ssound) ound) d serta tulisan -tulisan yang ng terte era ddii dalam m film (recorded musical tulisan-tulisan tertera (terma masu sukk di ddalamnya alamnya kredit di akhir film). (termasuk Men ngapa lima kanal tersebut penting? Lima kanal terse sebutt di dipe perl rlukan n Mengapa tersebut diperlukan se seb bagai kode yang guna membaca simbol-simbol yang muncul di dalam dallam film. sebagai Gamba ar fotografi yang bergerak dapat dilihat melalui gerakan-geraka kan tari ya ang g Gambar gerakan-gerakan yang di ditamp pilkan oleh karakter-karakter dalam film Opera Jawa. ditampilkan
Bu unyi fo fonetik k Bunyi
ditampi ilkan me mela lalu luii tembang g ya ang menja jadi di dialog g anta tara ra kkarakter. a akter. Bunyi la ar lain in ditampilkan melalui yang menjadi antara ya terekam merupakan garapan instrumen yang inst stru rumen gamelan yang menjadi latar bel elak akan ang belakang mu musi sikk di dalam dal alam am film fil ilm m ini. inii. Sedangkan in Seda Se dangkan tulisa an yang yang tertera ter erte tera ra ddii da dala lam fi film lm Op Opera musik tulisan dalam Jawa te Jawa terletak pada pad adaa aawal wal al ddan an akhirr ccerita; erit er ita; di mana mana Garin Gar arin in Nugroho Nugroho memberikan mem embe berikan narasi tamb bah han dalam film Operaa Jawa. tambahan Robert Stam (1992:55) memberikan memberikan beberapa perbandingan antara kajian yang dilakukan oleh Metz dengan n kajian n yang dilakukan oleh Bazin. Pertama, dibandingkan dengan pandangan krit tik i ffilm ilm sebelumnya (era teori film klasik oleh kritik Bazin), analisis tekstual yang dilakukan oleh Metz menunjukkan sensitivitas tinggi pada elemen-elemen formal film (setting film, latar musik, simbol-simbol yang muncul pada adegan-adegan berbeda).
Kedua, analisis tekstual yang
12
dilakukan pada film tertentu dapat diperluas untuk menjadi acuan analisis film yang lain.
Ketiga, analisis tekstual Metz menunjukkan adanya keterkaitan
naratologi, linguistik struktural, struk uktu tural, psikoanalisis dan dan semiotika sastra dalam kajian Metz sinema. Aliran te teori film modern yang dianut oleh Met tz membuka kesempatan bagi penel lit itii untuk dapat me m ngka kajii fil ilm m se ecaara sspesifik pesi pe sifik dalam film m tertentu. peneliti mengkaji film secara
2. Representasi Repr Re pressentasi si d dii dalam Media Sa Salah ssatu atu pendekatan untuk melihat bagaimana si ssistem stem m representasi represent ntasi be eke kerj rja ad dalah dengan pendekatan konstruksionis (Hall, 1997:25). Gagasan Gaagasaan dasar dasaar bekerja adalah dari pen dari ndekatan ini memperlihatkan bahwa makna dibangun oleh man anusia ia m e alui el pendekatan manusia melalui sistem m representasional (konsep dan tanda). Sebuah objek akan bermakna berm makna ketika kettikaa se h objek berada di dalam sebuah sistem yang diguna sebuah akan untuk k digunakan merepresentasi ika kan n ko konsep p obj jek ttersebut. ersebut. t. Pada pprakteknya, raktek ekny nya, a, sebagai contoh, h, ddii merepresentasikan objek da dalam film Opera Jawa konsep men nge g nai “tembang” sebagai pengganti di dial alo og mengenai dialog akan berma akan makn knaa ke keti tika ka ko kont ntek ekss budaya Jawaa di dibe berl rlak akuk ukan an. B agii ppenonton ag enoont nton on yyang ang bermakna ketika konteks diberlakukan. Bagi as asin ng dengan d ngan bbahasa de ahas ah asaa Ja Jawa wa, ko konsep p ““tembang” tem te mbang” g hhampir ampi am pirr mu must stahil unt tuk di dip pahami asing Jawa, mustahil untuk dipahami karena bbahasa ahasa h Jawa tidak berlaku ddii luar masyarakat masyarakat Jawa. Gagasan Hall di atas juga menunjukkan men nunjukkan bahwa konsepsi tentang representasi tidak terlepas dari pem emahaman an tentang budaya. Seperti dikutip oleh pemahaman Storey (1993:2), budaya merupakan merupakaan praktek praktek pemaknaan (signifying practices) yang dilakukan oleh masyarakat dalam memahami budayanya.
Praktek
pemaknaan ini dapat dilihat dari cara masyarakat memaknai simbol-simbol yang ada di dalam kehidupannya sehari-hari, dari hal yang sederhana seperti
13
penggunaan bahasa, hingga tataran yang lebih kompleks seperti cara mereka membentuk kode-kode kultural yang ada di dalam kehidupan mereka. Penjelasan Storey y di atas menegaskan bbahwa ahwa ah w konsep yang disebut dengan budaya tidak hadir had adir secara tiba-tiba, melainkan terbentuk terbe bentuk melalui proses pemaknaan n yang dilakuk kan a oleh h ma m syar sy arak akat at.. De Deng ngan a kata lain, si ist stem representasi dilakukan masyarakat. Dengan sistem yang g bberbeda erbeda aakan kan be beri implikasi ppada adaa budaya di li ad lin ngkung gan masyarakat masyaara r kat yang berimplikasi lingkungan be berbeda. . Se g serta simbol-simbol yang muncul di dalam Setting m film f m Op Opera Jawa Ja awa memperlihatkan me memp mperliha hatkan latar belakang masyarakat Jawa seperti pada da bbahasa ahassa yang ah g digunakan, tokoh-tokoh di digu g naka kan, pakaian serta pola interaksi yang dilakukan oleh tokoh-to okoh h di ddalam alam film ini. inni. Dari pola interaksi serta bahasa yang digunakan, dapat ddiidentifikasi iidentifika kassi ba a potret masyarakat di dalam film ini berasal dari masyarakat ped bahwa desaan an (kua at pedesaan (kuat ditunjukkan melalui mela me lalu luii mata pencaharian pencaaha h rian m asyarakat baik as ik ssebagai ebag eb a ai petani maup upun un masyarakat maupun pe pedagang) serta didukung oleh pakaian-pakaian pakaia iann pakaian yang dikenakan oleh paraa tok oko oh tokoh (k (keb ebay aya at atau au kkain). ain) ai n). S elai el ain n si simb m ol-simbol ya yang ng bbersifat ersi er sifa fatt ma mate teri rial al ter rse sebu but, t, tteks eks (kebaya Selain simbol-simbol material tersebut, yang m yang uncul da dala lam m film lm iini ni jugaa me men nunjuk kka kan n representasi r prres re esen enta t si yang g le lebi bih h laten muncul dalam menunjukkan lebih seperti ka kkarakterisasi rakt kterisasi peran-peran di film ini in ni yang menunjukkan kkorelasi orelasi l yang kuat dengan masyarakat Jawa. Terkait
dengan
rumusan an
mas salah masalah
yang
dikemukakan
terdahulu,
karakterisasi tokoh-tokoh di dalam m ffilm ilm Opera Jawa penting dalam proses identifikasi representasi yang muncul terutama dalam melihatnya dalam sudut pandang ideologis.
Konsep ideologis muncul dalam pembahasan ini terkait
dengan budaya karena dalam sistem penandaan yang dijelaskan sebelumnya.
14
Ideologi berkontribusi untuk memperlihatkan apa yang penting dan tidak penting Burton (2002:40). Artinya, dalam konsep teks budaya, ideologi digunakan untuk mengindikasikan bagaimana bagaiman ana sebuah teks memperlihatkan memp mper erlihatkan citra sebuah realitas dipilah. yang telah dipila ah. Dengan kata lain, hampir tidak mungkin mung gki k n terjadi pembelokan antara apaa yyang ang direpr p esen e tasika kan n ol leh m ediia ddengan ed enga en gan realitas yang yan ang g terjadi di luar direpresentasikan oleh media medi ia terhadap ap satu ob objek yang sam a a. media sama. De Deng ngan an dem mik ikiian, proses identifikasi tokoh-to toko k h da ala lam m film in ni serta Dengan demikian, tokoh-tokoh dalam ini peran n ya yang n m uncul di dalamnya akan menunjukkan bagaima ana n sis iste tem m ideolo ogi gs muncul bagaimana sistem ideologis ters rseb ebut bekerja. bekerja. tersebut
Dengan melihat latar film ini yang bernuansa bernuan nsa JJawa, awa, a, m ak ka maka
re repr p esen ntasi yang muncul melalui tokoh-tokoh di film ini akan memil iliki hu hubu bung n an representasi memiliki hubungan yang kkuat uat dengan representasi yang muncul di dalam masyarakat Jawa a. Jawa. Pembagian peran atas tokoh-tokoh yang ada di film ini ddapat apat ddilihat ilihaat sebagaii contohh bagaimana bag agai aimana sistem m representasi r presen re nta tasi bekerja j . La Laki ki--la laki di dalam film m ini ni bekerja. Laki-laki ce cenderung digambarkan sebagai soso sok k yang maskulin, bertanggungjawab ab atas ataas sosok ke kepe pemi mimp mpin inan an ddii dalam dala da lam m ru ruma mah h tangga sedan angk gkan an ttokoh okoh ok oh pe pere remp mpuan ccenderung ende en deru rung kepemimpinan rumah sedangkan perempuan un untu tuk k menjadi m njadi feminin me femi fe mini nin serta seert rtaa be bekerjaa di rranah anah ddomestik. omes om esti t k. k untuk
3. Pandangan Gender dala am Budayaa Jawa dalam Koentjaraningrat (1994: 275-276 6) dan Frans-Magnis Magnis-Suseno 275-276) (1988:83) melihat karakteristik masyarakat masy syarrakat Jawa yang menggunakan padangan kosmik; di mana masyarakat Jawa memusatkan kehidupannya untuk bersatu dengan Tuhannya (Manunggaling Kawula lan Gusti).
Termasuk di dalam
pandangan ini, posisi, peran, serta keberadaan perempuan dan laki-laki dibedakan
15
secara tegas.
Pembawaan sifat laki-laki yang ‘diharuskan’ maskulin
berkontradiksi dengan pembawaan sifat perempuan yang diharapkan feminin. kemudian lebih Pandangan patriarki ini ke kem mudian berkembang le lebi b h jauh dan terwujud melalui normatif peran-peran norma matif laki-laki sebagai kepala keluarga da dan n sumber nafkah serta perempuan n sebagai ibu u ruma ah ta ang ngga ga ddan an bbertanggungjawab ertanggungjawaab dalam sektor er rumah tangga dome estik. Relasi Rela lasi seorang seo ora rang ibu atau pe pere remp puan di dalam dal alam am sek kto tor domest stik i ini tidak domestik. perempuan sektor domestik ja jarang m emun em unculkan an metafora-metafora atau simbol simb bol yang merepresentasikan mere me represen nta tasikan memunculkan peremp mpua uan di ddalam alam masyarakat Jawa. Dalam film Opera Jawa Ja awa w mi misa saln lnya simb mbol perempuan misalnya simbol yang erat muncul adalah hubungan antara Siti dan tanah. Dalam yang Daala l m masyarakat masy ma syar a akat at Ja Jawa w , ta anah adalah pemberi hasil bumi; tempat di mana padi ditanam m dan n ha hasi silnya Jawa, tanah hasilnya dapat digunakan manusia agar tidak kelaparan.
Hal ini menunjuk kkan bah hwa menunjukkan bahwa
m asyaarakat Jawa memandang perempuan sebagai sosok yang memelih hara m erek ka masyarakat memelihara mereka dengan sifat m enga en gayo y mi. mengayomi. Selain citra perempuan sebagai seb ebaagai sosok yang mengayomi tersebut, teerseb ebu ut, Ko Koe ent n ja jara rani ning ngra ratt (1 (199 994: 4:14 145) 5) meringkaskan me hhubungan ubun ub unga gan n an anta tara ra ssuami uami ua mi ddan an iistri stri st ri ddalam alam al Koentjaraningrat (1994:145) antara ra rana ah domestik k. ranah domestik.
Pen nje jela lasa san n Ko oen entj tjaaraninra ratt da dalam m bu buku k nya de deng ngan n jelas Penjelasan Koentjaraninrat bukunya dengan
meletakk kan posisi perempuan yang ng cende erung inferior dibandingkan diband dingkan k dengan lakimeletakkan cenderung laki. Seperti dicontohkan di da alam peran dan tanggung jawab suami. Suami dalam memberi uang belanja kepada istr trinya, da dan sang istri harus mengusahakan agar istrinya, uang tersebut cukup untuk memenuhi hi kkebutuhan ebutuhan sehari-hari. Selain itu dijelaskan pula permasalahan mengenai tanggung jawab perempuan sebagai ibu. Orang Jawa cenderung menganggap kemandulan terletak pada seorang istri. Karena itu, apabila dalam sebuah perkawinan tidak dihasilkan anak maka seringkali laki-laki
16
diperkenankan untuk menikah kembali, atau yang lazim terjadi adalah menikah dengan perempuan lain (poligami). Kesenjangan antara ra posisi laki-laki dan pe perempuan dapat dilihat melaui Koentjaraningrat pola bahasa yang g ddigunakan. igunakan. Dalam buku yang sama, Koe ent n jaraningrat (1994:4547) menj jel elaskan bahwaa seoran a g su suam amii me meny nyap apa istrinya dengan den e gan njangkar menjelaskan seorang suami menyapa (1994: 4:45) atau au mem man anggil nama ke keci cilnya y . (1994:45) memanggil kecilnya.
Nam mun u san ang istri ti tida d k boleh Namun sang tidak
melakukan m elakuka kann ha hall yang g ssama, ama, melainkan memanggil suaminya suami minya dengan deeng ngan an sebutan an yang Dari contoh lebihh tinggi ting ti nggi seperti sep eperti mas, pak, atau njenengan (1994 ((1994:46). :46). D a i co ar ont ntoh oh ini dapat dap apat dilihat menunjukkan di ili liha hat bagaimana baagaimana penggunaan bahasa sangat berpengaruh dan an m enun en unju jukkan n posisi po pos sisi yang yang timpang antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan kehiidu d paan ru rumah tanggaa atau dengan kata lain pola yang muncul di dalam hubung gan terse ebu but hubungan tersebut be bersifa at patriarki. bersifat Dari kom omun unik ikasi ya yyang ng g ter rja jalin antara ra suami dan iistri stri st ri ddii atas, Frans Magn gniis-komunikasi terjalin MagnisSu Suseno relaasi gender antara laki-laki dan perempu puan an ddii juga berpendapat bahwa relasi perempuan da dala lam m ma masy syar arak akat at Jawa Jaw awaa dapat dapa da patt di ditemui dari etika etiika sseksual eksu ek sual al yyang ang an g be berl rlak aku dii dalamnya dal alam amn nya dalam masyarakat berlaku (M (Mag agni nis-Suseno o, 1988:176). 1988 19 88:1 176 76)). Yangg dimaksud dim imaksuud dengan deng de ngan n eetika tika ti k seksual al iini ni adalah adalah (Magnis-Suseno, bagaimana masyarakat Jawa mem miliki sik ikap yang tegas dala l m memandang isu memiliki sikap dalam seksualitas antara laki-laki dan pperempuan. erempuan. Contoh yang dapat ditemui misalnya kekhawatiran yang muncul apabila la seorang ng laki-laki dan perempuan (yang belum terikat dalam status pernikahan) m em mperlihatkan diri di depan umum bagi memperlihatkan beberapa kalangan di masyarakat Jawa akan menjadi bahan pembicaraan (MagnisSuseno, 1988:177). Pandangan lama ini, meskipun tidak lagi populer di dalam masyarakat saat ini, masih menjadi catatan penting tentang bagaimana masyarakat
17
Jawa mengontrol relasi antar gender.
Begitu pula dengan pengawasan yang
dilakukan oleh orang tua tentang jam malam yang berlaku bagi perempuan. Masyarakat Jawa masih me menganggap bahwa tidak tid dak sopan jika seorang perempuan pulang malam, bahkan baahkan hingga dini hari. Hal ini merupakan merupak kan sebuah kekhawatiran karena per rempuan renta an untuk k diganggu d ga di gang nggu gu dan dan mereka mer e eka sulit un ntu tuk menjaga diri perempuan rentan untuk mere eka sendiri i. mereka sendiri. Te Tent ntan angg isu ya yang terkait dengan seksualitas, masyarakat mas a yaraka katt Jawa Ja cen nde d rung Tentang cenderung untuk k menanggapinya menang me ggapinya dengan diam-diam (Magnis-Suseno, 11988:177). 988: 8:17 177) 7). Hal ini di ika kare r nakaan informasi terkait seksualitas cukup sensitif dan keluarga keluarg rga tidak tida ti dak k banyak ba k dikarenakan me membic carakan isu ini. Karenanya ketika seorang perempuan tela ah me meng ngal a ami membicarakan telah mengalami menstr ruasi pertama kali, seorang ibu biasanya akan memandu anak perempuannya perrempuann nyaa menstruasi ba bagaim mana merawat tubuhnya pada saat menstruasi, namun jarang m enjel elaskan n bagaimana menjelaskan apa yang diseb ebut ut ddengan enga g n edukas si seks ata tau u baga g imana me mere reka k dapat menge ena nalii disebut edukasi atau bagaimana mereka mengenali tu tubuhnya sendiri. Ka Kare rena na iitu, tu, yang tu yang terjadi ter erja jadi di kemudian adalah ad dal alah ah bbatas atas at as rruang uang ua ng yyang ang an g kkecil eciil pa pada da ssaat aat Karena et etik ka ya yang terka ait ddengan enga en gann se seks ksualita tass di dibi bicaraaka kan n da dalam m ma masy syarakat JJawa. awa. aw a. Etika etika terkait seksualitas dibicarakan masyarakat seksual yang dipaparkan oleh Frans Magnis Magnis-S Suseno (1977:178) Magnis-Suseno memperlihatkan bahwa masyar rakat Jawa menempatkan hubungan seksual di masyarakat dalam sebuah perkawinan dan ka arenanyaa jika hal ini terjadi diluar perkawinan, karenanya maka akan bertentangan dari norma m assyarakat. masyarakat. Dalam konteks era modern ini, pembagian peran yang timpang ini cenderung berhubungan pada aspek ekonomi dalam rumah tangga. Seperti artikel yang ditulis oleh Sigiro (2012:9) laki-laki lebih banyak dikemukakan sebagai
18
pencari nafkah utama (male breadwinner) sedangkan perempuan sebagai istri adalah tertanggung (dependant) pada suami. Tidak terkecuali Indonesia, kritik Andersen Sigiro yang disadur dari pemikiran pem emikiran Esping Ande ders rsen e melihat bahwa peran negara salah terhadap konsep p nnegara egara kesejahteraan (welfare state) sala lah h satunya memberikan ruang bagi gi perempuan perempuan untuk unt ntuk bekerja bek kerrja ddii da dala lam m aatau tau au ddii luar sektor do domestik. dalam
4. Be Bebe bera rapa IIsu su Perempuan di Dalam Kajian Kajia ian n Film: Film m: Se Sebuah K ritik Beberapa Kritik G ender er Gender Seb belum melihat beberapa pandangan teoritikus feminis aatas t s kr ta krit itik km edia ia Sebelum kritik media re rela lasiny ya dengan isu perempuan, penting untuk melihat perkembangan perkembangaan pandangan pan anda dang n an relasinya femini isme di dalam perspektif kajian budaya. feminisme
memaparrkan bahwa bahw hwaa Storey memaparkan
ke kemun nculan dan perkembangan feminisme di dalam studi sosial telah berkembang berkem embang g kemunculan di awall 1970 (Storey, (St Stor orey y, 1993:125). 1993:125 5). Perkembangan Perkem mba bang gan ini,, lanjutnya lanj la njut utny nya merupakan reak aksii reaksi da kondisi perempuan yang mengalami dari mengal alam ami opresi atau tekanan dalam berbagai berbag agai ai llini in ni ke kehi hidu d pa pan n. Tekanan Teka Te kana nan n ya yang ng tterjadi erja er jadi d di kaum perempuan per erem empu puan an ppada adaa er ad eraa te ters rsebut b t kkemudian emud em udian kehidupan. tersebut m emi micu cu berbaga gaii pa pandan anga gan n yang g kkemudian emudiaan membawa em memb me mbaw awaa fe ffeminisme minism me ke dalam memicu berbagai pandangan beberapa ali liran di antaranya femin nis i me rad adikal, Marxis, dan li iberall. aliran feminisme radikal, liberal. Kajian budaya populer kemudian menjadi salah satu objek di dalam analisis dengan sudut pandang fe ffeminisme. minism me.
Isu yang cukup populer terkait
feminisme di dalam kajian budaya populer pop puler antara lain terkait dengan bagaimana perempuan direpresentasikan dalam budaya populer, misalnya di dalam film, novel, atau di dalam industri hiburan.
19
Karena fenomena yang muncul di atas, beberapa teoritikus yang feminis telah berkontribusi dalam meletakkan dasar-dasar pengkajian teks media yang adalah Laura Mulvey mengarah pada isu perempuan. peremp mpuan. Beberapa dii antaranya an 1993:129) (Storey, 1993:129 29) yang melihat film populer sebagai sebag agai teks utama yang mereproduk uksi sebuah kons n ep yan ang g di ise sebu butt de deng ngan an ma m le gaze. Dengan Den engan konsep ini, mereproduksi konsep yang disebut dengan male dijela askan bah hwa w po osi sisi perempuan perempu p an ssebagai ebag eb gai obye ek atas hasrat la aki k -laki dan dijelaskan bahwa posisi obyek laki-laki ba bagaiman anaa pe peremp pua uan dikonstruksi sebagaimana ddunia unia dil un ilih ihat at dalam m sudut bagaimana perempuan dilihat pand dan angg laki-la laki sehingga ia tidak lagi memiliki hak penuh uh untuk uk m enentuka k n pandang laki-laki menentukan de efin inis i i yang yaang membentuk dirinya seperti kriteria ideal “cantik” bag gi perempuan. peere remp mpua uan. definisi bagi D engan demikian, kecenderungan yang muncul dalam penel elitian n Mu Mulvey y Dengan penelitian adalah h scopophilia atau kesenangan atas penampilan (the pleasure of looking). lookin ng). Ba B gi M ulvey, bukan hanya sekedar kenikmatan atas penampilan; namu un lebi bih h dar ri Bagi Mulvey, namun lebih dari itu scopophili ia ju juga g berhubungan berhubung gan a denga gan n meng gambi bill “orang” “ora “o rang” sebagai ob bje jek k scopophilia dengan mengambil objek da dalam merangsang hasrat seksual me ela lalui pandangan. Di hampir semua ba bagi giaan melalui bagian du duni niaa saat at iini, ni, tidak ni tida ti dakk ada ada ya yang ng lepas dari ko kons nsep ep sc scop opop ophi hili lia a in ini i, terutama teeru ruta tama ma di dunia konsep scopophilia ini, bi bida dang ng pertelevisian. perteleevi visi sian an. bidang
Itu tula lah mengapa meng me ngaapa mu munc ncul u konsep kon onse sep p kecantikan kecant ntik ikan an yang Itulah muncul
dikonstr ukksii sedemikian rupa, salah sa saatunya karena adanya scopophilia ini. dikonstruksi satunya Dengan tegas Mulvey (Storey, 1993:130) juga menyatakan bahwa kenikmatan dalam sinema harus dihancurkan gguna una me embebaskan perempuan dari eksploitasi membebaskan dan tekanan menjadi material yang pa ppasif sif demi penonton laki-laki yang notabene si aktif. Selain Mulvey yang melihat pandangan selektif atas perempuan di dalam film, terdapat pula Ien Ang yang menggunakan serial Dallas untuk menunjukkan
20
bagaimana mekanisme kesenangan dibentuk oleh media serta bagaimana ia diproduksi dan bekerja terhadap penonton (During, 1993:402). Penelitian Ien penonton Ang berbasis pada keterkaitan keteerk rkai aitan antara penonto ton n serial Dallas dengan reaksi emosional mereka ka terhadap serial tersebut. Reaksi emosional emosio iona n l yang diterima oleh Ien Ang dari da para penonton p no pe ont n on Dallas Dalllass menunjukkan menu me nun njuk ukka kan n adanya usaha ha mereka untuk meliha hat seriall tersebut tersebu butt dan kehidu dupa pan sehari-hari ri paraa penonton n. melihat kehidupan penonton.
Pada
pe perkemba bang ngan ann nya, Ien Ien Ang menyebutnya dengan id ideo eologi kebudayaan keb ebud udayaan massa perkembangannya, ideologi (Dur rin ing, g, 1993:403). 1993 3:4 :403). Apa yang disebut dengan ideologi kebudayaan keb ebuday yaa aan n massa ini (During, tamp mpak a da ari konsep yang disebut Ang sebagai melodramatic ima agina nattion n. Dari Darri tampak dari imagination. su sura r t-suurat yang diterimanya sebagai bahan analisis, ia mend dap a atii adanya ad surat-surat mendapati artikuli liasi dari cara pandang melihat sebuah tragedi yang ada di ssebuah ebuah tek eks artikuliasi teks ke a kenyataan yang terjadi sehari-hari, yang kemudian memunculkan kepada memunculk kan re ealism me realisme emosional sehi hing ngga ga dap pat dip pah ham ami bahw wa masyarakat masyyarakat seakan-akan sea eaka kan n-akan mengang gga gap p sehingga dapat dipahami bahwa menganggap tr tragedi yang ada di dalam teks mediaa m emiliki keterkaitan erat dengan feno nome men na memiliki fenomena se seha hari ri-ha h ri m erek er ekaa. sehari-hari mereka. Di dalam dallam ssinema inem emaa In Indone esi sia, a, K rishhna S e ddalam en alam al am Indonesi sia a Cinema: Ci Indonesia, Krishna Sen Indonesia Framing The Th New New Order (1994: 131-134) 131-134 4) membahas representasi representasi t i perempuan di dalam film Indonesia era ord de baru. S en bersama teman antropologisnya orde Sen mendeskripsikan perempuan dalam dala lam sinema sineema Indonesia sebagai …depicted as passive, not so much unconvincing as uunsurprising. nsurprising. Pernyataannya menunjukkan bahwa sifat pasif yang dimiliki oleh karakter di dalam sinema Indonesia bukanlah hal yang baru. Bahkan dalam pembahasan selanjutnya, Sen berpendapat bahwa peran perempuan di dalam sinema Indonesia di era 80an tidak lebih dari peran
21
“keibuan” di mana ranah domestik menjadi dominan bagi karakter-karakter perempuan. dekade Hingga dua dekad de setelah tahun 80an, karakter-karakter k rakter-karakter perempuan di ka Indonesia dalam sinema Ind ndonesia cenderung untuk menghadapi pi stereotipe yang berat sebelah.
K arakter-karaakt k er semacam sem emac acam am ini ni terutama ter erut utam ama dapat dili liha h t dalam film Karakter-karakter dilihat
berg gen enre kom med edi, drama, draama, atau horor or.. Film-film horor hor oror terutama terrut u ama cocok coco cok dengan bergenre komedi, horor. ko konsep yyang ang an g diutar arak akan Mulvey tentang fenomena na malee ggaze. aze. az diutarakan
Al Alih i -alih Alih-alih
meme ment ntin ingkan n plot cerita, karakter perempuan lebih banya yak me meng ngeeksploit itasi mementingkan banyak mengeksploitasi se eks ksua u litass perempuan seperti dapat dilihat dalam film Di Sini Ada A a Setan Ad Seta Se tan n dan n seksualitas Pa Pang n gill Namaku 3X. Meskipun begitu, dalam perkembangan sinem ma In Indo done n sia Panggil sinema Indonesia pasca rreformasi eformasi tahun 1998, sutradara Nia Dinata muncul dalam pers spektif ya ang g perspektif yang be berbed da dengan menggunakan perspektif gender serta feminis yang kuat kuat ssebagai ebagaai berbeda landasan film-fi film lm garapannya. garap panny ya. film-film
Ca Bauu K an dan Ar A isan is an!! menjadi dua fi film lm Kan Arisan!
pe penting as ddari ari masyarakat Indonesia. yang mendapat tanggapan lua luas
F. Metodo olo logi gi P en nel elit itia ian n Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Peneliti akan menggunakan menggunak kan penelitian penelitiian kualitatif dalam kajian film Opera Jawa ini. Peneliti melihat bahwa salah satu satu ciri khas penelitian kualitatif adalah kekuatannya dalam segi interpretasii (P (Pawito, 2007:37). Simbol yang menjadi dasar dalam penelitian ini mendorong peneliti untuk bukan hanya mendasarkan bukti-bukti empirik pada logika matematik, namun lebih pada hal-hal yang bersifat diskursif, termasuk teks. Unsur diskursus yang ada di luar film Opera
22
Jawa mengindikasikan bahwa teks tidak terlepas dari konteks (kondisi ekonomi, sosial, politik masyarakat yang ada pada waktu teks tersebut dibuat). Karena itu, pada penelitian kualitatiff ssifat ifat generalisasi atau if u kkeumuman eumuman sulit untuk dicapai mengingat konteks kontek eks yang berlaku pada sebuah film hanya hanyya terbatas pada kondisi dan waktu u tertentu. Dengan Deengan aadanya dany da nya fo foku kus se sert rtaa pengerucutan n konteks obyek fokus serta peneli littian, ma aka k uns sur interpretatiff berperan ber e pe p ran besa ar dalam m membantu memban ntu t peneliti penelitian, maka unsur besar un untuk menj me njaw awaab rum musan masalah yang telah disusun se sebe b lumn mnya ya menjawab rumusan sebelumnya
2. Metode Analisis S emiotika menjadi metode yang digunakan peneliti untuk uk membedah mem embe b dah Semiotika simbol l-simbol yang muncul di dalam film Opera Jawa. Studi semiotika semiottika menurut menu uru rut simbol-simbol Fi Fiske ((1990:40) (1 990:40) mencakup tiga area studi, yaitu pertama adalah tandaa itu se sendiri i. sendiri. Area ini men nun unju jukk kkan adany ya be berbagai ccara ara sebuah ttanda anda an da untuk mempero ole leh h menunjukkan adanya memperoleh m akna serta apa hubungan yang dimi mili liki oleh sebuah tanda dengan masyarakat masy syarrak akaat makna dimiliki yang men yang ngg ggun unak akan anny nyaa. Ya Yang ng kedua kedua adalah ko kode de aatau tau ta u si sist stem em ddii ma mana ttanda-tanda and an d a-ta tan nda menggunakannya. sistem di dike kelo lola la agar pa pada da aakhirnya khirrny kh nyaa da dapa p t di disa salu lurk rkan melalui mel elal alui u saluran sal alur uran an komunik kas asii te ter rtentu. dikelola dapat disalurkan komunikasi tertentu. Yang ketiga kettiga adalah area budaya ya di ma ana n kode dan tand da-ttanda d ini bekerja. mana tanda-tanda Budaya di mana kode dan tanda tan nda bekerja akan memengaruhi keberadaan dan bentuk tanda itu sendiri. Dalam semiotika, Ferdinand Ferdinaand n de Saussure dan Charles S. Pierce merupakan dua tokoh yang menggunakan pendekatan yang berbeda dalam melihat tanda. Perbedaan yang cukup terlihat dari perkembangan teori semiotika yang dibawa oleh Saussure dan Pierce adalah model hubungan antar tanda diadik
23
(Saussure) dan triadik (Pierce).
Saussure membagi tanda menjadi dua yaitu
signifier atau wujud dari tanda dan signified atau konsep yang direpresentasikan oleh signifier (Storey, 1993:69). 1993 93:6 :69). Hubungan antara antar araa signifier dan signified bersifat makna terjalin merupakan arbitrer atau ma akn kna yang terja j lin di antara keduanya m erupakan hasil dari kesepakata an budaya ((cultural culttur u al agreement). agr gree eeme m nt n ). kesepakatan Pierce,, di d lain n pi pih hak melihatt ba bahw hwa tanda lebih lebi bih h dari sekedar sekedar penanda pen enanda dan pihak bahwa pe petanda. Menu Me n rutn nya ya, logika muncul secara independ nden e dar ri na nala lar (reas son o ing) Menurutnya, independen dari nalar (reasoning) dan fa fakt ktaa ((fact ct) (Hawkes, 2003:103). Karena itu, Pierce memandang meema m nd ndan ang g hubung gan fakta (fact) hubungan tria iang ngular antara antara sign, interpretant, dan object saling terkait seper rti t terlihat ter erli liha hatt dalam d lam da m triangular seperti ga gam mbar bberikut: erikut: gambar sign
interpretant
object
ggambar ga mbar 1. Tiga Elemen Makna Pierce ((Sumber: Sumb Su mber er:: Fi Fiske, Joh John ohn n 19 1982 1982:42) 82::42 42))
Ga G ris i yang memiliki tandaa panah p nah ddii kedua sisi menunjukkan pa menunjjukk kkan bahwa setiap Garis elemen dalam hanya dapat dipa ahami dengan deng gan melihat relasi antara satu elemen dipahami dengan yang lain (Fiske, 1990:42). 1990:42 42). Tanda Tan nda (sign) bagi Pierce adalah arti dari sesuatu (sign is that which stands for fo something so else). Sedangkan object adalah apa yang menjadi maksud dari tanda (object is that which the sign stands for). Interpretant, kemudian merupakan signifikasi atau makna yang dimiliki tanda bagi seseorang.
24
Namun, yang perlu dilihat dalam pengertian interpretant adalah bukan berupa individual/manusia, melainkan berangkat dari interpretasi seseorang. matahari, Contohnya ketika melihat at m atahari, maka pemikiran pemi miki kira r n benda itu adalah matahari merupakan sebuah ah interpretant. Gripsrud (2002:110) kkemudian emudian melihat model em yang dikem emukakan olehh Piercee ssebagai ebag eb agaai un nlimi m te ted d semiosis atau ataau semiosis yang dikemukakan unlimited tiadaa akhir. Ka K rena iitu, tu, gagasan P iercce dalam me ie meli lihat ta tanda adalah ah mustahil Karena Pierce melihat un untuk mene me nent ntu ukan m akna absolut dari tanda. Hal in ini memp mper erli liha h tkan bbahwa ahwa menentukan makna memperlihatkan tandaa merupakan merupaka me kan sesuatu yang dinamis dan sangat tergantungg dengan denga gan n ko kondisi ap aapaa yang melin yang ngkupi tanda tersebut, terutama sistem budaya yang berl lak a u da dala lam m ta ttanda nd da melingkupi berlaku dalam te ters r ebutt. tersebut. Konsep unlimited semiosis Pierce menjadikan proses penandaa an ini coc cok k penandaan cocok un untuk g munc ncul ddii diterapkan sebagai pijakan dalam melihat simbol-simbol yang muncul dalam film Op per era a Ja Jawa. Dikar ren enakan ber erag gamny ya simb mbol ol yyang ang muncul dalam dal alam am Opera Dikarenakan beragamnya simbol se sebuah film, konsep signifikasi berulang beru ula lang ini cocok diterapkan di dalam m ttahap ahaap ah an anal alis isis sem emio ioti tika ka uuntuk ntuk nt uk m edia ed ia ffilm. ilm. analisis semiotika media Dengan m eng en ggun nak akan an trikoto tomi mi P ierce, e, P eter et er W olle ol len n (S ((Stam tam dk dkk, k, 11992:31) 992:31) 99 menggunakan trikotomi Pierce, Peter Wollen berargument tasii bahwa sinema me enc n akup p ketiga kategori tanda tand da iitu tu sendiri. Icon berargumentasi mencakup dibentuk melalui gambar dan sua ara yang ada ad da di dalam sinema. suara
Index terbentuk
melalui proses penangkapan gambar gamb bar dari aapa pa “nyata” melalui rekayasa teknologi dan muncul dalam layar dan symbo ol m elalui penyebaran ucapan dan tulisan di symbol melalui dalam film.
Dalam film Opera Jawa, keterwakilan icon, index, dan symbol
termanifestasi dalam berbagai bentuk tanda. Icon dapat termanifestasi melalui semua tanda yang membentuk sebuah adegan; kehadiran aktor, setting tempat atau
25
waktu yang muncul, suara yang muncul; sedangkan index adalah tangkapan kamera yang terwujud dalam mis-en-scene atau potongan-potongan adegan yang sedangkan menggabungkan tanda-tanda tanda-tand nda yang muncul. seda dang n kan symboll tersebar melalui narasi yang hadirr di dalam film. Daala lam penerapannya penerapa p nn nnya pa adaa ka kkajian jiian n ssinema, inem in ema, a, konsep tand da yang diberikan Dalam pada tanda oleh Saussure Saussure di ddisebut sebutt dengan de immat ater eria ial.. Artinya, m o el tan od anda yang di dibawa oleh immaterial. model tanda Sa Saussure e bersifat bers be r if ifat me enunda kehadiran referen atau konsep kon onse s p yang ng menghubungkan men e ghub bungkan menunda simb bol ol-si simbol ol yang ada dengan realitas di luar simbol tersebut tersebu ut (Birowo, (Biiro rowo wo, 2004:4 :47) simbol-simbol 2004:47) da an pproses rosess signifikasi yang terjadi pada model tanda Saussure han n ya y terjadi ter erja jadi di secara secaraa dan hanya di diad adik. Stuart Hall juga menjelaskan kritik terhadap model Saussure:: diadik. However, in his own work, he tended to focus almost exclusively on the two H aspects of the sign – signifier/signified. He gave little or no attention to hhow ow this relation between signifier/signified could serve the purpose of what what alle al ledd referencee – i.e. referring ng us to the wor orld ld of things, pe eople earlier we ccalled world people the h ‘real’ ‘re real al’’ world. ….Charles Sanders Pierce, and events outside language in the h tto o Saussure, paid greater attention to the whilst adopting a similar approach relationship between signifier/signified and what he called their refe referents f re rent nts (Hal (H alll, 11997:34). 997: 99 7:34 34)). (Hall,
Kutipan K Ku tipan di atas menunjukkan ti menunjuk ukkan bahw bahwa hwa dalam pros prosesnya, oses esny ya, P Pierce ierc ie rcee memiliki perhatian yang lebih besar terha hadap relasii index, icon, serta interpretant yang terhadap menyertainya. Dalam prakteknya, prakteknyya, a relasi in ndex, icon serta interpretant di dalam index, sebuah film penting untuk dilihat da ddalam lam m skala yang lebih luas terutama dengan melihat konteks yang ada di dalamnya. dalamnyaa. Dapat dikatakan bahwa konteks referents yang disebutkan oleh Hall di atas berimplikasi langsung pada ruang-ruang subliminal atau ruang bawah sadar yang membentuk perpepsi tertentu pada
26
penonton tanpa disadari oleh mereka. Berbeda dengan ahli semiotika yang lain, ruang subliminal ini dapat digali lebih dalam melalui teknik Pierce. 3. Tahap Penelitian Peene nellitian Teknik pengumpulan 1)) T eknik pengumpu ulan data Pe eng ngum umpulan n da dat ta yyang an ng di dila aku kuka kan dalam pe penelitian ini Pengumpulan data dilakukan seba se bagi gian besarr bberbasis erb er basis pada film Opera Oper Op era a Jawa dan dan se seca c ra khu husus akan sebagian secara khusus di h adegan-adegan yang menampilkan Sitii sebagai s baga se gaii objek obje ob jek analisis. anal alisis. dipilih Na hubung ngan llaki-laki akii-la ak l ki ddan an Narasi Opera Jawa memperlihatkan relasi hubungan pemilihaan adegan adeg egan an yang yang g perempuan dalam konteks keluarga, sehingga pemilihan iti. Na Namu un dipilih oleh peneliti dikhususkan dalam relasi Setyo dan S Siti. Namun flik pers sonaal di dalam narasi cerita tokoh Ludiro muncul di dalam konf konflik personal y dan Siti dan karenanya relasi yang mu unccul dalam am antara tokoh Setyo muncul dipi pili l h me menj njadi Setyo, Siti, dan Ludiro. adegan-adegan yang di dipilih menjadi 2) Analisis Data Sete Se tela lah h da data ta tterkumpul, erku er kump mpul ul, ma maka ka ppeneliti en nel elit itii ak akan an m engu en guraai ta andaSetelah mengurai tandatand ta nda yang yang ada di dalam dala da l m adegan-adegan adegan n-adegan yang yan ang g di dipi pili lih h dalam dala da lam m kkerangka erangka tanda dipilih alam tahap iini ni maka peneliti akan mengurai detail semiotika Pierce. Dal Dalam adeegan-adegan tersebut. Penguraian data tanda yang terdapat dii dalam adegan-adegan dikategor orikan m elalui lima kanal yang diadaptasi dari tersebut dapat dikategorikan melalui nya (Stam dkk, 1992:38) yaitu moving Christian Metz sebelumny sebelumnya photographic image,
recorded phonetic sound, recorded Noise,
recorded musical sound, dan writing.
27
4) Analisis Teks Setelah data berupa penggalan-penggalan film dikumpulan dan maka studi pustaka selesai sellesai dilakukan, m aka peneliti menganalisis teks ak berdasarkan berdas sarkan data serta interpretasi yang di dihasilkan dari proses ppemaknaan emaknaan ta and n a te erseb e ut u. D alam al m m e ode analisis ssemiotika, et emiotika, Stam tanda tersebut. Dalam metode dkkk (1992:55) (199 92:55 5 ) melihatt bahwa bahw ba wa analisis is teks dengan pendekatan pendekatan se semi m otikaa akan ak menekankan sensitivitas atas ataas elemen n-el elem emen pen nti t ng di semiotika elemen-elemen penting dala lam film. dalam Analisis teks pada penelitian ini akan mengga abu b ng ngka kan n ur uuraian aian n menggabungkan data yang terkumpul dari adegan-adegan terpilih dalam m film m ddengan e gan en studi pustaka yang dilakukan oleh peneliti. Proses iden ntifikasi te teks identifikasi seperti yang dikemukakan oleh Jane Stokes (2003:74-75) ya aitu: yaitu: a. Me Mendeskrip psika kan n teks Mendeskripsikan Deskripsi teks berisi berissi penjabaran penjabaran dari semua elemen/simbol elemen/simbo ol yang yan ya ng ada pa ada pada da oobyek byek by ek ppenelitian. e elitian. en
Des eskr krip ipsi si tteks ekss ak ek akan an bberisi eriisi ta er tabe bell-tabel a Deskripsi tabel-tabel
untu uk mengidentifiksi meng ngid iden enti tifiksii lima lima kanal kan nal ma m ttter erss of expression, expreess ssio ion, n, yang untuk matters di ringkas i i i uraian in an yang ada pada lima kkanal anal sebelumnya diringkas Pada bagian ini digunakan untuk me enentukan eelemen-elemen lemen-elemen yang ada pada adegan menentukan yang digunakan sebag gai objek k penelitian. Setiap kanal akan dikaji sebagai melalui tiga kategori ta tand da di atas, sehingga unit analisis yang tanda terbentuk dalam setiap adegan yang terpilih adalah sebagai berikut:
28
Kanal
Keterangan
moving image
photographic Gambar yang muncul di dalam adegan (teknik pengambilan pengambi bila lan n gambar g mbar serta keterangan yang ada ga di dalam sebuahh adegan). adeg ad e an). recorded phone phonetic netic sound Transkrip dialog atau au yang diucapkan oleh karakter di dalam film dalam dala lam m adegan tertentu recorded record ded noise dan n Suara dan musik yang muncul mun ncu c l dalam latar recorded adegan menjadi reco corded musical sound ad adeg egan an ddapat apat ddikategorikan ap ik kategorikan menja jadi dua, yang memberi memb me mber erii nuansa nuan nu ansa sa alami ala lami mi (suara langkah lang ngkah kaki, dipukul, binatang, angin, benda yang g di dipu pukul, ssuara u ra binat ua atan a g, dan llain-lain) aiin-lain)) se sert serta rtaa musik yang ng memberii latar mengiringi ada belakang atau meng gir irin i gi tembang tem emba bang ng yang yang ad da di setiap adegan. writing wri wr iting g Teks yang muncul di adeg adegan, egan, dapa dapat apatt be bberupa rupaa semua prolog di awal cerita atau sem emua tteks ekss yang ek muncul di dalam adegan. Dalam am fil film lm Op Opera Jawa teks yang muncul di layar ha hhanya nya ya ter terjadi erja jadi d awal pada dua bagian, yaitu pada bagian bagiian awa w l di mana terdapat prolog serta di bagian aakhir khirr yang yan ang g merupakan epilog. Tabel 1. Lima kanal matter of expression Christian Metz yang diaplikasik diaplikasikan kan pada uunit nit analisis penelitian
Di kkolom olom kanal kanal, al,, terdapatt llima ima bagi im bagian g an matter matt ma tter e of expression yang yang mendesskr krip ipsikan teks, atau dengan kata lain da dala lam m digunakan untuk mendeskripsikan dalam sattu adegan sa adeg ad egan an tterdapat erda er dapa pat lima unsur matter maatt tter er of of expression expr ex pres essi sion on yang yan ya ng perlu per erlu lu uuntuk ntuk nt satu dijaba bark rkan an gguna unaa me un m laku kuka kan n si signifik ikas asii di tahap tah ahap ap denotasi. Pe Penj njaabaran dijabarkan melakukan signifikasi Penjabaran Movin ng photographic image imag agee da dapat mencakup di setiap kanal adalah . Moving jenis pengambilan gambar, gaambar, yang g dijelaskan oleh Brown (2002:17-21) bahwa jenis pengam mbilan ggambar ambar dapat dikategorikan menjadi pengambilan beberapa jenis: 1) Long shot atau wide shot adalah pengambilan gambar yang mencakup keseluruhan adegan. Pengambilan gambar dengan teknik wide shot memungkinkan penonton untuk melihat sebuah adegan dengan semua
29
karakter terlihat dari atas kepala hingga kaki. Detail tidak akan banyak terlihat karena kamera menangkap gambar dari jarak yang cukup jauh. pengambilan 2) Character shott ad adalah jenis pengamb mbil ilan a gambar yang memfokuskan pada ssatu atu atau lebih karakter/obyek yang ada ddii da at ddalam lam film. Character shot ini dibagi dibaagi g menjadi men nja jadi d bbeberapa eber eb erap apa ba agi gian, yaitu full ll shot, two shot, shot bagian, meedi dium sho hott, serta close clos osee up up. Full shot ot mengindikasikan m ng me gin indikasikan n penonton medium shot, mellihat karakter me ka kaki k , sementara seme ment ntar a a two o shot melihat dari kepala hingga ka kaki, meenangkap interaksi antara dua karakter di dalam m ssebuah ebua uah h ad adegan, la lalu menangkap lat a if llebih ebih eb ih ddekat ekat at medium shot adalah pengambilan gambar secara rel relatif daripada pengambilan long shot.
hot, biasanya bias bi asanya Untuk medium sh shot,
ilan gambar gam mba bar karakter diperlihatkan dari pinggang ke atas. Pengambi Pengambilan denga gan ap pa semacam ini memungkinkan penonton untuk lebih terlibat dengan apa ng dikatakan dik ikat atakan atau di ddilakukan lakukan n oleh karakte ter. r. Pe Pengambi b lan gamb mbar ar yang karakter. Pengambilan gambar gi menjadi beberapa bagian, yaitu head heead and and secara close up juga dibag dibagi shou sh ould lder er yang yang secara sec ecar ara umum mel lip iput utii kepala kepa ke pala la kkee daerah daer da erah ah ddada, ada, ad a, choker cho ch oker shoulder meliputi dari leher leh her ke ke kepala, kepala la,, serta sert se rta extreme exxtr trem emee cl los osee up yang y ng bia ya asa sany nyaa dapat yaituu dari close biasanya ut dan m a a. at menangkap detail mulut mata. amanya, phonetic soundd merupakan suara-suara Sesuai dengan na namanya, pengu gucapan ttokoh-tokoh okoh-tokoh di dalam film, atau dengan yang muncul dari pengucapan dialo og yyang ang terjadi antar tokoh. Sedangkan pada kata lain merupakan dialog recorded noise dan recorded musical sound, suara yang teridentifikasi terbagi menjadi dua. Dalam sebuah adegan, terdapat latar musik yang bersifat alami seperti suara hujan, langkah kaki, angin, suara ombak
30
dan lain-lain serta musik yang menjadi iringan tembang. Sementara pada bagian writing film ini hanya memunculkan dua kali teks di layar yang termasuk k di dalam film yaitu pada pa bagian prolog dan bagian epilog. epilog g. b. Interpretasi Interp preetasi tek ks teks Pa P da tah ahap interpr p etas asii teks te s peneliti peneliti menjabarkan menjabar me arkan interpretasi interp rpretasi dari Pada tahap interpretasi si simb m ol-siimb mbol yang muncul pada adegan-ad adeg egan yan ang g di dipi p lih. simbol-simbol adegan-adegan yang dipilih. cc.. Menarik konteks-konteks kultural Setelah interpretasi teks dilakukan, maka peneliti m elih ihaat kkonteks o teks on ks melihat kultural yang dapat digunakan untuk menyimpulkann representasi rep prese sentasi kultural yang hadir pada tokoh Siti. Konteks kultural yangg digunakan digunak kan n di dalam penelitian ini adalah konteks budaya Jawa dan ttermasuk ermaasuk ddii dala lamn mnya ya filosofi-fi filo losofi yan ang g dapa p t memb mber erikan kkonteks onteks aatas taas dalamnya filosofi-filosofi yang dapat memberikan simbol-simbol yang ditunjukkan ditunju jukk k an di dalam film. 5) K esi simp mpul ulan an Kesimpulan Setelah tahap taha ta hap p analisis an nal alis isis is teks selesai sele se lessai dilakukan, dila laku kuka kan, m akaa pe ak ppeneliti nelitii m eng en gambil maka mengambil kesimpul lan berdasarkan berdasarkan temuan-temuan temuan-te temuan sserta erta interpretasi atas ffilm ilm Opera Jawa. il kesimpulan Kesimpulan ini juga akan merujuk meerujuk pada pad da kajian-kajian literatur yang telah dipaparkan oleh peneliti sebelumn nya y . sebelumnya.
4. Obyek Penelitian Obyek penelitian di dalam penelitian ini adalah film Opera Jawa yang disutradarai oleh Garin Nugroho dan diproduksi pada tahun 2006.
Film ini
31
berdurasi 120 menit dan bergenre musikal. Dengan mempertimbangkan karakter Siti sebagai fokus di dalam penelitian ini maka adegan-adegan yang dipilih juga Siti. akan mempertunjukkan Sit itii. 1. Durasi 00:17:20 20 – 00:19:48
: Siti dan Sura di Rumah Rum mah a Setyo
2. Durasi 00 00:24:16 –00: 28 228:32 :32
:Si Sitii dan dan Sura Sur u a dikepungg oleh pasukan :Siti kukusan
3. Duras si 00 00: :31 31:24 – 00:33:25 00 Durasi 00:31:24
me ber ersa sama m : Siti dan Ludiro menari bersama
uras asii 00:33 33:47 – 00:39:05 4. Dur Durasi 00:33:47
tempaat tidur ur : Siti dan Setyo di tempat
u asi 000:40:29 ur 0:40:29 – 00:47:27 5. D Durasi
lin : Siti dan Ludiro di kolam lil lilin
6. Durasi Durassi 01:07:27 – 01:15:52 6.
: Siti berada di rumah Ludiro
Dura rasi 01:16:32 – 01:20:20 7. Durasi
: Siti, Setyo, dan tanah liat
8. Durasi Durrasi 01:43:00 – 01:47:23 8.
: Siti dan Setyo di Pantai
Sistem mat atik ika a Penelitian Peeneeliti t an G. Sistematika gi menjadi lima bab yang terdiri dari darri Ba Bab b I Penyusunan tulisan ini terbagi meng me ngen enai ai latar lattar belakang, bel elak akan ang, g, rumusan rum umus usan a perma masa sala laha han, n, ttujuan ujua uj u n pe ppenelitian, neliti tian an,, ke kera ran ngka mengenai permasalahan, kerangka teeor o i, sserta erta er ta tteknik ekni ek nikk pe pene neli littian yyang ang di dila lakukaan ol eh h ppeneliti. e el en elit itii. Ba Bab b II m embahas em teori, penelitian dilakukan oleh membahas na peneliti penelit itii menyertakan alur cerita film Opera tentang obyek penelitian di mana beberapa kri itikus yang berasal dari Indonesia dan Jawa serta ulasan film ini dari beberapa kritikus IIII adalah ah bagian pembahasan di mana peneliti kritikus dari luar negeri. Bab III dij jadikan obyek penelitian dan mengurai menjabarkan adegan-adegan yang di dijadikan simbol-simbol denotasi yang muncul melalui interpretasi teks. Bab IV adalah bab di mana penulis membahas representasi tokoh Siti di dalam konteks budaya Jawa. Sedangkan Bab V berisi kesimpulan dan penutup.