BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Film “AWAL: Nasib Manusia”mengangkat potongan kisah hidup seorang pria bernama Awal Uzhara, seorang mantan eksil. Judul film “AWAL” sengaja dipilih karena mengambil dari nama subjek film itu sendiri. Adapun penulis menyelipkan makna lain dari judul “AWAL”, dimana paska peristiwa G30S/PKI 1965 silam ternyata sangat mempengaruhi pada pilihan hidup banyak kalangan, termasuk pada sosok Awal Uzhara itu sendiri yang sedang meng-‘awal’-i hidupnya ke jenjang selanjutnya. Di fase awal itu, Awal Uzhara dihadapkan dengan kondisi ‘membunuh’ atau ‘dibunuh’, ‘diasingkan’ atau ‘mengasingkan’. Sedangkan pemilihan sub judul “Nasib Manusia” diambil dari versi terjemahan judul buku Anthon Chekov dalam Bahasa Indonesia, yakni “Nasib Manusia”.Selain itu, sub judul tersebut juga terinspirasi dari buku biografi self-titled tentang Awal Uzhara itu sendiri. Tak hanya itu, sub judul ini juga penulis anggap sebagai representasi sekaligus simbol dari makna perjalanan hidup Awal Uzhara yang lama tinggal di Rusia akibat dari kelalaian negara dengan pemerintahannya mengimplementasikan ideologi pancasila.Sebagaimana yangbeliau ungkapkan dalam wawancara dengan penulis,bahwa bagaimanapun kondisi hidup, kita harus siap leghowomenerimanyasebagai nasib manusia. Maka dari itu, penulis beranggapan bahwa penjudulan seperti ini paling cocok untuk menjadi ‘bahasa terdepan’,sebelum aneka pesan lain dari dalam film terkuak. Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman suku dan agama, hal ini menjadi perhatian yang sangat serius bagi para pendiri bangsa.Pada 1 Juni 1945 lahirlah sebuah ideologi bangsa yang diharapkan bisa mempersatukan perbedaan yang ada di negara ini, ideologi yang
saat ini kita kenal bernama pancasila.Tetapi dalam perjalanannya selama 71 tahun ini, pancasila belum diterapkan sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa oleh masyarakat yang hidup setelah pancasila itu lahir. Bertumpu pada hal-hal tersebut, penulis mengambil satu contoh kehidupan yang menggambarkan tidak ditanamkannya secara baik nilai pancasila yang dilakukan oleh negara dengan pemerintahannya, yang dikemas kedalam satu kesatuan film yang utuh. Penulis mengangkat salah satu polemik yang terjadi dinegara ini yang sangat jauh dari nilai pancasila yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa. Dalam film dokumenter ini penulis mengajak kembali para penontonnya merawat ingatan ke peristiwa yang terjadi pada tahun 30 Oktober 1965 dimana begitu banyaknya masyarakat yang disakiti oleh negara melalui pemerintahannya atas nama menjaga keutuhan pancasila. Dampak dari peristiwa ’65 tersebut sangat besar terhadap masyarakat,salah satunya adalah yang terjadi kepada Awal Uzhara, seseorang yang tidak bisa pulang dari Rusia selama 50 tahun lebih ke negaranya akibat dari dampak peristiwa tersebut. Kasus Awal Uzhara ini telah membuktikan bahwa negara telah menodai sila ke 2 dalam butir pancasila yang berbunyi “kemanusiaan yang adil dan beradab” dan sila ke 4 “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” karena betapa tidak beradabnya perlakuan negara dengan pemerintahannya terhadap para eksil dan betapa tidak bijaksananya kebijakan yang ditumpangi oleh kepentingan-kepentingan politik terhadap para eksil saat itu. Kaitannya dengan seorang Awal Uzhara adalah bagaimana beliau yang pada dasarnya adalah mahasiswa berprestasi karena terpilih menjadi perwakilan Mahasiswa Ikatan Dinas (MAHID) ke luar negri (saat itu beliau terpilih berangkat ke Rusia) oleh pemerintahan Soekarno. Tetapi pada saat beliau pulang ke Indonesia karena telah selesai melakukan amanah negara sebagai seorang MAHID, kondisi politik di Indonesia saat itu sedang mengalami prahara,
latar belakangnya yang bersekolah di Rusia mendatangkan stigma negatif terhadap dirinya. Perlakuan-perlakuan yang tidak adilpun diterimanya baik dari lingkungan maupun dari negara sekalipun. Sehingga, beliau harus kembali ke Rusia dan tinggal selama puluhan tahun disana. Tetapi meskipun demikan, rasa nasionalisme dalam diri Awal Uzhara sama sekali tidak luntur, hal ini dibuktikan olehnya dengan menjaga budaya dan mengenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat Rusia khususnya para mahasiswa yang bersekolah di VGIK, dan telah diakui oleh masyarakat dan negara yang dibuktikan dengan diterimanya beberapa piagam penghargaan baik dari Rusia maupun Indonesia karena kontribusinya menjaga hubungan baik antara kedua negara. Kehidupan Awal Uzhara dengan latar belakang seseorang yang dikhianati oleh negara tetapi tetap menjaga rasa nasionalisme dalam dirinya inilah yang disajikan dalam film yang berjudul AWAL : Nasib Manusia ini.
1.2 Rumusan Ide Penciptaan Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis menyusun rumusan ide penciptaan sebagai berikut : “tidak lunturnya rasanasionalisme seorang Awal Uzhara meskipun telah dikhianati oleh negara”. Rumusan ide penciptaan yang dijadikan dasar penciptaan film dokumenter ini antara lain : 1) Menjadi seorang eksil adalah bagian dari perjalanan nasib manusia 2) Bagaimana ideologi dapat menimbulkan stigma 3) Negara sebagai identitas Bagi setiap orang identitas sangatlah penting termasuk didalamnya negara, kita harus selalu ingat dari negara mana kita berasal. Dengan kesadaran darimana kita berasal kita dapat menemukan siapa diri kita dan apa yang harus kita lakukan untuk diri kita dan negara. Itulah yang dilakukan oleh Awal Uzhara, meskipun beliau lama tinggal di negara orang lain (Rusia) akibat dari polemik yang terjadi di negaranya pada tahun ’65 beliau selalu ingat negara asalnya, beliau selalu mencoba menjaga rasa nasionalisme nya terhadap Negara, meskipun beliau adalah salah satu orang dari kekejaman negara melalui pemerintahannya pada saat itu. Konflik ideologi yang pada akhirnya memberikan stigma negatif kepada dirinya dan menjadikannya sebagai seorang eksil diterima sebagai nasib yang harus beliau jalani sebagai perjalanan hidupnya.
1.3 Orisinalitas Karya Peristiwa 30 Oktober 1965 memang isu yang masih terbilang seksi untuk diangkat kedalam sebuah karya film. Dampak besar yang dihasilkan dari peristiwa tersebut membuat banyak filmmaker yang tertarik untuk mengemasnya dalam sebuah film dokumenter maupun fiksi, sebut saja film senyap dan jagal yang belakangan ini banyak diperbincangkan dikalangan penikmat film. Tetapi, sejauh ini penulis belum melihat ada film yang mengangkat cerita tentang seorang eksil kedalam balutan film dokumenter, terlebih penulis mengangkat seorang Awal Uzhara seorang sineas mantan eksil yang sangat nasionalis dengan menjaga dan mengenalkan kebudayaan Indonesia diluar negri. Maka dari itu film dokumenter yang akan dibuat oleh penulis nantinya dapat dikatakan orsinil.
1.4 Metode Penciptaan Dalam metode penciptaan, harus dipahami mengenai paradigma ilmu pengetahuan dan pendekatan penelitian.Pendekatan terhadap paradigma membimbing untuk menetapkan suatu pendekatan.Pendekatan yang dipilih menuntut konsekuensi dalam penggunaan instrumen penelitian, teknik sample/pemilihan informan dan teknik pengumpulan data. Dalam metode penciptaan kali ini penulis akan menggunakan paradigma critical teory (realisme) yang dimana bertujuan untuk mengkritisi dan mentransformasikan struktur sosial yang melibatkan konfrontasi dan konflik.Sedangkan metode yang digunakan dalam riset pembuatan film ini adalah menggunakan metode pendekatan kualitatif, tidak lupa pula penulis menggunakan metode heuristik untuk penelitian sejarah. Penelitian kualitatif menekankan pada pencarian makna, dalam hal ini bagaimana informan memandang suatu dari prespektifnya, pikirannya dan perasaannya itulah yang harus
diperhatikan.Informasi tersebut disebut informan yang kemudian diolah, ditafsirkan, dianilisis menurut metode, teori, teknik, dan pandangan peneliti. Sedangkan metode heuristik yang penulis pilih lebih kepada menemukan dan menghimpun sumber, informasi, jejak masa lampau yang penulis dapat dari arsip-arsip Awal Uzhara, buku biografi tentang beliau dan secara lisan dari cerita yang di ungkapkan oleh beliau. Alasan dalam pemilihan menggunakan metode kualitatif adalah karena instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri (key instrumen) (Nasution, 1996).Instrumen tidak bersifat kaku. Hal ini terkait dengan masalah teknik dan instrumen yang ditetapkan bersamaan dengan aktifitas pengumpulan data, adanya daftar informasi yang akan dikumpulkan, dan kehadiran peneliti sebagai instrumen (Salim, 2006). Kehadiran peneliti sebagai instrumen dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan atau nilai yang terkandung dalam ucapan dan perbuatan informan.Untuk mendukung keakuratan pencatatan data, peneliti dibantu dengan (film atau foto) dan perekam. Adapula metode penciptaan pembuatan karya film yang penulis gunakan pertama-tama penulis menentukan ide (gagasan) yang terlintas dari pemikiran penulis saat melihat tayangan di televisi maupun berita-berita di media sosial tentang pancasila, nasionalis dan peristiwa G30S/PKI. Setelah penulis mendaptakna ide tahapan selanjutnya penulis melakukan perenungan yang merupakan daya talar penulis untuk merenungi subjek atau masalah yang dihadapai dengan perhatian penuh hingga melibatkan pikiran dan perasaan. Perenungan dilakukan dengan melakukan studi pustaka dan kegiatan observasi. Selanjutnya penulis melakukan stimulasi (rangsangan) yang diperoleh dengan melakukan pencatatan peristiwa dan penelaahan fakta. Hal yang dilakukan penulis adalah datang ke rumah Bapak Awal Uzhara, membaca buku biografi dan melihat arsip-arsip tentang beliau. Setelah semua itu dilakukan penulis mulai menentukan
penyajian film dokumenter yang berjudul “AWAL : Nasib Manusia” ini. Yang pada akhirnya ditentukan bentuk film secara naratif dengan gaya bertutur ekspository.
1.5 Tujuan dan Manfaat Seperti yang telah diulas didalam latar belakang, film ini hadir dengan tujuan agar memperkaya pengetahuan masyarakat tentang dampak peristiwa ’65 terhadap masyarakatnya. Meskipun banyak yang telah tersakiti oleh peristiwa tersebut tetapi peristiwa ’65 tidak bisa begitu saja melunturkan rasa nasionalisme seseorang terhadap Indonesia seperti apa yang telah dibuktikan oleh Awal Uzhara.
Selain itu penulis ingin memperkenalkan pula bahwa kota
Bandung memiliki seorang sineas yang patut diperhitungkan dalam dunia film tetapi kurang mendapatkan apresiasi lebih. Adapun tujuan dan manfaat sebagai berikut :
Tujuan : 1. Untuk memberikan contoh sederhana bahwa rasa nasionalisme dapat dilakukan dengan hal paling sederhana sekalipun, seperti yang dilakukan oleh Awal Uzhara. 2. Untuk mengingatkan kembali masyarakat agar tidak mudah terprofokasi dan gegabah memberikan stigma negatif terhadap seseorang. 3. Untuk memberi contoh baik bagaimana dengan ketekunan dan kedisiplinan kita dapat membuktikan bahwa pandangan dan stigma negatif orang bisa kita balikan dengan halhal yang positif dan dapat merubah nasib kita jauh lebih baik.
Manfaat : Manfaat Khusus : 1. Memberikan pengalaman baru kepada penulis tentang cara membuat film dokumenter yang bergaya tutur ekspository. 2. Memperkaya pengetahuan masyarakat dan penulis khususnya tentang peristiwa ’65 khusussnya tentang cerita seseorang yang pernah menjadi eksil. 3. Mendapatkan pengetahuan dan pelajaran baru tentang perbedaan budaya antar bangsa. Manfaat Umum : 1. Memotifasi agar selalu menjaga rasa nasionalisme tetapi dengan cara yang tidak anarkis. 2. Menggugah masyarakat agar tidak mudah terprofokasi oleh pihak-pihak yang ingin memecah belah bangsa dengan menggunakan tameng rasa nasionalisme yang tinggi.