1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia pada umumnya bermuara pada
meningkatnya jumlah penduduk, dan meningkatnya berbagai kebutuhan akan fasilitas kehidupan. Perkembangan yang terjadi di perkotaan diikuti dengan banyaknya lapangan pekerjaan, lengkapnya fasilitas pelayanan dan tingginya tingkat kemudahan hidup di perkotaan. Hal ini menjadi daya tarik bagi penduduk di perdesaan untuk datang ke perkotaan. Pertambahan penduduk menyebabkan timbulnya tuntutan kebutuhan terhadap ruang untuk digunakan sebagai tempat hunian yang semakin meningkat. Pertambahan penduduk juga meningkatkan volume dan frekuensi kegiatan pada wilayah kota. Konsekuensinya terhadap kebutuhan ruang adalah peningkatan tuntutan akan ruang untuk mengakomodasi tersedianya sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini juga dapat terlihat pada Kota Kuala Kurun, ibukota Kabupaten Gunung Mas yang terletak di Provinsi Kalimantan Tengah. Walaupun usianya tergolong muda yakni 11 tahun, namun geliat pembangunan fisik nampak berkembang secara signifikan. Berkembangnya kota Kuala Kurun sejak ditetapkan nya sebagai Ibukota Kabupaten Gunung Mas Tahun 2002 seolah sebagai tonggak perkembangan bagi lokasi transabangdep yang terletak di Kelurahan Tampang Tumbang Anjir kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas. Letaknya yang tidak jauh dari kota
2
Kuala Kurun menjadi faktor penting dalam perkembangannya. Lebih-lebih sejak adanya
kesepakatan
antara
Pemerintah
dan
masyarakat
tentang
arah
perkembangan kota ke wilayah lokasi Transabangdep. Kabupaten Gunung Mas merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang terdapat di Propinsi Kalimantan Tengah. Kabupaten Gunung Mas adalah kabupaten pemekaran dari kabupaten induk yaitu kabupaten Kapuas pada tahun 2002. Sejarah terbentuknya Kabupaten Gunung Mas melalui tahap yang cukup panjang, sehingga adanya pemekaran wilayah ini sungguh dinantikan oleh masyarakat yang mendambakan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan. Ditetapkannya Undang – Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (yang selanjutnya diperbaharui dengan UU No. 32 Tahun 2004), adanya aspirasi masyarakat dan dukungan berbagai pihak untuk percepatan pembangunan di Provinsi Kalimantan Tengah maka
Pemerintah Pusat
menetapkan Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, dan Kabupaten Barito Timur. Ditetapkannya Undang – Undang No. 5 Tahun 2002 tersebut, merupakan hasil perjuangan bersama komponen masyarakat di masing-masing Kabupaten, dukungan Pemerintah dan DPRD Kabupaten Induk, Pemerintah dan DPRD Provinsi Kalimantan Tengah serta persetujuan Pemerintah dan DPR Republik Indonesia. Pada tanggal 2 Juli 2002, diresmikan pembentukan Kabupaten Gunung Mas bersama dengan Kabupaten lain di Indonesia di Jakarta. Kemudian pada tanggal 8 Juli 2002 dilaksanakan pelantikan 8 (delapan) Pejabat Bupati Kabupaten
3
Pemekaran se-Kalimantan Tengah. Selanjutnya pada tanggal 19 Juli 2003, Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Gunung Mas periode 2003 – 2008 yang definitif dilantik oleh Gubernur Kalimantan Tengah atas nama Menteri Dalam Negeri di Palangka Raya. Dan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Gunung Mas periode 2008 – 2013, yang dilantik di Kuala Kurun ibukota Kabupaten Gunung Mas. Sejalan dengan Undang-undang No.22 Tahun 1999 yang diubah dengan Undang-undang No. 32 tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah, pembentukan daerah yang diwujudkan dengan perubahan fungsi kota Kuala Kurun , pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Selain itu diharapkan dapat mempersingkat rentang kendali antar pemerintah dan masyarakat serta memperbaiki pemerataan pembangunan.
KEC. KURUN
Gambar 1.1 Peta Kabupaten Gunung Mas (insert Kec.Kurun)
4
Dengan fungsi yang disandangnya secara otomatis Kota Kuala Kurun akan mempunyai peran yang sangat vital dan strategis di kawasan Kabupaten Gunung Mas , beban kota akan menjadi lebih besar dibanding sebelumnya. Selain itu perubahan fungsi kota tentunya akan dapat merubah peran dan fungsi kota yang dapat membawa pengaruh terhadap perkembangan kota. Dalam ruang lingkup wilayah yang lebih luas suatu kota dapat mempunyai peran yang menentukan hubungan saling ketergantungan antarkota maupun hubungan kota yang bersangkutan dengan pusat-pusat kegiatan disekitarnya. Suatu kota dalam perkembangannya akan memberikan pengaruh terhadap kota lainnya atau wilayah belakangnya, keterkaitan ini dapat berwujud sebagai suatu bentuk sistem kota-kota. Dengan kondisi ini kota dapat berperan sebagai pusat pertumbuhan (Pontoh dan Kustiwan, 2009). Berkenaan dengan perubahan fungsi kota, maka peran dan fungsi kota Kuala Kurun pun
meningkat. Peningkatan ini diperkuat
melalui kebijakan Pemerintah Kota Kuala Kurun
dan dituangkan
sebagaimana dituangkan
dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Kuala Kurun , yaitu dengan menjadikan Kota Kuala Kurun berperan sebagai pusat pengembangan pelayanan Sosial, Ekonomi, dan kegiatan lainnya, dan untuk pembangunan wilayah
di
kabupaten Gunung Mas, disamping sebagai pusat pemerintahan serta
pusat perdagangan dan jasa. Dengan demikian Kota Kuala Kurun akan menjadi pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya sehingga diharapkan mampu mendorong perkembangan kota, menjadi pusat kegiatan yang lebih baik dan dapat menampung segala aktivitas masyarakat sesuai dengan peran dan fungsinya.
5
Guna mendukung peran yang telah ditetapkan maka kota Kuala Kurun perlu didukung oleh sarana dan prasarana kota yang memadai. Pontoh dan Kustiwan (2009) menyebutkan bahwa kota akan bertambah penting peranannya bila tersedia sarana dan prasarana yang lebih baik. Kelengkapan sarana dan prasarana kota akan dapat menarik aktivitas terutama investasi yang nantinya akan menjadi pendorong aktivitas perekonomian di suatu kota. Sejalan dengan hal ini Sukirno
(1981)
menyebutkan
bahwa
besarnya
peranan
suatu
pusat
ditentukan oleh besarnya penduduk, tingkat perkembangan yang dicapai di dalam dan di sekitar pusat tersebut, juga jaringan pengangkutan antara daerah tersebut ke daerah lainnya. Pontoh dan Kustiwan (2009) menambahkan bahwa peranan kota juga sangat tergantung kepada fungsi yang dijalankan oleh kota tersebut. Kota yang menjadi pusat pemerintahan, perdagangan dan industri pada umumnya akan menjadi lebih penting dari kota yang hanya menjalankan dua dari tiga aspek tersebut. Demikian pula kota yang menjalankan dua dari ketiga aspek tersebut pada umumnya lebih penting dari kota yang menjalankan satu aspek saja. Perubahan fungsi kota dengan peran dan fungsi kota yang ditetapkan merupakan suatu pelaksanaan kontribusi dari Kota Kuala Kurun dalam skenario pengembangan wilayah. Menurut Branch (1995) bahwa secara
umum
sangat
dipengaruhi
oleh
situasi
dan
perkembangan kota kondisi
internal
dalam perencanaan kota secara komprehensif. Namun beberapa unsur eksternal yang menonjol
juga
eksternal merupakan kota
dapat suatu
mempengaruhi kekuatan
yang
perkembangan terbentuk
kota.
akibat
Unsur
kedudukan
dalam konstelasi regional yang lebih luas sehingga memiliki kemampuan
6
untuk menarik perkembangan
dari daerah
sekitarnya
yang selanjutnya
dikonsentrasikan dalam kekuatan ekonomi kota.
Gambar 1.2 Peta Kuala Kurun (Th.1992)
Gambar 1.3 Peta Perkembangan Kuala Kurun s/d Th.2012
7
Dalam perkembangannya kota Kuala Kurun diharapkan menjadi kawasan yang berperan sebagai pusat kegiatan sektor strategis baik yang berskala lokal, regional maupun nasional yang mengarah pada pengembangan ekonomi dengan menekankan pada pemanfaatan potensi lokal, sekaligus berperan sebagai kawasan pusat pertumbuhan yang dapat memberikan efek pembangunan bagi daerah sekitarnya dengan didukung oleh potensi-potensi serta sarana dan prasarana kota yang dimiliki sehingga dapat difungsikan sebagai penunjang kegiatan sektor strategis baik yang berskala lokal, regional maupun nasional. Selain itu potensi– potensi yang ada tersebut dapat dikembangkan guna menarik investor dan dapat dijadikan sebagai keunggulan komparatif bagi Kota Kuala Kurun diharapkan pertumbuhan
dapat di
memenuhi peran Kabupaten
Kota
Gunung
Kuala Kurun
Mas
yang
juga
sehingga
sebagai
pusat
mempengaruhi
perkembangan kota Kuala Kurun. Saat
ini
perkembangan
kota
Kuala Kurun
memperlihatkan
perkembangan cukup signifikan bila dibandingkan saat hanya menjadi ibukota Kecamatan,
hal ini dapat dilihat dari kondisi fisik, sosial dan ekonomi.
Permukiman yang dulunya (Tahun 1992) hanya terdapat di sepanjang sungai kahayan, kini sudah menjalar/meluas ke arah daratan. Di awali dengan masuknya program Transabangsep di wilayah kelurahan Tampang Tumbang Anjir, yang juga menjadi bagian dari kota Kuala Kurun seolah memberikan magnet tersendiri bagi pembangunan di kota Kuala Kurun. Pada tahun 2002 meningkatlah status kota Kuala Kurun menjadi ibukota kabupaten Gunung Mas.Yang tentunya fungsi kota juga meningkat menjadi kota yang melayani semua kebutuhan kota secara umum. Peran Pemerintah dalam
8
menentukan arah pembangunan juga menjadi sangat penting dalam rangka efesiensi biaya dan percepatan pembangunan. Tentunya juga ada sinergitas antara Pemerintah, masyarakat dan Swasta dalam memajukan daerahnya. Maka dipandang menarik untuk melihat Arah/Pola Perkembangan fisik dan faktor-faktor perkembangan apa saja yang terjadi di kota Kuala Kurun, terlebih khusus lokasi Transabangdep yang di arahkan menjadi kawasan pengembangan kota Kuala Kurun. Faktor kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Mas juga diduga mempunyai peran yang sangat vital terhadap berkembangnya lokasi transabangdep ini. Karena suatu lokasi tidak akan bisa berkembang dengan cepat jika tidak ada pembangunan yang di programkan oleh Pemerintah Daerah setempat di lokasi tersebut. Seperti yang terlihat bahwa lokasi Transabangdep ini banyak dibangun berbagai sarana umum dan perkantoran milik pemerintah. Semua ini terkait dengan perubahan fungsi Kota Kuala Kurun dengan peran dan fungsi kota yang semakin besar. Adanya perubahan fungsi Kota Kuala Kurun dan bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan kota bila dibandingkan ketika masih berstatus Ibukota Kecamatan, tentunya akan menjadi pusat perhatian dan memberikan keunikan tersendiri
bila ditinjau lebih jauh
dengan melakukan penilaian dari aspek fisik, sosial, ekonomi, ketersediaan sarana dan prasarana serta kebijakan pemerintah kota yang dijalankan. inilah
yang
Hal
menjadi alasan mengapa lokasi kota Kuala Kurun Kecamatan
Kurun dipilih sebagai lokasi penelitian.
9
1.2.
Permasalahan Penelitian Berubahnya fungsi Kuala Kurun dari
Desa/Kelurahan berkembang
menjadi ibukota Kecamatan adalah awal meningkatnya perkembangan kota secara cepat, terlebih setelah kabupaten Gunung Mas diresmikan menjadi kabupaten pemekaran dimana Kuala Kurun ditetapkan menjadi Ibukota Kabupaten. Di mana pada awalnya persebaran permukiman hanya di sepanjang aliran sungai Kahayan, menjadi berkembang mengikuti fasilitas umum mulai dibangun, kemudian berkembang lagi dengan adanya penambahan permukiman baru oleh para penduduk Transabangdep asal pulau Jawa sebelum pemekaran daerah Kabupaten Gunung Mas Tahun 1992. Perkembangan tersebut semakin terlihat cepat dengan dibangunnya berbagai infrastruktur seperti jalan dan fasilitas pemerintah serta fasilitas umum lainnya, yang oleh Pemerintah Daerah perkembangannya diarahkan menuju wilayah lokasi Transabangdep di kelurahan Tampang tumbang Anjir. Faktor dibangunnya jalan dan adanya pembangunan fasilitas umum dan Pemerintah di wilayah kelurahan Tampang Tumbang Anjir
diduga berpengaruh kuat pada
perkembangan spasial kota, terutama masyarakat yang dulunya adalah penduduk transabangdep dan notabene nya mempunyai lahan serta rumah yang di bagikan untuk kegiatan pertanian, yang sekarang menjadi pusat kota. Sehingga Rumusan Masalah yang coba saya kemukakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Seperti apakah arah pola perkembangan fisik Kota Kuala Kurun yang terjadi dalam kurun waktu 1992 sampai dengan 2012?
2.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan Kota Kuala Kurun dan faktor apa yang paling dominan terhadap perkembangan fisik?
10
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perkembangan Kota
Baru Kuala Kurun sejak tahun 1992 sampai dengan tahun 2012. Dalam kurun waktu 20 tahun, perkembangan kota dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik dan non fisik. Melalui pembahasan mengenai perkembangan kota ini dapat ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan deskripsi arah dan
pola perkembangan Kota Kuala Kurun, suatu kota baru mandiri dimana pembentukannya dimaksudkan untuk Ibukota
Pemerintahan.
Dalam
perkembangannya mengalami perubahan-perubahan disebabkan munculnya faktor-faktor
yang
mendesak
terhadap
kebutuhan
ruang
dan
terdapat
kecenderungan perembetan kota yang tidak sama kearah sisi-sisi kotanya. Sebagaimana telah dikemukakan dalam rumusan permasalahan maupun tujuan penelitian, maka dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Pemerintah Kabupaten Gunung Mas, terutama bagi para pembuat keputusan (decision maker) untuk dapat dijadikan rujukan (input) dalam penerapan kebijakan yang tepat bagi pengembangan Kota Kuala Kurun. Pengenalan terhadap sejarah perkembangan kota, dan masuknya program Pemerintah berupa adanya program Transmigrasi dapat menjadi bahan pemikiran atau masukan dalam kegiatan perencanaan Kota. 2. Penelitian ini juga dapat memberikan
manfaat
informasi
tentang
perkembangan Kota Kuala Kurun selama periode penelitian bagi peneliti lain yang memiliki minat untuk mempelajari mengenai perkembangan kota.
11
1.5 Keaslian Penelitian. Beberapa penelitian tentang perkembangan kota telah banyak dilakukan. Namun demikian penelitian yang dilakukan ini tidak akan terlepas dan mungkin saja mengacu kepada sumber-sumber hampir sama dengan
penelitian
dan literatur-literatur
sebelumnya,
sehingga
yang sama atau
penelitian
yang
dilakukan ini diharapkan dapat lebih melengkapi. Tabel 1.1 Penelitian Sejenis
No. 1.
Judul Penelitian Perkembangan Wilayah Pemekaran Kota Pekanbaru Perkembangan Fisik kota baru Palangka Raya
Nama Peneliti/ Tahun Paulina Atri, 2006
Metode Penelitian
Fokus kajian
Bagaimana arah dan Pola perkembangan wilayah pemekaran sebelum dan sesudah 2. Sem, Bagaimana arah Pola 2008 Perkembangan Fisik kota yang berdiri setelah berakhirnya Pemerintahan kolonial Sumber : Arsip Thesis MPKD, UGM Yogyakarta
DeskriptifKuantitatif
DeduktifKualitatif
Sedangkan Fokus dari Penelitian ini adalah bagaimana arah dan Pola perkembangan
pembangunan
suatu
kota,
dan
faktor
apa
saja
yang
mempengaruhinya. Suatu kota akan selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Menurut Bintarto (1984) menyatakan bahwa proses perkembangan kota tergantung pada kondisi alam dan sumber daya binaan yang ada di daerah kota dan sekitarnya yang membawa implikasi terhadap perubahan peruntukan guna lahan, baik struktur maupun polanya.