BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng). Karakteristik dari sapi bali bila dibedakan dengan sapi lainnya adalah adanya perbedaan warna antara jantan (hitam) dan betina (merah bata), sapi bali memilki warna putih pada bagian pantat dan pada kaki dari tarsus sampai atas kuku (Batan, 2006). Sapi bali memiliki daya adaptasi dengan lingkungan baru dengan baik. Kemampuan sapi bali beradaptasi dengan lingkungan yang panas merupakan yang terbaik dibandingkan dengan sapi-sapi lain di Indonesia ataupun sapisapi sub tropis lainnnya. Sapi bali juga memiliki tingkat fertilisasi tinggi dan produksi karkas tinggi, hal ini yang menjadikan prospek pengembangan sapi bali harus terus ditingkatkan. Dilihat dari perkembangannya sampai saat ini penyebaran sapi bali sudah tersebar luas di beberapa daerah di Indonesia. Pada tahun 2010 total populasi sapi potong di Indonesia adalah 13.633.158 ekor (Ditjennak 2009), dari populasi tersebut 660.000 ekor adalah sapi bali. Hal ini menunjukkan bahwa posisi sapi bali dalam pemenuhan kebutuhan daging nasional sangat strategis, sehingga upaya peningkatan populasi dan peningkatan mutu genetik tetap harus diupayakan.
1
2
Daging sapi bali merupakan sumber utama protein hewani di Bali dan Indonesia. Pola konsumsi daging sapi bali ditentukan oleh latar belakang budaya, adat, dan agama, dan status sosial ekonomi masyarakat. Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Konsumsi hasil ternak daging sapi segar per kapita per tahun pada tahun 2010 sebesar 0,367 kg meningkat dari tahun 2009 sebesar 0,334 kg (Ditjennak, 2011). Upaya pengembangan sapi bali banyak terkendala, salah satunya karena pencegahan dan pengendalian penyakit. Penyakit virus, bakteri dan parasit yang sering ditemukan pada sapi bali dapat menimbulkan dampak ekonomi yang tinggi. Salah satu penyakit ternak yang cukup merugikan adalah penyakit yang diakibatkan oleh parasit cacing. Penyakit ini berbeda dengan penyakit ternak yang disebabkan oleh virus dan bakteri, karena kerugian ekonomis yang disebabkan oleh virus dan bakteri dapat diketahui dengan mudah melalui kematian ternak. Penyakit parasit cacing kerugian utamanya adalah kekurusan , terlambatnya pertumbuhan, turunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit lain dan gangguan metabolisme (Arifin dan Soedarmono, 1982). Thelaziasis merupakan salah satu penyakit parasit yang menyerang mata yang disebabkan oleh Thelazia sp. (Soulsby, 1982). Gejala klinis yang akan timbul antara lain lakrimasi, kemerahan, pembengkakan konjungtiva, photophobia dan beberapa kasus terjadi keratitis dan keadaan melanjut dapat terjadi kebutaan. Thelazia sp. yang banyak menyerang ternak sapi adalah Thelazia rhodesi, T. gulosa dan T. skrjabini (Soulsby, 1982).
3
Gangguan pada mata sapi dapat berdampak buruk terhadap perkembangan dan kesehatan sapi, sehingga mengakibatkan nilai ekonomi ternak turun. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran klinis Thelaziasis pada sapi bali. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah bagaimanakah gambaran klinis Thelaziasis pada sapi bali ? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran klinis Thelaziasis pada sapi bali. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang gambaran klinis Thelaziasis pada sapi bali. 1.5 Kerangka Konsep Mata adalah organ kompleks yang peka terhadap cahaya. Dalam perlindungannya, masing- masing mata mempunyai suatu lapisan sel- sel reseptor, suatu sistem optik (kornea, lensa, akuos humor, korpus vitreu) untuk memusatkan cahaya pada reseptor dan sistem saraf untuk menghantarkan impuls dari reseptor ke otak (Guyton dan Hall, 1996). Mata berfungsi sebagai indera penglihatan pada sapi. Hal ini akan sangat berpengaruh apabila mengalami gangguan, diantaranya karena
4
gangguan kongenital, gangguan perolehan dan tumor. Salah satu dari gangguan perolehan disebabkan karena infeksi penyakit oleh cacing mata (eye worm) yang biasa dikenal Thelaziasis. Thelaziasis merupakan suatu penyakit cacing mata yang disebabkan oleh Thelazia sp. Cacing ini dapat menyerang berbagai jenis ternak diantaranya sapi, kerbau, kambing dan domba. Thelazia sp. yang banyak menyerang ternak sapi adalah Thelazia rhodesi, T. gulosa dan T. skrjabini (Soulsby, 1982). Thelaziasis menular dengan cara perantara atau host intermedier, host intermedier dari cacing ini adalah lalat dari genus Musca sp. (Levine, 1994). Lalat sebagai vektor penyebaran Thelaziasis pada sapi banyak berkembang di daerah dengan cuaca yang panas dan lembab. Tingkat keparahan Thelaziasis dipengeruhi oleh manifestasi cacing dan kemungkinan banyaknya vektor penyakit dalam suatu wilayah atau lingkungan. Beberapa faktor epidemiologi yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit, diantaranya faktor cuaca, vektor, reservoar, geografis, dan faktor perilaku masyarakat (Widiatmoko, 2008). Pengaruh lingkungan memegang peran yang sangat penting dalam menentukan pengaruh positif atau negatif terhadap hubungan antara ternak dengan agen penyakit. Gejala klinis Thelaziasis adalah lakrimasi, photofobia, konjungtivitis, keratitis, ulserasi kornea dan kebutaan pada sapi yang juga berdampak terhadap perkembangan dan pertumbuhan berat badan, hal ini yang menyebabkan pertumbuhan sapi tidak maksimal. Pada penelitian ini akan
5
diamati gejala atau tanda yang terlihat pada sapi bali akibat Thelaziasis, terutama pada daerah mata.
Mata sapi
Cuaca dan Vektor
Thelaziasis
Gejala klinis thelaziasis
Gambar 1 . Bagan Kerangka Konsep
lingkungaan