BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kelompok kelainan metabolik dengan ciri hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi hormon insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
(Purnamasari, 2010 dalam Sudoyo, Aru W. et.al,
2010). DM Tipe 2 merupakan tipe DM yang paling banyak ditemukan dari pada DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM tipe 2 diantaranya obesitas atau IMT > 23, hipertensi, dislipidemia, umur > 40 tahun, dan riwayat keluarga (Awad et.al, 2013). Sampai saat ini angka kejadian Diabetes Melitus di dunia masih sangat tinggi
dan
terus
meningkat
prevalensinya,
International
Diabetes
Federation (IDF) telah menyatakan bahwa lebih dari 371 juta orang di dunia yang berumur 20-79 tahun memiliki diabetes. DM menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4 persen meninggal sebelum usia 70 tahun. Pada Tahun 2030 diperkirakan DM menempati urutan ke-7 penyebab kematian dunia. Sedangkan Indonesia merupakan negara urutan ke-7 yang memiliki prevalensi diabetes tertinggi, di bawah China, India, USA, Brazil, Rusia dan Mexico. Menurut WHO di Indonesia diperkirakan pada tahun 2030 akan memiliki penyandang DM (diabetisi) sebanyak 21,3 juta jiwa (Kemenkes RI, 2013). Peningkatan insidensi DM di dunia maupun di Indonesia ini tentu akan diikuti dengan meningkatnya kemungkinan terjadinya komplikasi kronik.
1
2
Hipertensi pada penderita DM terjadi karena adanya hiperglikemia yang menyebabkan viskositas darah menjadi tinggi, sehingga akan meningkatkan tahanan perifer (Misnadiarly, 2006). Selain itu resistensi insulin dengan hiperinsulinemia yang dapat menurunkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah melalui NO dari endotel juga dapat menimbulkan hipertensi pada DM. Prevalensi hipertensi dapat mencapai dua kali lebih sering pada penderita DM dibandingkan dengan penderita non DM (Waspadji, 2010). Global status report on NCD World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena Penyakit Tidak Menular (PTM). Salah satu hasil telaah para pakar menyimpulkan bahwa hipertensi pada diabetes di Indonesia meningkat 15-25 % (Depkes RI, 2008). Hipertensi pada DM yang tidak dikelola dengan baik maka akan dapat menimbulkan komplikasi mikrovaskuler maupun makrovaskuler (Ansa dkk., 2011). Penderita DM perlu dilakukan penanganan yang tepat dan terarah untuk menghindari terjadinya komplikasi, salah satunya adalah Ulkus Diabetikum. Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi kronik DM pada tingkat makrovaskuler, pada pembuluh darah perifer terutama bagian tungkai sehingga sering disebut dengan kaki diabetes. Prevalensi penderita ulkus diabetikum di Indonesia sebesar 15% dari penderita DM. Angka kematian dan angka amputasi masih tinggi, masing-masing sebesar 16% dan 25%. Nasib penderita DM pasca amputasi masih sangat buruk, sebanyak 14,3% akan meninggal dalam setahun pasca amputasi dan sebanyak 37% akan meninggal 3 tahun pasca amputasi (Waspadji, 2010 dalam Sudoyo, Aru W dkk., 2010).
3
Dalam suatu penelitian didapatkan hasil faktor risiko ulkus diabetikum adalah lama DM ≥ 10 tahun, kadar kolesterol ≥ 200 mg/dl, kadar HDL ≤ 45 mg/dl, ketidakpatuhan diet DM, kurangnya latihan fisik, perawatan kaki tidak teratur dan penggunaan alas kaki tidak tepat (Hastuti, 2008). Dalam suatu penelitian lain, hipertensi juga menjadi faktor risiko terjadinya ulkus diabetikum pada penderita DM (Nyamu, 2003). Pada penelitian oleh Kibachio et.al. tahun 2013 menyebutkan bahwa penderita DM dengan hipertensi (TD di atas 130/80 mmHg) tiga kali lebih sering terjadi ulkus diabetikum dari pada penderita DM non hipertensi. Berdasarkan latar belakang di atas dan mengingat banyaknya faktor risiko yang menyebabkan terjadinya ulkus diabetikum kaitanya dengan hipertensi sebagai salah satu faktor yang berpengaruh, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian hubungan antara hipertensi dengan kejadian ulkus diabetikum (diabetic foot ulcer) pada penderita diabetes melitus di RSUD dr. Soedomo Kab. Trenggalek.
1.2. Rumusan Masalah Bagaimanakah hubungan antara hipertensi dengan kejadian ulkus diabetikum (diabetic foot ulcer) pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 ?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara hipertensi dengan kejadian ulkus diabetikum (diabetic foot ulcer) pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 (NIDDM).
4
1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui prevalensi ulkus diabetikum pada pasien DM tipe 2 yang datang ke RSUD dr. Soedomo Kab. Trenggalek. 2. Mengetahui distribusi frekuensi pasien DM tipe 2 yang datang ke RSUD dr. Soedomo Kab. Trenggalek berdasarkan usia, jenis kelamin, tekanan darah, kadar gula darah sewaktu, status hipertensi, dan status ulkus diabetikum. 3. Menentukan pengaruh hipertensi pada DM tipe 2 dengan timbulnya ulkus diabetikum.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Akademik 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut. 2. Memberikan masukan tentang pemahaman konsep ulkus diabetikum sebagai komplikasi makrovaskuler DM tipe 2 dan kaitannya dengan hipertensi sebagai salah satu faktor yang berpengaruh. 3. Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dalam melakukan penelitian kesehatan terutama tentang ulkus diabetikum. 1.4.2. Klinis 1. Memberikan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat tentang ulkus diabetikum sebagai salah satu komplikasi penyakit Diabetes Melitus tipe 2.
5
2. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat khususnya kepada penderita Diabetes Melitus tipe 2 tentang pengaruh tingginya tekanan darah (hipertensi) dengan kejadian ulkus diabetikum. 3. Dapat dijadikan sebagai
referensi berkaitan dengan langkah awal
pencegahan terjadinya ulkus diabetikum pada pasien Diabetes Melitus tipe 2.