13
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Persediaan adalah salah satu istilah yang paling umum untuk didengar dan
diperbincangkan. Persediaan dapat ditemukan pada perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Persediaan pada perusahaan dagang merupakan bagian dari aktiva yang terdiri dari barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal. Persediaan pada perusahaan manufaktur adalah barangbarang
yang ditujukan dalam proses produksi atau yang ditempatkan dalam
kegiatan produksi. Persediaan merupakan suatu akun yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan, yang secara terus menerus dibeli maupun diproduksi sendiri melalui berbagai tahap dan kemudian dijual kepada para konsumen. Persediaan pada perusahaan manufaktur terdiri dari persediaan bahan baku (bahan mentah), persediaan barang dalam proses (maupun barang setengah jadi), dan persediaan barang jadi. Persediaan dalam perusahaan mempunyai 2 fungsi yaitu sebagai unsur harga pokok penjualan di dalam laporan laba rugi dan sebagai unsur aktiva lancar di laporan neraca. Metode persediaan digunakan untuk tujuan utama yaitu untuk memilih prediksi arus biaya yang paling mencerminkan laba yang optimal, sesuai kondisi yang ada sehingga perusahaan mampu menciptakan hasil operasi yang paling baik. Persediaan dapat memprediksi baik arus kas masuk dari penjualan maupun arus kas keluar yang diperlukan untuk mendapatkan barang yang akan dijual selama periode tertentu. Persediaan yang dimiliki selama satu periode harus
14
dipisahkan antara persediaan yang dapat dibebankan sebagai biaya dengan persediaan yang belum terjual yang diklasifikasikan sebagai persediaan ( baik itu persediaan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi) di dalam neraca. Metode-metode yang paling umum digunakan adalah metode identifikasi khusus, metode biaya rata-rata, metode LIFO, dan metode FIFO (Skousen, dkk. 2004:667). Masing-masing metode tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan kebijakan dan tujuan dari perusahaan tersebut. Metode identifikasi khusus yang menentukan alokasi biaya berdasarkan arus persediaan fisik. Dari titik pandangan konsep, LIFO memberikan gambaran yang lebih baik untuk harga pokok barang yang dijual dalam laporan laba rugi daripada metode FIFO, karena persediaan yang baru dengan biaya yang baru dibebankan ke penjualan. Harga pokok barang yang dijual secara LIFO dipadukan antara pendapatan kini dengan biaya kini. Akan tetapi pada neraca, FIFO memberikan pengukuran yang lebih baik dari nilai persediaan karena dengan pembebanan FIFO, unit yang pertama dijual dan unit yang sisa adalah yang masih baru dengan harga pokok terbaru juga. LIFO memberikan konsep pengukuran yang lebih baik untuk pendapatan, tetapi FIFO memberikan konsep pengukuran yang lebih baik untuk nilai persediaan pada neraca (Skousen,dkk. 2004). Berdasarkan undang-undang perpajakan yaitu undang-undang PPh no. 36 tahun 2008, metode persediaan yang diperbolehkan antara lain, yaitu metode ratarata dan metode FIFO, sehingga apabila suatu perusahaan dalam laporan keuangan menggunakan metode identifikasi khusus atau LIFO maka untuk tujuan pajak harus membuat kembali dengan metode yang diperbolehkan yaitu metode
15
rata-rata dan FIFO. Dalam memilih metode akuntansi persediaan selain dikarenakan alasan perbedaan kepentingan, perubahan harga, dan peraturan perpajakan, pemilihan metode akuntansi juga harus mempertimbangkan kondisi internal perusahaan itu sendiri yang berupa karakteristik operasional perusahaan. Terbitnya peraturan tentang persediaan yaitu PSAK 14 ( revisi 2008) yang mulai digunakan pada tahun 2009 yang menggantikan PSAK 14 tahun 1994 dan adanya kondisi bahwa perusahaan manufaktur yang merasakan dampak yang paling nyata dengan terbitnya perubahan PSAK 14 tersebut. Perusahaan manufaktur melakukan proses produksi yang lebih kompleks dan sebagian besar data yang ada diperusahaan manufaktur adalah informasi tentang persediaan. Informasi tentang persediaan dapat berkaiatan dengan persediaan bahan baku, barang dalam proses maupun persediaan barang jadi. Fenomena yang menggambarkan pentingnya suatu sistem pemilihan metode persediaan yang bertujuan untuk proses pengendalian persediaan adalah fenomena pada PT. Surabaya Perdana Rotopack. Kelebihan maupun kekurangan jumlah persediaan akan menimbulkan dampak yang merugikan dan dapat membuat total biaya produksi menjadi tidak tepat. Berdasarkan hal tersebut lah yang mendorong PT. Surabaya Perdana Rotopack pada tahun 2009 menerapkan sistem pengendalian persediaan, kemudian untuk menunjang penerapan sistem yang dibuat oleh perusahaan maka PT. Surabaya Perdana Rotopack memperhatikan semua sistem informasi yang berkaitan dengan persediaan. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari peneliti terdahulu. Beberapa peneliti tersebut terdiri dari 1) Taqwa (2001) yang mengangkat judul
16
faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan manufaktur di BEJ; 2)
Mukhlasin (2001) dengan judul analisis
pemilihan metode akuntansi persediaan dan dampaknya terhadap earning price ratio; 3) Metallia (2007) dengan judul analisis pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan rasio perputaran persediaan terhadap pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur go public di bursa efek Jakarta; dan 4) Amaliyah (2009) dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan manufaktur di BEI. Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yaitu antara lain, ukuran perusahaan, financial leverage, variabilitas persediaan dan margin laba kotor. Ukuran perusahaan akan mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Perusahaan besar akan mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menurunkan laba, agar laporan keuangan bisa rata. Pada perusahaan kecil untuk mendapatkan dana dari bank atau lembaga keuangan lainnya membutuhkan laba yang tinggi agar dianggap mempunyai kinerja yang bagus. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan cara membagi total assat tahun peneltian dibagi dengan total tahun penelitian, metode ini pernah dilakukan oleh salah satu peneliti terdahulu yaitu Mukhlasin (2001). Financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutang jangka panjang dengan kekayaan yang dimilikinya. Financial leverage dapat mempengaruhi pemilihan metode persediaan, apabila perusahaan memiliki financial leverage yang tinggi maka perusahaan akan cenderung berusaha memilih metode yang bisa meningkatkan laba. Penggunaan variabel ini
17
merupakan proses penelitian lanjutan dari penelitian terdahulu dengan periode dan sampel yang berbeda. Variabilitas persediaan menggambarkan variasi dari nilai persediaan suatu perusahaan. Apabila suatu perusahaan mempunyai nilai persediaan yang relatif stabil maka pengaruhnya pada variasi laba akan kecil, sedangkan pada perusahaan yang mempunyai nilai persediaan yang bervariasi pada setiap tahun maka laba yang dihasilkan juga akan bervariasi. Perusahaan dengan variabilitas persediaan kecil bisa memilih menggunakan metode rata-rata, sedangkan pada perusahaan yang variabilitas persediaannya tinggi akan menggunakan metode FIFO . penggunaan varibel ini merupakan adanya keinginan penulis untuk meneliti lebih jauh tentang pengaruh variabilitas persediaan terhadap pemilihan metode persediaan, hal ini dikarenakan adanya ketidakcocokkan hasil penelitian antara Salma Taqwa, Mukhlasin, dan Rizky Amaliyah mengenai variabilitas persediaan tersebut. Margin laba kotor akan mempengaruhi pemilihan metode persediaan. Margin laba kotor akan banyak membantu manajemen dalam melakukan tindakan apa yang akan ambil diambil ke depan khususnya yang berhubungan dengan pemilihan metode persediaan dengan kondisi yang terjadi sekarang. Besar kecilnya margin laba kotor akan mempengaruhi kebijakan manajemen untuk melakukan pemilihan metode persediaan yang sesuai dengan proses pengendalian jumlah persediaan. Variabel margin laba kotor ini adalah satu variabel yang membedakan dengan penggunaan variabel pada penelitian sebelumnya.
18
Berdasarkan.fakta yang dihasilkan oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Taqwa (2001) dan penelitian Mukhlasin (2001). Penelitian mereka menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia lebih banyak menggunakan metode rata-rata dan metode FIFO, hal ini disebabkan karena pemakaiannya yang cukup tinggi dan diizinkan oleh hukum pajak namun harus mengikuti syarat comformity rule. Comformity rule yaitu apabila suatu perusahaan menggunakan LIFO untuk tujuan pajak maka untuk tujuan pelaporan akuntansi keuangan atau komersil harus menggunakan metode LIFO, begitu juga dengan metode persediaan yang lainnya. Persediaan biasanya merupakan aktiva lancar terbesar dalam suatu perusahaan, dan diperlukan pengukuran yang tepat untuk menjamin laporan keuangan yang akurat. Secara logika apabila persediaan tidak dihitung secara tepat, pengeluaran dan penerimaan tidak dapat dicocokkan secara benar, yang kemungkinan akan terjadi kesalahan pada setiap jumlah pengeluaran dan jumlah penerimaan. Kemudian apabila persediaan akhir tidak benar, maka hasilnya saldosaldo dari neraca juga tidak akan benar dan tepat yang akan mempengaruhi beberapa keadaan akun pada neraca yaitu: persediaan barang dagangan, total aktiva, dan ekuitas pemilik modal, besar kecilnya jumlah persediaan barang dagangan akan ikut berubah juga jumlah total aktiva dan jumlah ekuitas pemilik modal. Kemudian juga dengan laporan laba rugi tidak akan benar jika harga pokok penjualan barang dagangan kondisi laba bersih tidak benar, apabila harga pokok penjualan terlalu besar maka laba bersih pun akan mengecil, dan apabila
19
harga terlalu kecil maka kondisi laba akan meningkat. Kondisi yang terjadi tersebut tidak akan menunjukkan kondisi laba perusahaan yang paling baik. Berdasarkan beberapa kondisi tersebut membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai persediaan pada perusahaan manufaktur, dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009”
B. Perumusan Masalah Masalah merupakan suatu hal timbul karena adanya penyimpangan antara apa yang direncanakan atau yang diharapkan dengan kenyataan (Erlina, 2008). Perumusan masalah merupakan tahap yang paling penting dan sering lebih esensial dibandingkan dengan pemecahannya itu sendiri. Berdasarkan latar belakang dari masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “apakah ukuran perusahaan, financial leverage, variabilitas persediaan dan margin laba kotor berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan baik secara parsial maupun simultan?”
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diungkapkan dapat diketahui bahwa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
20
“untuk memperoleh bukti apakah ukuran perusahaan, financial leverage, variabilitas persediaan dan margin laba kotor secara simultan dan parsial mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
D.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, tidak hanya bagi
peneliti, tetapi juga bagi pihak perusahaan, bagi pembaca, dan pihak akademik/ penelitian selanjutnya. 1. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah ilmu pengetahuan dan dalam pengaplikasian teori yang telah diperoleh ke dalam dunia kerja nantinya. 2. Bagi perusahaan, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan untuk meningkatkan laba sehingga menjadi optimal. 3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi serta wawasan. 4. Bagi akademik, penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk proses pengembangan ilmu pengetahuan akuntansi khususnya yang berkaitan dengan persediaan. Hasil penetian ini juga dapat dijadikan sebagai kontribusi dalam pengembangan teori dan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.