BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya laba merupakan hal terpenting bagi kelangsungan hidup setiap perusahaan karena salah satu tujuan utama didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk memperoleh laba sebanyak-banyaknya. Laba merupakan komponen laporan keuangan yang dapat digunakan sebagai dasar menentukan keputusan, untuk itu laba tersebut diharapkan berkualitas. Menurut Suwardjono (2008:464) laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa dimana dapat diartikan laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya ( biaya total yang melekat kegiatan produksi dan penyerahan barang/jasa). Informasi mengenai laba dapat ditemukan dalam laporan keuangan perusahaan. Laporan laba selain digunakan untuk memprediksi perusahaan di masa mendatang, laporan laba juga digunakan untuk mendedikasi kinerja manajemen. Kinerja manajemen diperuntukkan untuk melihat bagaimana manajemen dalam mengalokasikan sumber daya. Perbedaan antara pihak manajemen dan pemegang saham akan menyebabkan adanya konflik, pemisahan kepentingan tersebut disebut dengan agensi teori. Salah satu mekanisme yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan perusahaan
keagenan yang
baik
adalah
menerapkan
(corporate
mekanisme
governance).
tata
kelola
Hutchinson
(2009)
menerangkan bahwa mekanisme yang digunakan kreditor dan pemegang 1
2
saham perusahaan dalam upaya mengatur manajer merupakan Corporate Governance (CG). Peran dewan komisaris dan pemegang saham dapat membuat laba berkualitas dengan mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan (Boediono, 2005). Peranan kepemilikan manajerial berpengaruh pada perusahaan. Manajer bukan hanya berperan sebagai manajer, melainkan juga sebagai pemegang
saham.
Kepemilikan
manajerial
dapat
digunakan
untuk
menentukan kualitas laba mendatang yang tercermin dari persistensi labanya, semakin besar pihak manajemen memiliki saham perusahaan berarti semakin besar rasa tanggung jawab manajer untuk mempertanggungjawabkan laporan keuangan. Disisi lain, laba juga sering dipergunakan sebagai salah satu indikator untuk memperkirakan prospek perusahaan di masa mendatang. Mengingat sedemikian strategisnya peran dari informasi laba ini, maka kualitas laba menjadi hal yang sangat penting bagi para pengambil keputusan ekonomik. Namun demikian, harapan para pemegang saham maupun calon investor yang sedemikian percaya pada laba untuk menjadi salah satu pertimbangan dalam
berbagai
pengambilan
keputusan ekonomiknya,
terkadang tidak dapat terwujud. Pernyataan ini ditandai dengan adanya berbagai kasus penyajian laporan keuangan yang tidak semestinya. PT. Kimia Farma Tbk, terindikasi melakukan overstated atau pengelembungan kinerja sehingga Kementerian BUMN menolak laporan keuangan semester 1 tahun 2010 (http://bataviase.co.id, 14 Oktober 2010).
3
Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai peran sangat penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap suatu perusahaan. Laba dapat digunakan sebagai dasar didalam pengambilan keputusan seperti pembagian bonus atau insentif kepada manajer, pengukur prestasi atau kinerja manajemen, dan dasar penentuan besarnya pengenaan pajak oleh pihak internal dan eksternal perusahaan (Wijayanti, 2006). Oleh karena itu, kualitas laba menjadi pusat perhatian bagi investor, kreditor, pembuat kebijakan akuntansi, dan pemerintah. Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings), dapat mempertahankan jumlah laba dimasa depan, relevan, dan reliabel (Penman, 2001). Menurut Harahap (2007:241) yang mengutip pernyataan FASB, menyatakan bahwa accounting income atau laba akuntansi adalah sebagai perubahan dalam equity (net asset) dari suatu entity selama satu periode tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal bukan dari pemilik. Laba akuntansi menggunakan dasar akuntansi akrual (accrual basis) yang mewajibkan pendapatan dicatat ketika dihasilkan dan beban dicatat ketika terjadi dalam periode dimana peristiwa terjadi tanpa memandang kas diterima atau keluar, sedangkan laba fiskal menggunakan dasar laba yang diperoleh perusahaan setelah dipotong Pajak Penghasilan ( PPh ) dimana sebelumnya dilakukan rekonsiliasi fiskal atas laporan keuangan perusahaan.
4
Tujuan untuk pelaporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum (PABU) dan pelaporan pajak berdasarkan peraturan pajak untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak (taxable income) atau laba fiskal. pajak merupakan salah satu elemen yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan perusahaan. Perusahaan sebagai wajib pajak harus dapat menghitung sendiri besarnya pajak yang harus dibayarkan kepada negara. Peraturan pajak tidak memberikan banyak kebebasan bagi manajemen untuk memilih prosedur akuntansi dalam pelaporan pajaknya (Iriani, 2010). Di dalam prakteknya, sering terdapat perbedaan perhitungan yang dibuat perusahaan dan pemerintah. Untuk menjembatani perbedaan perhitungan laba bersih baik menurut Standar Akuntansi Keuangan maupun menurut peraturan perpajakan maka diperlukannya koreksi fiskal. Setiap akhir tahun perusahaan diwajibkan melakukan rekonsiliasi fiskal untuk menentukan besarnya laba fiskal dengan cara melakukan penyesuaianpenyesuaian
terhadap
laba
akuntansi
berdasarkan
peraturan
pajak.
Rekonsiliasi fiskal diakhir periode pembukuan menyebabkan terjadi perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal. Namun demikian tidak semua perusahaan melakukan rekonsiliasi fiskal untuk menjembatani perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax difference) sesuai dengan aturan perpajakan yang berlaku di Indonesia. Kasus PT. Asian Agri Group (AAG) adalah salah satu contoh dimana perusahaan melakukan penggelapan pajak untuk meminimalkan pembayaran pajak ke negara. Dimana pada kasus ini, PT. AAG melakukan pembukuan dokumen
5
yang berjudul “AAA-Cross Border Tax Planning ( Under Pricing Eksport Sales) “, disusun sekitar tahun 2002. Dokumen ini memuat semua persiapan transfer pricing PT. AAG secara terperinci. Jadi modus yang dilakukan oleh PT. AAG adalah dengan cara menghindari pajak melalui pembukuan penjualan yang dibuat tidak sebagaimana mestinya dimana PT. AAG melakukan penjualan ke perusahaan afiliasi di luar negeri (perusahaan fiktif) dengan harga dibawah harga pasar untuk kemudian dijual kembali ke pembeli riil dengan harga tinggi serta melakukan penggelembungan biaya perusahaan didalam negeri untuk meminimalkan Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ke negara
(http://nasional.news.viva.co.id/news/read/201621-
hasil-audit-bpk-atas-kasus-pajak-asian-agri).
Laporan arus kas mempunyai manfaat dalam beberapa konteks keputusan, seperti : 1. memprediksi kesulitan keuangan, 2. menilai risiko, ukuran, dan waktu keputusan pinjaman, 3. memprediksi peringkat (rating) kredit, 4. menilai perusahaan, dan 5. memberikan informasi tambahan pada pasar modal Laporan arus kas relatif lebih mudah diinterpretasikan dan relatif sulit untuk di manipulasi. Manipulasi laba ini biasanya dilakukan melalui penggunaan metode akuntansi yang berbeda untuk transaksi yang sama dengan tujuan untuk menampilkan earnings yang diinginkan. Berdasarkan
6
penelitian meythi (2006), dijelaskan bahwa arus kas operasi berpengaruh positif terhadap persistensi laba yang ditunjukkan dengan return saham. Berdasarkan hasil penelitian Asma (2013), diperoleh hasil bahwa aliran kas operasi mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap persistensi laba. Semakin tinggi aliran kas operasi suatu perusahaan maka akan meningkatkan persistensi laba perusahaan tersebut. Hasil ini berbeda dengan penelitianyang dilakukan oleh Meythi (2006) yang menyatakan bahwa aliran kas operasi tidak mempengaruhi persistensi laba. Tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mohamad Nasir dan Mariana Ulfah (2008), Sri Wineh (2008) dan Sloan (1996) yang menyatakan aliran kas operasi mempunyai pengaruh positif terhadap persistensi laba mengisyaratkan bahwa semakin tinggi aliran kas operasi suatu perusahaan akan meningkatkan persistensi laba yang dimiliki oleh perusahaan. Arus kas operasi sangat penting bagi perusahaan dalam mengukur kinerja perusahaan agar tidak terjadi penyelewengan dana perusahaan seperti terjadinya pembengkakan suntikan modal dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ke Bank Century yang diakibatkan oleh pelarian dana perusahaan oleh pemilik Bank Century Robert Tantular (Hindra Liauw, 2010). Selain itu terdapat juga kasus PT. Sarijaya Sekuritas dimana terjadi penyelewengan dana nasabah yang dilakukan oleh komisaris utama PT. Sarijaya Permana Sekuritas, Herman Ramli (Irvan Lubis, 2011). Dimana dalam kasus tersebut diatas seharusnya perusahaan dapat memperoleh laba sesuai dengan prediksi
7
namun dengan adanya penyelewengan arus kas operasi menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Persistensi laba adalah laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang (expected future earnings), yang tercermin pada laba tahun berjalan (current earnings). Informasi yang terdapat pada book tax differences dapat mempengaruhi laba perusahaan di masa mendatang, dan dapat menimbulkan praktik manajemen laba yang mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai kualitas laba yang buruk dan kurang persisten. Laba dikatakan persisten ketika perusahaan dapat mempertahankan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai masa yang akan datang dan ketika aliran kas maupun laba akrual berpengaruh terhadap laba tahun depan yang diperoleh perusahaan (Penman, 2001 dalam Wijayanti, 2006). Oleh karena itu, persistensi laba merupakan salah satu alat ukur kualitas laba dimana laba yang berkualitas dapat menunjukkan kesinambungan laba, sehingga laba yang persisten cenderung stabil atau tidak berfluktuasi di setiap periode (Purwanti, 2011). Nilai prediksi laba tersebut ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas dari laba sekarang yang mewakili sifat transitori (sementara) dan permanen laba (Sloan, 1996). Mempertimbangkan latar belakang dan penjelasan diatas, maka Penulis
terdorong
untuk
melakukan
penelitian
mengenai
pengaruh
kepemilikan manajerial, laba akuntansi, laba fiskal dan arus kas operasi terhadap persistensi laba.
8
Adapun
judul
skripsi
ini
adalah
“Pengaruh
Kepemilikan
Manajerial, Laba Akuntansi, Laba Fiskal dan Arus Kas Operasi Terhadap Persistensi Laba Pada Perusahaan Perdagangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013”.
B. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian dan penjelasan mengenai latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah
kepemilikan
manajerial
berpengaruh
signifikan
terhadap
persistensi laba? 2. Apakah laba akuntansi berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba? 3. Apakah laba fiskal berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba? 4. Apakah arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba?
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menguji seberapa besar pengaruh kepemilikan manajerial terhadap persistensi laba. 2. Untuk menguji seberapa besar pengaruh laba akuntansi terhadap persistensi laba. 3. Untuk menguji seberapa besar pengaruh laba fiskal terhadap persistensi laba. 4. Untuk menguji seberapa besar pengaruh arus kas operasi terhadap persistensi laba.
9
Sedangkan kontribusi penelitian ini adalah : 1. Kontribusi Praktik Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai umpan balik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persistensi laba. Selain itu, diharapkan juga penelitian ini dapat membantu perusahaan dalam memaksimalkan laba sebanyak-banyaknya. 2. Kontribusi Kebijakan Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan sumbangsih dalam dunia pendidikan sehingga apabila dilakukan penelitian selanjutnya dapat menyempurnakan hasil penelitian ini.