BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik perusahaan dagang maupun manufaktur mempunyai
tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh laba dan untuk eksistensi perusahaan dalam jangka panjang. Namun untuk perusahaan manufaktur menentukan harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting dan itu juga yang membedakan antara perusahaan manufaktur dengan perusahaan dagang. Dalam mengelola perusahaan manufaktur faktor yang paling melekat adalah penentuan biaya untuk menghasilkan suatu produk tertentu.Dalam satu produk mengandung berbagai macam biaya yang harus dihitung secara tepat, karena perhitungan biaya tersebut akan manjadi patokan untuk menentukan harga jual. Menurut Abas Kartadinata (2000:29) proses penggolongan biaya dapat kita mulai berdasarkan penggolongan biaya-biaya tersebut kepada tiga komponen dasar dari biaya-biaya, yakni: bahan baku, upah dan biaya pabrikasi tak langsung atau factory overhead. Pada intinya biaya digolongkan menjadi tiga, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya tidak langsung. Namun seiring dengan perkembangan jaman serta kemajuan teknologi dan informasi dalam dunia usaha, produksi yang dulunya lebih banyak menggunakan tenaga kerja sekarang sudah berkurang digantikan oleh mesin-mesinyang mengakibatkan meningkatnya biaya tidak langsung atau yang biasa disebut dengan biaya overhead pabrik. 1
Pembebanan biaya overhead pabrik terhadap produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan harus dilakukan secara tepat dan akurat karena biaya ini tidak berhubungan langsung dengan produk sehingga memerlukan metode tertentu untuk menghitung alokasi biayanya. Karena adanya kelemahan dari perhitungan Harga Pokok Produksi Tradisional dalam pembebanan biaya overhead pabrik, maka muncul metode Activity-Based Costing (ABC) System untuk menghitung Harga Pokok Produksi. Menurut Hesti Wulandari (2008) Activity-Based Costing system(ABC) merupakan alat strategi kunci untuk perusahaan yang bersifat kompleks. Dalam hal tersebut, sistem penentuan biaya berdasarkan aktivitas (Activity-Based Costing) dinilai mampu menutupi kelemahan dari sistem Tradisional (Konvensional) dalam pengaruhnya terhadap keakuratan data biaya. Activity –Based Costing merupakan metode perhitungan biaya yang lebih tepat dan akurat untuk pengalokasian biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik yang dibebankan tidak dihitung berdasarkan besarnya output yang dihasilkan tetapi lebih kepada aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya dalam proses kegiatan produksi.Menurut Ardisa Lestari (2011) metode perhitungan harga pokok produksi dengan sistem Activity Based Costing berdasarkan aktivitas dapat memperoleh laba lebih besar dibandingkan dengan sistem kovensional. Selain itu Activity BasedCosting juga memiliki kelebihan dalam penyediaan informasi yang dapat membantu manajer dalam memantau kinerja karyawan. Kelebihan atau kekuatan dari Activity
2
Based-Costing system menurut Mulyadi (2007: 195) terletak pada dua fungsi utama sistem informasi yaitu: a)
Informing-kemampuan ABC system dalam menyediakan informasi untuk memantau kinerja proposal dalam mewujudkan rencana.
b) Empowering-kemampuan ABC system dalam menghasilkan informasi untuk memberdayakan manajemen dan dan karyawan dalam pengurangan biaya dan pekiraan secara handal. CV. Jawa Dipa adalah suplier barang-barang mebel yang mengekspor produknya ke Amerika. Perusahaan manufaktur ini mengolah kayu menjadi barangbarang mebel seperti bangku, kursi dan meja dengan bahan baku kayu jati. Dan untuk kegiatan produksinya perusahaan ini sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku. Harga kayu jati yang tergolong mahal dan sulit untuk didapat juga menjadi kendala dalam proses produksi. Selain itu perusahaan juga menggunakan berbagai macam bahan penolong dan mesin-mesin yang tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit sehingga memerlukan ketepatan dan keakuratan dalam menghitung dan membebankan biayanya sesuai dengan jumlah aktivitas yang dikonsumsi dalam pembuatan produk tersebut. Perhitungan biaya produksi ini sangat penting untuk menentukan harga jual barang yang pada akhirnya akan berpengaruh pada laba dan kelangsungan hidup perusahaan. Perhitungan harga pokok produksi yang digunakan oleh CV. Jawa Dipa adalah perhitungan harga pokok produksi dengan sistem tradisional yang dapat 3
menimbulkan distorsi biaya yaitu pembebanan biaya akan terlalu tinggi untuk produk bervolume banyak dan pembebanan biaya yang terlalu rendah untuk produk bervolume sedikit. Dalam Sistem Tradisional seluruh biaya akan dikelompokkan menjadi satu yang dialokasikan kepada biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, jumlah jam mesin dan jumlah unit yang dihasilkan yang dinilai kurang tepat. Ketidaktepatan dalam menentukan harga pokok produksi akan berpengaruh pada penentuan harga jual produk, sehingga apabila Harga Pokok Produksi yang dibebankan terlalu tinggi akan menyebabkan harga jual yang tinggi pula, dan dapat mengakibatkan perusahaan kalah saing dengan perusahaan lain yang mempunyai harga jual lebih rendah. Begitu juga sebaliknya apabila Harga Pokok Produksi yang dibebankan perusahaan terlalu rendah maka harga jual akan rendah juga sehingga perusahaan tidak dapat memperoleh laba secara maksimal. Perbedaan utama penghitungan harga pokok produk antara akuntansi biaya Tradisional dengan ABC adalah jumlah cost driver (pemicu biaya) yang digunakan. Dalam sistem penentuan harga pokok produk dengan metode ABC menggunakan cost driver dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam sistem akuntansi biaya tradisional yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit (Marismiati 2011).Karena permasalahan tersebut maka diadakan penelitian mengenai penentuan harga pokok produksi perusahaan Mebel CV. Jawa Dipa dengan metode Tradisional dan Activity-Based Costing System. 4
B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka masalah yang dapat
diidentifikasi adalah: 1.
Informasi biaya yang tepat dan akurat sangat dibutuhkan oleh manajer untuk menentukan Harga Pokok Produksi.
2.
Harga Pokok Produksi merupakan seluruh biaya yang digunakan untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi dalam satu periode tertentu.
3.
Perhitungan Harga Pokok Produksi yang digunakan CV. Jawa Dipa masih menggunakan Sistem Tradisional sehingga dapat menimbulkan distorsi biaya, baik itu overcost maupun undercost.
4.
CV. Jawa Dipa belum menerapkan Activity-Based Costing System dalam menentukan Harga Pokok Produksi.
5.
Ketepatan dan kecermatan dalam penentuan Harga Pokok Produksi berpengeruh pada penentuan harga jual pada CV. Jawa Dipa.
6.
Keuntungan CV. Jawa Dipa kurang optimal karena Harga Pokok Produksi tidak sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkan.
C.
Pembatasan Masalah Penelitian Berdasarkan judul skripsi, “Penentuan Harga Pokok Produksi dengan sisten
tradisional dan activity-based costing system untuk menentukan ketepatan harga pokok produksi mebel CV. Jawa Dipa”, maka pembatasan masalah penelitian yang penulis bahas adalah menganalisis ketepatan perhitungan Harga Pokok Produksi 5
dengan menggunakan Sistem Tradisional dan Activity-Based Costing System mebel CV. Jawa Dipa pada tahun 2012. D.
Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah: 1.
a) Bagaimana perhitungan Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional Mebel CV. Jawa Dipa? b) Bagaimana perhitungan Harga Pokok Produksi Activity-Based Costing System Mebel CV. Jawa Dipa?
2.
Bagaimana ketepatan perhitungan Harga pokok produksi mebel CV. Jawa Dipa?
E.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
a)
Untuk mengetahui hasil perhitungan Harga Pokok Produksi Mebel CV. Jawa Dipa menggunakan Sistem Tradisional.
b)
Untuk mengetahui hasil perhitungan Harga Pokok Produksi Mebel CV. Jawa Dipa menggunakan Activity-Based Costing System.
2.
Untuk mengetahui ketepatan metode perhitungan Harga Pokok Produksi Mebel CV. Jawa Dipa.
F.
Signifikasi Penelitian
1.
SignifikansiTeoritis 6
Mulyadi (2007: 50), akuntansi biaya Tradisional didesain untuk perusahaan manufaktur dan hanya berfokus ke biaya produksi, sedangkan ABC system didesain untuk berbagai jenis organisasi dan menggunakan aktivitas sebagai basis untuk mengukur, mengklasifikasikan, mencatat, dan menyediakan data biaya. Dan ABC system berfokus pada
pengurangan biaya, dan tidak hanya terhadap pada biaya
produksi saja, namun mencakup biaya diseluruh tahap pembuatan produk, sejak tahap desain dan pengembangan sampai dengan tahap penjualan. Penelitian ini mendukung pendapat dari Mulyadi, bahwa perhitungan biaya menggunakan ABC system lebih baik daripada perhitungan biaya menggunakan sistem Tradisional. Signifikansi Praktis
2. a.
Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan membantu perusahan dalam menentukan Harga Pokok Produksi menggunakan metode Activity-Based Costing System.
b.
Bagi Peneliti Dapat membandingkan pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah dengan praktek yang ada di perusahaan serta menambah pengetahuan di bidang akuntansi dalam menentukan Harga Pokok Produksi.
c.
Bagi pihak lain atau pembaca
7
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan tentang perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan metode Activity-Based Costing System bagi pihak lain atau pembaca.
8