1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pada saat ini persaingan perdagangan di Indonesia semakin pesat. Baik perusahaan dagang maupun perusahaan jasa. Dengan adanya persaingan tersebut, maka perusahaan akan mengevaluasi dan memperbaiki sebagian besar strateginya, yaitu dimana semua potensi sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam hal ini adalah sumber daya manusia harus dioptimalkan untuk mencapai visi dan misi perusahaan. Dalam peningkatan sumber daya manusia perusahaan melakukan beberapa hal, melalui penciptaan keunggulan bersaing yang tinggi sehingga dapat mempertahankan kondisi perusahaan serta mampu bersaing dengan perusahaan lain. Peningkatan persaingan ekonomi yang semakin global menuntut perusahaan untuk membuat perubahan besar, diperlukan restrukturisasi terhadap strategi perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Persaingan yang ketat dan kemajuan adalah salah satu perbaikan di bidang teknologi terhadap pengukuran kinerja. Restrukturisasi yang berhasil tidak hanya membutuhkan inovasi dalam cara pandang organisasi dan pengukuran kinerja, tetapi dengan mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi pengukuran kinerja tersebut, akan menjadi tantangan terbesar yang akan dihadapi perusahaan.
2
Banyak perusahaan yang mempunyai suatu sistem penilaian seperti penilaian prestasi tetapi kurang memberikan keberhasilan kepada perusahaan. Sistem yang dicari perusahaan adalah suatu sistem penilaian prestasi yang memonitor faktor kunci keberhasilan dari perusahaan. Dengan mempunyai sistem tersebut diharapkan perusahaan bertahan dan bersaing dari sisi financial maupun sistem non-financial. Karena saat ini kedua perangkat tersebut jika digabungkan akan memberikan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi secara cepat dan tujuan utama perusahaan yaitu mencapai tingkat laba yang maksimal akan mudah tercapai. Penilaian prestasi kerja digunakan sebagai pedoman keputusan manajer dan untuk mengevaluasi kinerja manajer serta unitnya. Perusahaan perlu untuk menentukan ukuran dan imbalan untuk pembuat keputusan. Ukuran tersebut kemudian digunakan sebagai pedoman dan pendorong untuk memudahkan koordinasi antara tujuan manajer dan unit bisnis dengan keseluruhan tujuan perusahaan. Dalam suatu perusahaan diperlukan tolok ukur kinerja keuangan internal yang lebih menuju kepada aspek pertanggungjawaban biaya daripada manajemen biaya menciptakan hambatan dalam proses pengambilan keputusan. Dengan adanya pemberdayaan para pelanggan eksternal dan internal diharapkan terjadi perubahan produk dan proses daur produk yang cenderung semakin pendek. Selain itu dapat menciptakan lingkungan kerja yang mengacu pada strategi dan
3
proses keseluruhan perusahaan untuk bertindak cepat terhadap perubahan dalam kompetisi perusahaan, pasar dan teknologi. Sistem tolok ukur kinerja yang akan dibahas adalah penilaian prestasi kerja pada perusahaan. Penilaian prestasi kerja dilakukan dengan membandingkan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, menganalisa
penyimpangan-penyimpangan
yang
terjadi
dan
mencoba
memperbaikinya, serta dapat juga menerapkan suatu sistem yang baru. Rencana ini harus sesuai dengan kemampuan perusahaan, kondisi ekonomi dan faktor lain yang mempengaruhi perekonomian. Dari hasil penilaian prestasi kerja, diharapkan manajemen dapat memperoleh input yang berguna untuk mengatasi konflik dan masalah dalam organisasi tersebut dan bagi pengambilan keputusan dikemudian hari serta dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Manajer mungkin diinstruksikan untuk memaksimalkan pendapatan operasional, return on investment (ROI), atau return on asset (ROA), atau residual income (RI). Untuk kepentingan membuat ukuran kinerja pada periode yang ada kelihatan baik, manajer mungkin terpengaruh untuk membuat keputusan yang tidak berdampak pada kepentingan jangka panjang perusahaan. Pengukuran kinerja tradisional tidak mencukupi untuk menilai bagaimana perusahaan yang telah direstrukturisasi berjalan. Kebanyakan sistem pengukuran kinerja tradisional, dalam akuntansi keuangan, didasarkan pada pengukuran aset secara fisik dan berwujud. Akan tetapi, dalam perkembangan ekonomi saat ini banyak aset tidak berwujud, seperti kepuasan konsumen, mempunyai dampak
4
yang berarti terhadap kesuksesan perusahaan. Perbedaan antara nilai buku perusahaan dengan nilai pasarnya, yang seringkali lebih besar sepuluh kali atau bahkan lebih besar, adalah bukti dari kekurangan mekanisme akuntansi yang ada. Menurut Kaplan dan Atkinson (1998:367), kemampuan perusahaan untuk memobilisasi dan memanfaatkan aset tidak berwujudnya lebih menentukan daripada investasi dan mengelolah aset fisik atau berwujud. Aset tidak berwujud memungkinkan perusahaan untuk membangun hubungan dengan konsumen yang mempertahankan kesetiaan dari konsumen yang sudah ada dan memungkinkan untuk melayani segmen pasar dan konsumen baru secara efektif dan efisien, memperkenalkan produk dan jasa inovatif yang diinginkan oleh segmen konsumen yang ditargetkan, menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tinggi dengan biaya yang rendah dan dengan waktu tunggu (lead time) yang pendek, memobilisasi keahlian dan motivasi karyawan untuk perbaikan berlanjut dalam kapabilitas proses, kualitas, dan waktu respon, mengembangkan teknologi informasi, data base, dan sistem. Secara tradisional, sistem pengukuran kinerja mempunyai bias keuangan dan berpusat pada masalah pengawasan. Akibatnya, mereka mengabaikan persoalan utama yaitu menghubungkan kinerja operasional dengan tujuan strategis dan hasil kinerja kepada keseluruhan tingkatan dari organisasi, demikian pendapat dari John Corrigan dalam tulisannya yang berjudul The Balanced Scorecard – The New Approach to Performance Measurement, sebagaimana yang dikutip dari jurnal Australian Accountant (1995:47).
5
Robert Kaplan dalam tulisannya yang berjudul Devising Balanced Scorecard Matched to Business Strategy, sebagaimana yang dikutip dari jurnal Planning Review (1995:15), menyatakan bahwa ukuran keuangan tradisional, dan bahkan variasi model keuangan terbaru seperti economic value added (EVA), mencerminkan transaksi yang telah terjadi. Sistem pengukuran tradisional dapat menjadi pedang bermata dua bagi manajer operasi. Banyak transaksi yang dibuatnya seperti pengeluaran dalam riset dan pengembangan keahlian, dan membuka saluran distribusi yang baru, dapat memperbesar nilai pemegang saham dan menciptakan nilai jangka panjang. Robert Kaplan dan David Norton Berpendapat bahwa kompleksitas dalam mengelolah perusahaan mengharuskan manajer mampu melihat kinerja dalam beberapa bidang secara bersamaan. Untuk itulah mereka mengembangkan konsep yang disebut dengan The Balanced Scorecard yang mana mengukur kinerja perusahaan berdasarkan empat sudut pandang, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced Scorecard memusatkan pada faktor yang mana menciptakan nilai ekonomis jangka panjang dan keuntungan strategis pada organisasi, yaitu memusatkan pada pelanggan, karyawan dan proses. Balanced Scorecard merupakan hal yang baru di Indonesia dan hampir tidak ada perusahaan yang menerapkannya. Dalam kondisi perekonomian saat ini, dimana krisis moneter telah mengakibatkan menurunnya kinerja perusahaan (dilihat dari sudut pandang keuangan) di Indonesia dan pengukuran kinerja yang
6
ada tidak memadai untuk mengukur kinerja perusahaan tersebut, Balanced Scorecard menjadi alternatif yang terbaik dalam mengukur kinerja perusahaan. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian
dengan
judul
“PENERAPAN
BALANCED
SCORECARD SEBAGAI PENILAIAN PRESTASI KERJA PADA PT TELKOM YOGYAKARTA”.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem penilaian prestasi kerja di PT Telkom Yogyakarta? 2. Apakah
Balanced Scorecard dapat diterapkan sebagai
penilaian prestasi
kerja pada PT Telkom Yogyakarta?
1.3. Batasan Masalah Dalam menyusun skripsi ini, penulis membatasi pembahasannya hanya pada beberapa hal, yaitu: 1. Didalam melakukan pengukuran Balanced Scorecard ini, perlu diperhatikan adanya empat perspektif yang saling terkait. Pengukuran keempat perspektif tersebut adalah: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
7
2. Penelitian dilakukan pada karyawan yang bekerja pada PT Telkom Yogyakarta dan pelanggan PT Telkom Yogyakarta. 3. Balanced Scorecard yang digunakan berdasarkan Teori Balanced Scorecard Robert Kaplan dan David Norton. 4. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2005.
1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui sistem penilaian pretasi kerja yang selama ini diterapkan oleh PT Telkom Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui apakah
Balanced Scorecard
dapat diterapkan dalam
sistem penilaian prestasi kerja karyawan pada PT Telkom Yogyakarta.
1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis Adalah untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Duta Wacana. 2. Bagi PT Telkom Yogyakarta Untuk memberikan masukan tentang sistem pengukuran kinerja Balanced Scorecard, yang menyediakan kerangka kerja yang lengkap yang dapat menerjemahkan visi dan strategi perusahaan kedalam suatu bentuk ukuran
8
kinerja yang saling berkaitan, sehingga dapat memperbaiki kinerja perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. 3. Bagi Pihak Lain Bahan informasi dan sumbangan pemikiran yang dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
1.6. Kerangka Pemikiran Pengukuran kinerja dalam perusahaan sangatlah penting karena hasilnya digunakan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan guna mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Agar keputusan yang diambil tepat maka hasil pengukuran kinerja yang digunakan haruslah tepat juga. Untuk itu diperlukan suatu pengukuran kinerja yang efektif dan dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat pula. Pengukuran kinerja tradisional yang digunakan selama ini selalu dikaitkan dengan kinerja keuangan perusahaan saja. Hal ini membuat para manajer terlalu fokus pada pengukuran kinerja keuangan saja dan berusaha untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan dalam jangka pendek serta tidak memperhatikan indikator-indikator lainnya seperti kepuasan konsumen, yang berpengaruh pada kinerja perusahaan di masa depan. Pengukuran kinerja keuangan juga mencerminkan transaksi-transaksi yang telah terjadi dan hanya mengukur beban bukan nilai yang telah diciptakan.
9
Walaupun saat ini telah banyak perusahaan yang memperhatikan pengukuran kinerja non-keuangan, tetapi pengukuran kinerja tersebut hanya melaporkan pelaksanaan strategi di masa lalu dan memberikan sedikit pedoman tentang bagaimana menuju masa depan serta ukuran yang digunakan terlalu umum dan tidak dihubungkan dengan tujuan strategi yang khusus yang dapat memberikan keunggulan kompetitif. Pengukuran kinerja non-keuangan hanya digunakan pada tingkatan rendah pada organisasi sebagai pengawasan dan pengukuran kinerja keuangan digunakan pada tingkatan yang lebih tinggi sebagai kontrol manajemen. Dengan adanya kelemahan-kelemahan pada sistem pengukuran kinerja yang ada maka diperlukan suatu pengukuran kinerja baru yang dapat memperbaiki kelemahan pada pengukuran kinerja keuangan (tradisional) maupun non-keuangan. Balanced Scorecard tidak hanya fokus pada ukuran keuangan saja, tetapi juga memperhatikan sejumlah ukuran lainnya yang terintegrasi, seperti perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, sehingga tujuan jangka panjang dapat tercapai. Penilaian prestasi kerja PT Telkom Yogyakarta bertujuan untuk memberikan penilaian kepada karyawan atas tugas dan tanggung jawab yang dilaksanakannya. Hasil dari penilaian tersebut digunakan untuk membantu pengambilan keputusan oleh pihak manajemen PT Telkom Yogyakarta.
10
Penilaian prestasi kerja PT Telkom Yogyakarta pada perspektif keuangan merupakan indikator perusahaan dalam menetapkan strategi, implementasi, dan pelaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Untuk mengukur kinerja perusahaan harus ditentukan dengan kinerja keuangannya. Dengan strategi pertumbuhan dan pendapatan usaha, maka tolok ukur keuangan dijadikan tolok ukur kinerja bisnis yang utama. Untuk menilai tingkat keberhasilan dalam pencapaian sasaran strategis adalah dengan menggunakan ROI (Return On Investment ) dan ROE (Return On Equity). Penilaian Prestasi kerja pada perspektif pelanggan adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan mutu layanan jasa yang diberikan oleh PT Telkom Yogyakarta pada setiap pelanggan, sehingga kepuasan pelanggan dapat ditingkatkan. Penilaian
prestasi
kerja
pada
perspektif
proses
bisnis
internal
memperlihatkan semua proses yang diperlukan untuk mengembangkan produk andalan dan mengembangkan teknologi imformasi dan kerja sama antar karyawan PT Telkom. Penilaian prestasi kerja pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah
mengidentifikasi
apa
yang
harus
organisasi
lakukan
untuk
mengembangkan kemampuan karyawan dan meningkatkan kualitas profesional kerja serta meningkatkan pengawasan dan budaya patuh pada aturan.
11
Gambar Bagan Kerangka Pemikiran PERFORMANCE
Menentukan tingkat efektifitas perusahaan terhadap organisasi, bagian organisasi, dan karyawan dalam melakukan kegiatan operasionalnya
Keuangan
Suatu sistem pengukuran yang memusatkan perhatian pada sisi keuangan tanpa melihat susut pandang lainnya
Balanced Scorecard
Perspektif Keuangan
Perspektif Pelanggan
ROI
ROE
Meningkatkan kepuasan pelanggan
Meningkatkan mutu pelayanan
Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Mengembangkan produk andalan
Meningkat kan kualitas profesional
Mengembang kan teknologi informasi dan kerja sama
Meningkat kan pengawasa n dan budaya patuh pada aturan
12
1.7. Hipotesis a.
Penilaian prestasi kerja pada PT Telkom sudah sesuai dengan konsep Balanced Scorecard.
b.
Balanced Scorecard dapat diterapkan sebagai penilaian prestasi kerja pada PT Telkom Yogyakarta.
1.8. Metode Penelitian 1.8.1. Metode Pengumpulan Data 1.
Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh dari perusahaan dimana penulis melakukan pengamatan. Adapun metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini, meliputi: a.
Observasi, merupakan metode pengumpulan data, dimana data diperoleh langsung dari perusahaan, tempat penulis melakukan pengamatan. Adapun data yang diperoleh dalam observasi ini, yaitu data mengenai sumber daya manusia dan laporan keuangan.
b.
Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara dengan responden.
13
c.
Kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan menyebarkan pertanyaan kepada responden dengan harapan mereka akan memberikan tanggapan atas pertanyaan tersebut.
2.
Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan studi kepustakaan dengan arti bahan-bahan yang dibutuhkan diperoleh dari buku-buku literatur, catatan kuliah, dan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
1.8.2. Metode Pengambilan Sampel Sampling adalah suatu cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil sampel dari suatu populasi yang karateristiknya hendak diselidiki dan dianggap mewakili seluruh populasi tersebut (Djarwanto dan Pangestu subagyo, 1993:111). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive random sampling yaitu responden yang bekerja di PT Telkom Yogyakarta. Purposive random sampling adalah teknik sampling yang memberi peluang sama kepada anggota
populasi
untuk
dipilih
menjadi
anggota
sampel.
Dengan
menggunakan metode ini, maka pengambilan sampel dilakukan kepada karyawan yang bekerja di PT Telkom Yogyakarta. Responden yang terkumpul sebanyak 50 responden. Selain itu sampel penelitian pelanggan diambil dari populasi pelanggan PT Telkom Yogyakarta yang menggunakan layanan dan jasa Telkom. Untuk
14
menguji hipotesis dalam penelitian ini diperlukan sampel efektif paling sedikit 50 responden.
1.8.3. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan variabel sebagai berikut: a.
Pengantar kuesioner, sebagai penjelasan dan permohonan kerjasama dari penulis kepada para responden (karyawan) yang mengisi kuesioner.
b.
Profil responden yang terdiri dari: 1)
Jenis Kelamin:
- Pria - Wanita
2)
3)
Usia:
-
Dibawah 25 tahun
-
25-30 tahun
-
31-35 tahun
-
36-40 tahun
-
Diatas 40 tahun
Lama Bekerja di perusahaan:
- Kurang dari 1 tahun - 1-3 tahun - 4-6 tahun - Diatas 6 tahun
4)
Pendidikan:
- SMA / Sederajat - Akademi / Sederajat
15
- Strata 1 / S1 - Diatas S1 c.
Perihal yang diteliti: 1)
Sistem penilaian prestasi kerja yang selama ini di terapkan oleh PT.Telkom Yogyakarta.
2)
Penerapan Balanced Scorecard pada sistem prestasi kerja yang baru.
Pada
perspektif
keuangan,
perspektif
pelanggan,
perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. 1.9. Analisis Data Analisis data yang diperoleh selama penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Data perlu dianalisis agar benar-benar didapat data yang akurat, informatif, dan relevan untuk mendukung hipotesis. Dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk mengumpulkan, menyiapkan, dan menganalisis data agar dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai obyek yang diteliti sehingga didapat hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk melakukan penelitian ini, penulis menganalisa data dengan menggunakan: 1.
Metode Kuantitatif a. Uji Validitas
16
Dalam penelitian ini, pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner akan diuji validitasnya. Validitas adalah dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana data yang ditampung pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang ingin diukur. Untuk itu penulis mengambil 30 sampel guna mewakili seluruh sampel yang ada. Jika rxy lebih besar dari r tabel pada tingkat signifikan 5% maka data dinyatakan valid. Untuk menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dan skor total maka penulis menggunakan rumus Korelasi Product Moment r=
n(∑ xy ) − (∑ x ∑ y )
[n∑ x − (∑ x )][n∑ y − (∑ y )] 2
2
2
2
Dimana: x = skor y = skor total n = jumlah responden b. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila alat ukur digunakan berulang kali. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner hendaknya dibuat sedemikian rupa, sehingga jika diisi berulang oleh responden maka juga akan relatif konsisten. Item-item yang akan diukur
adalah
item-item
yang
valid.
Pengukuran
reliabilitas
17
menggunakan teknik belah dua, yaitu dengan mengkorelasikan item yang bernomor ganjil dengan yang bernomor genap dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment.
rxy =
[n∑ x
n∑ xy − (∑ x )(∑ y )
][
− (∑ x ) n∑ y 2 − (∑ y ) 2
2
2
]
Keterangan: rxy =
koefisien korelasi antara item bernomor ganjil dengan item bernomor genap
n=
jumlah item bernomor ganjil
x=
nilai item yang bernomor ganjil
y=
nilai item yang bernomor genap.
Setelah itu dimasukkan rumus korelasi Spearman Brown sebagai berikut:
rxy =
2r 1+ r
Keterangan: rxy =
koefisien rentabilitas
r=
koefisien korelasi antara item bernomor genap dengan item bernomor ganjil
18
Dengan tarif signifikan = 5% (0,05) jika rxy lebih besar dari rtabel. Maka kuesioner sebagai alat ukur sudah dapat memenuhi syarat reliabilitas. 2.
Analisis Prosentase Analisa prosentase ini dimaksudkan untuk mengukur jumlah prosentase responden. Rumus: fr =
frekuensiresponden *100% totalresponden
Untuk analisis persentase digunakan program SPSS. 4.
Metode deskriptif kualitatif Analisa ini berhubungan dengan kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis data yang tidak dapat diukur atau tidak bisa dihitung dengan menggunakan angka-angka dan memerlukan penjabaran secara uraian.
Adapun metode pendekatan Balanced Scorecard yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis sistem penilaian prestasi kerja pada PT Telkom Yogyakarta. a. Menentukan visi dan misi yang digunakan oleh perusahaan. b. Menganalisis sistem penilaian yang digunakan oleh PT Telkom.
19
2. Menganalisis Penerapan Balanced Scorecard sebagai penilaian prestasi kerja. a. Perspektif Keuangan Perspektif yang mengukur pada sisi keuangan, yaitu profitability dan Return On Investment (ROI), dimana rasio yang mengukur mengenai kemampuan perusahaan dengan seluruh dana yang diinvestasikan dalam aktiva perusahaan guna memperoleh keuntungan dan profitability. Selain itu perspektif keuangan dapat diukur dengan menggunakan ROE (Return On Equity) yaitu persentase laba kotor dibandingkan dengan total ekuitas. Adapun Return On Investment dan Return On Equity ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikuit: ROI =
NetIncomeBeforeTax Investment
ROE =
NetIncomeBeforeTax Equity
b. Perspektif Pelanggan Dalam perspektif pelanggan, pengukurannya dilakukan dengan cara pembagian kuesioner kepada pelanggan PT Telkom. c. Perspektif Proses Bisnis Internal Pengukuran proses bisnis internal perusahaan dilakukan dengan menggunakan analisis Value chain yaitu manajemen mengidentifikasi proses internal bisnis yang kritis yang harus diunggulkan perusahaan. Scorecard dalam perspektif ini memungkinkan manajer untuk mengetahui
20
seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk dan atau jasa mereka sesuai dengan spesifikasi pelanggan. d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Untuk mengetahui meningkatnya kapabilitas karyawan dan meningkatnya komitmen karyawan, pengukuran dilakakuan dengan cara membagi kuesioner kepada karyawan yang bekerja di PT Telkom Yogyakarta.