BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pada
dasarnya
perusahaan
didirikan
tidak
hanya
untuk
menghasilkan suatu produk ataupun jasa, perusahaan juga dituntut untuk dapat
terus
bertahan
dan
melangsungkan
hidup.
Perusahaan
mengharapakan laba yang besar dari setiap produk atau jasa yang dihasilkannya. Untuk itu, perusahaan akan merencanakan dengan sebaikbaiknya
segala sesuatu yang akan dilakukan untuk
maupun untuk jangka panjang. Guna
jangka pendek
mempertahankan eksistensi
perusahaan dalam persaingan bisnis, beragam upaya dilakukan oleh manajemen perusahaan. Mulai dari ekspansi usaha, inovasi produk, diferensiasi produk yang pada akhirnya berdampak pada kebutuhan dana yang semakin meningkat. Kebutuhan dana yang terus meningkat seiring dengan peningkatan aktivitas perusahaan akan menyulitkan perusahaan tersebut untuk memenuhinya. Oleh sebab itu, dibutuhkan pihak lain yang mampu memberikan pendanaan kepada perusahaan seperti investor ataupun kreditur. Salah satu bentuk informasi yang dibutuhkan oleh para pengambil keputusan, terutama bagi investor atau kreditur adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan bagian utama dalam pelaporan yang dapat 1
2
dijadikan sarana penting untuk
mengkomunikasikan informasi kepada
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan baik internal maupun eksternal. Namun hal ini sulit terjadi karena adanya
konflik
kepentingan antara manajemen dan pengguna laporan keuangan lainnya termasuk
investor dan kreditur karena setiap pihak berusaha untuk
mencapai kepentingannya masing-masing.Manajemen laba merupakan fenomena yang sukar untuk dihindari karena fenomena ini merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan (scott, 2006). Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan
kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan
merupakan hasil akhir dari proses akuntansi dan merupakan cerminan dari kondisi suatu perusahaan. Dalam laporan keuangan terdapat informasiinformasi yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas hasil kerja yang telah dilakukan, dengan
kata lain laporan keuangan merupakan salah satu
sarana mengukur kinerja manajemen perusahaan.Laporan keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana mereka. Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil. Akuntansi berbasis akrual mempunyai keunggulan
3
bahwa informasi laba perusahaan dan pengukuran komponennya berdasarkan akuntansi akrual secara umum memberikan indikasi lebih baik tentang kinerja ekonomi perusahaan daripada informasi yang dihasilkan dari aspek penerimaan dan pengeluaran kas terkini (FASB, 1978).
Namun, akuntansi
akrual
juga
memiliki
kelemahan.
Penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metoda akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk
tujuan
tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba atau earnings management. Manajemen laba dilakukan oleh manajer atau penyusun laporan keuangan karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukan. manajemen laba dapat memberikan gambaran tentang perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan usaha pada suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk merekayasa data keuangan. Manajemen laba dapat diartikan dalam berbagai cara, Levitt (1998) mengartikannya sebagai sebuah trik akuntansi dimana fleksibilitas dalam penyusunan laporan keuangan digunakan atau dimanfaatkan oleh manajer yang berusaha untuk memenuhi pendapatan. Healy (1999) menjelaskan bahwa manajemen laba terjadi bila manajer menggunakan kreativitasnya dalam penyusunan laporan keuangan dan mengatur transaksi untuk merubah laporan keuangan dengan tujuan
4
memberi kesan tertentu atau mempengaruhi tindakan para stakeholders yang bergantung laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah perusahaan karena mencerminkan kondisi perusahaan. Laporan keuangan juga digunakan oleh pihak eksternal perusahaan (investor) dalam mengambil keputusan. Selain itu laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan oleh manajemen atas sumber daya pemilik. Laporan keuangan perusahaan merupakan sarana utama yang dapat digunakan oleh pihak eksternal dalam melakukan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan penanaman
investasi
saham
dalam
perusahaan
tersebut.
Tujuan
dilakukannya pelaporan keuangan adalah untuk menyampaikan informasi yang membantu para penggunanya dalam membuat keputusan yang tepat. Informasi yang terkandung didalam laporan keuangan tidak terlepas dari proses penyusunan laporan itu sendiri. Di dalam perusahaan sering kali terjadi perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dalam pembuatan laporan keuangan dengan para investor yang akan menggunakan laporan keuangan tersebut. Perbedaan kepentingan antara pihak manajer (principal) dan investor (agent) ini sesuai dengan teori agensi. Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa teori keagenan merupakan teori ketidaksamaan kepentingan antara principal dan agent. Principal mengharapkan return yang tinggi sedangkan agent mengharapkan kompensasi yang tinggi.
5
Melihat perbedaan kepentingan yang terjadi dalam perusahaan sering kali laba dalam laporan keuangan menjadi sasaran oleh pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba. Manajemen laba dilakukan oleh pihak perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Manajemen laba adalah tindakan manajer yang menaikkan (menurunkan) laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang (Fischer dan Rozenzwig, 1995 dalam Agustin, 2012). Manajemen laba dapat dipandang sebagai hal yang positif apabila memberikan keuntungan bagi perusahaan dengan banyaknya investor yang menaruh modal di perusahaan. Manajemen laba dipandang negatif apabila digunakan oleh pihak manajer untuk mendapatkan bonus, kenaikan jabatan sehingga hal ini dapat merugikan perusahaan. Peran dari corporate governance dalam beberapa tahun terakhir ini sangat mendasar, tidak dapat dipisahkan dari usaha manajemen perusahaan selain untuk untuk mencapai laba yang diinginkan namun juga dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja perusahaan. Contoh kasus manajemen laba di Indonesia yang dilaporkan oleh Bapepam terjadi pada PT Kimia Farma pada tahun 2002 karena kesalahan pencatatan dan penjualan sehingga menyebabkan profit overstated sebesar Rp 32,7 miliar untuk periode akuntansi tahun 2001. Sedangkan pada PT Indofarma pada tahun 2004 terdapat kesalahan pencatatan persediaan barang dalam proses sehingga terdapat kasus profit overstated sebesar Rp 28,87 miliar. Adapun
6
contoh dari mancanegara dilaporkan oleh AAER (Accounting and Auditing Enforcement Releases) yang merupakan divisi dari SEC (Security and Exchange Commission) pada perusahaan Intile Design yang menilai persediaan terlalu kecil agar pajak property menjadi lebih rendah pada tahun 2000. Sedangkan contoh yang lain terdapat pada ABS Industries yang membukukan penjualan tanpa adanya pesanan dari pelanggan, untuk memenuhi target penjualan pada tahun 2000. Praktik yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam melakukan penaikan, maupun penurunan laba untuk kepentingan pribadi maupun kelompok. Praktik manajemen laba dapat menurunkan kualitas dari laporan keuangan yang dihasilkan, selain itu praktik ini dapat mengurangi kredibilitas dari laporan keuangan suatu perusahaan di masyarakat sebagai pengguna laporan keuangan. Perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dan pemegang saham yang disebabkan pemisahan wewenang yang pada awalnya ditujukan untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas dimana pemilik perusahaan memberikan wewenang pada pengelola untuk mengurus jalannya perusahaan seperti mengelola dana dan mengambil keputusan perusahaan atas nama pemilik. Penilaian mengenai kinerja sebuah perusahaan dipengaruhi oleh bagaimana pengambilan keputusan dan kebijakan selama dilakukannya proses penyusunan dari laporan keuangan tersebut. Salah satu bentuk komunikasi didalam perusahaan adalah penyampaian laporan keuangan yang digunakan untuk membantu pembuatan keputusan bisnis yang
7
berkesinambungan dengan perusahaan sebagai upaya meningkatkan kinerja dari perusahaan tersebut. Sehingga, keadaan yang terjadi didalam perusahaan tersebut harus disajikan sebenar-benarnya. Informasi mengenai laba (earnings) yang terkandung di dalam sebuah laporan keuangan perusahaan seringkali dijadikan objek tindakan oportunis bagi pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba. Manajemen laba dilakukan guna untuk memenuhi tujuan individual para agen (pihak manajemen). Salah satu cara yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk mengendalikan terjadinya manajemen laba dan meminimalisasi konflik keagenan adalah dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Corporate governance merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan (FCGI, 2001). Untuk menerapkan corporate governance maka diperlukan suatu cara atau metoda yang disebut dengan mekanisme corporate governance. Penelitian ini merupakan penggabungan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini menggabungkan variabel-variabel mekanisme corporate governance seperti komite audit, kualitas auditor,
8
proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, dan kepemilkan manajerial. Selain itu penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian. Alasan diambilnya perusahaan manufaktur perusahaan manufaktur mempunyai banyak sekali sektor apabila dibanding dengan perusahaan jenis lain yaitu sebanyak 19 sektor (55%) dari jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menyebabkan banyak terjadi persaingan, dan hal ini akan mendorong perusahaan untuk melakukan manajemen laba agar terlihat lebih baik dari perusahaan pesaing. Menurut Na’im dan Hartono (1996) model akrual tidak cocok untuk perusahaan non manufaktur. Dari beberapa hasil temuan terdahulu diatas, dapat diringkas research gap pada tabel berikut ini : Tabel 1.1 Ringkasan Research Gap Penelitian Terdahulu Peneliti
Steweni Nugraheni ,Yeterina Widi,dan Hans Hananto Andreas (2015) Sri Dewi Lestari, Ni Gusti Putu Wirawati (2016)
Corporate Governance
Komite Audit
Kualitas Auditor
Dewan Komisaris Independen
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Manajerial
-
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Berpengaruh Signifikan
Berpengaruh Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
-
-
-
-
-
9
Peneliti
Riski Saraswati, Sulistiyo, Rita Indah Mustikow ati (2014) Luh Made Dwi Parama Yogi, I Gusti Ayu Eka Damayant hi (2016) I G A A Prabaning rat, A. A. GP. Widanapu tra (2015)
Corporate Governance
Komite Audit
Kualitas Auditor
Dewan Komisaris Independen
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Manajerial
Signifikan
Tidak Signifikan
-
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
-
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Siginifikan
-
-
Signifikan
-
-
10
Dengan melihat hasil penelitian terdahulu, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang menyimpulkan hasil pengaruh Corporate Governance, Komite Audit, Kualitas Auditor, Dewan Komisaris Independen, Kepemlikian Institusional dan Kepemilikan Manajerial terhadap manajemen laba. Namun hasil penelitian masih belum jelas mengenai pengaruh Corporate Governance, Komite Audit, Kualitas Auditor, Dewan Komisaris Independen, Kepemlikian Institusional serta Kepemilikan Manajerial terhadap terjadinya manajemen laba. Oleh karena itu penulis termotivasi untuk menekankan melakukan pengujian kembali terhadap variabel tersebut dengan harapan untuk memperoleh hasil yang konsisten. Tujuan penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia, dimana indikator mekanisme corporate governance yang digunakan adalah komite audit, kulitas auditor, proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi investor karena investor dapat mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance dalam perusahaan terhadap manajemen laba sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini juga diharapakan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan agar perusahaan semakin memahami pentingnya mekanisme corporate
11
governance dalam perusahaannya sehingga manajemen laba yang dilakukan dapat terkendali. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti menyusun skripsi dengan judul “PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA ( Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2015)”
1.2 Perumusan Masalah Mengacu berdasarkan latar belakang di atas hal ini meyebabkan banyak terjadi persaingan dan hal ini akan mendorong perusahaan untuk melakukan manajemen laba agar terlihat lebih baik dari perusahaan pesaing. Sehingga dari permasalahan tersebut perlu dilakukan penelitian secara khusus yang mengkaji masalah Manajemen Laba. Berdasarkan hal tersebut dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah Komite Audit berpengaruh terhadap Manajemen Laba? 2. Apakah Kualitas Auditor berpengaruh terhadap Manajemen Laba? 3. Apakah Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap Manajemen Laba? 4. Apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Manajemen Laba?
12
5. Apakah Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Manajemen Laba?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain : 1. Untuk
menguji
dan
menganalisis
apakah
Komite
Audit
apakah
Kualitas
Audit
berpengaruh terhadap Manajemen Laba 2. Untuk
menguji
dan
menganalisis
berpengaruh terhadap Manajemen Laba 3. Untuk menguji dan menganalisis apakah Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap Manajemen Laba 4. Untuk menguji dan menganalisis apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Manajemen Laba 5. Untuk menguji dan menganalisis apakah Kepemilkan Manejerial berpengaruh terhadap Manajemen Laba
1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi pengembangan ilmu ekonomi sebagai sumber bacaan atau referensi yang
13
dapat memberikan informasi pada pihak–pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan ini.
2. Manfaat praktis a.
Bagi Manajemen Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak
manajemen perusahaan karena dapat memberikan informasi bagi perusahaan agar perusahaan semakin memahami pentingnya mekanisme corporate governance dalam perusahaannya sehingga manajemen laba yang dilakukan dapat terkendali. b. Bagi investor Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang faktor faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan karena investor dapat mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance dalam perusahaan terhadap manajemen laba sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini melibatkan enam variabel yang terdiri atas variabel terikat (dependen) dan lima variabel bebas (independen). Variabel bebas tersebut adalah Komite Audit, Kualitas Auditor, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional dan Kepemilkan Manajerial sedangkan variabel terikatnya adalah Manajemen Laba. Adapun definisi dari masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut :
3.1.1 Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan variabel independen. a. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen disebut juga sebagai variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen bisa dilambangkan dengan Y. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Manajemen Laba.
43
44
b. Variabel Independen (X) Variabel bebas adalah variabel yang diduga secara bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, dalam penelitian ini menggunakan 5 variabel independen, yaitu : 1. Komite Audit Komite audit dalam penelitian ini diukur dari jumlah anggota komite audit yang terdapat pada perusahaan dalam annual report (Agustin, 2012).
2. Kualitas Auditor Kualitas auditor diukur dengan skala nominal melalui variabel dummy. Angka 1 digunakan untuk mewakili perusahaan yang diaudit oleh KAP big four dan angka 0 digunakan untuk mewakili perusahaan yang diaudit oleh KAP non big four (Darsono,2011).
3. Proporsi Dewan Komisaris Independen Dalam penelitian ini proporsi dewan komisaris independen diukur menggunakan presentase antara jumlah anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dengan seluruh anggota dewan komisaris perusahaan (Guna dan Herawaty, 2010). PDKI =
jumlah anggota dewan komisaris dari luar perusahaan Seluruh anggota dewan komisaris perusahaan
45
4. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional dalam penelitian ini diukur menggunakan presentase antara jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi terkait dengan total modal saham yang beredar di perusahaan (Guna dan Herawaty, 2010). KI=
jumlah saham yang dimiliki institusi Total modal saham yang beredar di perusahaan
5. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan
institusional
dalam
penelitian
ini
diukur
menggunakan presentase antara jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan terkait dengan total modal saham yang beredar di perusahaan (Indriastuti, 2012). KM=
jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen Total modal saham yang beredar di perusahaan Berdasarkan uraian sebelumnya, maka definisi operasional variabel
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu komite audit,kualitas auditor,proporsi
dewan
komisaris
independen,kepemilikan
institusional,kepemilikan manajerial dapat diringkas pada tebel berikut ini:
46
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
No 1
Nama Variabel Manajemen Laba (Y)
Definisi Variabel
Indikator
Sumber
Manajemen laba
Manajemen laba diukur
merupakan
dengan menggunakan
tindakan
proksi discretionary
(Guna dan Herawaty, 2010).
manajemen yang
accruals yang diukur
dapat
dengan menggunakan
mempengaruhi
model Jones (1991).
angka laba yang dilaporkan.
2
Komite
Komite audit sesuai
Komite audit dalam
Audit (X1)
dengan Kep.
penelitian ini diukur
29/PM/2004 adalah
dari jumlah anggota
komite yang
komite audit yang
dibentuk oleh
terdapat pada
dewan komisaris
perusahaan dalam
untuk melakukan
annual report.
(Augustin,20 10)
tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. 3
Kualitas
Kepastian
Kualitas auditor diukur
Auditor
mengenai relevansi
dengan skala nominal
(X2)
dan keandalan dari
melalui variabel
laporan keuangan
dummy. Angka 1
perusahaan sangat
digunakan untuk
(Guna dan Herawaty, 2010).
47
No
Nama Variabel
Definisi Variabel
Indikator
diperlukan untuk
mewakili perusahaan
membantu pihak
yang diaudit oleh KAP
eksternal dalam
big four dan angka 0
mengambil suatu
digunakan untuk
keputusan bisnis
mewakili perusahaan
(Mayangsari, 2003
yang diaudit oleh KAP
dalam Guna dan
non big four.
Sumber
Herawaty, 2010). 4
Proporsi Dewan Komisaris Independen (X3)
Komisaris
Dalam penelitian ini
independen adalah
proporsi dewan
anggota komisaris
komisaris independen
yang tidak
diukur menggunakan
terafiliasi dengan
presentase antara
manajemen,
jumlah anggota dewan
anggota dewan
komisaris yang berasal
komisaris lainnya
dari luar perusahaan
dan pemegang
dengan seluruh anggota
saham pengendali,
dewan komisaris
serta bebas dari
perusahaan (Guna dan
hubungan bisnis
Herawaty, 2010).
dan hubungan
PDKI =
lainnya yang dapat
Jumlah anggota dewan
mempengaruhi
komisaris perusahaan
kemampuannya untuk bertindak
Seluruh anggota dewan
independen atau
komisaris perusahaan
bertindak sematamata demi kepentingan
(Guna dan Herawaty, 2010).
48
No
Nama Variabel
Definisi Variabel
Indikator
Sumber
perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Good Corporate Governance 2004 dalam Guna dan Herawaty, 2010).
5
Kepemilika n Institusiona l (X4)
Kepemilikan
Kepemilikan
Institusional
institusional dalam
merupakan
penelitian ini diukur
kepemilikan saham
menggunakan
perusahaan oleh
presentase antara
institusi keuangan
jumlah saham
seperti perusahaan
perusahaan yang
asuransi, bank,
dimiliki oleh institusi
dana pensiun, dan
terkait dengan total
investment
modal saham yang
banking, (Siregar
beredar di perusahaan
dan Utama, 2005;
(Guna dan Herawaty,
dalam Guna dan
2010).
Herawaty, 2010). I
KI=
(Guna dan Herawaty, 2010).
Jumlah saham yang dimilki institusi total modal saham yang bererdar diperusahaan 6
Kepemilika n
Kepemilikan
Kepemilikan
manajerial adalah
institusional dalam
(Indriastuti,2 012)
49
No
Nama Variabel Manajerial (X5)
Definisi Variabel
Indikator
kepemilikan saham
penelitian ini diukur
oleh manajemen
menggunakan
perusahaan yang
presentase antara
diukur dengan
jumlah saham
presentase jumlah
perusahaan yang
saham yang
dimiliki oleh pihak
dimiliki oleh
manajemen perusahaan
manajemen
terkait dengan total
(Sujono dan
modal saham yang
Soebiantoro, 2007;
beredar di perusahaan
dalam Sabrina,
KM=
2010).
Sumber
Jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen total modal saham yang beredar diperusahaan
Sumber : Diambil dari berbagai Jurnal
3.2
Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Penetuan Sampel
3.2.1 Objek Penelitian dan Unit Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2015.
50
3.2.2 Populasi dan Penentuan Sampel Penentuan sampel perusahaan dengan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: (1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015 dan menerbitkan annual report dari tahun 20112015; (2) Memiliki data mengenai komite audit, kualitas auditor, proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial. Berikut adalah langkah dalam pemilihan sampel penelitian yang digunakan: 1. Perusahaan manufaktur yang listing atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan memiliki data lengkap periode 2011-2015. 2. Perusahaan manufaktur dalam posisi laba secara berturut-turut pada periode 2011-2015 Alasan digunakannya periode tahun 2011-2015 adalah karena mengacun kepenelitian sebelumnya yaitu pada tahu 2009-2013 karena memnggunakan periode tang berbeda.
3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi, data sudah dikumpulkan oleh pihak instansi lain (J. Supranto, 1991). Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data
51
sekunder yang diambil dari laporan tahunan perusahaan dari tahun 20112015 yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.com) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
3.3.2 Sumber Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.com) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 3.4
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang listing di BEI melalui website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dari tahun 2011-2015.
3.5
Metode Analisis Manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan discretionary accruals yang dihitung dengan model Jones yang dimodifikasi, karena model ini dianggap lebih baik di antara model lain untuk mengukur manajemen laba. Kelebihannya, model ini memecah total akrual menjadi empat komponen utama akrual, yaitu discretionary current accrual, discretionary long term accrual dan nondiscretionary long term accruals. Discretionary current accrual dan nondiscretionary current
52
accrual merupakan akrual yang berasal dari aktiva lancar. Sedangkan discretionary long term accrual dan nondiscretionary long term accruals merupakan akrual dari aktiva tidak lancar (Aryani, 2011). Penggunaan discretionary accrual sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model (Dechow, Sloan dan Sweeney, 1995): TAC = Nit – CFOit.……………………………………………….…......(1) Nilai Total Accrual (TA) yang diestimasi dengan persaman regresi OLS: TAit/Ait-1= β1(1 / Ait-1) + β2(ΔRevt/ Ait-1) + β3(PPEt/ Ait-1) + e…...(2) Dengan
menggunakan
koefisien
regresi
diatas
nilai
Non
Discretionary Accruals(NDA), dapat dihitung dengan rumus: NDAit = β1(1 / Ait-1) + β2(ΔRevt/ Ait-1 - ΔRect/ Ait-1) + β3(PPEt/ Ait1)…...(3) Selanjutnya Discretionary Accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut: Dait = TAit / Ait-1– NDAit..………...………….…..……..…………....(4) Keterangan: DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t TAit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke-t CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1
53
ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t e = error
Metode analisis data ada penelitian ini adalah menggunakan model analisis regresi linier berganda. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis pada regresi linear berganda terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa model yang diperoleh benar - benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi
yang dilakukan uji normalitas data, uji multikolenieritas,uji
autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.
3.5.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan alat statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum dari data tersebut. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Pengujian ini dilakukan untuk mempermudah dalam memahami variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian (Ghozali, 2013:19).
54
3.5.2 Uji Asumsi Klasik Asumsi klasik adalah suatu pengujian hipotesis yang digunakan dalam suatu penelitian yang menunjukkan bahwa model regresi tersebut layak atau tidak untuk dilakukan ke pengujian selanjutnya (Ghozali, 2013:105). Adapun penyimpangan asumsi klasik ada empat : uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji heterokedastisitas. 3.5.2.1 Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal (Ghozali, 2013:160). Dalam melakukan uji normalitas, penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov Sminarnov. Uji ini dilakukan dengan membandingkan probabilitas yang diperoleh dengan taraf signifikansi α 0,05. Apabila p value > α, dan sebaliknya. 3.5.2.2.1 Uji Multikolinieritas Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortognal. Variabel ortognal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013:105) Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolonieritas dapat dilakukan dengan melihat pada nilai variance inflasi factor (VIF) dan tolerance pada output SPSS. Tidak terjadi kasus multikolonieritas bila VIF
55
berada disekitar 1 dan nilai tolerance=1/VIF juga berada disekitar 1 (Sukestiyarno, 2012:82). 3.5.2.3 Uji heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari satu pengamatan ke pengamatan lain sama maka disebut sebagai homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang bersifat homokedastisitas (Ghozali, 2013:139). Pada melakukan uji heteroskedastisitas, pada penelitian ini menggunakan uji glejser. Jika variabel independen secara signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastiitas (Ghozali, 2013:142). Jika nilai signifikansi pada uji heteroskedastisitas > 0,05 maka dapat disimpulkan bila model bebas dari gejala heteroskedastisitas. 3.5.2.4 Uji autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2013:110).
56
Untuk mendeteksi adanya autokorelasi digunakan uji Durbin Watson (Sukstiyarno, 2012:83). Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya konstanta dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen. Hipotesis yang akan diuji: H0 : tidak ada autokorelasi (r=0) H1 : ada autokorelasi (r≠0) Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini: (Ghozali, 2013:111) Tabel 3.2 Pengambilan Keputusan Autokorelasi Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi postif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi postif No dl ≤ d ≤ du Decision Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi negatif No 4-du ≤ d ≤ 4 -dl Decision Tidak ada autokorelasi positif dan negative Terima du < d < 4-du
3.6 Analisis Regresi Linear Berganda Uji regresi bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Model yang dikembangkan dalam penelitian adalah sebagai berikut: DAit= βo + β1KMADT + β2KLADT + β3PDKI + β4KI + β5KM + e Keterangan:
57
βo = Konstanta β1- β5 = Koefisien Regresi KMADT = Komite Audit KLADT = Kualitas Auditor PDKI = Proporsi Dewan Komisaris Independen KI = Kepemilikan Institusional KM = Kepemilikan Manajerial e
=error
3.6.1 Uji Hipotesis Pengujian Koefisien Regresi (Uji t), pengujian ini untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap variabel terikat. Kriteria pengujian taraf nyata sebesar 0,05; apabila nilai signifikasi < 5 % maka Ho ditolak dan Ha diterima dan apabila nilai signifikasi > 5 % maka Ho diterima dan Ha ditolak. Untuk menguji hipotesis maka analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. 3.6.2 Koefisien Determinasi Koefisien determinasi pada intinya menyatakan seberapa baik suatu model untuk menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
58
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. (Ghozali. 2013:97). Kelemahan mendasar penggunaan koefesien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana regresi yang terbaik. Tidak seperti R 2, nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model (Ghozali, 2013:97).