BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah Sejak manusia diciptakan, kegiatan komunikasi tidak terlepas dari aktivitas manusia itu sendiri. Untuk terus dapat melangsungkan hidupnya, manusia harus saling berinteraksi dengan manusia lainnya melalui komunikasi. Melalui komunikasi segala aspek kehidupan manusia di dunia tersentuh. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio yang dalam bahasa Inggris diartikan menjadi to share. Hal ini berarti komunikasi merupakan proses memberi dan menerima dari satu pihak kepada pihak lain. Menurut Theodorson, komunikasi adalah pengalihan informasi dari satu orang atau kelompok kepada yang lain, terutama dengan menggunakan simbol (Liliweri, 1991:11). Melalui komunikasi kita dapat melakukan pertukaran informasi, ide, sikap, pikiran. Dengan komunikasi pula kita dapat mempengaruhi orang lain dan melakukan perubahan. Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan. Perubahan ini dapat kita amati dengan membandingkan keadaan masa sekarang dengan keadaan masa lalu. Masyarakat kota umumnya lebih cepat mengalami perubahan sosial dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Perubahan-perubahan dalam berbagai aspek kehidupan ini telah banyak merubah nilai-nilai sosial dan pola perilaku. Banyak hal-hal yang dulu dianggap tabu, saat ini menjadi biasa bahkan cenderung diminati.
Universitas Sumatera Utara
Arus informasi yang semakin deras mengalir ke masyarakat juga sangat berperan dalam merubah nilai-nilai yang ada dalam suatu masyarakat. Apalagi sebagian besar masyarakat Indonesia belum memiliki media literacy yang baik sehingga cenderung menerima apa saja yang disajikan tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Tindakan kriminalitas seperti pembunuhan, perampokan, pengedaran obat-obat terlarang, pemerkosaan, tindakan-tindakan anarkis menjadi hal yang biasa kita dengar. Faktor penyebab yang paling fundamental ialah sebagian besar masyarakat tidak lagi memegang teguh nilai-nilai agama dan moral. Ini bisa terjadi akibat kurangnya pengetahuan tentang agama itu sendiri atau pengaruh lingkungan. Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan masyarakatnya kini jauh dari nilai Islam. Pendidikan yang ada di Indonesia memang sudah menyentuh aspek modern. Pendidikan modern ini juga melibatkan sarana yang hebat dan canggih namun bukan berarti tanpa kelemahan. Kita juga tidak memungkiri bahwa kemajuan manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi melonjak jauh. Akan tetapi, dari pendidikan modern itu kita tidak menemukan kesempurnaan akhlak dan nurani. Maka, fenomena-fenomena yang kita temukan adalah penindasan antarmanusia dan merosotnya moral. Tujuan pendidikan modern sepertinya
bergeser menjadi tercapainya
tujuan material yang lantas menimbulkan rasa cinta terhadap pekerjaan dan produksi dengan menyampingkan nilai-nilai dan norma kemasyarakatan. Sehingga sebagian besar kampus telah mengalami kemerosotan mutu dalam dua
Universitas Sumatera Utara
dimensi, yaitu dimensi ilmiah dan syar’iyyah. Artinya sebagian besar kampus bukan lagi sekedar tidak Islami tetapi juga tidak mampu berfungsi sebagai salah satu sarana pendidikan. Karena problematika serius inilah umat Islam perlu segera mengembalikan orientasi sistem pendidikannya, yaitu pendidikan dan pembinaan Islam yang dilaksanakan dalam konteks kehidupan modern. Mengubah sistem pendidikan yang sudah ada bukanlah hal mudah. Untuk itu, harus dimulai dari yang paling kecil, yakni individu. Pada era 90-an, terinspirasi dari pergerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir, beberapa pemuda Indonesia di Pulau Jawa mencoba kembali untuk memulai sistem pendidikan Islami secara berkelompok. Beberapa individu yang tertarik bergabung menjadi satu kelompok lalu belajar, berdiskusi dengan dipandu oleh seseorang dan melaksanakannya secara rutin dan terus-menerus. Individu-individu ini kelak diharapkan dapat mengubah sistem yang ada sedikit demi sedikit. Dari satu kelompok, peminatnya menjadi bertambah hingga gabungan dari kelompokkelompok tadi membentuk sebuah jamaah yang bernama Jama’ah Tarbiyah. Jama’ah tarbiyah bergabung dalam suatu komunitas yang lebih dikenal dengan Partai Keadilan Sejahtera. Kelompok binaan kader-kader Partai Keadilan Sejahtera disebut halaqoh. Halaqoh secara bahasa berarti lingkaran. Secara istilah, halaqoh dapat diartikan sebagai pertemuan rutin yang didalamnya berlangsung proses tarbiyah Islamiyah (pendidikan Islam) dalam suasana terus mengingat Allah. Halaqoh biasanya berlangsung seminggu sekali dengan durasi minimal sekitar 90 menit. Tempatnya bisa di mesjid, musholla kampus, rumah atau bahkan di alam terbuka. Halaqoh selalu dimulai dengan tilawah (membaca ayat Al-Quran).
Universitas Sumatera Utara
Sebenarnya sistem halaqoh ini sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw. Para sahabat Rasulullah duduk membentuk lingkaran, mereka berdzikir dan memuji Allah, membahas materi-materi agama, saling bercermin tentang ibadah masing-masing serta saling memberi semangat. “Ketika beliau keluar tiba-tiba beliau dapati para sahabat duduk dalam halaqoh (lingkaran). Beliau bertanya, “Apakah yang mendorong kalian duduk seperti ini?”. Mereka menjawab, “Kami duduk berdzikir dan memuji Allah atas hidayah yang Allah berikan sehingga kami memeluk Islam.” Maka Rasulullah bertanya, “Demi Allah, kalian tidak duduk melainkan untuk itu?” Mereka menjawab, “Demi Allah, kami tidak duduk kecuali untuk itu”. Maka beliau bersabda, “Sesungguhnya saya bertanya bukan karena ragu-ragu, tetapi Jibril datang kepadaku memberitahukan bahwa Allah membanggakan kalian di depan para malaikat.” (HR Muslim, dari Mu’awiyah) Halaqoh yang rutin dilaksanakan oleh anggota Jama’ah Tarbiyah atau yang dapat juga dikatakan sebagai kader Partai Keadilan Sejahtera merupakan sambungan dari keteladanan sejarah yang telah dicontohkan oleh para sahabat Nabi. Dalam forum seperti itulah para sahabat dibina oleh Rasulullah. Hanya saja saat ini materi-materi halaqoh dikembangkan dan juga memanfaatkan teknologi canggih. Halaqoh dipandu oleh seseorang yang disebut murabbi. Sedangkan peserta halaqoh disebut mutarabbi (binaan). Kelompok halaqoh akhwat (perempuan) tidak bergabung dengan kelompok halaqoh ikhwan (laki-laki). Satu kelompok halaqoh idealnya terdiri tidak lebih dari sepuluh binaan. Tugas seorang murabbi tidak hanya memandu halaqoh saja. Murabbi harus membina mutarabbi
Universitas Sumatera Utara
dalam arti keseluruhan. Proses membina ini berjalan beriringan. Sebagai murabbi, sesungguhnya dia juga sedang membina dirinya sendiri. Karena dalam proses itu terjadi hubungan timbal balik. Ketika seseorang mengikuti halaqoh maka secara tidak langsung dirinya terikat secara keseluruhan dengan murabbinya. Jika binaannya masih kuliah, seorang murabbi harus memantau segala aktivitas mereka, baik di kampus maupun di luar kampus. Murabbi menjaga binaannya dari terpaan ideologi lain. Setelah kuliah binaan diarahkan agar tidak salah memilih tempat kerja yang tidak membuat binaannya kelak bisa keluar dari jama’ah atau lari dari tugas-tugas dakwah. Selain itu murabbi juga berperan dalam proses pemilihan pasangan hidup binaannya ketika tiba masanya untuk menikah. Murabbi memberikan pengarahan kepada binaannya agar tidak menyimpang dari Al-Quran dan hadits serta tidak bertentangan dengan ketentuan jama’ah. Pengarahan ini juga dapat berbentuk sanksi jika ternyata binaannya melanggar. Dari pemaparan di atas tergambar jelas, bahwa komunikasi antara murabbi dan masing-masing binaannya bukan selama kegiatan halaqoh berlangsung saja. Komunikasi juga terjadi di luar jam halaqoh. Pada awalnya komunikasi yang terjadi memang berupa komunikasi kelompok, yakni komunikasi kelompok kecil karena anggota kelompok ini tidak lebih dari sepuluh orang. Michael
Burgoon
dan
Michael
Ruffner
dalam
buku
Human
Communication, A Revision of Approaching Speech memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna
Universitas Sumatera Utara
memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan
karakteristik
pribadi
dan
karakterisitik
anggota
lainnya
(http://adiprakosa.blogspot.com). Komunikasi yang terjadi di luar halaqoh merupakan komunikasi antarpribadi. Dengan begitu, murabbi dapat terus membina dan mengawasi gerak para binaannya. Menurut De Vito, komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek umpan balik langsung (Liliweri, 1991:12). Komunikasi antarpribadi sangat efektif dalam upaya merubah pandangan, sikap maupun perilaku seseorang karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan. Ciri-ciri komunikasi antarpribadi antara lain: biasanya terjadi secara spontan, memiliki akibat yang disengaja dan tidak disengaja, berlangsung berbalas-balasan, menghendaki paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan
suasana
yang
bebas,
bervariasi,
adanya
keterpengaruhan serta
menggunakan lambang-lambang yang bermakna. Komunikasi antarpribadi sangat bermanfaat untuk menjalankan fungsi persuasi terhadap orang lain karena sifatnya yang dialogis. Halaqoh adalah sarana untuk mempertemukan sosok murabbi dan binaanya. Halaqoh termasuk dalam kategori komunikasi kelompok kecil. Walaupun komunikasi kelompok kecil pada kegiatan halaqoh tetap dilakukan, namun tetap terjadi komunikasi antarpribadi murabbi dan binaannya. Karena komunikasi antarpribadi juga dapat memberikan tujuan pendidikan Islami yang
Universitas Sumatera Utara
diinginkan selain komunikasi kelompok. Hal ini karena komunikasi antarpribadi memiliki kelebihan-kelebihan. Dengan komunikasi antarpribadi, kita dapat mengetahui secara langsung apakah kita dapat diterima oleh lawan bicara atau tidak. Kita juga dapat mengetahui apakah pesan kita dapat diterima dan dimengerti oleh pihak lain. Kita dapat mengontrol pesan yang kita sampaikan apabila ternyata pihak yang menerima pesan kita salah memaknai pesan. Dan yang paling penting adalah kita dapat mengatur mutu pesan. Selain itu, dengan komunikasi antarpribadi kita dapat membina suatu hubungan akrab. Setiap binaan tentu memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Ketika mereka bergabung dengan jama’ah dan harus mengikuti kegiatan halaqoh, mereka secara otomatis dituntut untuk tsiqah kepada murabbi mereka. Sebenarnya sulit untuk menterjemahkan kata tsiqah ke dalam Bahasa Indonesia. Sebab tidak ada kata yang benar-benar tepat sesuai dengan makna kata tsiqah itu sendiri. Tsiqah menurut bahasa berarti percaya lalu taat. Hasan AlBanna dalam buku Syarah Risalah Ta’alim mendefenisikan kata tsiqah sebagai rasa percaya yang dapat menumbuhkan rasa cinta, pengharghaan, penghormatan dan akhirnya melahirkan ketaatan. Dari defenisi di atas, yang paling ditekankan dari tsiqah adalah ketaatan.Taat dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti patuh, berbakti, setia. Seorang binaan harus percaya dan kemudian taat kepada murabbinya. Binaan harus melibatkan murabbi dalam aktivitas-aktivitasnya, keputusannya, menerima keputusan yang ditetapkan oleh murabbi mereka tanpa rasa keberatan. Binaan juga harus melaksanakan perintah-perintah dari murabbi terutama yang berkaitan dengan kerja dakwah. Bahkan ketika akan menikah, seorang binaan harus
Universitas Sumatera Utara
melibatkan murabbinya mulai dari proses pemilihan pasangan hingga acara pernikahan itu sendiri. Tentu suatu hal yang sangat tidak biasa
bagi seseorang untuk
melaksanakan perintah, menerima keputusan seseorang lain, melibatkannya dalam setiap aktivitas, padahal seseorang lain itu dapat dikatakan bukan siapa-siapa, bukan orang tua kita, bukan seseorang yang membiayai kehidupan kita bahkan kita tidak mendapatkan keuntungan materi dari semua itu. Ditambah lagi dengan harus menerima sanksi atau hukuman atas pelanggaran agama maupun sosial yang dilakukan. Kita harus melapor kesalahan yang kita lakukan jika seseorang lain itu tidak mengetahuinya dan siap menerima ganjarannya. Semua itu tentu sangat tidak biasa. Tetapi itulah yang harus dijalani seseorang ketika dirinya menerima bahwa ia adalah seorang mutarabbi, seorang binaan, seorang anggota dari Jama’ah Tarbiyah, seorang kader dari Partai Keadilan Sejahtera. Binaan harus taat kepada murabbinya. Sikap taat tidak akan bisa secara langsung tertanam dalam diri binaan Seorang murabbi harus berkomunikasi dengan mutarabbinya, memberikan pemahaman-pemahaman agar sedikit demi sedikit sikap taat tumbuh dalam diri mutarabbi, bukan sebaliknya binaan malah keluar dari jama’ah. Disinilah komunikasi antarpribadi sangat berperan. Murabbi memberikan materi-materi dalam bentuk komunikasi kelompok kecil. Selebihnya pemahaman yang lebih mendalam dilakukan pada saat komunikasi antarpribadi berlangsung. Penulis sangat ingin tahu bagaimana proses komunikasi kelompok kecil dan yang dilakukan murabbi dan binaanya. Dari pengamatan peneliti, hampir
Universitas Sumatera Utara
semua kader Partai Keadilan Sejahtera tsiqah terhadap murabbinya. Mereka taat terhadap apapun yang dilakukan atau diputuskan murabbi untuk mereka. Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, penulis sangat tertarik untuk meneliti komunikasi kelompok kecil murabbi dan binaanya dalam menanamkan sikap taat.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah komunikasi kelompok kecil murabbi dengan binaannya dalam menanamkan sikap taat kepada murabbi?”
1.3.Pembatasan Masalah Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, selanjutnya peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Hal ini agar permasalahan yang diteliti lebih jelas, terarah dan tidak terlalu luas sehingga dapat dihindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Maka pembatasan yang akan diteliti adalah : 1. Penelitian ini menggunakan studi kasus, melingkupi masalah komunikasi kelompok kecil, komunikasi antar pribadi, hubungannya dengan sikap taat. 2. Subjek penelitiannya adalah murabbi dan mutarabbi (binaan) Jama’ah Tarbiyah dalam suatu kelompok halaqoh akhwat (perempuan) yang berada di bawah naungan Forum Silaturahmi (Forsil) Aktivis Dakwah Kampus (ADK) Universitas Sumatera Utara (USU). 3. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-September 2009.
Universitas Sumatera Utara
1.4.Tujuan dan Manfat Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui dan menggambarkan komunikasi kelompok kecil murabbi dan binaannya dalam menanamkan sikap taat. b. Untuk mengetahui cara murabbi berkomunikasi untuk menanamkan sikap taat kepada binaannya. c. Untuk mengetahui bagaimana reaksi mutarabbi ketika diminta untuk taat. d. Untuk mengetahui dalam hal apa saja binaan mau taat kepada murabbinya. Manfaat penelitian : a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU. b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khususnya berkaitan dengan kajian studi Ilmu Komunikasi khususnya Komunikasi Islami. c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pihakpihak yang berkepentingan khususnya para kader dakwah.
1.5.Kerangka Teori Sebelum terjun ke lapangan atau melakukan pengumpulan data, peneliti diharapkan mampu menjawab permaslahan melalui suatu kerangka pemikiran
Universitas Sumatera Utara
atau literature review. Kerangka pemikiran merupakan kajian tentang bagaimana hubungan teori dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dalam perumusan masalah. Menurut Nawawi (1995:40) setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. Wilbur Schramm menyatakan bahwa teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar tinggi, dan daripadanya proposisi bias dihasilkan dan diuji secra ilmiah, dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku (Effendi, 2003:241). Senada dengan yang dikatakan Emory-Cooper bahwa teori merupakan suatu kumpulan konsep, defenisi, proposisi dan variable yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasikan sehingga dapat menelaskan dan memprediksi suatu fenomena (fakta-fakta) tertentu (Umar, 2002:55). Dalam penelitian ini, teori dan asumsi yang dianggap relevan adalah : komunikasi kelompok kecil, komunikasi antarpribadi, teori pemrosesan-informasi dan tarbiyah Islamiyah. 1.5.2. Komunikasi Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan Latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin Communico yang artinya membagi. Sebuah defenisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (human communication)
Universitas Sumatera Utara
bahwa: “komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu” (Book dalam Cangara, 2004:18). Komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi. Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa terciptanya proses komunikasi, cukup didukung oleh tiga unsur, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain kelima unsur yang telah disebutkan. Ada beberapa bentuk komunikasi yakni komunikasi antarpribadi, komunikasi
kelompok,
komunikasi
organisasi
dan
komunikasi
massa.
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang sedang berlangsung antara dua orang. Komunikasi kelompok terbagi menjadi dua yakni kelompok kecil (3-12 orang) dan kelompok besar ( > 12 orang). Komunikasi kelompok kecil memiliki karakteristik yang mirip dengan komunikasi antar pribadi. Dalam komunikasi kelompok kecil, proses komunikasi yang terjadi berlangsung secara dialogis seperti yang terjadi pada komunikasi antar pribadi. Umpan balik yang terjadi dapat langsung diamati oleh komunikator
Universitas Sumatera Utara
maupun komunikan. Interaksi diantara mereka yang terlibat dapat berfungsi sebagai komunikator maupun komunikan secara bergantian. Peneliti fokus ke komunikasi kelompok kecil sebab proses kegiatan subjek penelitian lebih banyak dalam bentuk komunikasi kelompok kecil.
1.5.2. Komunikasi Kelompok Kecil Komunikasi kelompok berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang (Effendy, 2003:75). Apabila junlah orang dalam kelompok itu sedikit, kurang dari dua puluh orang berarti komunikasi tersebut disebut komunikasi kelompok kecil (small group communication). Komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka (Arni, 2002:182). Komunikasi kelompok kecil memiliki beberapa karakteristik, yaitu mempermudah pertemuan ramah tamah, personaliti kelompok, kekompakan, komitmen terhadap tugas, biasanya tidak lebih dari sembilan orang, adanya norma kelompok dan saling tergantung satu sama lain. Dalam komunikasi kelompok kecil, proses komunikasi yang terjadi berlangsung secara dialogis. Umpan balik yang terjadi secara verbal dan nonverbal dapat langsung diamati baik oleh komunikator maupun komunikan. Bentuk komunikasi kelompok kecil antara lain: rapat, ceramah, diskusi panel dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
1.5.3. Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial di mana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Liliweri, 1991:1). Sedangkan menurut Joseph A Devito ialah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orangorang dengan beberapa efek umpan balik seketika. Pentingnya situasi komunikasi antarpribadi ialah karena prosesnya berlangsung secara dialogis yang di dalamnya ada upaya dari para pelakunya untuk dapat terjadi saling pengertian. Proses ini menunjukkan adanya interaksi di mana mereka yang terlibat dapat berfungsi sebagai komunikator mapun komunikan secara bergantian. Ciri-ciri komunikasi antarpribadi yang berkualitas menurut Devito dalam komunikasi antarmanusia (1997:259) ialah : 1. Keterbukaan (Opennes) 2. Positif (Positiviness) 3. Kesamaan (Equality) 4. Empati (Empathy) 5. Dukungan (Supportiviness) Jalaluddin Rakhmat dalam buku Psikologi Komunikasi meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal, dan hubungan interpersonal. Persepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli indrawi yang berasal dari komunikan yang berupa pesan baik verbal maupun nonverbal. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif ditandai dengan:
Universitas Sumatera Utara
keyakinan kan kemampuan mengatasi masalah, merasa setra dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak diseluruhnya disetujui oleh masyarakat dan mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya. Keefektifan hubungan antarpribadi adalah seberapa jauh akibat dari tingkah laku kita sesuai dengan yang diharapkan. Keefektifan dalam hubungan antarpribadi dapat ditingkatkan dengan melatih mengungkapkan maksud atau keinginan kita, menerima umpan balik tingkah laku dan memodifikasi tingkah laku kita samapai orang lain mempersepsikan sebagaimana kita maksudkan. 1.5.4. Teori Pemrosesan-Informasi Teori ini dikemukakan oleh McGuire. McGuire menyebutkan bahwa perubahan sikap terdiri dari enam tahap, yang masing-masing tahap merupakan kejadian penting yang menjadi patokan untuk tahap selanjutnya. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pesan persuasif harus dikomunikasikan. 2. Penerima akan memperhatikan pesan. 3. Penerima akan memahami pesan. 4. Penerima terpengaruh dan yakin dengan argumen-argumen yang disajikan. 5. Tercapai posisi adopsi baru. 6. Terjadi perilaku yang diinginkan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi tahap-tahap di atas. Salah satu contohnya adalah kecerdasan. Kecerdasan seseorang dapat menentukan besar atau
Universitas Sumatera Utara
kecilnya pengaruh. Mungkin dapat mengakibatkan kecilnya pengaruh karena semakin cerdas seseorang maka akan semakin mampu meneliti kesalahan suatu argument. Tetapi mungkin juga mengakibatkan besarnya pengaruh karena semakin cerdas seseorang maka ketertarikannya terhadap sesuatu dapat semakin tinggi. Sikap pada dasarnya adalah cara pandang kita terhadap sesuatu. Sikap sering dianggap memiliki tiga komponen: komponen afektif, komponen kognitif dan komponen perilaku. Komponen afektif berisi perasaan-perasaan tertentu terhadap objek sikap. Komponen kognitif berisi keyakinan terhadap objek sikap. Sedangkan komponen perilaku berisi perilaku yang disengaja terhadap objek sikap (Severin, Tankard:2005:178). 1.5.5. Tarbiyah Islamiyah (Pendidikan Islam) Tarbiyah Islamiyah atau pendidikan Islam yang pertama kali pada dasarnya adalah bentuk penyelamatan Allah swt. terhadap Rasulullah dan bagi umat yang mengikuti jejak beliau. Dalam Al-Quran dijelaskan sebelum adanya proses Tarbiyah Islamiyah, umat berada dalam kondisi jahiliyah. (Q.S. 39:64 dan Q.S. 25:63). Ciri-cirinya adalah : a. Bodoh (Q.S. 33:72). b. Hina (Q.S. 95:4-5). c. Lemah (Q.S. 4:28). d. Miskin (Q.S. 35:14). e. Berpecah belah (Q.S. 3:103). Allah swt. kemudian memberikan tarbiyah kepada Rasul dan kemudian Rasul menyampaikan kepada umatnya. Tarbiyah memiliki tiga tahapan yakni :
Universitas Sumatera Utara
1. Tilawah (membaca) 2. Mensucikan. 3. Mengajarkan pedoman. Hasil dari Tarbiyah Islamiyah adalah pengetahuan, kemuliaan, kekuatan dan persatuan. Semua itu akan membentuk umat terbaik seperti yang tercantum dalam Al-Quran surat Ali ‘Imran ayat 110. Halaqoh merupakan salah satu bentuk Tarbiyah Islamiyah yang tujuannya membina kader agar menjadi umat terbaik seperti yang dijanjikan dalam Al-Quran.
1.6. Kerangka Konsep Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkianan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995:33) Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama (Kriyantono, 2007:149). Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesa, yang sebenarnya merupakan jawaban sementara dari masalah yang diui kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.
Universitas Sumatera Utara
Adapun konsep-konsep yang diteliti dalam penelitian ini adalah : komunikasi kelompok kecil, dan sikap taat.
1.7. Alur Penelitian . Gambar 1 Alur Penelitian
Komunikasi Kelompok kecil
Tarbiyah Islamiyah Murabbi
Mutarabbi
Sikap tsiqah
Taat
Halaqoh
1.8. Konsep Operasional Konsep operasional berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam penelitian. Maka berdasarkan kerangka konsep dibuatlah operasionalisasi konsep untuk
membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian.
Berdasarkan hal itu, maka operasionalisasi konsep yang diukur dalam penelitian ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1 Konsep Operasional Komponen Konsep
Operasionalisasi Konsep
Komunikasi kelompok kecil
Tujuan
antara murabbi dengan
Kekompakan
mutarabbi
Komitmen Norma kelompok Keterikatan Keterbukaan Positif Kesamaan Empati Dukungan
Sikap taat mutarabbi
Pesan persuasif Perhatian terhadap pesan Pemahaman Keyakinan akan argumen Posisi adopsi baru Perilaku yang diinginkan
Karakteristik responden
Umur Pekerjaan Status Lama Tarbiyah Lama menjadi anggota
Universitas Sumatera Utara
1.9. Defenisi Operasional Menurut Singarimbun (1995:46) defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Konsep-konsep dalam penelitian ini dapat didefenisikan sebagai berikut: 1. Tujuan: hal yang ingin dicapai. 2. Kekompakan: daya tarikan satu sama lain dan keinginan untuk bersatu. 3. Komitmen: memegang teguh terhadap hal yang diyakini dan tidak berubah. 4. Norma kelompok: aturan yang digunakan oleh kelompok itu sendiri. 5. Keterikatan: saling ketergantungan antara murabbi dan binaannya. 6. Keterbukaan: terbuka pada orang yang berinteraksi dengan kita, mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah milik pribadi. 7. Positif: pandangan positif yang ditandai dengan sikap menyenangkan saat berinteraksi. 8. Kesamaan:
memiliki
sesuatu
yang
sama-sama
penting
untuk
disumbangkan. 9. Empati: memahami orang lain sesuai perasaan orang lain tersebut ketika berinteraksi. 10. Dukungan: saling memberikan motivasi atau pandangan yang mendukung. 11. Pesan persuasif: pesan yang disampaikan denagn cara yang baik dan cenderung membujuk sehingga penerima pesan dapat terpengaruh.
Universitas Sumatera Utara
12. Perhatian terhadap pesan: cara menanggapi pesan, menganggap pesan yang disampaikan layak atau penting untuk disimak. 13. Pemahaman: mengerti akan pesan yang disampaikan. 14. Keyakinan akan argumen: sepakat dengan argument yang disajikan dan menerimanya. 15. Posisi adopsi baru: memutuskan bersikap sesuai argumen. 16. Perilaku: bertindak sesuai dengan posisi adopsi baru atau keputusan yang telah diambil.
Universitas Sumatera Utara