BAB I PENDAHULUAN
I.1.
LATAR BELAKANG Pada dekade terakhir ini, Gunung Merapi mengalami erupsi setiap empat
tahun sekali, yaitu tahun 2006, 2010, serta erupsi 2014 yang tidak terlalu besar dibanding erupsi tahun 2006 dan 2010. Dari tiga episode tersebut, erupsi terbesar adalah erupsi tahun 2010 dengan volume material hasil erupsi mencapai 20 juta m3, mencapai 10 kali lebih besar jika dibanding dengan material hasil letusan Merapi selama kurang lebih 130 tahun terakhir (Cronin et al., 2013). Erupsi ini dapat dikatakan merupakan erupsi yang paling eksplosif dalam rentang waktu 100 tahun dengan skala VEI (Volcanic Explosivity Index). Dua fase letusan terbesar dari episode letusan Merapi 2010 terjadi pada tanggal 26 Oktober dan 5 November. Letusan Merapi 2010 menelan korban jiwa hingga 318 jiwa dan kerugian tidak berhenti hanya pada saat fase erupsi berhenti, namun banjir lahar dingin, yang merupakan produk sekunder Merapi, menambah kerugian yang ditanggung penduduk sekitar Merapi. Erupsi Merapi 2010 merupakan fase erupsi yang cukup penting karena pada fase ini Merapi memproduksi semua jenis endapan dan semuanya dapat didokumetasikan baik endapan primer maupun endapan sekunder. Jenis endapan yang dibagi berdasarkan proses pembentukannya (genesa) antara lain endapan aliran piroklastika (pyroclastic flow), jatuhan piroklastika (pyroclastic fall), dan seruakan piroklastika (pyroclastic surge) sebagai endapan primer dan lahar sebagai
1
endapan sekunder. Sampel endapan kemudian dianalisa karakter fisik, kandungan mineralogi dan geokimia untuk kemudian dilakukan perbandingan karakter tersebut antara endapan primer dan endapan sekunder yang dihasilkan Merapi di periode erupsi tahun 2010.
I.2.
BATASAN MASALAH Penelitian difokuskan tentang produk erupsi Merapi tahun 2010 yang
diasumsikan berasal dari eupsi yang sama, berupa aliran piroklastika, jatuhan piroklastika, seruakan piroklastika dan lahar di lokasi pengambilan sampel. Penelitian berbatas di penentuan ciri apa saja yang menunjukkan genesa dari produk tersebut. Asumsi yang digunakan adalah penentuan jenis endapan dilakukan saat pengambilan data di lapangan berdasarkan kenampakan lapangan endapan sehingga faktor lokasi tidak menjadi fokus penelitian. Dari produk-produk Merapi tersebut diamati karakteristik lapangan, mineralogi, granulometri dan geokimianya. Ciri atau karakter tersebut akan mewakili jenis produk dari tiap genesa yang kemudian akan dibandingkan antara karakter endapan primer dan sekunder Merapi 2010. Fragmen batuan yang digunakan sebagai bahan penelitian hanya dilakukan pada fragmen aliran piroklastika sedangkan pada fragmen lahar tidak dilakukan penelitian. Asumsi yang digunakan adalah aliran piroklastika lebih mewakili produk Merapi 2010 dibandingkan fragmen lahar yang sudah merupakan campuran dari produk erpsi sebelumnya.
2
I.3.
TUJUAN PENELITIAN
Mengelompokkan karakter produk erupsi Merapi 2010, baik endapan primer (aliran piroklastika, jatuhan, dan seruakan) maupun tipe endapan sekunder (lahar), berdasarkan kenampakan lapangan, mineralogi, tekstur, dan geokimia.
Membandingkan karakter yang telah diamati antara tipe endapan primer dan sekunder Merapi 2010.
I.4.
PENELITI TERDAHULU
Newhall (2000) dalam penelitian berjudul “10.000 Years of explosive eruptions of Merapi Volcano, Central Java: archaelogical and modern implications” yang menjelaskan sejarah aktifitas Gunung Merapi selama fase historikal.
Andreastuti
(2000)
dalam
penelitian
berjudul
“A
detailed
tephrostratigraphic framework at Merapi Volcano, Central Java, Indonesia: implications for eruption predictions and hazard assessment” yang menjelaskan secara umum indeks eksplosifitas Merapi selama fase historikal dari endapan yang dihasilkan.
Surono (2012) dalam penelitian berjudul “The 2010 Explosive Eruption of Java’s Merapi Volcano - a 100 year Event” yang menjabarkan kronologi erupsi Merapi 2010.
Troll (2013) dalam penelitian berjudul “Magmatic differentiation processes at Merapi Volcano: inclusion petrology and oxygen isotopes” yang
3
menjelaskan proses diaferensiase magma yang terjadi di Merapi berdasarkan karakter petrologi dari produk Merapi.
Belizal (2013) dalam penelitian berjudul “Rain triggered lahars following the 2010 eruption of Merapi volcano, Indonesia: A major risk” yang membahas karakterisasi endapan lahar hasil banjir lahar dingin 2010.
Costa (2013) dalam penelitian berjudul “The Storage Conditions, and Magmatic Processes That Yielded The Centennial 2010 Merapi Explosive Eruption” yang membahas mengenai kondisi mineral-mineral yang terkandung dalam produk Merapi 2010 dalam hubungannya dengan eksplosivitas Merapi 2010.
Cronin (2013) dalam penelitian berjudul “Insights into the OctoberNovember 2010 Gunung Merapi eruption (Central Java, Indonesia) from the stratigraphy, volume and characteristic of its pyroclastic deposits” yang membahas karakteristik dan persebaran endapan PDC hasil erupsi 2010.
I.5.
MANFAAT PENELITIAN Volume produk yang dihasilkan oleh erupsi Merapi 2010 yang demikian
besar menyebabkan masing-masing jenis produk erupsi dapat disampel dan diamati untuk studi penentuan karakteristik produk Merapi berdasarkan genesa. Dari pengamatan karakteristik produk Merapi 2010, diharapkan hasilnya dapat menjadi parameter penentuan dan pengelompokkan jenis produk Merapi pada masa lampau berdasarkan genesanya dari endapan yang memiliki karakteristik sejenis.
4
I.5.
LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian berada di empat titik yang utamanya berada di lereng
selatan Merapi. Lokasi pertama adalah Desa Bakalan yang berjarak kurang lebih 12,5 kilometer dari puncak Merapi. Lokasi ini dekat dengan aliran Kali Gendol, memiliki koordinat 100o27’42” dan 7o39’18”. Pada lokasi ini, sampel yang diambil adalah sampel aliran piroklastika dan seruakan piroklastika. Lokasi kedua berada di Desa Jumoyo, yang berada di sekitar jalan lintas provinsi yang menghubungkan Kabupaten Magelang, berjarak kurang lebih 17 km dari puncak Merapi. Lokasi ini berada tepat di sisi jembatan yang melintasi Kali Putih, dengan koordinat 110o18’01” dan 7o36’17”. Di lokasi ini, sampel yang diambil adalah endapan lahar. Lokasi ketiga merupakan lokasi pengambilan sampel jatuhan piroklastika yang diambil dari dua titik di sekitar Jalan Kaliurang kilometer 5 dan kilometer 7, Kabupaten Sleman, yang berada di radius sekitar 25 kilometer dari puncak Merapi. Koordinat diperkirakan 110o44’00” dan 7o22’00” Sampel-sampel tersebut sudah dikumpulkan oleh bantuan mahasiswa senior ketika periode erupsi Merapi terjadi di tahun 2010. Ketiga lokasi pengambilan sampel dapat diamati pada peta diatas. Peta diatas merupakan peta daerah bahaya erupsi Merapi 2010 (Mei, 2013). Dapat diamati bahwa lokasi pengambilan sampel 1, yaitu Desa Bakalan, masuk ke dalam zona bahaya Merapi 2010. Desa Bakalan merupakan salah satu desa yang hancur total akibat hempasan awan panas Merapi 2010. Lokasi kedua juga termasuk ke dalam zona bahaya akibat lokasinya yang dilewati oleh Kali Putih. Kali Putih
5
membawa banyak material sekunder Merapi, yaitu lahar¸ terutama jika pada daerah puncak Merapi turun hujan.
Gambar 1.1. Peta daerah bahaya Merapi 2010 dan titik lokasi pengambilan sampel penelitian. (Mei, 2013 dengan modifikasi)
6