BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Investasi merupakan salah satu kegiatan yang sangat menarik untuk dibahas. Menurut Sunariyah (2006) Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasaβmasa yang akan datang. Sehingga investasi merupakan pengeluaran modal dimasa sekarang akan mendapat keuntungan dimasa yang akan datang.
Di negara yang sedang berkembang, terutama Indonesia. Salah satu bentuk investasi di pasar modal adalah saham. Jumlah investor saham pada tahun 2014 meningkat 12,48% dari tahun 2013 yang sejumlah 408.045 investor (KSEI, diolah pusatis 2016). Hasil ini menunjukan bahwa dari tahun ke tahun semakin banyak orang yang ingin menjadi investor saham di Indonesia, karena diharapkan mampu menjadi aktifitas yang sangat menguntungkan dimasa yang akan datang.
2
Tabel 1.1 Kapitalisasi Pasar (Mill. Rp) No
Sektor
2010
2011
Sektor 105,233 117,896 Pertanian Sektor 2 509,628 415,767 Pertambangan Sektor Industri 3 246,898 270,355 dasar & Kimia Sektor Aneka 4 264,739 362,531 Industri Sektor Barang 5 479,533 596,946 Konsumsi Sektor Properti, Real 6 eastate & 120,765 142,629 Konstruksi bangunan Sektor Infrastruktur, 7 458,930 421,031 Utility & Transportasi Sektor 8 804,925 861,418 Keuangan Sektor Perdagangan, 9 256,445 348,721 Jasa & Investasi Total (Mill. Rp) 3,247,096 3,537,294 Sumber : Annually IDX yang diolah 1
Tahun 2012
2013
2014
114,543
135,652
161,781
321,167
259,362
255,126
348,090
323,998
381,637
371,799
342,181
372,500
771,223
856,850
1,014,801
224,705
234,531
360,004
554,662
574,879
743,235
971,438
963,858
1,313,676
449,368
527,711
625,284
4,126,995
4,219,022
5,228,044
Umumnya investor pemula sebelum menginvestasikan dananya kepasar modal, indikator utama yang menjadi perhatian investor adalah kapitalisasi pasar (Market capitalization). Karena kapitalisasi pasar (Market capitalization) merupakan salah satu indikator yang menunjukan perkembangan bursa saham suatu perusahaan. Pada tabel 1.1 selama 5 tahun terakhir sektor keuangan selalu mempunyai kapitalisasi pasar yang tinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya.
3
Maka dengan nilai kapitalisasi pasar yang besar, dapat menjadi pengaruh bagi investor pemula yang akan menginvestasikan dananya ke pasar modal. Karena diharapkan dengan besarnya nilai kapitalisasi pasar suatu perusahaan maka akan menghasilkan return yang besar bagi pemegang sahamnya.
Tabel 1.2 Market Share dan Perusahaan Sektor keuangan Yang Membagikan Dividen No Tahun Market Share 1 2010 24.79% 2 2011 24.35% 3 2012 23.54% 4 2013 22.85% 5 2014 25.13% Sumber : IDX yang diolah
Total Perusahaan 31 39 35 37 38
Tetapi apabila dilihat pada tabel 1.2. dengan penguasaan pangsa pasar yang cukup tinggi dengan rata-rata 20% pertahun. Hanya beberapa perusahaan saja yang membagikan dividennya dari tahun ke tahun. Terlihat jelas pada tahun 2010 dengan market share sebesar 24.79%, perusahaan yang membagikan dividennya hanya sebanyak 31 perusahaan. Namun pada tahun 2014 terjadi peningkatan market share sebesar 1.22% menjadi 25.13% dari tahun 2011, hanya 38 perusahaan yang membagikan dividen. Tentu hal ini dapat menimulkan pertanyaan bagi para investor, dengan market share yang mengalami peningkatan tetapi mengapa terjadi penurunan jumlah perusahaan yang membagikan dividennya. Sehingga akan menjadi pertimbangan bagi investor dalam menanamkan dananya ke perusahaan sektor keuangan di tahun selanjutnya.
4
Sementara tujuan investor berinvestasi ke perusahaan pasar modal Indonesia adalah untuk mendapatkan pengembalian investasi/keuntungan (return) tanpa mengabaikan risiko yang dihadapi. Return tersebut bisa berupa pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain) ataupun dividen. Dividen merupakan hak bagi pemegang saham biasa (common stock) untuk mendapatkan bagian dari laba perusahaan (Raissa, 2012).
Bagi manajemen perusahaan, dividen merupakan kewajiban yang harus dipenuhi atas saham investor yang dimiliki pada perusahaan tersebut. Menurut teori bird in the hand theory, menyatakan bahwa investor lebih menyukai dividen yang naik dari pada turun. Semakin besar jumlah dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham maka akan semakin banyak jumlah investor yang ingin menanamkan modalnya diperusahaan tersebut. Sedangkan menurut Riyanto (1993) umumnya investor menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena dengan stabilitas dividen dapat meningkatkan kepercayaan terhadap perusahaan, sehingga mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan.
Di lain pihak, perusahaan juga mengharapkan adanya pertumbuhan yang terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, sekaligus juga harus memberikan kesejahteraan lebih besar kepada para pemegang sahamnya. Hal ini akan menarik, karena di satu sisi perusahaan ingin mensejahterakan pemegang saham, namun disi lain perusahaan juga harus memikirkan pertumbuhannya. Sehingga kebijakan dari manajemen perusahaan diperlukan
5
dalam membagikan labanya, apakah laba tersebut akan digunakan sebagai laba ditahan (retained earning) atau akan dibagikan kepada investor dalam bentuk dividen.
Kebijakan pembagian dividen merupakan keputusan yang penting dalam suatu perusahaan, dikarenakan kebijakan ini melibatkan dua kepentingan yang berbeda. Kepentingan para investor yang mengharapkan dividen, serta kepentingan perusahaan terhadap laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Jika perusahaan membagikan laba sebagai dividen kepada investor dengan jumlah yang besar, maka akan menghambat pertumbuhan perusahaan. Tetapi jika perusahaan menahan sebagian besar labanya dalam bentuk laba ditahan (retained earning) maka laba yang tersedia untuk pembayaran dividen akan semakin kecil, sehingga akan berdampak menurunnya tingkat kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan
Pada hakikatnya kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan yang berhubungan
dengan
pembayaran
dividen,
berupa
besarnya
penentuan
pembayaran dividend dan besar laba ditahan (retained earning) untuk kepentingan pihak perusahaan. Menurut Arilaha (2009) besar kecilnya dividen yang dibagikan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan dividen dari masingmasing perusahaan. Perusahaan harus melakukan kebijakan dividen yang tepat untuk mencapai kebijakan dividen yang optimal. Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan
6
pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham perusahaan (Bringham dan Houston, 2014).
Kebijakan dividen perusahaan terlihat dalam dividend payout ratio. Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan persentase dari keuntungan perusahaan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend, (Riyanto, 1993). Jika perusahaan menaikan dividend payout ratio (DPR) maka harga saham perusahaan akan naik. Hal ini dikarenakan kebijakan dividen dapat memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek baik dimasa yang akan datang (Riyanto, 1993). Namun jika dividend payout ratio (DPR) dinaikan maka akan mengurangi dana yang tersedia untuk reinvestasi, sehingga tingkat pertumbuhan dimasa yang akan datang menjadi rendah. Oleh karena itu pembagian dividen perusahaan dari tahun ke tahun berbeda sesuai dengan kebijakan dividen tiap perusahaan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan suatu perusahaan dalam membagikan dividen. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Jika suatu perusahaan mempunyai profitabilitas yang tinggi, maka perusahaan tersebut akan membagikan dividen yang besar pula. Hal ini sependapat dengan teori cash flow signaling hypothesis yang menyatakan bahwa βperusahaan yang membayarkan dividen akan mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki profitabilitas yang tinggi (Suhadak dan Dermawan, 2011 dalam Amaliya, 2015).
7
Faktor lain yang juga mempengaruhi kebijakan dividen adalah leverage. Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjang. Perusahaan yang solvabel cenderung memiliki total hutang lebih kecil dibanding dengan total asetnya. Sehingga apabila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka perusahaan akan membagikan dividen yang relatif rendah kepada investor, karena sebagian laba perusahaan akan digunakan untuk membayar hutang jatuh tempo perusahaan.
Free cash flow merupakan kas yang berlebih di perusahaan yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen (Keown, 2005). Pembagian tersebut bisa dilakukan setelah perusahaan melakukan pembelanjaan modal (capital expenditure) seperti pembelian aset tetap secara tunai. Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang, dan dividen. Jadi, semakin tinggi free cash flow perusahaan semakin tinggi pula dividen yang dibayarkan perusahaan (Adnan, 2014)
Selain beberapa faktor tersebut, Firm size juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan pembayaran dividen. Menurut Westen Copelen (1996) menyatakan bahwa perusahaan yang sudah besar atau mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau baru.hal ini sependapat dengan penyataan Keown (2015) yang menyatakan bahwa pada perusahaan kecil atau baru, umumnya akan
8
membayarkan dividen yang kecil kepada investor karena perusahaan tidak mempunyai akses ke pasar modal sehingga harus mengandalkan dana internal. Berdasarkan pernyataan diatas perusahaan akan lebih memilih menahan labanya karena merupakan sumber dana internal yang dapat digunakan untuk membiayai pertumbuhan perusahaan.
Hartono (1999) dalam Saputra (2015) menyatakan Investment Opportunity Set (IOS) merupakan tersedianya alternatif investasi di masa datang bagi perusahaan. Perusahaan yang profitable memiliki dorongan membayar dividen relatif rendah dalam rangka memiliki dana internal lebih banyak untuk membiayai proyek-proyek investasinya. Brigham dan Houston (2014), menyatakan bahwa selama satu tahun mungkin perusahaan membayar nol dividen karena perusahaan membutuhkan uang untuk mendanai peluang investasi yang baik tetapi pada tahun berikutnya perusahaan mungkin membayarkan dividen dalam jumlah besar karena peluang investasi yang buruk dan tidak perlu menahan banyak uang. Sedangkan menurut Keown (2005) ketika kesempatan investasi perusahaan meningkat, maka seharusnya dividend payout ratio menurun.
Dalam perkembangan perusahaan sektor keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam kurun waktu periode 2006 sampai 2014, terjadi ketidak sesuaian antara teori dengan bukti empiris yang ada. Adapun tentang dinamika pergerakan dividend payout ratio (DPR) di beberapa perusahaan sektor keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 hingga 2014 ditampilkan pada tabel lampiran A.
9
Dari tabel lampiran A, terlihat bahwa pada tahun 2011 hanya 39 dari 91 emitem di sektor keuangan yang membagikan dividen. Namun pada tahun 2012 mengalami penurunan jumlah emitem yang membagikan dividen, yaitu sebanyak 35 perusahaan yang membagikan dividen. Jika dilihat dari kuantitas pun turut mengalami fluktuasi, pada tahun 2010 total rata-rata DPR (Dividend payout ratio) emitem di sektor keuangan sebesar 25.28%. Peningkatan yang cukup signifikan tejadi pada tahun 2011 sebesar 38.07%, namun kembali menurun pada tahun 2012 menjadi 20.69%. Namun total rata-rata DPR (Dividend payout ratio) emitem di sektor keuangan terbesar terlihat pada tahun 2006, yaitu sebesar 77.19%. tetapi hanya 31 perusahaan saja yang membagikan dividen.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan beberapa hasil yang berbeda untuk masing-masing variabel yang mempengaruhi dividend payout ratio (DPR), sehingga dapat menimbulkan adanya research gap.
Hasil penelitian mengenai pengaruh return on asset (ROA) terhadap dividend payout ratio (DPR) menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan Salvatore (2014); Gede Agus (2014); Muhammad Akhyar (2014) menunjukkan hasil yang signifikan antara return on asset (ROA) dengan dividend payout ratio (DPR). Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Made Wiradharma (2014) yang menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap DPR.
Penelitian yang dilakukan Gede Agus (2014) tentang pengaruh debt to equity ratio (DER) terhadap DPR menunjukan hasil yang signifikan, sependapat
10
dengan penelitian Muhammad Akhyar (2014) Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Made Agus (2014) dan Suroto (2015) yang menyatakan bahwa debt to equity ratio (DER) memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR).
Hasil penelitian mengenai pengaruh free cash flow terhadap dividend payout ratio (DPR) yang dilakukan Muhammad Akhyar (2014) menunjukkan hasil yang signifikan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Salvatore (2014) dengan hasil free cash flow tidak signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR).
Hasil penelitian mengenai pengaruh firm size terhadap dividend payout ratio (DPR) yang dilakukan Salvatore (2014) menunjukkan bahwa firm size berpengaruh signifikan terhadap DPR. Hasil ini berbeda dengan penelitian Gede Agus (2014); Made Wiradharma (2014); dan Suroto (2015) tidak signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR).
Penelitian mengenai Investment Opportunity Set (IOS) terhadap dividend payout ratio (DPR) yang dilakukan Suroto (2015) menunjukan hasil signifikan. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Salvatore (2014) dengan hasil penelitian tidak signifikan antara Investment Opportunity Set (IOS) terhadap dividend payout ratio (DPR).
11
Kesimpulan dari research gap di atas secara rinci ditampilkan pada Tabel 1.3 berikut ini:
Tabel 1.3 Research Gap No Research Gap 1 Issue Research Gap Pertama Adanya perbedaan hasil penelitian pengaruh ROA terhadap DPR a. Signifikan b. Tidak Signifikan 2 Issue Research Gap Kedua Adanya perbedaan hasil penelitian pengaruh DER terhadap DPR a. Signifikan b. Tidak Signifikan 3 Issue Research Gap Ketiga Adanya perbedaan hasil penelitian pengaruh Free Cash Flow terhadap DPR a. Signifikan b. Tidak Signifikan 4 Issue Research Gap Keempat Adanya perbedaan hasil penelitian pengaruh Firm Size terhadap DPR a. Signifikan b. Tidak Signifikan 5 Issue Research Gap Kelima Adanya perbedaan hasil penelitian pengaruh IOS terhadap DPR a. Signifikan b. Tidak Signifikan
Peneliti
Salvatore (2014), Gede (2014), Muhammad (2014) Made (2014)
Gede (2014), Muhammad (2014) Made (2014), Suroto (2015)
Salvatore (2014) Muhammad (2014)
Salvatore (2014) Gede (2014), Made (2014), Suroto (2015)
Suroto (2015) Salvatore (2014)
12
Penelitian ini mencoba mengembangkan dari penelitian sebelumnya dan mencoba meneliti kembali atas fenomena bisnis dan research gap yang terjadi mengenai pengaruh return on asset (ROA), debt to equity ratio (DER), free cash flow, firm size, serta investment opportunity set (IOS) terhadap dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham (Dividend Payout Ratio). Sehingga judul yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pengaruh Return on Asset , Debt to Equity Ratio , Free Cash Flow , Firm Size, Investment Opportunity Set terhadap Dividen Payout Ratio (Studi pada Perusahaan Sektor Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2014).
1.2
Rumusan Masalah
Permasalahan pertama yang mendasari rumusan masalah dalam penelitian ini adalah peningkatan market share pada sektor keuangan tidak diiringi juga dengan peningkatan jumlah perusahaan dalam membagikan dividen (fenomena bisnis) yang dapat dilihat pada tabel 1.2. Permasalahan kedua yang mendasari rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ketidakkonsistenan perusahaan dalam melakukan pembagian dividen (fenomena bisnis) yang dapat dilihat pada tabel lampiran A, hanya beberapa perusahaan yang melakukan pembagian dividen secara konsisten dari tahun 2006 sampai 2014. Selain itu juga dalam tabel lampiran A tersebut diketahui bahwa perkembangan DPR dari tahun 2006 hingga 2014 emitem yang terdaftar dalam sektor keuangan mengalami fluktuasi naik dan turun. Permasalahan lainnya yaitu terdapat beberapa perbedaan hasil penelitian
13
yang dilakukan oleh para peneliti terdahulu diperoleh hasil yang tidak konsisten, yaitu adanya (research gap) untuk beberapa variabel yang berpengaruh terhadap dividen tunai, antara lain: Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Free Cash Flow (FCF), Firm Size, dan Investment Opportunity Set (IOS) dimana variable tersebut tidak selalu berpengaruh positif maupun negatif terhadap Dividen Payout Ratio. Sehingga masalah penelitian ini adalah mengapa banyak perusahaan yang tidak membagikan dividen kepada para investornya, serta faktor apa yang paling mempengaruhi perusahaan dalam membagikan dividen.
Berdasarkan research problem yang telah diterangkan di atas, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Free Cash Flow (FCF), Firm Size, dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Dividend Payout Ratio. Secara rinci permasalahan dalam penelitian ini kemudian dapat diajukan research questions sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh return on asset (ROA) perusahaan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)? 2. Bagaimana pengaruh debt to equity ratio (DER) perusahaan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)? 3. Bagaimana pengaruh free cash flow (FCF) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)? 4. Bagaimana pengaruh firm size terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)? 5. Bagaimana pengaruh investment opportunity set (IOS) perusahaan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)?
14
1.3
Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1.3.1
Tujuan penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah diajukan maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh return on asset (ROA) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI. 2. Untuk menganalisis pengaruh debt to equity ratio (DER) tehadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI. 3. Untuk menganalisis pengaruh free cash flow (FCF) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI. 4. Untuk menganalisis pengaruh firm size terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI. 5. Untuk menganalisis pengaruh investment opportunity set (IOS) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI.
1.3.2
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan
15
keputusan berinvestasi di pasar modal. Secara terperinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menjadi bukti empiris dan memberikan kontribusi dalam memperkaya penelitian-penelitian sebelumnya. 2. Diharapkan dapat membantu para manajer perusahaan dalam upaya menetapkan kebijakan dividen yang optimal. 3. Sebagai informasi bagi investor dan calon investor yang akan menanamkan modalnya dalam bentuk saham. 4. Penelitian ini diharapkan akan berguna bagi peneliti selanjutnya, sebagai acuan untuk mengetahui dan kemudian mengembangkan variabel-variabel yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1.
Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari dua macam variabel, yaitu : 1. Variabel terikat / Variabel Tergantung (Dependent Variabel) Variabel terikat adalah variabel yang memberikan respon jika dihubungkan dengan variabel bebas, variabel ini dipengaruhi oleh variabel independent. Dalam penelitian ini variabel dependentnya yaitu Dividend Payout Ratio sebagai variabel Y. 2. Variabel Bebas (Independent Variabel) Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain, atau variabel yang menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependent dimana faktornya diukur, dimanipulasi
atau
dipilih
oleh
peneliti
untuk
menentukan
hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi. Dalam penelitian ini variabel independennya adalah Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Free Cash Flow (FCF), Firm Size, Investment Opportunity Set (IOS) sebagai variabel X.
48
3.2.
Definisi Operasional
3.2.1.1.
Variabel Dependent (Variabel Y) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Dividend Payout Ratio (DPR). Rasio ini menjelaskan tentang jumlah pembayaran dividen yang dapat diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham dari laba bersih yang dihasilkan. Diukur dengan perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapat. DPR ini dapat dihitung dengan rumus (Robbert Ang, 1997) :
π·ππ
=
3.2.1.2.
π·ππ£ππππ πππ ππππππ π πβππ πΏπππ πππ ππππππ π πβππ
Variabel Independent (Variabel X)
3.2.1.2.1. Profitabilitas (Variabel π π ) Return on Asset (ROA) menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting di antara rasio rentabilitas yang ada (Robert Ang,1997). Return On Asset (ROA) merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total asset (Brigham, 2014) :
π
ππ‘π’ππ ππ π΄π π ππ‘ =
πΏπππ π΅πππ πβ πππ‘ππ π΄π ππ‘
49
3.2.1.2.2. Debt to Equity Ratio (Variabel π π ) Faktor
ini
mencerminkan
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Menurut Robbert Ang (1997), Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan utang) terhadap total shareholders equity yang dimiliki perusahaan. DER dihitung dengan rumus (Ang, 1997) :
π·πππ‘ π‘π πΈππ’ππ‘π¦ π
ππ‘ππ (π·πΈπ
) =
πππ‘ππ βπ’π‘πππ πππ‘ππ πΈππ’ππ‘ππ
3.2.1.2.3. Free Cash Flow (Variabel π π ) Free cash flow merupakan dana yang tersedia pada perusahaan untuk didistribusikan kepada pemegang saham, namun dana ini dapat disebut pula sebagai aliran kas diskresioner perusahaan yang dapat digunakan untuk tambahan investasi, pembayaran utang, membeli saham kembali, atau untuk menambah likuiditas. Variabel free cash flow disini diberi simbol FCF dan dapat diukur dari dengan nilai bersih kenaikan/penurunan arus kas dari aktivitas operasi perusahaan (Cash Flow from Operations) yang dikurangi dengan pembelian/investasi aset tetap secara tunai (Capital Expenditure) kemudian dibagi dengan total aset, atau dengan rumus sebagai berikut (Pradana, 2014) :
50
πΉπΆπΉ =
πΆππ β πΉπππ€ ππππ ππππππ‘ππππ β πΆππππ‘ππ πΈπ₯ππππππ‘π’ππ πππ‘ππ π΄π ππ‘
3.2.1.2.4. Firm Size (Variabel π π ) Ukuran perusahaan merupakan skala besar kecilnya perusahaan yang ditentukan oleh beberapa hal, antara lain lain total penjualan, total aktiva, dan rata-rata tingkat penjualan perusahaan. Ukuran untuk menentukan ukuran perusahaan adalah log natural dari total assets. Size dapat dirumuskan sebagai berikut (Pradana, 2014) :
πππ§π = πΏπ0ππππ‘πππ΄π π ππ‘π
3.2.1.2.5. Investment Opportunity Set (Variabel π π ) Investment Opportunity Set (IOS) digunakan untuk menunjukkan investasi perusahaan atas opsi pertumbuhan yang tergantung pada pengeluaran-pengeluaran modal yang diputuskan oleh manajer. Rasio ini dihitung dengan cara membagi kapitalisasi pasar (harga saham dikalikan dengan jumlah lembar saham beredar) dengan total ekuitas (Hartono, 1977 dalam Pradana, 2014), dapat dirumuskan sebagai berikut :
πΌππ =
π»ππππ ππβππ Γ π½π’πππβ πΏπππππ ππβππ π΅ππππππ πππ‘ππ πΈππ’ππ‘ππ
51
3.3.
Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1.
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Sektor Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2006-2014. Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, dimana sampel yang diambil berdasarkan persyaratan yang dibuat sebagai kriteria yang harus dipenuhi sebagai sampel. Kriteria yang dijadikan sampel dalam penelitian ini antara lain : 1. Perusahaan Sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2006-2014. 2. Perusahaan yang mempunyai kelengkapan data (laporan keuangan) yang berkaitan dengan data sesuai model yang digunakan dalam penelitian ini. 3. Perusahaan yang membagikan dividen serta mempunyai kelengkapan data (laporan keuangan periode 2006-2014) 4. Data perusahaan yang membagikan dividen dibawah 0% (membagikan dividen minus yang berarti perusahaan tersebut mengalami kerugian) serta membagikan dividen diatas 100% ( membagikan dividen melebihi keuntungan yang diperoleh pada tahun tersebut)
3.4.
Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, data ini biasanya dapat diperoleh dari perpustakaan atau laporan-laporan
52
keuangan dan penelitian terdahulu. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keuangan yang diperoleh dari Indonesian Capital Martket Directory (ICMD) dan Annual Report. Pengumpulan data yang diperlukan adalah perusahaan-perusahaan Sektor Keuangan yang memenuhi kriteria
yang telah ditentukan pada periode
pengamatan tahun 2006 sampai 2014 yang dikeluarkan oleh BEI.
3.5.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi yang dilakukan adalah
dengan
mengumpulkan
dipublikasikan oleh
semua
data
sekunder
yang
IDX Statistic, Indonesian Capital Market
Directory, dan Annual Report tentang perusahaan Sektor Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2014.
3.6.
Metode Analisis Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah teknik regresi linier berganda atau multiple regression untuk menguji pengaruh variabel independen Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Free Cash Flow (FCF), Firm Size, Investment Opportunity Set (IOS) terhadap variabel dependen Dividend Payout Ratio (DPR). Model regresi berganda adalah teknik analisis regresi yang menjelaskan hubugan antara variabel dependen dengan variabel
53
independen. Dalam penggunaan persamaan regresi terdapat bebrapa asumsi-asumsi dasar yang harus dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah: uji normalitas, uji multikolenaritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisasi. Setelah persamaan regresi terbebas dari asumsi dasar tersebut maka selanjutnya dapat dilakukan pengujian hipotesis.
3.6.1.
Statistik Deskriptif Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran atas data yang dikumpulkan dalam penelitian. Gambaran yang diberikan dalam bentuk rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum yang bertujuan untuk mengenali pola sejumlah data, merangkum informasi yang terdapat dalam data dan menyajikan informasi tersebut dalam bentuk yang diinginkan. Ghozali (2013)
3.6.2.
Uji Asumsi Klasik Teknik estimasi variabel dependen yang melandasi analisis regresi disebut Ordinary Least Squares (perangkat kuadrat terkecil biasa). Inti metode OLS adalah mengestmasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut. Regresi dengan metode OLS akan memberikan hasil yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) jika memenuhi asumsi klasik (Ghozali, 2013).
54
3.6.2.1.
Uji Normalitas Uji Kolmogorov Smirnov adalah pengujian normalitas yang banyak dipakai, terutama setelah adanya program statistic yang beredar. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi dengan satu pengamat dan pengamat yang lain. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan
membandingkan
distribusi
data
(yang
akan
di
uji
normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya Uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Kriteria pengujian adalah mempunyai nilai signifikansi diatas 0.05, sehingga
data
yang
ada
terdistribusi
normal.
Hal
tersebut
mengindikasikan bahwa variabel independen dan dependen yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat data yang ekstrim.
3.6.2.2.
Uji Multikolonieritas Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya yaitu Variance Inflation Factor (VIF). Untuk pengambilan
55
keputusan dalam menentukan ada atau tidaknya Multikolonieritas yaitu dengan kriteria sebagai berikut : 1. Jika nilai VIF > 10 atau jika nilai tolerance < 0,1 maka ada multikolonieritas dalam model regresi 2. Jika nilai VIF < 10 atau jika nilai tolerance > 0,1 maka ada multikolonieritas dalam model regresi (Ghozali,2011) 3. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependent.
3.6.2.3.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 atau periode sebelumnya. Masalah autokorelasi ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya, hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu karena βgangguanβ pada individu/ kelompok cenderung mempengaruhi βgangguanβ pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data crossection, masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena βgangguanβ pada observasi yang berbeda dari individu/kelompok yang berbeda (Ghozali, 2013). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi, untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah uji Run Test. Jika
56
nilai Asyimptotic Significance >0,05 maka menunjukkan tidak adanya masalah autokotrelasi dalam model regresi.
3.6.2.4.
Uji Heteroskedastisitas Menurut Ghozali (2013) analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena itu jumlah pengamatan mepengaruhi hasil ploting. Sehingga diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil, maka penelitian ini menggunakan Uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2013) dengan persamaan regresi :
βππ‘ β = πΌ + π½ Γπ‘ + ππ‘
Jika variabel independen signifikan (signifikansi β€ 0,05) secara statistik mempengaruhi variabel dependen (nilai Absolut ππ‘ )
maka
ada indikasi terjadi heterokedastisitas.
3.6.3.
Pengujian Hipotesis
3.6.3.1.
Analisis Linier Berganda Dalam penelitian ini mempunyai tujuan untuk melihat pengaruh hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen
57
dengan menggunakan analisis regresi linier berganda yang akan dioleh menggunakan SPSS. Berikut ini merupakan model regresi berganda pada penelitian ini :
π = π + ππ πΏπ + ππ πΏπ + ππ πΏπ + ππ πΏπ + ππ πΏπ + π
Keterangan : π
= Kebijakan Dividen yang diprosikan dengan DPR
π
= Konstanta
π π β ππ
= Koefisien regresi dari tiap tiap variabel independen
πΏπ
= Return on Asset
πΏπ
= Debt to Equity
πΏπ
= Free Cash Flow
πΏπ
= Firm Size
πΏπ
= Investment Opportunity Set
π
= Error term
Dalam analisis regresi, tidak hanya mengukur hubungan antara dua variabel atau lebih tetapi juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen diasumsukan
mempunyai
distribusi
probabilistik
dan
independen diasumsikan memiliki nilai tetap (Ghozali, 2013).
variabel
58
3.6.3.2.
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji t dilakukan pada hipotesis secara parsial, untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependent.Atau uji individual yaitu uji statistik bagi koefisien regresi berganda dengan satu koefisien regresi (salah satu diantara variabel X1, X2β¦β¦β¦β¦X5) yang mempengaruhi variabel Y. Kriteria pengujian uji t ini yaitu : 1. π»0 tolak jika angka signifikansi lebih besar dari Ξ± = 5% 2. π»0 diterima jika angka signifikansi lebih kecil dari Ξ± = 5%
3.6.3.3.
Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel bebas mampu memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel terikat. Kelemahan penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model karena setiap tambahan satu variabel bebas maka nilai R 2 pasti meningkat tidak peduli pengaruh variabel tersebut signifikan atau tidak. Oleh karena itu dianjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik (Ghozali, 2013).