BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Tesis ini menganalisis peran civil society dalam mengerakkan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dan penanggulangan kemiskinan yang di lakukan oleh “ Gerakan Sedekah Sampah Kampung Brajan Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul “. Penelitian ini difokuskan pada kegiatan yang dilaksanakan gerakan sedekah sampah kampung Brajan dalam mengedukasi warga tentang pengelolaan sampah rumah tangga khususnya sampah organik yang kemudian bisa membawa mamfaat bagi warga yang lain dan juga lingkungan di kampung Brajan. Permasalahan utama yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah keberadaan civil society yang tumbuh menjamur di Indonesia yang tentu saja membawa dampak yang beragam bagi kehidupan masyarakat dan negara. Banyak civil society yang muncul saat ini merupakan wadah yang sangat berperan dalam mendukung pelaksananaan program-program pembangunan. Di sisi lain, keberadaan civil society terkadang justru penghambat atau ancaman bagi pemerintah. Dalam penelitian ini penulis membahas kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh gerakan sedekah sampah sebagai civil society yang bertujuan melakukan pengelolaan sampah sekaligus mencarikan dana untuk warga kurang mampu di kampung Brajan dengan menggalang partisipasi warga setempat. Dari kegiatan-kegiatan tersebut bisa dilihat bagaimana peran gerakan sedekah sampah
1
sebagai salah satu civil society dalam keikutsertaannya mendukung pemerintah mengatasi permasalahan-permasalahan publik. Keberadaan civil society di Indonesia merupakan bagian dari cerita yang cukup panjang dari perjalanan bangsa ini. Era 1990-an yang memunculkan pandangan baru terhadap pemerintah dengan munculnya konsep governance dan good governance yang merupakan pergeseran perspektif dari konsep awal berpusat pada government ke perspektif governance. Perubahan paradigma tersebut turut dikemukan oleh
Widodo (2001:1) bahwa: “Paradigma
penyelenggaran pemerintahan telah terjadi pergeseran dari “rule government“ menjadi “good government”. Pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik menurut paradigma rule government senantiasa lebih menyandarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan paradigma good government tidak semata-mata didasarkan pada pemerintah (government) atau negara (state) saja, tetapi harus melibatkan seluruh elemen baik dalam birokrasi maupun diluar birokrasi publik (masyarakat)”. Pengertian ini melihat adanya keinginan untuk melibatkan masyarakat dan mendekatkannya dengan pemerintah, sehingga kemudian ditindak lanjuti dalam bentuk desentralisasi dan otonomi daerah. LAN (2000:6) menyatakan bahwa arti kata good dalam good governance mengandung
dua
pengertian,
yaitu
nilai-nilai
yang
menjunjung
tinggi
keinginan/kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mencapai tujuan (nasional), kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial; kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintah
2
yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuantujuan tersebut. Sedangkan governance (kepemerintahan) merupakan pelaksanaan otoritas ekonomi, politik dan administrative untuk mengelola kehidupan suatu masyarakat atau negara pada semua tingkatan (Nasikun, 2001:17). Tuntutan akan transformasi dari konsep government menjadi governance merupakan akibat dari ketidakpuasan masyarakat akan pola lama yang dianut oleh pemerintah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi di negara Indonesia membuka akses bagi masyarakat untuk mengetahui segala bentuk tatanan bernegara. Keterpanggilan masyarakat untuk berperan aktif dalam mengisi pembangunan semakin hari semakin besar. Masyarakat mulai menyadari bahwa untuk mewujudkan kehidupan yang adil dan sejahtera bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tapi juga tanggung jawab masyarakat sebagai objek pembangunan suatu negara. Partisipasi masyarakat merupakan komponen utama yang menentukan bahwa good governance sudah dijalankan dalam tata kelola pemerintahan. Partisipasi masyarakat menunjukkan berkurangnya ruang kekuasaan pemerintah serta sebagai gambaran perwujudan kebijakan yang mampu mengakomodir keinginan
masyarakat.
Widodo
(2003)
dalam
Solekhan
(2012:140)
mengemukakan bahwa good governance memiliki unsur-unsur: akuntabilitas, partisipasi, pedictability, dan transparancy. Tata pemerintahan yang baik merupakan kondisi yang menjamin adanya proses kesejajaran, kesamaan, kohesi, dan keseimbangan peran serta, adanya saling kontrol yang dilakukan oleh tiga komponen, yaitu pemerintah
3
(government), rakyat (citizen) atau civil society, usahawan (business) yang berada disektor swasta (Thoha, 2010). Ketiga komponen tersebut mempunyai tata hubungan yang sama dan sederajat. Kesamaan derajat ini akan mempengaruhi terciptanya tata pemerintahan yang baik. Sejalan dengan maraknya gaung partisipasi masyarakat yang telah membawa perubahan paradigma dibeberapa sektor pembangunan yaitu dari yang bersifat top-down menjadi bottom-up. Pola pembangunan yang sentralistris diakui tidak lagi relevan dengan kenyataan di masyarakat dikarenakan 3 alasan yakni variasi lokal, sumber daya lokal, dan tanggung jawab lokal (Soetomo, 2008). Dalam tata pemerintahan yang demokratis, peran civil society harus memperoleh peran utama. Hal ini didorong oleh suatu kenyataan bahwa dalam sistem yang demokratis itu kekuasaan tidak lagi hanya berada ditangan penguasa melainkan berada ditangan rakyat. Oleh karena itu rakyat sangat menentukan dalam konstelasi keseimbangan itu. Civil society yang berperan aktif dalam menggerakkan
masyarakat di
Indonesia ternyata mendatangkan dampak yang beragam pula. Relasi antara negara dan masyarakat mengalami pergeseran makna dengan penguatan civil society, dimana posisi rakyat dihadapan negara mengalami perkembangan positif sehingga rakyat tidak terlalu didominasi negara bahkan masyarakat punya barganing yang lebih baik untuk kebijakan-kebijakan negara. Kehadiran organisasi civil society bermunculan dari kota hingga di pedesaan. Kelompokkelompok seperti berbagai kelompok swadaya masyarakat dan forum-forum warga menjadi posko aktifitas masyarakat untuk berperan aktif dan berpartisipasi
4
dalam membangun wilayah masing-masing secara lebih terorganisir, serta hubungan yang lebih relasional antara pemerintah dan masyarakat. Prinsip civil society adalah kemandirian masyarakat dihadapan negara. Banyak kegiatan juga diselenggarakan oleh organisasi civil society sebagai wujud tanggung jawab komponen masyarakat dalam berbangsa dan bernegara di Indonesia. Berbagai pengelolaan permasalahan ditengah-tengah masyarakat menjadi objek dari organisasi civil society. Salah satu organisasi itu adalah Gerakan Sedekah Sampah Berbasis Masjid di Kampung Brajan Kelurahan Taman Tirto, Kasihan, Bantul. Gerakan ini merupakan wujud kepedulian masyarakat Kampung Brajan akan pengelolaan sampah dan kepedulian terhadap masyarakat miskin. Ini menjadi salah satu contoh keterpanggilan masyarakat yang diwadahi oleh sebuah komunitas. Berangkat dari kepedulian akan lingkungan khususnya pengelolaan sampah dan permasalahan kemiskinan, maka gerakan ini muncul sebagai warna baru dari gerakan-gerakan yang selama ini bermunculan ditengahtengah masyarakat. Masalah sampah bukan hanya masalah Indonesia saja, tapi juga sudah menjadi permasalahan global yang mulai digalakkan untuk solusi penanggulangan yang terbaik. Indonesia sendiri adalah negara yang keberlansungan kehidupannya sangat diancam oleh sampah. Beberapa tahun mendatang sekitar 250 juta penduduk Indonesia akan hidup bersama tumpukan sampah. Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2012 mencatat rata-rata penduduk Indonesia menghasilkan 2,5 liter sampah per hari atau 625 juta liter dari total jumlah penduduk.
Kondisi
ini
akan
terus
5
bertambah
sesuai
dengan
kondisi
lingkungannya. Dari total sampah tersebut lebih dari 50% adalah sampah rumah tangga dan sekitar 60%-nya merupakan sampah organik (tempo.com, 15 April 2012). Menurut data Balai Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul menunjukkan saat ini rata-rata sampah yang dihasilkan di Bantul perhari mencapai 636.101 ton perhari, sedangkan jumlah yang terangkaut ke TPA Piyungan rata-rata hanya 41.101 ton per hari. Artinya beban sampah yang berada di sekitar masyarakat yang kemudian akan menjadi sumber permasalahan masih berjumlah sangat banyak yaitu 595.069 ton sisanya (Yudhi,2007). Peningkatan volume sampah di Bantul diakibatkan laju pertambahan penduduk yang mencapai 1,57 % dari tahun 2000-2010 menurut BPS Bantul. Mengatasi permasalahan sampah ini Pemerintah Yogyakarta sejak tahun 2002 sudah wacana swakelola sampah dengan percontohan Dusun Sukunan – Sleman yang sejak tahun 2002 sudah melaksanakan swakelola sampah. Banyak daerah yang tertarik menjadikan daerahnya seperti Sukunan tapi banyak yang gagal untuk melaksanakannya. Diantara daerah yang berhasil dalam swakelola sampah adalah Dusun Gondolayu Lor RW 10 Kota Yogyakarta. Selama ini yang terjadi di masyarakat dalam hal pengelolaan sampah seperti sebuah protap rutin yang sudah lama berjalan. Contohnya saja sampah-sampah masyarakat, seperti rumah tangga dikumpulkan dan kemudian diangkut oleh petugas sampah, baik itu petugas sampah yang disediakan oleh pemerintah, maupun petugas sampah yang berprofesi sebagai pengumpul sampah di masyarakat. Selanjutnya dari pegumpulan, sampai lalu dibuang ke tempat
6
pembuangan akhir (TPA) di wilayah tersebut. Dalam hal ini bisa kita runut, bahwa hal yang dilakukan hanya memindahkan sampah semata, sehingga tanpa proses pengelolaan yang tepat, lambat laun sampah akan menjadi gunung- gunung sampah dengan beragam permasalahan baru. Pemerintah sebenarnya sudah melakukan langkah-langkah strategis untuk mengatasi hal diatas, seperti mencanangkan program 3R yakni reduce, reuse, dan recycle (Kementerian Lingkungan Hidup, 2011). Reduce berarti tidakan yang mengurangi segala sesuatu yang akan menimbulkan sampah, Reuse berarti mengunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama atau fungsi yang berbeda. Sedangkan Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat. Hal yang telah dicanangkan oleh pemerintah tersebut belum bisa berjalan sesuai dengan harapan, meskipin sudah diadakan sosialisasi pengelolaan sampah tapi partisipasi dan kesadaran masyarakat terlihat masih kurang. Hal ini mungkin saja disebabkan karena tidak adanya best practise pengelolaan sampah yang mudah bagi masyarakat. Sebelumnya Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya perubahan yang mendasar dalam pengelolaan sampah. Pada pasal 19 tersebutkan bahwa pengelolaan sampah dibagi atas dua kegiatan pokok, yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pasal 20 dijelaskan lebih lanjut bahwa dalam kegiatan pengurangan sampah dapat dilakukan dengan cara yaitu pembatasan timbunan sampah, pendauran ulang sampah dan pememfaatan kembali sampah. Hal itulah yang kemudian diwujudkan
7
dalam Program 3R (reduce, reuse, recycle). Selanjutnya, pasal 22 Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 menjelaskan perihal
penanganan sampah. Dalam
penanganan ini terdapat lima kegiatan yang harus dilakukan yaitu pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. Undang- undang nomor 18 tahun 2008 merupakan awal dilakukannya kebijakan pengelolaan sampah. Kebijakan sampah yang telah dilalui selama tiga dekade sebelum ini hanya bergerak pada kegiatan kumpul, angkut, buang dengan menjadikan TPA sebagai titik akhir penanganan masalah sampah. Penerapan 3R diharapkan dapat mengubah pola fikir masyarakat dalam memperlakukan sampah. Masyarakat diransang untuk dapat melihat sampah sebagai sebuah lahan untuk dijadikan sumber daya alternatif yang bisa dimanfaatkan kembali, baik secara lansung, melalui proses daur ulang maupun proses lainnya. Sehingga sampah yang awalnya adalah sesuatu yang menjadi sisa akan menjadi sesuatu yang bisa dimanfaatkan kembali. Untuk mengawal kebijakan tersebut, pemerintah juga membuat aturan-aturan lainnya dalam rangka mendisipinkan masyarakat contohnya larangan membuang sampah sembarangan. Namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang menyepelekan aturan-aturan tersebut. Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri dalam pengelolaan sampah ini. Kemandirian masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung dan berperan dalam pengelolaan sampah bersama-sama dengan pemerintah. Penanganan dan pengelolaan sampah yang semakin hari semakin membutuhkan inovasi tentu saja memerlukan peran serta dan tanggung jawab dari seluruh komponen.
8
Permasalahan ini tidak bisa menjadi beban pemerintah semata, ada sinergi yang harus terjalin antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Tentu saja solusi yang harus dilakukan adalah hal-hal yang bersifat permanen dengan biaya yang relatif murah dan terjangkau.Sangat penting saat ini mengugah masyarakat untuk memiliki komitmen untuk mengurangi sampah melalui proses daur ulang. Parisipasi
masyarakat
tidak
hanya
tertumpu
pada
kesadaran
untuk
mengelompokkan sampah berdasarkan jenisnya tapi juga dapat mengurangi timbunan-timbunan sampah baru secara signifikan. Melalui program Indonesia Bersih diharapkan pola fikir masyarakat untuk memanfaatkan sampah dapat diubah sehingga target pemerintah untuk meningkatkan daur ulang sampah sebanyak 30% dari jumlah sampah yang dihasilkan perhari dalam lima hingga 10 tahun mendatang dapat tercapai (Noorkarmilah, 2007:163).
Gambar 1.1 Skema Hubungan Sampah dengan Kesejahteraan Manusia
Jasa
Sumber Manusiawi Lingkungan
m
Teknologi
Kesejahteraan Manusia
manusiawi Sumber non manusiawi
Barang-‐ barang
SAMPAH Sumber : Sudarso (1985:2)
9
Dalam skema tersebut terdapat adanya kaitan antara komponen yang satu dengan yang lainnya, terutama antara teknologi, lingkungan, sampah dan kesejahteraan manusia. Sampah yang ditimbulkan karena adanya produksi dan konsumsi barang-barang guna kesejahteraan manusia, secara lansung dapat mempengaruhi kondisi lingkungan dan kondisi manusia itu sendiri. Semakin banyak produksidan konsumsi barang-barang, maka semakin banyak pula sampah yang ditimbulkan. Dalam waktu yang bersamaan semakin potensial pula lingkungan yang tercemar dan kesejahteraan manusia semakin sulit terjangkau. Oleh sebab itu, agar upaya mencapai kesejahteraan benar-benar terwujud maka komponen-komponen tersebut harus dijaga keseimbangannya. Melihat skema diatas maka mengelola sampah adalah tantangan bagi masyarakat, apalagi tahun 2025 telah dicanangkan sebagai tahun zero waste ( bebas sampah) dunia. Tantangan akan perubahan prilaku dan pengelolaan sampah dimasyarakat saat ini mulai tercermin dengan bermunculannya beberapa perubahan pola dan aktivitas pengelolaan sampah yang menjadi trend saat ini yaitu melalui model pengelolaan sampah berbasis komunitas, dimana hal ini merupakan salah satu sarana potensial untuk perbaikan kondisi lingkungan. Berbagai pola tersebut seperti bank sampah, asuransi sampah, swakelola sampah, sedekah sampah dan lainnya. Masing- masing pola dan aktivitas tersebut itu manawarkan mekanisme pengelolaan dan keunggulan yang berbeda-beda. Kemiskinan bukan merupakan barang langka yang ingin dicari di Indonesia. Angka kemiskinan Indonesia yang dari tahun ke tahun meningkat seiringg dengan
10
berbagai krisis yang terus meneru melanda perekonomian bangsa yang berdampak pada meningkatnya angka pengangguran, naiknya harga bahan pokok dan tingginya angka putus sekolah. Gerakan sedekah sampah merupakan metode alternatif untuk pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat yang melakukan aktifitas-aktifitas seperti pemilahan sampah sesuai jenisnya, dikumpulkan di lokasi yang telah ditentukan dan dijual secara komunal.
Hal yang berbeda dari gerakan ini adalah hasil
penjualan sampah tersebut selanjutnya digunakan untuk kegiatan sosial masyarakat. Jadi, gerakan sedekah sampah yang digagas di kampung Brajan ini tidak hanya sebuah solusi untuk pengelolaan sampah dengan mudah dan murah tapi juga upaya untuk ibadah yaitu bersedekah.
1.1
Rumusan masalah Sebagai organisasi civil society yang tumbuh ditengah masyarakat, Gerakan
sedekah sampah di Kampung Brajan yang dalam tujuannya adalah membantu pemerintah dalam pengelolaan sampah sekaligus menghimpun bantuan bagi warga yang kurang mampu. Maka gerakan ini harus mampu menggalang keterpanggilan masyarakat untuk berperan aktif serta menjaga keberlansungan kegiatan ini.Dari latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskkan permasalahan penelitian sebagai berikut : “ Bagaimana Gerakan Sedekah Sampah di Kampung Brajan mengerakkkan partisipasi masyarakat dalam kepedulian lingkungan dan masyarakat miskin ? “
11
Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut penulis meneruskannya kedalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu : 1. Bagaimana proses partisipasi masyarakat dalam kegiatan sedekah sampah di kampung Brajan. 2. Apa manfaat dari kegiatan sedekah sampah di kampung Brajan.
1.2
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah menjawab permasalahan pada rumusan
masalah diatas melalui: 1. Mengetahui dan memberikan penjelasan tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan gerakan sedekah sampah Kampung Brajan. 2. Mengetahui manfaat dan peran serta masyarakat Kampung Brajan dalam sedekah sampah 1.3
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : -
Sebagai gambaran bagi Pemerintah atau stakeholder terkait untuk memberikan ruang serta perhatian kepada gerakan yang muncul dimasyarakat sebagai wujud tanggung jawab dan peran serta masyarakat
dalam
membantu
pemerintah
untuk
terwujudnya
masyarakat yang adil dan sejahtera. -
Sebagai masukkan dan saran perbaikan bagi Gerakan Sedekah Sampah Kampung Brajan dan Aparat Dusun untuk lebih bersemangat dalam pengabdiannya pada Bangsa dan Agama.
12
1.5
Metode Penelitian 1. 5.1 Jenis dan metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, metode ini dipilih
karena berhubungan dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan. Hal tersebut akan memberikan gambaran mengenai situasi dan kondisi di lapangan. Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat memberikan gambaran secara jelas, sistematis dan faktual mengenai apa yang terjadi di masyarakat (Salim, 2006:119). Dalam hal ini pendekatan ini digunakan untuk mengetahui kegiatankegiatan yang dilakukan pada gerakan sedekah sampah di Kampung Brajan. Penelitian kualitatif sebagai jenis penelitian yang temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik dan dapat digunakan untuk menangkap dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikitpun belum diketahui. Prosedur ini menghasilkan temuan dari data yang dikumpulkan melalui beragam sarana. Sarana itu meliputi pengamatan dan wawancara, juga mencakup dokumen, buku, kaset video, dan data yang telah dihitung untuk tujuan lain, misalnya data sensus (Strauss dan Corbin 2003:4-5). Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah penelitian yang bersifat kulitatif dan bersifat deskriptif. Penelitian ini akan mendeskripsikan suatu fenomena yang kemudian akan mengambarkan dan menganalisis bentuk dan proses pengelolaan sampah berbasis Mesjid yang dilaksanakan dalam bentuk gerakan sedekah sampah. Penelitian ini lebih lanjut akan mengetahui partisipasi gerakan sedekah sampah ini dalam mengerakkan masyarakat dan manfaat yang diperoleh dalam kegiatan ini. Gambaran partisipasi masyarakat itu peneliti
13
temukan dari data-data hasil wawancara, dokumen yang peneliti temukan di kampung Brajan sebagai lokasi penelitian Analisis deskriptif yang digunakan dengan melakukan pemecahan masalah melalui pengambaran keadaan subjek dan objek penelitian antara lain Pengurus sedekah sampah dan masyarakat Kampung Brajan sebagai peserta dari gerakan ini. Dari ciri khas dari analisis deskriptif menurut Moleong, 2000 maka untuk mengetahui gambaran tersebut peneliti memusatkan perhatian kepada masalah yang tengah dihadapi gerakan sedekah sampah kampung Brajan dalam mencapai tujuannya. Selanjutnya peneliti menganalisis yang hasilnya adalah fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki.
1.5.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kampung Brajan, Kelurahan Taman Tirto, Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, DIY. Penulis melakukan pemilihan lokasi ini karena dilokasi ini kegiatan sedekah sampah sudah berlansung semenjak tahun 2013 yang diprakarsai oleh pengurus Mesjid Al-Muharram Kampung Brajan. Komunitas ini sudah sering mendapatkan kunjungan dari daerah lain baik yang berada di DIY maupun dari luar DIY. 1.5.3 Subjek penelitian Unit analisis dari peneitian ini adalah pengelolaan sampah berbasis Mesjid yaitu “Gerakan Sedekah Sampah“ dengan informan kunci adalah para pengurus sedekah sampah, Aparat Kampung Brajan serta masyarakat yang terlibat maupun tidak terlibat dalam kegiatan sedekah sampah. Hal ini bertujuan untuk
14
memperoleh keberagaman informasi sehingga informan dibagi atas populasi masing-masing. Berdasarkan unit analisis tersebut maka teknik yang digunakan adalah purpossive sampling (pemilihan sampel bertujuan). Pemilihan informan dilakukan berdasarkan ciri populasi dan juga kemampuan (capable). Informan dengan ciri populasi yang diambil dalam penelitian ini diantaranya pengurus sedekah sampah, pengurus badan amal dan penerima dana bantuan, sehingga jawaban dari penelitian ini telah didapatkan dari pihak-pihak yang terkait mengetahui seluruh kegiatan sedekah sampah.
Tabel 1.1 Informan dalam Penelitian No 1 2. 3.
4.
5. 6.
Unsur Pengurus Sedekah Sampah - Koordinator - Relawan Badan Amal Brajan Aparat Dusun - Ketua RT - Ketua Padukuhan Penerima santunan - Beasiswa - Sembako - Kesehatan - TPA Warga - Peserta - Bukan peserta Pengepul sampah
Jumlah 1 orang 2 orang 1 orang 2 orang 1 orang 2 orang 2 orang 2 orang 1 orang 4 orang 4 orang 1 Orang
15
1.5.4 Jenis dan Sumber data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer Data ini berupa informasi maupun data kegiatan sedekah sampah yang dilakukan warga kampung Brajan. Data tersebut berguna untuk mengetahui sejauhmana partisipasi masyarakat dalam kegiatan sedekah sampah disamping itu untuk mengetahui apa yang memotivasi masyarakat ikut serta dalam kegiatan tersebut. Hal ini akan tergambar dengan jelas sesuai data yang didapatkan. b. Data Sekunder Data ini diperoleh dari sumber-sumber tertulis berupa dokumen, arsip, catatan, data statistik, dokumentasi penelitian maupun tulisan ilmiah serta jurnal-jurnal terkait serta sumber-sumber seperti surat kabar, buku-buku, internet dan sumber lainya yang melengkapi data. 1.5.5
Teknik Pengumpulan Data
Metode yang dilakukan dalam mengumpulkan data sebagai berikut : a.
Observasi Teknik ini dilakukan untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas mengenai objek penelitian sehubungan masih sedikitnya informasi yang didapatkan tentang masalah yang diteliti. Teknik ini akan menjelaskan kemudian tentang berbagai kegiatan yang dilakukan dalam sedekah sampah serta mamfaat yang didapat masyarakat dari kegiatan ini. Observasi ini dilakukan untuk mengatehui berbagai
16
fenomena yang ditemukan pada lingkungan masyarakat kampung Brajan dalam ikut dalam kegiatan sedekah sampah serta hal lain yang ditemukan terkait dengan kegiatan tersebut. Hal yang dilakukan adalah mengamati hal-hal penting yang terjadi, mencatat maupun merekam hal-hal yang berhubungan dengan rumusan masalah penelitian. Teknik ini membuka ruang yang luas kepada peneliti untuk berbaur dengan masyarakat yang diteliti sehingga informasi dapat diperoleh seluas-luasnya. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah proses pelaksanaan sedekah sampah yaitu pengumpulan, pemilahan dan penjualan. Selain intu hasil observasi yang peneliti dapatkan berupa gambaran perilaku masyarakat dalam mengelola sampah, baik perilaku positif maupun negatif. b.
Wawancara Berdasarkan prinsip penelitian kualitatif maka hal yang terpenting adalah
menemukan
informan
kunci
(key
informant)
untuk
diwawancarai. Pemilihan informan harus dilakukan dengan sengaja karena informan inilah yang paling mengetahui kegiatan sedekah sampah yang diteliti. Adapun jumlah informan tidak terkait dengan banyak orang yang diwawancarai, melainkan kecukupan informasi yang dibutuhkan dari orang-orang tersebut. Hal inilah yang menentukan pengambilan data bisa dihentikan, yaitu apabila telah terpenuhinya kecukupan data atau tidak ditemui lagi data yang lain serta tidak ada lagi informasi terbaru.
17
Adapun peneliti dalam hal ini menetapkan 2 orang sebagai key informan
yaitu Bapak Ananto Isworo selaku Ketua/Koordinator
Gerakan Sedekah Sampah dan Bapak Priyo Arief selaku Ketua Badan Amal Brajan. Dari kedua informan kunci inilah banyak informasi dan data yang penulis dapatkan dalam penelitian ini. Wawancara diakukan dengan tanya jawab lansung antara peneliti dengan informan secara mendalam dengan memberikan keleluasaan kepada informan untuk menyampaikan jawaban sehingga informasi yang didapatkan bisa memperkaya penelitian. Dari para key informan maupun informan lainnya peneliti mendapatkan informasi seperti jumlah warga yang berpartisipasi sedekah sampah, penyaluran dana bantuan dan lainnya. c.
Dokumentasi Data berupa dokumen didapat dari
tulisan pribadi, jurnal-jurnal,
surat-surat dan dokumen lain yang bisa dijadikan sumber data. Peneliti melakukan penelitian dengan studi literatur di perpustakaan maupun internet tentang pengelolaan sampah. Selain itu peneliti juga mengunakan dokumentasi berupa foto yang didapatkan ketika melakukan penelitian dan juga dokumen yang dimiliki pengurus sedekah sampah. Gambar visual yang didapatkan diharapkan dapat menceritakan berbagai hal yang terjadi pada sedekah sampah. Bentuk dokumentasi lainya adalah rekaman yang menyimpan jalannya wawancara peneliti dengan informan yang kemudian disajikan dalam
18
bentuk transkrip wawancara yang selanjutnya adalah bahan untuk melakukan analisis. Dalam melakukan wawancara transkrip yang peneliti buat dijadikan acuan dalam menyusun analisis dan didukung oleh sumber data lain seperti foto dan dokumen-dokumen lainnya. 1.5.6 Teknik Analisis data Data yang didapatkan oleh peneliti kemudian disusun dan dirapikan sehingga
dapat ditafsirkan atau diinterpretasikan. Penyusunan data melalui
penggolongannya menurut
pola, tema dan kategori. Seperti kebanyakan
penelitian kualitatif peneliti mengawali
proses analisa data ketika berada
dilapangan. Hal yang dilakukan mencakup: reduksi data, display data, mengambil kesimpulan dan verifikasi (Nasution, 1998:129). a. Reduksi data yaitu menulis kembali data yang diperoleh dilapangan kemudian memaparkannya kembali dalam bentuk uraian atau laporan terperinci. Fokusnya adalah faktor yang mendorong masyarakat Kampung Brajan untuk ikut serta dalam kegiatan sedekah sampah serta manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut. b. Display data yaitu sekumpulan informasi yang disajikan dalam bentuk teks naratif yang tertuang dalam matrik, grafik, jaringan, tabel dan bagan. Penyajian data ini antara lain seperti grafik. Hal ini bertujuan untuk mempertajam pemahaman tentang informasi yang diperoleh. Data tersebut dalam penelitian ini seperti tabel penerima bantuan, grafik penduduk dan lainnya
19
c. Pengambilan kesimpulan selanjutnya dirumuskan setelah semua data dikategorikan. Peneliti melakukan verifikasi dengan membuka kembali catatan-catatan dilapangan agar data yang diperoleh dapat teruji validitasnya. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan mengunakan teknik perbandingan data yang diperoleh dilapangan dengan data yang diperoleh dari wawancara. Terdapat beberapa data yang diperoleh diantaranya data masyarakat yang memiliki kesadaran dan yang tidak memiliki kesadaran untuk berpartisipasi.
20