BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kabupaten Wonogiri terutama bagian selatan dengan topografinya yang berbukit-bukit merupakan wilayah karst. Kawasan karst Wonogiri Selatan terdapat di Kecamatan Pracimantoro, Paranggupito, Giritontro, Eromoko, dan Giriwoyo. Kawasan karst di Pracimantoro memiliki kriteria keberagaman gua-gua, stuktur lapisan tanah, dan panorama alam yang khas. Tempat-tempat itu sangat bagus untuk dikunjungi oleh kalangan peneliti, wisatawan dan pecinta alam (Sumarno, 2008). Di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro terdapat sebuah museum karst yang bernama Museum Karst Indonesia. Pembangunan Museum Karst Indonesia merupakan kesepakatan bersama oleh Badan Geologi, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri. Museum yang diresmikan pada tahun 2009 ini menyajikan berbagai informasi tentang karst, bukan hanya di Pracimantoro melainkan juga karst di seluruh Indonesia. Salah satu koleksi Museum Karst Indonesia adalah Replika Manusia Kerdil, merupakan hasil rekonstruksi dari fosil tengkorak dan kerangka homo floresiensis yang ditemukan di Gua Liang Bua NTT. Museum Karst Indonesia juga berfungsi sebagai objek wisata. Museum memberikan penawaran perjalanan pariwisata yang berbeda, yaitu sebuah tempat yang menggabungkan antara berwisata sekaligus belajar. Museum memiliki peran
1
2
dan fungsi di antaranya adalah mengedepankan unsur pendidikan melalui berbagai benda materi dan program kegiatan yang dilakukan. Museum Karst Indonesia dapat menjadi sarana belajar yang menarik bagi pengunjung terutama kalangan pelajar. Museum Karst Indonesia dikelilingi oleh beberapa gua yang masih berkaitan dengan fungsi museum, meliputi Gua Tembus, Gua Sodong, Gua Potro Bunder, Luweng Sapen, Gua Gilap, Gua Mrica, Gua Sonya Ruri. Gua-gua tersebut menyimpan keindahan dan pengetahuan tentang proses hidrogeologi yang berlangsung ribuan tahun sehingga merupakan sarana pendidikan karst di luar museum yang bisa didapat secara langsung setelah mendapatkan pembelajaran di dalam Museum Karst Indonesia. Pada saat ini kunjungan wisatawan ke Museum Karst Indonesia masih tergolong rendah. Museum Karst Indonesia dan sekitarnya perlu dikembangkan lagi agar dapat menyediakan informasi tentang kawasan karst kepada semua pihak untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, wisata yang bersifat edukatif, konservasi karst dan pemberdayaan masyarakat serta budayanya. Saat ini baru sedikit peningkatan pendapatan masyarakat setelah dibangunnya Museum Karst Indonesia. Akomodasi yang disediakan oleh penduduk belum digunakan secara optimal karena masih rendahnya lama tinggal (length of stay) wisatawan. Pengembangan wisata nantinya harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat.
3
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa daya tarik yang dimiliki Museum Karst Indonesia? 2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat upaya pengembangan Museum Karst Indonesia? 3. Bagaimana optimalisasi Museum Karst Indonesia dan kawasan sekitar sebagai produk wisata unggulan melalui konsep pariwisata berkelanjutan?
1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui daya tarik yang dimiliki Museum Karst Indonesia 2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat upaya pengembangan Museum Karst Indonesia 3. Mengetahui optimalisasi Museum Karst Indonesia dan kawasan sekitar sebagai produk wisata unggulan melalui konsep pariwisata berkelanjutan
1.4 Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, manfaat skripsi ini adalah menyumbang ilmu dalam bidang kepariwisataan 2. Secara praktis, manfaat skripsi ini dapat memberikan saran bagi pengelola dalam mengembangkan objek pariwisata dan menentukan kebijakan yang menyangkut kepariwisataan
4
1.5 Tinjauan Pustaka Tulisan-tulisan yang berkaitan dengan judul: 1. Tugas Akhir dengan judul “ Pengembangan Museum Sasmitaloka Pangsar Jenderal Soedirman Yogyakarta sebagai Objek Wisata Pendidikan “ oleh Dwi Cahya Wicaksana. Penelitian tersebut bertujuan mengetahui potensi serta pengembangan Museum Sasmitaloka Pangsar Jenderal Soedirman. 2. Tesis dengan judul “ Peran Museum Negeri Provinsi Papua dalam Meningkatkan Wisata Pendidikan SMA di Kota Jayapura ” Oleh Samsudin Arifin Dabamona. 3. Tesis dengan judul “. Pelestarian Museum Situs Sangiran sebagai Sumber Sejarah Ditinjau dari Persepsi Masyarakat dan Tingkat Pendidikan Masyarakat sangiran “ yang dikerjakan oleh Satyadi Mohammad Awabin. Penelitian ini bertujuan mengetahui motivasi komersil dan kesadaran masyarakat di sekitar museum Situs Sangiran. 4. Skripsi dengan judul “ Potensi dan Pengembangan Museum Wayang Indonesia sebagai Objek Wisata Budaya di Kabupaten Wonogiri” oleh Okiana Nur Indah Sari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi-potensi yang dimiliki oleh Museum Wayang Indonesia dan pengembangan yang dapat dilaksanakan. 5. Tesis dengan judul “Pengelolaan Museum Gunung Api Batur sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Bangli” oleh
I Wayan Wiwin. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui strategi pengelolaan yang dapat dilakukan untuk Museum Gunung Api Batur.
5
Dari tulisan di atas, laporan yang berjudul Optimalisasi Kawasan Museum Karst Indonesia sebagai Daya Tarik Wisata Unggulan di Kabupaten Wonogiri melalui Konsep Pariwisata Berkelanjutan belum pernah dikerjakan oleh penulis lain.
1.6 Landasan Teori Guna menganalisis data dalam penelitian tentang optimalisasi kawasan Museum Karst Indonesia sebagai daya tarik wisata unggulan di Kabupaten Wonogiri melalui konsep pariwisata berkelanjutan, akan digunakan teori Daerah Tujuan Wisata, teori museum, teori karst, dan teori pariwisata berkelanjutan. Teori-teori tersebut diambil dari beberapa buku dan internet.
1. 6.1 Daerah Tujuan Wisata Daerah Tujuan Wisata merupakan tempat di mana segala kegiatan pariwisata bisa dilakukan dengan tersedianya segala fasilitas dan atraksi wisata untuk wisatawan. (Suwantoro, 1997). Lima unsur pokok pada Daerah Tujuan Wisata meliputi: a. Objek dan daya tarik wisata b. Prasarana c. Sarana d. Tata laksana/ infrastruktur e. Masyarakat/ lingkungan
6
Daerah Tujuan Wisata harus didukung empat komponen atau yang dikenal dengan istilah 4A yaitu atraksi (attraction), fasilitas (amenities), aksesibilitas (access), dan pelayanan tambahan (ancillary service). (Cooper.et.al, 1993). a. Atraksi (attraction) meliputi alam, kebudayaan, dan seni pertunjukan b. Fasilitas (amenities) merupakan segala macam prasarana dan sarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata. Sarana dan prasarana yang dimaksud seperti usaha penginapan (accomodation), usaha makanan dan minuman, serta transportasi dan infrastruktur c. Aksesibilitas (access) seperti transportasi lokal dan adanya terminal d. Pelayanan tambahan (ancillary service) merupakan organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan oleh wisatawan seperti. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menarik untuk dilihat atau disaksikan wisatawan kalau berkunjung pada suatu destinasi pariwisata (Yoeti, 2010). Menurut Yoeti, daya tarik wisata pada suatu derah tujuan wisata pada dasarnya ada tiga hal yang selalu menjadi pertanyaan wisatawan kalau berkunjung yaitu: a. Something to see (sesuatu untuk dilihat) Pada suatu daerah tujuan wisata hendaknya selalu ada yang menarik untuk dilihat atau disaksikan, aneh, unik, langka dan menjadi daya tarik. b. Something to do (sesuatu untuk dilakukan) Pada suatu daerah tujuan wisata hendaknya selain banyak yang dapat dilihat atau disaksikan, juga banyak unsur yang dapat dilakukan sehingga tidak monoton.
7
c. Something to buy (sesuatu untuk dibeli) Hal ini penting dalam suatu bisnis pariwisata. Wisatawan tidak dapat dipisahkan dari kenang-kenangan setelah berkunjung ke daerah tujuan wisata tersebut.
1.6.2 Museum Pengertian museum menurut International Council of Museum (ICOM), museum adalah institusi atau lembaga permanen, yang melayani kepentingan masyarakat dan kemajuannya, terbuka untuk umum, tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, dengan cara mengumpulkan (pengoleksian), memelihara (konservasi), meneliti, memamerkan, dan mengkomunikasikan benda-benda nyata material manusia dan lingkungannya, untuk tujuan studi, pendidikan, dan rekreasi.1 Menurut Buren dalam Hertz (1985), museum memiliki peran yaitu: a. Aesthetic. Museum adalah frame dan suport yang efektif untuk kerja mengomposisi teks atau objek b. Economic. Museum memiliki peran atau memberikan nilai jual pada pameran, yang terseleksi ataupun yang bersifat istimewa c. Mystical. Ketika museum telah memberikan nilai seni terhadap objek dalam tataran tertentu. Ia sesungguhnya telah berperan sebagai tubuh yang mistik dari kesenian itu (Mystical Body of Art).
1
Ivo Maroevic, Introduction to Museology, (Munich: Alle Rehte Vorbehalten, 1998), p 105
8
Peran ini kemudian menyebabkan terjadinya keistimewaan teknis yaitu seperti pada umumnya disandang oleh museum: pemeliharaan (prezervation), mengoleksi (collection), dan penampungan (refuge).
1.6.3 Karst Karst adalah bentukan bumi yang khas yang terbentuk sebagai hasil proses pelarutan air atas batuan terutama kapur, dolomit, marble, dan gypsum, yang menghasilkan karakteristik permukaan batuan yang berupa tonjolan dan cekungan, sumuran, gua, sungai bawah tanah dan mata air. Bentukan tiga dimensional yang unik dari lansekap karst dihasilkan dari peran kompleks faktorfaktor geologi, iklim, topografi, hidrologi, dan biologi dalam waktu sangat lama. 2 Nilai penting karst adalah peran positif kawasan karst bagi manusia maupun makhluk hidup lainnya. Nilai penting kawasan karst diidentifikasi dari beberapa aspek antara lain budaya, warisan alam, penelitian alam, pariwisata, dan penyuplai air. 3 a. Kawasan karst biasanya memiliki budaya yang unik. Misalnya saja di New Zealand terdapat budaya Maori. Bangsa Maori ialah bangsa asli Selandia Baru yang berasal dari tanah leluhur Hawaiki sekitar 1.000 tahun lalu. Suku Maori merupakan 14% dari jumlah penduduk Selandia Baru. Salah satu tradisi Maori yang menarik adalah hangi yang merupakan cara tradisional Maori untuk menyiapkan masakan dengan menggunakan batu yang panas (bara) 2
Ministry of Forest, Karst Management Handbook for British Columbia, (British Columbia: Ministry of Forests, 2003) p 2 3 Department of Conservation, Karst Management Guidelines: Policies and Actions, (New Zealand: Departement of Conservation, 1999) p 7-9
9
seperti oven alami yang masih digunakan untuk acara acara penting atau formal. Penyiapan hangi adalah dengan cara membuat galian untuk pembakaran, menaruh batu, dan menaruh keranjang makanan di atas batubatuan. Setelah itu, mereka menutup semuanya dengan tanah selama beberapa jam sampai makanannya siap untuk disantap. b. Sebagai warisan alam, karst merupakan penyedia habitat bagi berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan yang sangat tergantung pada kawasn karst, artinya tidak ditemukan di kawasan yang lain. Gua yang ditemukan di kawasan karst menjadi habitat bagi hewan yang langka dan rapuh misalnya troglobit. c. Kawasan karst merupakan ‘laboratorium raksasa’ bagi para peneliti. Hal-hal yang bisa diteliti meliputi geologi, geomorfologi, klimatologi, palaentologi, dan biologi. d. Kawasan karst merupakan penyuplai kawasan di sekitarnya mengingat kawasan karst memiliki sungai bawah tanah yang keluar menjadi mata air. e. Kawasan karst merupakan tempat rekreasi dan pariwisata. Yang menjadi daya tarik wisata pada kawasan karst adalah digunakan sebagai wisata minat khusus misalnya penelusuran gua. f.
Penelusuran gua dilakukan untuk melihat dan menikmati keindahan di dalam gua. Gua memiliki keindahan ornamen berupa stalagmit dan stalagtit.
1.6.4 Pariwisata Berkelanjutan Menurut Sadler (1988) dalam Nelson (1993) pariwisata adalah kegiatan yang harus menjanjikan konsep pembangunan berkelanjutan yang tidak hanya
10
sekedar asal-asalan tetapi juga berdasarkan minat, karena begitu banyak kasus pariwisata tergantung pada pemeliharaan lingkungan alam dan proses alami untuk bertahan hidup. Ia juga berpendapat bahwa meskipun secara umum diakui, dalam kenyataannya, baru sedikit kemajuan telah dibuat untuk membuat pariwisata berkelanjutan dalam arti pembangunan berkelanjutan jangka panjang. Menurut Lawrence dalam Ramly (2007) pembangunan berkelanjutan hanya dapat dicapai jika dampak sosial dan lingkungan seimbang dengan tujuan ekonomi yang diharapkan. Secara konseptual, pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan yang diperlukan generasi mendatang. Menurut WTO (World Tourism Organization) Pembangunan pariwisata berkelanjutan mempertemukan kebutuhan wisatawan yang datang dengan daerah tuan rumah, sementara melindungi dan meningkatkan peluang untuk masa depan. Hal ini dipertimbangkan untuk mengarahkan pengelolaan semua sumber daya sedemikian rupa sehingga ekonomi, sosial dan kebutuhan estetika dapat terpenuhi dengan tetap menjaga integritas budaya, proses ekologi penting, keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan. (Nelson, 1993:28). Pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang berkembang secepat mungkin, dengan mempertimbangkan kapasitas akomodasi saat ini, penduduk lokal dan lingkungan. Pengembangan pariwisata dan investasi baru di sektor pariwisata seharusnya tidak mengurangi
pariwisata itu sendiri. Fasilitas
pariwisata baru harus terintegrasi dengan lingkungan. (Richards in Bramwell et al dalam Swarbrooke, 1999:13).
11
Poin-poin yang ditekankan dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan menurut Cf.De Kaft dalam Aronsson (2000) adalah sebagai berikut: a. Pembangunan pariwisata berkelanjutan mungkin terjadi jika tidak merusak lingkungan ekologi b. Pembangunan pariwisata berkelanjutan didasarkan pada masyarakat lokal c. Pembangunan pariwisata berkelanjutan tidak mengesploitasi penduduk setempat d. Pembangunan pariwisata berkelanjutan menempatkan pada keberlanjutan budaya, dikembangkan sedemikian rupa warisan budaya dan arsitektur masih tetap dipertahankan The Bali Sustainable Development Project telah mengembangkan definisi pembangunan berkelanjutan yang tepat untuk Bali (Nelson, 1993): BSDP mendefinisikan pembangunan berkelanjutan tersebut meliputi: a. Kelangsungan sumber daya alam dan produksi b. Kelangsungan budaya c. Pembangunan sebagai proses yang meningkatkan kualitas hidup
1.7. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data 1.7.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara mendalam (indepth interview), dan studi pustaka. Penyajian analisis dilakukan secara naratif. Analisis SWOT dipergunakan untuk mengidentifikasi kondisi internal, berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakneses) yang dimiliki kawasan Museum Karst
12
Indonesia, serta situasi eksternal, berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap upaya merumuskan optimalisasi Museum Karst Indonesia sebagai daya tarik wisata unggulan melalui konsep pariwisata berkelanjutan
1.7.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Museum Karst Indonesia yang berlokasi di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. Berjarak 40 km dari pusat kota Wonogiri, 30 km dari Wonosari dan 60 km dari Pacitan. Selain itu akan membahas beberapa gua yang ada di sekitar Museum Karst Indonesia yang meliputi Gua Tembus, Gua Sodong, Gua Gilap, Gua Potro Bunder, dan Gua Sapen.
7
Gambar 1.1 Peta Kawasan Museum Karst Indonesia 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Gua Tembus Gua Sodong Pura Gua Potro Bunder Gua Gilap Gua Sapen Museum Karst Indonesia
13
1.7.3 Sumber Data
a. Data Primer Data ini diperoleh langsung dari sumber aslinya, yaitu data hasil wawancara dengan informan, yang kemudian dicatat. b. Data Sekunder Data ini diperoleh bukan dari sumber aslinya, melainkan dari sumber lain yang berkaitan dengan tema penulisan laporan misal buku literatur dan karya ilmiah.
1.7.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, alat perekam, dan kamera digital.
1.7.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik yang diperlukan untuk mengumpulkan data, yaitu: 1. Observasi di Lapangan Penulis melakukan observasi secara langsung. Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan tentang kondisi fisik Museum Karst Indonesia. 2. Wawancara Mendalam Kegiatan pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara terhadap informan secara langsung dengan pertanyaan terbuka. Informan dalam penelitian
14
ini adalah Pengelola Museum Karst Indonesia, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Wonogiri, masyarakat sekitar kawasan Museum Karst Indonesia. 3. Studi Pustaka Teknik ini dilaksanakan untuk mendapatkan data-data pendukung yang berhubungan dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini, yaitu dengan cara mempelajari buku-buku dan internet.
1.7.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis SWOT yang akan menghasilkan strategi alternatif. Hasil penelitian diuraikan dalam suatu tulisan ilmiah yang berbentuk narasi. Análisis SWOT membandingkan antara faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakneses). Kombinasi faktor internal dengan faktor eksternal ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi Strenght-Opportunity, Strenght-Threat, WeaknessOpportunity, dan Weakness-Threat, seperti yang terlihat dalam Tabel di bawah ini:
Opportunity (O)
Tabel 1.1 Matriks Analisis SWOT Strenght (S) Weakness (W) Strategi Strenght - Opportunity: Strategi Weakness – Strategi yang memanfaatkan Opportunity: Strategi yang seluruh kekuatan untuk merebut disusun dengan cara dan memanfaatkan peluang meminimalkan kelemahan sebesar – besarnya untuk memanfaatkan peluang yang ada
15
Threat (T)
Strategi Strenght - Threat: Strategi yang disusun dengan cara menggunakan semua kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi Weakness – Threat: Strategi yang disusun dengan meminimalkan kelemahan dan mengatasi ancaman
1.8 Sistematika Penulisan Sistematika skripsi ini dibagi menjadi 4 bab: Bab I pendahuluan: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan pengumpulan data, sistematika penulisan Bab II gambaran umum terdiri dari: A. Gambaran umum Kabupaten Wonogiri: keadaaan geografis, iklim, geologi, kawasan karst Wonogiri, pariwisata, transportasi B. Gambaran umum Museum Karst Indonesia: lokasi, sejarah, desain dan koleksi Museum Karst Indonesia, tiket masuk, atraksi, aksesibilitas, fasilitas, manajemen Bab III hasil analisis dan strategi pengembangan: komponen daya tarik wisata, komponen fasilitas, komponen manajemen, matriks analisis SWOT, rekomendasi strategi pengembangan Museum Karst Indonesia sebagai daya tarik wisata unggulan, analisis pariwisata berkelanjutan Bab IV kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan ringkasan dari pembahasan. Saran merupakan masukan bagi pihak dalam upaya pengembangan Museum Karst Indonesia