BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan suatu negara, bangsa, daerah atau wilayah yang sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi, akan mendorong meningkatnya pencemaran. Pencemaran yang terjadi meliputi pencemaran tanah, udara, dan air. Di daerah berkembang, kendaraan merupakan sumber utama pencemaran udara, di samping industri dan kegiatan perekonomian lainnya. Masuknya komponen-komponen gas berbahaya dari sumber-sumber tersebut ke komposisi udara bersih yang dapat membuat kualitas udara menurun. Udara
merupakan
campuran
dari
macam-macam
gas
yang
perbandingannya tidak tetap. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan, melainkan selalu berubah dari waktu ke waktu. Jumlah air yang terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu. Udara disebut juga atmosfir yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan di dunia ini. Udara mengandung sejumlah oksigen yang merupakan komponen esensial untuk kehidupan manusia. Udara terdiri dari beberapa komponen gas seperti 78% N2; 20% O2; 0,93% Ar; 0,03% CO2 dan sisanya terdiri dari neon (Ne), helium (He), metan (CH4) dan hidrogen (H2) (Sunu,2001). Perubahan komponen udara dari susunan atau keadaan normalnya dapat menjadi faktor terjadinya pencemaran udara. Pencemaran udara ini menjadi masalah yang dihadapi di kota-kota besar di Indonesia, salah satunya di kota I-1
Makassar. Meningkatnya kepemilikan kendaraan yang didukung oleh kemudahan dalam memperolehnya menjadi salah satu pemicu peningkatan pencemaran udara. Selain itu aktivitas perpindahan manusia dan barang ke daerah yang satu ke daerah yang lainnya membuat kegiatan di sektor transportasi darat, laut dan udara juga meningkat. Hal ini pun dapat memicu terjadinya potensi pencemaran udara. Potensi pencemaran udara berasal dari sumber bergerak dan sumber tidak bergerak. Kontribusi pencemaran udara paling banyak terjadi dari sumber bergerak yaitu sektor transportasi dengan gas buang kendaraan bermotor yang mencapai 60%, selebihnya dari sumber tidak bergerak yaitu dari sektor industri 25% dan sampah 5% (Soedomo et al.,1983). Besarnya kontribusi pencemaran udara dari sektor transportasi membuat potensi pencemaran udara bisa saja terjadi di sektor transportasi darat, udara dan laut. Apalagi Indonesia sebagai negara kepulauan sangat membutuhkan sistem transportasi darat, udara dan laut yang dapat menghubungkan pulau satu dengan pulau yang lainnya atau kota yang satu dengan kota yang lainnya sehingga dapat menunjang
dalam
pembangunan
nasional.
Salah
satu
sarana
untuk
menwujudkannya adalah kehadiran pelabuhan yang berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan manusia di negeri ini. Pelabuhan merupakan salah satu rantai perdagangan yang sangat penting dari seluruh proses perdagangan. Sebagai titik temu antar transportasi darat dan laut, peranan pelabuhan menjadi sangat vital dalam mendorong pertumbuhan perekonomian. Salah satu contohnya adalah pelabuhan di Makassar yang
I-2
mempunyai peranan penting bagi perekonomian Sulawesi Selatan sehingga tuntutan akan jasa pelabuhan semakin meningkat terus. Peningkatan permintaan akan jasa pelabuhan mendorong aktivitas di pelabuhan semakin meninggi dengan arus perpindahan barang dan manusia dengan menggunakan moda transportasi darat dan laut serta kegiatan industri di kawasan pelabuhan yang secara langsung dapat memberikan dampak menurunnya kualitas udara. Pada umumnya potensi pencemar udara ada di lokasi terminal peti kemas, terminal penumpang, lapangan penumpukan peti kemas dan jalur keluar-masuk kendaraan di pintu masuk pelabuhan. Pencemaran udara di kawasan pelabuhan dapat diketahui dengan menggunakan dua metode yaitu metode manual dan metode otomatis. Dalam pengambilan data manual hasil penelitian di lapangan akan diuji di lab dengan hasil yang dikeluarkan memerlukan waktu yang lama sedangkan melalui metode otomatis, alat langsung mengeluarkan hasil data penelitian pada saat itu juga. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode otomatis dengan menggunakan alat mobil laboratorium kualitas udara. Kemudian untuk mengetahui apakah kawasan tersebut dalam kategori baik maupun tidak dengan menggunakan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). ISPU adalah laporan kualitas udara yang juga dapat menerangkan dampak tercemarnya kualitas udara terhadap kesehatan kita setelah menghirup udara tersebut selama beberapa jam atau beberapa hari.
I-3
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini akan membahas mengenai kaitan pencemaran udara yang terjadi pada kawasan pelabuhan di Makassar. Melihat kondisi tersebut, maka penulis melakukan penelitian sebagai Tugas Akhir dengan judul : ”Studi Tingkat Kualitas Udara Pada Kawasan Pelabuhan di Makassar”. I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah pada tingkat kualitas udara pada kawasan Pelabuhan di Makassar adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik konsentrasi polutan pada kawasan pelabuhan Makassar? 2. Bagaimana penilaian dan kategorisasi kualitas udara pada kawasan pelabuhan di Kota Makassar dengan standarisasi ISPU ? I.3. Tujuan Penelitian Setelah peneliti menguraikan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penulisan untuk : 1. Menganalisis karakteristik konsentrasi polutan pada kawasan pelabuhan Makassar. 2.
Menilai dan mengkategorikan kualitas udara pada kawasan pelabuhan di kota Makassar dengan standarisasi ISPU.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah:
I-4
1.
Memberikan gambaran tingkat kualitas udara pelabuhan di Makassar berdasarkan ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara) dan Baku Mutu Pencemaran Udara.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi peneliti berikutnya. 1.5. Batasan Masalah Untuk mempermudah memahami skripsi ini penuis membatasi “Studi Tingkat Kualitas Udara Pada Kawasan Pelabuhan di Makassar”, yaitu: 1.
Penelitian ini dilakukan
pada kawasan Pelabuhan di Makassar, yaitu :
Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar. 2.
Pengukuran di lakukan pada 6 titik yaitu di 3 titik di Pangkalan Soekarno dan 3 titik di Pangkalan Hatta.
3.
Pengukuran di lakukan selama 1 jam pada tiap titik.
4.
Metode dalam pengolahan data menggunakan metode perhitungan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU).
5. Komponen udara yang diukur meliputi Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Dioksida (NO2), Karbon Dioksida (CO2 ), Klorin ( Cl2), Hidrogen (H2) dan Hidrogen Sulfida (H2S). 6. Pada saat pengambilan sampel kualitas udara tidak mengukur arah dan kecepatan angin, kelembaban, suhu udara dan intensitas radiasi matahari.
I-5
1.6. Sistematika Penulisan Penulisan Laporan penelitian tugas akhir ini terdiri dari beberapa bab, dimana masing-masing bab membahas masalah tersendiri, selanjutnya sistematika laporan ini sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelakan mengenai latar belakang, identifikasi masalah objek tugas akhir, maksud dan tujuan, batasan masalah, dan bagaimana sistematika penulisannya. BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan suatu landasan teori dari suatu penelitian tertentu atau karya ilmiah sering juga disebut sebagai studi literatur atau tinjauan pustaka. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini penulis menguraikan tentang metode pelaksanaan pekerjaan pada penelitian tugas akhir untuk beberapa item pekerjaan selama penelitian tugas akhir. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menjelaskan hasil dan pembahasan akhir penelitian tugas akhir. Hal tersebut menjelaskan antara lain deskripsi kondisi objek dan permasalahnnya, uraian aktivitas, dan evaluasi penelitian tugas akhir serta penjadwalan saat penelitian tugas akhir.
I-6
BAB 5 PENUTUP Dalam bab ini berisi hasil data analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya yang merupakan kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan. Setelah itu pula terdapat saran atau rekomendasi yang akan diberikan kepada pihak yang terkait sehubungan dengan isi dari tugas akhir ini. LAMPIRAN GAMBAR PENELITIAN TUGAS AKHIR
I-7