BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, yang tidak terlepas dari perdagangan internasional yakni ekspor dan impor. Menurut Zakaria (2012) berpendapat bahwa, keterbukaan perdagangan internasional yang ditandai dengan bertambahnya ekspor dan impor yang membantu merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekspor suatu negara menjadi suatu hal penting bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Menurut Tambunan (dalam Krisna A, 2013) berpendapat bahwa, perdagangan internasional dapat membantu semua negara dalam menjalankan segala usaha pembangunan melalui pengutamaan pada sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan komparatif (ketersediaan sumber daya sebagai faktor produksi). Menurut Serin dan Abdulkadir (dalam Widhi Ari, 2014) keunggulan komparatif merupakan keunggulan yang dimiliki negara-negara dalam memproduksi suatu barang dengan biaya yang relatif lebih rendah dari negara-negara lain. Perkembangan dunia pariwisata pada saat ini tidak lepas dari suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang. Mereka yang telah melakukan perjalanan atau berkunjung ke tempat wisata, biasanya akan membeli suatu produk-produk cenderamata yang bermakna bahwa mereka pernah melakukan perjalanan wisata ke tempat tersebut (Spilane, 1987:13). Pulau Bali adalah salah satu objek wisata yang sudah terkenal hingga ke mancanegara.
1
Kabupaten Gianyar merupakan salah satu kabupaten di Bali yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Jika suatu wilayah memiliki sentuhan industri pariwisata, maka akan memiliki dampak positif bagi masyarakat setempat dan akan terjadi adaptasi yang akan dapat mempengaruhi masyarakat tersebut. Menurut Ross (1998:188) berpendapat bahwa pertumbuhan industri pariwisata itu sendiri di suatu tempat memiliki kaitan yang erat dengan usaha, interaksi sosial, dan bermunculnya toko-toko yang menjual berbagai cenderamata. Cenderamata merupakan produk yang dihasilkan oleh seseorang yang beredar di tempat-tempat objek wisata. Cenderamata tersebut akan menjadi kenang-kenangan bagi mereka yang telah melakukan perjalanan wisata. Menurut Kayam (1981:179), secara psikologis hal itu memberikan kepuasan serta daya ingat mereka bahwa telah melakukan perjalanan wisata di tempat mereka mendapatkan cenderamata tersebut. Kabupaten Gianyar juga terkenal dengan cenderamatanya. Banyak produk kesenian yang telah dihasilkan oleh tangan-tangan para seniman Gianyar. Produkproduk tersebut akan dipasarkan di tempat-tempat wisata sebagai cenderamata. Ini merupakan salah satu bentuk dampak positif bagi masyarakat Gianyar karena bersentuhan langsung dengan objek wisata. Masyarakat Gianyar dapat menemukan lapangan pekerjaan dengan membuat produk-produk kesenian yang diminati oleh para wisatawan. Kabupaten Gianyar adalah salah satu kabupaten yang ada di Bali yang selain dikenal dengan industri pariwisatanya juga terkenal dengan industri kecil kerajinan ukiran kayu (Nina Eka, 2014). Produk olahan kayu yang memiliki nilai
2
seni tinggi merupakan salah satu yang menjadi produk yang diminati oleh wisatawan. Toko-toko di sepanjang jalan Kabupaten Gianyar saling menjejerkan dan memamerkan produk-produk olahan kayu masing-masing. Produk-produk olahan kayu antara lain, meja, kursi, rak atau lemari, pintu, jendela, ukiran kayu, tempat tidur dan sebagainya. Produk olahan kayu juga dipasarkan hingga ke luar negeri (ekspor). Adapun negara yang menjadi tujuan ekspor dari produk olahan kayu Kabupaten Gianyar antara lain, Amerika Serikat, Jerman, Swedia, Australia, Perancis, Kanada, Inggris, dan beberapa negara lainnya. Tabel 1.1 Perbandingan Nilai Ekspor Komoditas di Kabupaten Gianyar Tahun 2012-2015 Tahun 2012 2013 2014 1.281 1.066 1.116
2015 858
592
422
618
470
547
413
413
272
(71) PEARLS, STONES, PREC. METALS, IMITATION JEWELRY, COINS
417
370
388
263
(46) MANU. OF STRAW, ESPARTO, OR OTHER PLAITING MATERIALS, BASKETWARE AND WICKERWORK
368
313
385
247
Komoditi (44) WOOD & ARTICLES OF WOOD, WOOD CHARCOAL (94) FURNITURE, BEDDING, CUSHIONS, LAMPS & LIGHTING FITTINGS NESOI, ILLUMINATED SIGNS, NAMEPLATES & THE LIKE, PREFABRICATED BUILDINGS (68) ARTICLES OF STONE, PLASTER, CEMENT, ASBESTOS, MICA OR SIMILAR MATERIALS
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar, 2015 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa komoditas yang paling banyak di ekspor di tahun 2012 sampai tahun 2015 oleh Kabupaten Gianyar adalah produk olahan kayu. Pada tahun 2012 nilai ekspor produk olahan kayu sebesar USD 1.281, yang kemudian disusul oleh ekspor furniture sebesar
USD 592, kemudian ekspor
kerajinan dari batu sebesar USD 547, ekspor perhiasan sebesar USD 417 dan
3
ekspor krajinan lain-lain sebesar USD 368. Selanjutnya pada tahun 2013 dan 2014 ekspor produk olahan kayu di Kabupaten Gianyar mengalami fluktuasi, tetapi produk olahan kayu tetap menjadi produk unggulan ekspor yang utama. Bahkan sampai tahun 2015 produk olahan kayu tetap menjadi produk dengan nilai ekspor tertinggi yaitu sebesar USD 858 yang kemudian disusul oleh ekspor furniture sebesar USD 470, kemudian ekspor kerajinan dari batu sebesar USD 272, ekspor perhiasan sebesar USD 263 dan ekspor krajinan lain-lain sebesar USD 247. Hal ini menyebabkan produk olahan kayu menjadi produk unggulan ekspor di Kabupaten Gianyar. Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Produk Olahan Kayu Kabupaten Gianyar Tahun 2012-2015 Nilai Ekspor Produk Olahan Kayu (USD) 2012 2013 2014 2015 661.653,92 745.828,37 262.005,23 Januari 299.844,30 1.024.846,65 619.980,78 730.784,05 Februari 502.932,09 699.908,15 478.239,93 765.924,04 Maret 599.207,75 1.483.349,54 872.680,11 634.301,30 April 515.426,42 841.445,23 541.414,75 458.504,06 Mei 676.972,25 769.683,59 513.694,04 714.581,00 Juni 696.007,95 678.870,37 645.819,70 503.082,72 Juli 672.937,41 556.565,05 518.352,74 451.964,85 Agustus 625.424,52 653.616,11 689.667,76 588.857,53 September 340.163,61 734.741,91 604.853,28 1.403.084,57 Oktober 701.622,60 376.302,99 721.960,83 November 760.652,38 545.568,27 678.299,37 Desember 9.566.955,50 7.152.402,72 7.913.349,55 4.928.916,30 Total 797.246,292 596.033,56 659.445,796 547.657,367 Rerata Sumber :Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar, 2015 Bulan
Tabel 1.2 di atas menunjukkan pada tahun 2012, nilai ekspor paling tinggi di bulan April sebesar USD 1.483.349,54 dan yang terendah terjadi di bulan
4
September sebesar USD 653.616,11. Rata-rata perkembangan ekspor produk olahan kayu di Kabupaten Gianyar senilai USD 797.246,292. Pada tahun 2013, nilai ekspor tertinggi juga di bulan April yakni sebesar USD 872.680,11 dan nilai ekspor terendah di bulan Maret sebesar USD 478.239,93. Pada tahun 2013 dan 2014 perkembangannya masing-masing USD 596.033,56 dan USD 659.445,796. Ternyata perkembangan dari tahun 2012 ke tahun 2013 berkembang negatif (penurunan) sebanyak -25,24 persen. Pada tahun 2014, nilai ekspor tertinggi di bulan Oktober sebesar USD 1.403.084,57 dan yang terendah di bulan Januari sebesar USD 262.005,23. Namun, perkembangan dari tahun 2013 sampai tahun 2014 perkembangannya positif, sebanyak 10,64 persen. Jadi, perkembangan dari tahun 2012 hingga tahun 2014 mengalami fluktuasi, namun pada kenaikan dari tahun 2013 ke tahun 2014 belum menutupi penurunan ekspor dari tahun 2012 ke tahun 2013. Pada tahun 2015, nilai eskpor tertinggi di bulan Juni sebesar USD 696.007,95 dan yang terendah di bulan Januari sebesar USD 299.844,30. Ngouhouo dan Makolle (2013) berpendapat bahwa, fluktuasi yang terjadi pada tingkat ekspor kerajinan kayu tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor yang terkait mengenai ekspor kerajinan kayu di Indonesia antara lain pendapatan, harga barang, investasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat untuk usaha yang terkait, yakni kerajinan kayu Indonesia. Perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh nilai tukar yang secara tidak langsung akan mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap mata uang asing (See Mekenzie dalam Mohammadina et.al, 2011).
5
Nilai tukar yang sering disebut dengan kurs dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang sering dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat ini atau di kemudian hari, antara dua mata uang negara satu dengan negara yang lain. Kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam perekonomian terbuka, hal ini disebabkan karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Kurs juga dapat dijadikan sebagai alat ukur kondisi perekonomian suatu negara. Menurut Salvatore (1997:10), pertumbuhan nilai mata uang yang stabil ditunjukkan oleh kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil di suatu negara. Perbedaan pada nilai kurs suatu negara pada dasarnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang tersebut (Levi, 1996:129). Nilai kurs berdasarkan pada kekuatan pasar cenderung akan mengalami perubahan disetiap kali nilai-nilai salah satu dari dua komponen mata uang berubah. Mata uang akan cenderung lebih berharga apabila permintaan menjadi lebih besar dari pasokan yang tersedia, begitupula sebaliknya nilai akan berkurang apabila permintaan kurang dari pasokan yang tersedia. Menurut Mankiw (2006:231), bahwa peningkatan ataupun penurunan nilai ekspor dipengaruhi oleh beberapa faktor ekonomi, yang terdiri atas selera konsumen terhadap barangbarang produksi, harga-harga barang diluar negeri ataupun didalam negeri, nilai tukar (kurs) yang akan menentukan jumlah domestik yang diperlukan untuk membeli sejumlah mata uang asing, biaya membawa barang dari suatu negara ke negara lain serta kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasional. Salah
6
satu faktor yang menentukan naik dan turunnya nilai ekspor yang disebutkan oleh Mankiw (2006:231) adalah nilai tukar (kurs). Perkembangan nilai kurs dollar Amerika Serikat terhadap nilai rupiah di Indonesia pada tahun 2012-2015 ditunjukkan dalam Tabel 1.3 Tabel 1.3 Perkembangan Nilai Kurs dollar AS Tahun 2012-2015 Kurs dollar Amerika Serikat (Rp/USD) Bulan 2012 2013 2014 Januari 9.045,00 9.746,00 12.287,00 Februari 9.130,00 9.715,00 11.692,00 Maret 9.226,00 9.768,00 11.461,00 April 9.236,00 9.771,00 11.590,00 Mei 9.613,00 9.851,00 11.669,00 Juni 9.527,00 9.979,00 12.029,00 Juli 9.532,00 10.329,00 11.649,00 Agustus 9.608,00 10.979,00 11.776,00 September 9.636,00 11.671,00 12.273,00 Oktober 9.663,00 11.290,00 12.142,00 November 9.653,00 12.037,00 12.257,00 Desember 9.718,00 12.250,00 12.502,00 Sumber :Bank Indonesia, 2015 (bi.go.id)
2015 12.688,00 12.927,00 13.149,00 13.002,00 13.277,00 13.399,00 13.548,00 14.097,00 14.151,00
Tabel 1.3 di atas menunjukkan perkembangan nilai kurs dollar Amerika Serikat di Indonesia pada tahun 2012-2015 yang mengalami fluktuasi. Nilai mata uang rupiah terhadap nilai dollar Amerika Serikat terdepresiasi disetiap bulan dan tahunnya. Bulan Januari tahun 2012, nilai rupiah sebesar Rp.9.045. Namun, pada bulan Mei tahun 2012 nilai mata uang rupiah terdepresiasi terhadap dollar Amerika Serikat mencapai Rp. 9.613. Pada bulan Desember kembali mengalami depresiasi hingga mencapai Rp.9.718. Pada tahun 2013, nilai rupiah terus mengalami depresiasi setiap bulannya. Sepanjang tahun 2013, pada bulan Desember merupakan puncak melemahnya nilai rupiah hingga mencapai
7
Rp.12.250. Pada tahun 2014, nilai rupiah terdepresiasi dengan sangat tajam pada bulan Desember yakni sebesar Rp.12.502. Pada bulan Januari tahun 2015 hingga bulan September rupiah terdepresiasi dari Rp.12.688 mencapai Rp. 14.151. Melemahnya nilai rupiah akan mempengaruhi ekspor di Indonesia. Produksi merupakan suatu proses perubahan barang atau bahan mentah menjadi barang jadi dengan melibatkan faktor lain seperti tenaga kerja dan teknologi. Proses produksi adalah proses yang dilakukan oleh produsen yang berupa
kegiatan
mengkombinasikan
input,
yakni
sumber
daya
untuk
menghasilkan output (Sugiyanto, 2008:61). Berdasarkan teori permintaan, ketika harga meningkat maka permintaan akan barang tersebut menurun sehingga produksi akan berkurang. Sebaliknya, jika dilihat dari teori penawaran, apabila harga meningkat maka penawaran akan barang tersebut juga mengalami peningkatan dan jumlah produksi akan bertambah. Yuniartini (2013) berpendapat bahwa, perkembangan sektor industri provinsi Bali masih berbasis nonmigas, yaitu pada sektor kecil dan menengah. Provinsi Bali selain menjadi tujuan wisata, memiliki potensi besar pada perdagangan kerajinan kayu. Perkembangan jumlah produksi olahan kayu ditunjukkan pada Tabel 1.4 . Tabel 1.4 menunjukkan bahwa total jumlah produksi olahan kayu dari tahun 2012 sebesar 503.600 pcs dengan memiliki rerata sebesar 41.966,67 pcs. Pada bulan Februari dan bulan April tahun 2012 jumlah produksi olahan kayu masing-masing mencapai 70.378 pcs dan 71.089 pcs. Namun, pada tahun 2013 total jumlah produksi olahan kayu mengalami penurunan, yakni sebesar 365.034 pcs dengan rerata sebesar 30.419,5 pcs. Selanjutnya, pada tahun 2014, total
8
jumlah produksi olahan kayu mengalami peningkatan sebesar 417.280 pcs dengan rerata sebesar 34.773,33 pcs. Jumlah produksi olahan kayu pada bulan Oktober tahun 2014 mencapai 71.268 pcs, namun pada bulan selanjutnya mengalami penurunan jumlah produksi yaitu sebesar 38.970 pcs. Pada tahun 2015, dari bulan Januari hingga bulan September, total jumlah produksi olahan kayu sebesar 263.578 pcs dengan rerata sebesar 29.286,44 pcs. Tabel 1.4 Jumlah Produksi Olahan Kayu (Pcs) Jumlah Produksi (Pcs) 2015 2012 2013 2014 30.567,00 39.927,00 18.940,00 Januari 19.800,00 70.378,00 29.950,00 39.002,00 Februari 25.020,00 37.157,00 24.945,00 39.010,00 Maret 29.300,00 71.089,00 39.850,00 34.570,00 April 26.750,00 39.740,00 27.200,00 23.460,00 Mei 36.090,00 38.647,00 26.360,00 38.362,00 Juni 36.550,00 38.546,00 35.680,00 25.890,00 Juli 35.998,00 28.973,00 26.975,00 23.008,00 Agustus 34.115,00 31.486,00 36.772,00 28.600,00 September 19.955,00 39.940,00 28.985,00 71.268,00 Oktober 37.398,00 20.400,00 38.970,00 November 39.679,00 27.990,00 36.200,00 Desember 503.600,00 365.034,00 417.280,00 263.578,00 Total 41.966,67 30.419,5 34.773,33 29.286, 44 Rerata Sumber :Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar, 2015 Bulan
Menurut Sukirno (2012:32) bahwa, ekspor menambah perbelanjaan atas produk-produk yang dikeluarkan oleh perusahaan dan menyebabkan lebih banyak produk akan diproduksikan. Proses produksi pada produk olahan kayu memiliki beberapa tahapan, yakni berawal dari pembuatan pahatan kasar, pembuatan detail dengan menggunakan pisau serta pahat kecil, yang terakhir tahap penghalusan dengan menggunakan amplas. Selain mendatangkan keuntungan, masyarakat
9
dapat mengembangkan dan mengeksplorasi diri dalam menghasilkan berbagai produk, yang salah satunya produk kerajinan olahan kayu (Joshi dan Dahal, 2008). Proses produksi pada produk olahan kayu tergantung pada pahatan disetiap detail produk olahan pada kayu tersebut. Setiap para seniman memiliki ciri khas masing-masing di dalam memahat kayu-kayu tersebut dan tentunya memiliki harga yang berbeda-beda antara produk seniman satu dengan seniman yang lainnya. Karya dari setiap seniman memiliki perbedaan nilai ekonomi antara seniman yang satu dengan seniman yang lainnya. Adanya perbedaan nilai ekonomi ini dikarenakan kekhasan masing-masing seniman yang sulit ditiru oleh seniman lainnya. Tingkat kerumitan yang dinilai dari detail ornamen pada produk olahan kayu yang khas dapat mempengaruhi harga jual dari produk olahan kayu tersebut. Sementara jenis bahan yang digunakan untuk produk olahan kayu tersebut akan mempengaruhi nilai setiap produk olahan kayu dalam jangka waktu yang panjang (indonesiakaya.com). Para perajin di Gianyar sering menggunakan jenis kayu suar (trembesi) yang berasal dari Jawa dan Kalimantan. Jenis kayu yang sering digunakan diantaranya meranti, waru, sonokeling, ebony, dan bonggol jati yang juga berasal dari luar Bali. Jika tingkat harga secara umum mengalami kenaikan secara terus-menerus tanpa memperhatikan jumlah uang yang beredar akan menyebabkan terjadinya inflasi. Inflasi merupakan suatu kecenderungan meningkatnya tingkat harga umum secara terus-menerus sepanjang waktu (Nanga, 2005:237). Berdasarkan definisi tersebut, kenaikan tingkat harga umum yang terjadi sekali waktu saja atau kenaikan harga produk hanya pada satu atau dua produk saja tidaklah dapat
10
dikatakan sebagai inflasi. Hampir seluruh negara pernah mengalami penyakit ekonomi ini seperti halnya inflasi. Menurut Iswardono (1999:214) pengalaman di berbagai negara yang mengalami inflasi disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah uang yang beredar, upah, paceklik, kekeringan, dan defisit anggaran. Maggi (2013) berpendapat bahwa, inflasi menjadi salah satu perhatian penting dari
pemerintahan
negara-negara
di
dunia,
tidak
terkecuali
Indonesia.
Perkembangan inflasi di Indonesia pada tahun 2012-2015 ditunjukkan dalam Tabel 1.5 Tabel 1.5 Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun 2012-2015 Tingkat Inflasi (%) Bulan 2012 2013 2014 Januari 3.65 4.57 8.22 Februari 3.56 5.31 7.75 Maret 3.97 5.90 7.32 April 4.50 5.57 7.25 Mei 4.45 5.47 7.32 Juni 4.53 5.90 6.70 Juli 4.56 8.61 4.53 Agustus 4.58 8.79 3.99 September 4.31 8.40 4.53 Oktober 4.61 8.32 4.83 November 4.32 8.37 6.23 Desember 4.30 8.38 8.36 Sumber :Bank Indonesia, 2015 (www.bi.go.id)
2015 6.96 6.29 6.38 6.79 7.15 7.26 7.26 7.18 7.20
Tabel 1.5 tingkat inflasi di Indonesia dari tahun 2012 sampai dengan 2015 setiap bulannya mengalami fluktuasi. Namun, pada tahun 2013, pada bulan Juni sebesar 5,90 persen mengalami peningkatan pada bulan Juli mencapai 8,61 persen. Pada tahun 2014, pada bulan Agustus sebesar 3,99 persen, dan terus meningkat hingga bulan Desember mencapai 8,36 persen. Pada tahun 2015,
11
tingkat inflasi di Indonesia, meningkat disetiap bulannya. Pada bulan September tahun 2015, tingkat inflasi di Indonesia mencapai 7,20 persen. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan hal tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah kurs dollar Amerika Serikat, jumlah produksi dan tingkat inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ekspor produk olahan kayu Kabupaten Gianyar? 2. Bagaimanakah pengaruh kurs dollar Amerika Serikat, jumlah produksi dan tingkat inflasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ekspor produk olahan kayu Kabupaten Gianyar? 3. Manakah variabel yang berpengaruh dominan terhadap naik turunnya nilai ekspor produk olahan kayu Kabupaten Gianyar? 1.3 Tujuan Penelitian Dari permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh kurs dollar Amerika Serikat, jumlah produksi, dan tingkat inflasi secara simultan terhadap ekspor produk olahan kayu Kabupaten Gianyar. 2. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh kurs dollar Amerika Serikat, jumlah produksi, dan tingkat inflasi secara parsial terhadap ekspor produk olahan kayu Kabupaten Gianyar.
12
3. Untuk menganalisis dan mengetahui variabel mana yang berpengaruh dominan terhadap naik turunnya nilai ekspor produk olahan kayu Kabupaten Gianyar. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini dapat dibagi menjadi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan membantu menambah pengetahuan bagi masyarakat khususnya mahasiswa yang ingin menambah referensi
atau
sumbangan
pemikiran
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi ekspor produk olahan kayu Kabupaten Gianyar. 2. Kegunaan Praktis Sebagai bahan masukan atau informasi bagi Pemerintah atau pihak lainnya mengenai hal-hal yang menjadi faktor yang berpengaruh terhadap ekspor produk olahan kayu Kabupaten Gianyar agar dapat meningkatkan ekspor produk olahan kayu Kabupaten Gianyar kedepannya. 1.5 Sistematika Penulisan Pembahasan skripsi disusun berdasarkan bab secara sistematis, sehingga antara bab yang satu dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:
13
Bab I
Pendahuluan Bab ini akan menguraikan hal-hal yang menyangkut pendahuluan, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini membahas teori, konsep, dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan ekspor, kurs dollar Amerika Serikat, jumlah produksi, dan tingkat inflasi. Pada bab ini juga dibahas mengenai teori perdagangan internasional, teori permintaan dan penawaran, teori ekspor, konsep kurs valuta asing, teori produksi, konsep inflasi serta hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Pada bab ini juga dibahas rumusan hipotesis yang merupakan dugaan sementara dari rumusan masalah yang sesuai dengan landasan teori.
Bab III
Metode Penelitian Bab ini memuat cara pemecahan masalah yang diajukan dalam penelitian baik dalam mencari data maupun menganalisa data. Bab ini terdiri dari uraian tentang desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.
14
Bab IV
Pembahasan Bab ini menguraikan tentang gambaran umum masing-masing variabel, deskripsi hasil analisis uji asumsi klasik dan analisis regresi berganda.
Bab V
Simpulan dan Saran Bab ini memuat kesimpulan yang mencakup seluruh hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang dipandang perlu dan relevan atas simpulan yang dikemukakan.
15