BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan sumber daya yang dimiliki setiap negara dan keterbukaan untuk melakukan hubungan internasional melalui perjanjian baik bilateral maupun multilateral. Keterikatan perjanjian Negara Indonesia dengan negara lain menyebabkan pertukaran barang dan jasa yang dapat memberikan dampak positif untuk meningkatkan produktifitas dan kemakmuran masyarakat. Manfaat perdagangan internasional adalah mempererat kerja sama internasional, memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi dalam negeri, memperoleh keuntungan spesialisasi, memperluas pasar dan keuntungan, serta transfer teknologi modern (Sadono Sukirno, 2004:370). Maka dari itu, perdagangan internasional sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara, karena dalam perdagangan internasional tercipta persaingan di pasar internasional antar negara-negara di dunia dengan berspesialisasi dalam menghasilkan barang dan jasa secara murah, baik dari segi bahan maupun cara berproduksi. Perdagangan internasional memiliki manfaat nyata berupa kenaikan pendapatan yang dapat diukur melalui Produk Domestik Bruto (PDB), cadangan devisa, transfer modal berupa penanaman modal asing, dan bertambahnya kesempatan kerja dengan tumbuhnya industri dalam negeri. Disisi lain, perdagangan internasional dapat menimbulkan tantangan dan kendala yang 1
banyak dihadapi oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia. Tantangan dan kendala yang dimaksud diantaranya eksploitasi terhadap negara-negara berkembang yang hanya menghasilkan bahan mentah, lemahnya industri lokal yang tidak memiliki keunggulan produk kompetitif, menimbulkan budaya konsumtif dan ketergantungan terhadap negara lain. Negara berkembang sulit menciptakan barang teknologi karena keterbatasan dana, infrastruktur dan keahlian sehingga akan lebih banyak kecenderungan tergantung pada negara maju (Serian & Ariawan, 2014:112). Dalam kegiatan perdagangan internasional ekspor mendapat prioritas utama dari pemerintah karena bertujuan untuk memperoleh devisa negara dalam jumlah besar. Akan tetapi devisa dari ekspor tersebut diharapkan dapat digunakan untuk mengimpor kebutuhan pokok yang diperlukan, terutama untuk mengimpor bahan baku dan barang setengah jadi yang diperlukan untuk industri-industri dalam negeri. Peranan sektor industri untuk mendukung ekspor non migas dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan menyebabkan pertumbuhan impor terutama barang modal dan bahan baku/penolong. Hal ini karena masih banyak industri yang berorientasi ekspor maupun dalam negeri tergantung pada bahan baku impor. Dengan demikian kalangan industri dapat mengimpor barang yang dibutuhkan untuk memacu kegiatan produksi dan mengekspor produk jadi ke pasar regional demi memperbaiki volume perdagangan luar negeri (Serian & Ariawan, 2014:56). Pemerintah mempunyai aturan yang cukup kuat untuk mempengaruhi kegiatan perdagangan internasional di Indonesia. Instrumen berupa kontrol atas
2
ekspor, misalnya berupa kurs devisa, ekspor oleh instansi pemerintah langsung, administrasi ekspor dan investasi dalam prasarana fisik yang bersangkutan. Demikian pula dengan impor yang dipengaruhi oleh kurs devisa, bea masuk, perdagangan langsung yang dilakukan instansi pemerintah, administrasi impor dan investasi dalam serangkaian pasar dengan perdagangan internasional (Glassburner dan Adityawan, 1981:70) Kegiatan impor yang dilakukan Indonesia pada prinsipnya adalah untuk memenuhi kebutuhan industri yang ada. Perilaku impor Indonesia yang cenderung sulit diantisipasi sangat mempengaruhi kinerja perekonomian. Sektor produksi yang terus digalakkan mengharuskan permintaan akan produk impor sebagai bahan baku dan penolong untuk produksi. Iswardono SP (1980) melakukan studi permintaan impor Indonesia dengan membagi permintaan komoditi impor Indonesia menurut kategori Standard International Trade Classification (SITC). Penggolongan komoditi impor menurut kategori SITC dapat dilihat pada Tabel 1.1 yaitu mengenai permintaan impor yang lebih besar dari pada ekspor bila dilihat dari selisih total ekspor dan impor pada tahun 2012 sampai dengan 2013. Hal tersebut menjadi defisit neraca pembayaran yang akan berdampak sistemik terhadap perekonomian suatu negara karena ketergantungan mengimpor bahan baku dan penolong untuk industri. Impor di sisi lain juga memiliki pengaruh besar dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional apabila dapat meningkatkan perkembangan industri di dalam negeri. Fungsi impor adalah untuk pengadaan bahan kebutuhan pokok (barang konsumsi), pengadaan bahan baku bagi industri dalam negeri, dan untuk pengadaan barang modal yang belum bisa
3
dihasilkan sendiri di dalam negeri. Fungsi lainnya adalah untuk merintis pasaran di dalam negeri, merangsang pertumbuhan industri baru, dan perluasan industri yang sudah ada. Sehingga impor tersebut digunakan untuk proses industri dalam negeri khususnya industri yang berorientasi ekspor.
Tabel 1.1 Nilai Ekspor dan Impor Indonesia Menurut Golongan SITC (juta US$) Tahun 2011-2013 SITC
Golongan Barang
(1)
(2)
0
Ekspor
Impor
2011
2012
2013
2011
2012
2013
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Bahan makanan dan 10.114,6
10.742,6
10.961,2
14.335,4
13.342,3
13.871,7
807,6
879,9
1.017,3
656,8
848,1
821,6
24.275,1
18.831,6
19.275,6
9.993,9
9.029,8
9.231,1
68.912,3
63.371,4
57.395,8
40.821,0
42.732,8
45.510,1
20.704,4
22.020,9
19.924,5
186,6
157,3
205,8
12.756,8
10.597,2
10.976,9
22.237,8
23.666,1
23.593,6
25.485,6
22.289,1
21.923,7
25.864,7
29.772,8
28.462,1
21.768,7
22.767,5
22.133,3
57.787,7
65.637,4
57.823,6
16.447,3
16.513,8
17.124,5
5.481,4
6.460,3
7.075,6
2.224,2
2.006,3
1.819,0
70,3
42,6
33,5
203.496,6
190.020,3
182.551,8
177.435,6
191.689,5
186.628,7
binatang hidup 1
Minuman dan tembakau
2
Bahan-bahan mentah, tidak untuk dimakan
3
Bahan bakar pelikan, bahan penyemir dan bahan-bahan yang berkenaan dengan itu
4
Lemak serta minyak hewan dan nabati
5
Bahan-bahan kimia
6
Barang-barang buatan pabrik dirinci menurut bahan
7
Mesin dan alat pengangkutan
8
Berbagai jenis barang buatan pabrik
9
Barang-barang transaksi tidak rinci Jumlah
Sumber : Publikasi Badan Pusat Statistik, 2014.
4
Berdasarkan Tabel 1.2 rata-rata persentase terbesar adalah untuk impor bahan baku dan barang penolong sebesar 75.06 % selama dua puluh tahun dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2013. Tabel 1.2 Nilai Impor Indonesia Menurut Golongan Pengguna Barang (juta US$) Tahun 1994 – 2013 Tahun
Impor Masing-Masing Golongan Pengguna Barang Barang
(%)
Konsumsi
Bahan Baku &
(%)
Barang Penolong
Barang
Nilai Impor (%)
Total
Modal
1994
1,430.20
4.47
23,133.60
72.33
7,419.70
23.20
31,983.50
1995
2,350.40
5.79
29,586.60
72.82
8,691.70
21.39
40,628.70
1996
2,805.90
6.54
30,469.70
70.98
9,652.90
22.49
42,928.50
1997
2,166.30
5.20
30,229.50
72.53
9,284.00
22.27
41,679.80
1998
1,917.60
7.01
19,611.80
71.74
5,807.50
21.24
27,336.90
1999
2,468.30
10.28
18,475.00
76.97
3,060.00
12.75
24,003.30
2000
2,718.70
8.11
26,018.70
77.63
4,777.40
14.25
33,514.80
2001
2,251.20
7.27
23,879.40
77.12
4,831.50
15.60
30,962.10
2002
2,650.50
8.47
24,227.50
77.43
4,410.90
14.10
31,288.90
2003
2,862.80
8.79
25,496.30
78.33
4,191.50
12.88
32,550.60
2004
3,786.50
8.14
36,204.20
77.82
6,533.80
14.04
46,524.50
2005
4,620.50
8.01
44,792.00
77.63
8,288.40
14.36
57,700.90
2006
4,738.20
7.76
47,171.40
77.25
9,155.90
14.99
61,065.50
2007
6,539.10
8.78
56,484.70
75.85
11,449.60
15.37
74,473.40
2008
8,303.70
6.43
99,492.70
77.01
21,400.90
16.56
129,197.30
2009
6,752.60
6.97
69,638.10
71.92
20,438.50
21.11
96,829.20
2010
9,991.60
7.36
98,755.10
72.79
26,916.60
19.84
135,663.30
2011
13,392.90
7.55
130,934.30
73.79
33,108.40
18.66
177,435.60
2012
13,408.60
6.99
140,126.10
73.10
38,154.80
19.90
191,689.50
2013
13,138.90
7.04
141,957.90
76.06
31,531.90
16.90
186,628.70
Ratarata
7.35
75.06
17.60
Sumber : Publikasi Badan Pusat Statistik, 2014, Data Diolah
5
Menurut Menteri Perdagangan (Kemendag) Muhammad Lutfi pada siaran pers di Jakarta hari Kamis tanggal 4 September 2014 mengatakan bahwa masalah perdagangan di sektor manufaktur agak sulit di dorong keluar. Hal ini dikarenakan 77% lebih impor Indonesia adalah bahan baku dan bahan penolong untuk industri dalam negeri. Pada siaran pers Kemendag RI tanggal 5 Agustus 2014 menyebutkan bahwa peningkatan impor nonmigas Juni 2014 didominasi oleh bahan baku/penolong dan barang modal. Impor bahan baku/penolong mengalami peningkatan sebesar 5,4% (MoM), menjadi USD 12 miliar. Peningkatan nilai impor nonmigas pada Juni 2014 dipicu oleh meningkatnya impor beberapa barang kebutuhan industri dalam negeri, antara lain mesin-mesin/pesawat mekanik (HS 84) naik USD 373,4 juta atau 18,2% dari bulan Mei 2014 dan besi dan baja naik sebesar USD 141,8 juta atau 20,8%. Secara kumulatif, impor Semester I 2014 masih tetap didominasi bahan baku/penolong (76,5%) meskipun mengalami penurunan sebesar 4,6% (YoY). Otani, Ichiro and Yung Chul Park (1976) dalam modelnya permintaan impor bahan baku penolong (barang antara) dianalisa secara terpisah dengan barang lainnya. Bahan baku/penolong merupakan faktor produksi penting untuk sebagian besar negara yang sedang berkembang. Kesimpulan penelitian Otani dan Park adalah permintaan impor bahan baku/penolong dipengaruhi secara signifikan oleh output riil sektor nonprime dan cadangan devisa riil. Ketika pertumbuhan ekonomi meningkat maka permintaan dalam negeri meningkat sehingga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dilakukan impor dari negara lain. Peningkatan
6
impor bahan baku dari negara lain untuk keperluan industri dapat dilihat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1 Tiga Puluh Negara Asal Impor Terbesar Untuk Produk Hasil Industri di Indonesia
Sumber: http://www.kemenperin.go.id/statistik/negara.php, 2014, Data Diolah. Posisi cadangan devisa dapat dikatakan aman menurut BI, apabila diatas standar kecukupan internasional yaitu mencukupi kebutuhan impor lebih dari jangka waktu sekitar tiga bulan. Tipisnya persediaan valuta asing yang dimiliki suatu negara dapat menimbulkan kesulitan ekonomi bagi negara yang bersangkutan. Pengaruh cadangan devisa sangat penting untuk keperluan impor, pembayaran utang serta menjaga perekonomian negara dari goncangan yang terjadi pada suatu perekonomian (Tirta, 2005:34). Makin menipisnya cadangan devisa juga merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kerentanan ekonomi Indonesia yaitu makin memperburuk kondisi perekonomian nasional. 7
Realisasi impor juga ditentukan oleh kemampuan negara tersebut membiayai impornya. Keynes mengemukakan bahwa besar kecilnya impor lebih dipengaruhi oleh pendapatan negara tersebut. Analisis makro ekonomi menganggap bahwa makin besar pendapatan
nasional suatu
negara maka
semakin besar pula impornya (Herlambang, dkk, 2001:267). Sehingga perubahan pada tingkat pendapatan suatu negara akan membawa perubahan pada tingkat impor. Impor dapat terjadi dikarenakan pendapatan dalam negeri meningkat sehingga kemampuan penduduk untuk membeli barang-barang impor pun meningkat (Sadono Sukirno, 2008:336). Indonesia sebagai negara yang banyak mengimpor bahan baku industri mengalami dampak dari ketidakstabilan kurs yang dapat dilihat dari melonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan harga barang-barang milik Indonesia mengalami
peningkatan.
Dengan
melemahnya
rupiah
menyebabkan
perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis ekonomi dan kepercayaan terhadap mata uang dalam negeri. Bukan saja negara tersebut akan kesulitan mengimpor barang-barang yang dibutuhkannya dari luar negeri, tetapi juga memerosotkan kredibilitas mata uangnya. Kurs mata uangnya di pasar valuta asing akan mengalami depresiasi. Perubahan nilai tukar dibedakan menjadi apresiasi dan depresiasi. Apresiasi adalah suatu peningkatan nilai tukar mata uang yang dihitung oleh jumlah mata uang asing yang dibelinya. Sedangkan depresiasi adalah suatu penurunan nilai mata uang yang dihitung oleh jumlah mata uang asing yang dapat dibelinya (Mankiw, 2003:220-221).
8
Hampir sebagian besar industri di Indonesia menggunakan bahan baku industri yang diimpor dari negara lain. Sampai saat ini industri subtitusi impor terbatas sehingga ketergantungan terhadap impor bahan baku industri masih besar. Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengajukan penelitian dengan judul ” Pengaruh Cadangan Devisa, Produk Domestik Bruto, dan Kurs Dollar Amerika Serikat terhadap Impor Bahan Baku Industri di Indonesia Periode Tahun 19942013”. 1.2. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi pokok permasalahan penelitian ini adalah: 1. Apakah Cadangan Devisa, Produk Domestik Bruto, dan Kurs Dollar Amerika Serikat berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap Nilai Impor Bahan Baku Industri Periode Tahun 1994 – 2013? 2. Bagaimana pengaruh Cadangan Devisa, Produk Domestik Bruto, dan Kurs Dollar Amerika Serikat secara parsial terhadap Nilai Impor Bahan Baku Industri Periode Tahun 1994 – 2013? 3. Variabel bebas manakah yang berpengaruh dominan terhadap nilai impor bahan baku industri periode tahun 1994 – 2013? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diteliti, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:
9
1. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan dan signifikan Cadangan Devisa, Produk Domestik Bruto, dan Kurs Dollar Amerika Serikat terhadap Nilai Impor Bahan Baku Industri Periode Tahun 1994 – 2013. 2. Untuk mengetahui pengaruh Cadangan Devisa, Produk Domestik Bruto, dan Kurs Dollar Amerika Serikat secara parsial terhadap Nilai Impor Bahan Baku Industri Periode Tahun 1994 – 2013. 3. Untuk mengetahui variabel bebas yang berpengaruh dominan terhadap nilai impor bahan baku industri periode tahun 1994 – 2013. 1.4. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan kebenaran teori-teori khususnya mengenai pengaruh Cadangan Devisa, Produk Domestik Bruto, dan Kurs Dollar Amerika Serikat terhadap Impor Bahan Baku Industri di Indonesia Periode tahun 1994 – 2013. 2. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan perdagangan internasional khususnya impor bahan baku industri.
10
1.5
Sistematika Penulisan Pembahasan penelitian ini disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara
sistematis, sehingga antara bab satu dengan bab lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II
Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Menguraikan landasan teori untuk memecahkan masalah seperti teori perdagangan internasional, teori impor, konsep-konsep dari variabel bebas yang digunakan yaitu Cadangan Devisa, Produk Domestik Bruto, dan Kurs Dollar Amerika Serikat. Pada bab ini juga membahas hasil penelitian sebelumnya serta rumusan hipotesis.
Bab III Metode Penelitian Menguraikan mengenai lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data. Bab IV
Pembahasan Hasil Penelitian Menguraikan gambaran umum penelitian dan membahas mengenai hasil penelitian dengan menggunakan metode penelitian yang ada.
11
Bab V
Simpulan dan Saran Membahas mengenai kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta memberikan saran-saran berdasarkan kesimpulan yang diperoleh.
12