BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia
terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Secara umum kematian akibat diare pada anak di dunia mencapai 42.000 per minggu, 6.000 per hari, 4 per menit, dan 1 kematian setiap 14 detik (WHO, 2000). Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan dapat menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa). Penyebab utama kematian diare adalah dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada gejala dehidrasi. Angka serangan diare pada anak balita dengan CFR sebesar 1,032,7%. Di Indonesia ± 25 % kematian anak-anak di bawah lima tahun disebabkan oleh diare. Pada 22 juta anak dan balita di Indonesia diperkirakan terjadi 50 juta serangan diare akut per tahun, dan sebanyak 600.000 anak meninggal akibat diare tersebut. Hasil Survei Morbiditas Diare Tahun 2010 menunjukkan bahwa proporsi penderita diare terbesar pada balita adalah kelompok umur 6 - 11 bulan sebesar 21,65% lalu kelompok umur 12 - 17 bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24 – 29 bulan sebesar 12,37% sedangkan proporsi terkecil pada kelompok umur 54 - 59 bulan
yaitu
2,06%
(Kemenkes
1
RI,
2011).
2
Di Bali tercatat sebanyak 75.704 kasus diare yang terjadi selama tahun 2007 dimana 45.727 kasus diare terjadi pada bayi dan balita. Diare dan gastroenteritis merupakan penyakit urutan pertama yang menyebabkan pasien rawat inap di rumah sakit berdasarkan tabel sepuluh peringkat utama pasien rawat inap di rumah sakit. Diare menempati peringkat pertama dengan persentase sebesar 8,23%. Di Badan Rumah Sakit Umum Tabanan, dalam kurun waktu 6 bulan yaitu Bulan Januari hingga Juni 2011, tercatat sebanyak 254 pasien rawat inap yang menderita diare akut. Dimana dari angka tersebut sebanyak 57,8% atau 147 pasien adalah bayi dan balita yang berumur 0-60 bulan dengan rata-rata lama rawat inap 310 hari. ALOS (Average Lenght of Stay) pasien diare di BRSU Tabanan tersebut melampaui target yang telah ditetapkan Depkes RI yaitu selama empat hari. Salah satu penelitian yang mempelajari hubungan antara masa lama rawat inap dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu derajat dehidrasi di rumah sakit adalah penelitian Ariyanto (2011) yang dilakukan terhadap 118 pasien diare akut di RSUP H.Adam Malik yang menunjukkan bahwa lama masa rawat di rumah sakit atau length of stay (mean ± SD) adalah sebagai berikut, tanpa dehidrasi 76 ± 0 jam, dehidrasi ringan-sedang 65,4 ± 16,61 jam ( 95% CI : 61,91 – 68,90), dehidrasi berat 71,17 ± 17,35 jam ( 95% CI : 60,15 – 82,19). Kesimpulan penelitian tersebut adalah tidak ada perbedaan bermakna antara lama masa rawat di rumah sakit dengan derajat dehidrasi akibat diare akut pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi lama rawat inap bayi dan balita penderita diare akut yang terdapat dalam berkas rekam medis pasien rawat inap adalah umur, status gizi, kelas ruangan perawatan dan riwayat pemberian ASI eksklusif. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktorfaktor tersebut adalah metode analisis kesintasan.
3
Analisis kesintasan (survival analysis) merupakan analisis statistika khusus yang digunakan untuk menganalisis data yang variabelnya berkaitan dengan waktu hingga munculnya suatu peristiwa. Analisis Kaplan-Meier dan Regresi Cox termasuk survival analysis. Dimana analisis Kaplan Meier digunakan untuk membandingkan dua buah life table (bivariate analysis), sedangkan regresi cox merupakan analisis yang digunakan untuk menganalisa data waktu kejadian dan untuk mengetahui hubungan waktu kejadian dengan salah satu variabel bebasnya. Cox Regression dipakai bila akan mempelajari pengaruh variabel bebas X dan beberapa variabel covariate (pengganggu) terhadap variabel tergantung Y “time-until-event data”. Contoh aplikasi metode analisis kesintasan untuk mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi lama rawat pasien diare belum ada, tetapi salah satu contoh aplikasi metode analisis kesintasan yaitu pada penelitian Rarung (2008), analisis kesintasan digunakan untuk mengetahui kelangsungan hidup lima tahun kasus kanker ovarium yang dikelola di Divisi Onkologi Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan tersebut dengan model Regresi Cox. Pemodelan regresi Cox juga digunakan dalam penelitian Marhima (2008) untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi ketahanan hidup penderita kanker leher rahim di RSU dr.Soetomo Surabaya. Lama rawat inap pasien diare di rumah sakit penting untuk diperpendek agar sesuai dengan standar Depkes RI untuk ALOS pasien rawat inap diare di Rumah Sakit Tipe B yaitu selama 4 hari. Melihat rata-rata lama rawat inap bayi dan balita yang menderita diare di BRSU Tabanan yang cukup panjang dan melampaui target yang diharapkan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi lama rawat inap bayi dan balita diare
4
di BRSU Tabanan dengan menggunakan metode survival analysis (analisis kesintasan).
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut : “Bagaimanakah gambaran lama rawat inap bayi dan balita penderita diare akut, bagaimanakah perbandingan lama rawat inap bayi dan balita penderita diare akut berdasarkan kelompok umur dan tingkat dehidrasi, dan apa saja faktor yang mempengaruhi lama rawat inap bayi dan balita penderita diare akut di Badan Rumah Sakit Umum Tabanan tahun 2011?”
1.3
Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah gambaran lama rawat inap bayi dan balita penderita diare akut di BRSU Tabanan Tahun 2011? 2. Apakah ada perbedaan lama rawat inap pasien diare akut berdasarkan kelompok umur dan tingkat dehidrasi di BRSU Tabanan tahun 2011? 3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi lama rawat inap diare akut di Badan Rumah Sakit Umum Tabanan tahun 2011?
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1
Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengaplikasikan metode
analisis kesintasan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi lama rawat inap bayi dan balita penderita diare akut di BRSU Tabanan tahun 2011.
5
1.4.2
Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :
1. Mengetahui gambaran lama rawat inap bayi dan balita penderita diare akut di BRSU Tabanan Tahun 2011. 2. Mengetahui perbedaan lama rawat inap pasien diare akut berdasarkan kelompok umur dan tingkat dehidrasi di BRSU Tabanan tahun 2011. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi lama rawat inap bayi dan balita diare di BRSU Tabanan tahun 2011.
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1
Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah yang
menyangkut bidang kesehatan masyarakat mengenai pemanfaatan metode Analisis Kesintasan untuk mengetahui gambaran lama rawat inap bayi dan balita penderita diare akut dan menganalisis faktor yang mempengaruhi lama rawat inap bayi dan balita penderita diare akut di BRSU Tabanan.
1.5.2
Manfaat Praktis
1. Sebagai bahan masukan bagi pengembangan pelayanan rawat inap untuk pasien diare di rumah sakit dalam upaya memperpendek lama rawat inap pasien diare agar sesuai dengan target yang diharapkan yaitu sesuai dengan standar dari Depkes RI dimana ALOS untuk diagnosa A09. (Diarrhoea dan Gastroenteritis/diare akut) adalah selama 4 hari (Depkes RI, 2009)
6
2. Sebagai salah satu sumber informasi kesehatan bagi konsumen rumah sakit khususnya dan masyarakat pada umumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi lama rawat inap bayi dan balita diare di rumah sakit.
1.6
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan aplikasi metode Life Table di dalam analisis faktor
yang mempengaruhi lama rawat inap bayi dan balita diare dengan menggunakan cakupan pasien diare (bayi dan balita) di BRSU Tabanan sebagai kasus.