BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam wahyu pertama, Allah Swt. menyebutkan kata iqra’ (baca) pada awal surat, kemudian dikaitkan dengan kalimat selanjutnya bismirabbik al-ladzi khalaq (dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan ).1 Kemudian Allah Swt. menyandingkan iqra’ (baca) dengan ‘allam bi al-qalam (yang mengajari dengan qalam). Sandingan ini memiliki kekuatan yang sangat penting bagi manusia, bahwa Allah Swt. selain memerintahkan untuk membaca, juga memerintahkan untuk menulis. Membaca dan menulis adalah dua kegiatan yang saling berkaitan satu sama lainnya, Hal tersebut menunjukkan bahwa Islam
sejak
awal
sudah menyerukan kepada manusia untuk membaca dan menulis. Sebab wahyu Allah pun tidak dapat diterima tanpa dibaca terlebih dahulu. Dan ia tidak akan bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya jika tidak ada dokumentasi dalam bentuk tulisan. Belajar baca tulis al-Qur’an harus menggunakan metode. Sebab, dengan metode yang tepat akan menjamin tercapainya tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dan merata.2 Metode-metode pembelajaran baca tulis alQur’anpun telah banyak berkembang di Indonesia sejak lama. Tiap-tiap metode dikembangkan berdasarkan karakteristiknya. 1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemah, 1979. 598. Komari, Metode Pengajaran Baca Tulis Al-Quran (Makasar : Tim Pengelola TK-TPA, 2008),1 . http: //edihudiata . wordpress. Com. Diakses tanggal 25 Januari 2009. 2
1
2
Misalnya metode Baghdadiyah, metode ini disebut juga dengan metode Eja, berasal dari Baghdad pada masa pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Tidak tahu dengan pasti siapa penyusunnya, dan telah seabad lebih berkembang secara merata di tanah air. Secara didaktik, materi-materinya diurutkan dari yang kongkrit ke yang abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dari yang umum sifatnya kepada materi yang terinci (khusus). Secara garis besar, Qaidah Baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyyah selalu ditampilkan secara utuh dalam tiap langkah. Seolah-olah sejumlah tersebut menjadi tema central dengan berbagai variasi. Variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa estetika bagi siswa karena bunyinya bersajak berirama. Indah dilihat karena penulisan huruf yang sama. Metode ini diajarkan secara klasikal maupun privat. Selain metode Baghdadiyah, metode Iqra’ juga berhasil menghantar anak-anak membaca al-Qur’an. Metode ini disusun oleh Bapak A’ad Humam dari Kotagede Yogakarta dan dikemmbangkan oleh AMM (Angkatan Muda Masjid dan Mushola) Yogyakarta dengan membuka TK alQur’an dan TP al-Qur’an. Metode Iqra’ semakin berkembang dan menyebar merata di Indonesia setelah MUNAS DPP BKPMI di Surabaya yang menjadikan TK al-Qur’an dan TP al-Qur’an sebagai program utama perjuangannya. Sekitar tahun 2001 Masehi, KH Dachlan Salim Zarkasyi menemukan metode Qira’ati. Beliau merasa metode baca al-Qur’an yang ada belum
3
memadai. Misalnya metode Qa’idah Baghdadiyah dari Baghdad Irak, yang dianggap metode tertua,
terlalu mengandalkan hafalan dan tidak
mengenalkan cara baca tartil. Usai merampungkan penyusunannya, KH. Dachlan berwasiat, supaya tidak sembarang orang mengajarkan metode Qira’ati. Tapi semua orang boleh diajar dengan metode Qira’ati.3 Pada dekade belakangan ini telah banyak metode pengajaran baca tulis al-Qur’an dikembangkan. Begitu juga buku-buku panduannya telah banyak disusun dan dicetak. Para pengajar baca tulis al-Qur’an tinggal memilih metode yang paling cocok, efektif, dan paling efesien untuk dikembangkan. Metode Ummi muncul diilhami oleh metode-metode pengajaran membaca al-Qur’an yang sudah tersebar di masyarakat, khususnya dari metode yang telah sukses mengantar banyak anak bisa membaca al-Qur’an dengan tartil.4 Metode ini banyak berkembang di dunia pendidikan formal maupun non formal. Berdasarkan penjajakan awal di lapangan bahwasanya lembaga pendidikan MI Terpadu Bakti Ibu Madiun, ingin menciptakan generasi yang bermutu. Khususnya kemampuan baca tulis al-Qur’an.5 Melahirkan generasi yang mencintai dan dicintai al-Qur’an. Untuk mewujudkan hal tersebut, MI Terpadu Bakti Ibu Madiun menggunakan metode Ummi dalam mempelajari al-Qur’an. Karena dirasa lebih mudah dimengerti, sehingga anak didik lebih 3
Ibid. A. Yusuf, Belajar Mudah Membca Al-Qur’an Ummi (Surabaya: Konsorsum Pendidikan Islam, 2007), 3. 5 Hasil observasi di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun pada tanggal 29 Januari 2009 pukul 12.30 WIB. 4
4
cepat menguasai. Selain itu metode ini dirasa lebih efesien dibandingkan dengan metode-metode lain. Metode pembelajaran yang digunakan suatu lembaga pendidikan hampir tidak ada yang sia-sia, karena metode tersebut akan mendatangkan hasil dalam waktu dekat maupun dalam waktu yang relatif lama. Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan sebagai dampak langsung (instructional effects, efek intruksional atau tujuan instruksional). Sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang relatif lama di katakan sebagai dampak pengiring (nurturant effects, efek pengiring atau tujuan pengiring).6 Metode pengajaran sebagai ilmu bantu yang berfungsi membantu proses pembelajaran, bersifat netral dan umum tetapi mengandung unsur-unsur inovatif, karena memberi alternatif lain yang dapat dipergunakan di kelas. Metode pembelajaran Ummi diharapkan dapat mencetak siswa yang bermutu, yang berkemampuan membaca al-Qur’an dengan tartil pada setiap anak didik, dan juga dapat memberikan jaminan kualitas bagi siswa lulusannya. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun dengan judul penelitian “ Implementasi Metode UMMI Dalam Meningkatkan Kualitas Baca Tulis al-Qur’an Kelas IV di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun Th Pelajaran 2008-2009”.
6
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 193.
5
B. Fokus Penelitian Penelitian ini di fokuskan pada implementasi metode ummi dalam proses belajar baca tulis al-Qur’an yang meliputi latar belakang penerapan metode ummi, proses pembelajarannya, serta faktor pendukung dan penghambatnya.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah penelitian di atas, maka timbul permasalahan yang menjadi dasar pertimbangan dari penelitian ini, maka penulis merumuskan sebagai berikut: 1.
Apa latar belakang penerapan metode Ummi dalam meningkatkan kualitas belajar baca tulis al-Qur’an kelas IV di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun Th. Pelajaran 2008-2009?
2.
Bagaimana proses pembelajaran metode Ummi dalam belajar baca tulis al-Qur’an kelas IV di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun Th. Pelajaran 2008-2009?
3.
Apa faktor pendukung dan penghambat penerapan metode Ummi dalam meningkatkan kualitas belajar baca tulis al-Qur’an kelas IV di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun Th. Pelajaran 2008-2009?
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan jawaban beberapa rumusan masalah di atas sebagai berikut:
6
1.
Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan secara jelas latar belakang metode Ummi dalam meningkatkan kualitas belajar baca tulis alQur’an di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun Th. Pelajaran 2008-2009.
2.
Untuk menjelaskan proses pembelajaran metode Ummi dalam belajar baca tulis al-Qur’an di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun Th. Pelajaran 2008-2009.
3.
Untuk menjelaskan faktor pendukung dan penghambat penerapan metode Ummi dalam meningkatkan kualitas belajar baca tulis alQur’an di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun Th. Pelajaran 2008-2009.
E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca, yaitu: 1.
Manfaat Teoritis Dengan
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
sumbangan untuk pengembangan khazanah keilmuan, khususnya dalam proses belajar baca tulis al-Qur’an dengan tartil yang dapat diterapkan dalam masyarakat. 2.
Manfaat Praktis a. Bagi Lembaga yang Diteliti Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan dalam menentukan kebijakan lebih lanjut di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun dan bagi penulis khususnya, akan dapat dijadikan suatu pengalaman yang nantinya dapat diamalkan di masyarakat.
7
b. Bagi Sekolah Agar penelitian ini dapat dijadikan pendorong dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan di lembaga pendidikan tersebut, serta untuk menentukan langkah-langkah yang tepat dalam pengambilan kebijakan. c. Bagi Guru Diharapkan dapat menjadikan masukan bagi guru agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, yang berkaitan dengan belajar baca tulis al-Qur’an, sehingga dapat mengantarkan peserta didik dalam pengembangan profesi yang dimiliki. d. Bagi Peneliti Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman, sehingga dapat mengamalkan ilmu tersebut dimanapun berada.
F.
Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial.7
7
Pendekatan Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Lihat dalam Lexi Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000),3.
8
Ada 6 (enam) macam metode penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu: etnografi, studi kasus, teori grounded, penelitian interaktif, penelitian ekologikal dan penelitian masa depan.8 Dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus, yaitu suatu diskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu, kelompok, institusi, atau masyarakat dalam studikasus, peneliti mencoba untuk mencermati individu
atau sebuah unit secara mendalam. Peneliti
mencoba menemukan semua variabel penting yang melatar belakangi timbulnya variabel tersebut. Studi kasus dapat digunakan secara rinci satu setting, satu subyek tunggal, satu kumpulan dokumen atau satu kejadian tertentu.9 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan
berperan
serta,
sebab
peranan
penelitilah
yang
menentukan keseluruhan skenarionya.10 Penelitian ini berlangsung sekitar bulan September sampai November. Dengan kehadiran di lapangan, pertama menemui Kepala Sekolah, kemudian dipertemukan dengan Koordinator Ummi dan guru pengampu Ummi kelas IV. Maka
8
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 314. Ibid. 10 Pengamatan berperan serta adalah sebagai penelitian yang bercirikan interaksi-sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek. Selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut berlaku tanpa gangguan. Lihat dalam Lexi moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), 117. 9
9
dari situlah kemudian dilanjutkan untuk melakukan observasi dan wawancara. 3. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun yang merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bernaung di bawah departemen Agama, yang berlokasi di jalan Halmamera No.54 Kelurahan Kartoharjo, Kecamatan Kartoharjo kota madiun. Pemilihan lembaga ini dikarenakan adanya keunikan dan kesesuaian dengan topik yang peneliti pilih. Dengan pemilihan lokasi ini, peneliti berharap menemukan hal-hal yang bermakna dan baru. 4. Data dan Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah : a.
Manusia, yang meliputi bapak Nurudin selaku Kepala Selolah, Desi Kusdwimukti selaku Koordinator Ummi, Sugeng Bektiadi dan Bonandi selaku Guru Pengampu Ummi kls IV MI Terpadu Bakti Ibu Madiun.
b.
Non manusia, yang meliputi dokunmen dan bukti-bukti yang relevan dengan penelitian ini.
5. Teknik Pngumpulan Data Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa metode yang dianggap relevan dengan penelitian ini, yaitu:
10
a. Wawancara Wawancara
atau
interview
merupakan
metode
pengumpulan data yang menghendaki subyek atau informan.11 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada : 1)
Kepala Sekolah, yaitu untuk memperoleh informasi mengenai sejarah berdirinya MI Terpadu Bakti Ibu Madiun, serta letak geografis nya.
2)
Koordinator Ummi, untuk memperoleh informasi mengenai seluk beluk perangkat Ummi.
3)
Guru pengampu Ummi kelas IV, untuk memperoleh informasi mengenai proses pembelajaran Ummi dikelas.
b. Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, disebut obsrervasi langsung. Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat peristiwa yang akan diselidiki misalnya peristiwa tersebut diawali melalui film atau rangkaian foto. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang yang sedang melakukan observasi agar penggunaan teknik ini dapat menghimpun data secara efektif, antara lain:
11
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabay: PT SIC, 2001). 67.
11
1).
Pemilikan pengetahuan yang cukup mengenai obyek yang akan diobsevasi.
2).
Pemahaman tujuan umum dan tujuan khusus penelitian
3).
Penentuan cara dan alat yang digunakan dalam mencatat pengamatan data
4.)
Penentuan kategori pendapatan gejala yang diamati
5).
Pengamatan dan pencatatan harus dilakukan secara cermat dan kritis
6).
Pencatatan setiap gejala harus dilakukan secara terpisah agar tidak saling mempengaruhi
7).
Pemilikan pengetahuan dan ketrampilan terhadap alat dan cara mencatat hasil.12
c. Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal/ variable yang berupa catatan, transkrip, rapat, agenda dan sebagainya. Dibandingan dengan metede lain, metode ini tidak begitu sulit. Dalam arti apabila ada kekeliruan, sumber datanya masih tetap dan belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang didalami bukan benda hidup, tetapi benda mati. Teknik dokumentasi adalah berasal dari kata “dokumen” yang artinya barang-barang tertulis seperti buku-buku, peraturan-perateran
12
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 206.
12
notulen rapat dan sebagainya. Teknik dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data yang sudah ada.13 Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk menggali data mengenai profil, Sejarah, letak geografis MI Terpadu Bakti Ibu Madiun, keadaan Guru, murid serta hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ummi di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun. 6. Analisis Data Teknik analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman, dan Spradley. Miles dan Huberman mengemuakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Aktifitas dalam analisis data, meliputi data gambar bagan berikut: reduction, data disply, dan conclusion. Langkah-langkah analisis pada gambar berikut:
13
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan ( Surabaya: SIC, 2001), 83
13
Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data Kesimpulan: penarikan/verivikasi
Keterangan: Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada halhal yang penting, dan membuat kategori. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti
untuk
melakukan
pengumpulan
data
selanjutnya. Langkah selanjutnya mendisplaykan data/menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network dan chart. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian. Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. 7. Pengecekan Keabsahan Temuan
14
a. Perpanjangan Keikutsertaan Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri,
keikutsertaan
peneliti
sangat
menentukan
dalam
pengumpulan data. Dalam hal ini keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti. Dalam penelitian ini akan memungkinkan
peningkatan
derajat
kepercayaan
data
dikumpulkan. Maksud dan tujuan memperpanjang keikutsertaan dalam penelitian ini adalah: (a) dapat menguji ketidakbenaran informasi yang diperkenalkan distorsi maupun dari diri sendiri (b) dengan terjun kelokasi dalam waktu yang cukup panjang, peneliti dapat mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang mungkin mengetahui data, pertama-tama dan yang terpenting adalah distorsi pribadi.14 b. Pengamatan yang Tekun Ketentuan pengamatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Jadi kalau perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman. c. Trianggulasi
14
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 175
15
Teknik trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan: sumber, metode, penyidik, dan teori.15 Dalam penelitian ini digunakan teknik trianggulasi dengan pemanfaatan sumber dan penyidik, teknik trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dicapai peneliti dengan jalan: (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan yang dikatakan secara pribadi (c) membandingkan apa-apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Teknik trianggulasi dengan penyidik, artinya dengan dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan
15
Ibid., 178.
pengecekan
kembali
derajat
kepercayaan
data,
16
pemanfaatan
pengamat
lainnya
membantu
mengurangi
kemelencengan pengumpulan data. d. Pengecekan Sejawat Melalui Diskusi Teknik ini dilakukan peneliti dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Hal ini dilakukan peneliti dengan
maksud: (a) untuk
membuat agar peneliti tetap
mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran (b) diskusi dengan sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan mengisi hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti. 8. Tahapan-tahapan Penelitian Tahapan-tahapan penelitian dalam pendidikan ini ada tiga tahapan dalam penelitian kualitatif. Ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian, yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahapan-tahapan penelitian tersebut adalah (1) Tahap pra lapangan yang meliputi: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan.
Memilih dan memanfaatkan informasi,
menyiapkan
perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian. (2) Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi, memahami latar
penelitian,
persiapan
diri
memasuki
lapangan
dan
berimplementasi serta sambil mengumpulan data, (3) Tahap analisis
17
data yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data (4) Tahap penulisan hasil laporan penelitian.
G.
Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan penyusunan skripsi, maka pembahasan dalam laporan penelitian ini dikelompokkan menjadi 5 bab yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang berkaitan erat dan merupakan kesatuan yang utuh. Bab satu merupakan pendahuluan, bab ini berfungsi untuk memaparkan pola dasar dari keseluruhan isi skripsi. Yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitan, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab dua adalah landasan teori. Bab ini berfungsi untuk mengetengahkan sebagai landasan melakukan penelitian yang terdiri dari pengertian metode pembelajaran, macam-macam metode pembelajaran, serta pengertian metode ummi dalam baca tulis al-Qur’an. Bab tiga berisikan temuan penelitian. Bab ini memaparkan tentang penemuan peneliti di lapangan yang meliputi kondisi umum MI Terpadu Bakti Ibu Madiun. Implementasi metode ummi dalam baca tulis al-Qur’an, meliputi latar belakang, faktor pendukung dan penghambat penerapan metode ummi.
18
Bab empat merupakan analisa metode ummi dalam baca tulis alQur’an dalam setiap proses pembelajaran yang meliputi, latar belakang, proses belajar dan implementasinya. Bab lima Penutup. Bab ini dimaksudkan untuk memadankan informasi di lapangan dengan teori dan mengambil intisari dari skripsi yang berisikan kesimpulan dan saran.
19
BAB II PROSES PEMBELAJARAN BACA-TULIS AL-QUR’AN MELALUI METODE UMMI
A. Pengertian Metode Pembelajaran 1. Secara Etimologi Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani metodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata metha yang berarti melalui atau melewati dan hodos yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.16 Sedangkan dalam bahasa Arab metode di kenal dengan istilah thariqat yang berarti langkah-langkah srategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka metode ini harus diwujudkan dalam proses pendidikan dalam rangka mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif, dan dapat dicerna dengan baik.17 2. Secara Terminologi Pengertian metode secara terminologi, disampaikan oleh para tokoh dalam ilmu pendidikan. Antara lain:
16
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metode Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), 40. 17
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006),184.
20
a. Syaiful Bahri Djamarah mendefinisikan metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.18 b. Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan agama islam.19 c. Basyiruddin Usman mendefinisikan metode pengajaran adalah cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efesien.20 d. Suryo Subroto mendefinisikan metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.21 e. Imansjah Alipandie mendefinisikan metode adalah cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan.22 Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan, dan teknik yang di gunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efesien. Dalam proses pendidikan, metode mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan, bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan atau materi pelajaran kepada peserta didik dianggap lebih signifikan di banding dengan materi sendiri. Sebuah adegum mengatakan bahwa al- Tharīq aham min al-māddah (metode jauh 18 19
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:Rineka Cipta, 1996), 53. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1996), 9. 20
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), 31. 21 22
Suryosubroto, Proses Belajar-Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta,1997), 149. Imansjah Alipandie, Didaktik Metodik (Surabaya: Usaha Nasional), 71.
21
lebih penting dibanding materi). Adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta didik walaupun sebenarnya materi yang sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya, materi yang cukup baik, karena disampaikan dengan cara yang kurang baik atau menarik akan berakibat kurang dapat dicerna oleh peserta didik. Oleh karena itu peranan metode yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar, metode yang tidak tepat akan berakibat pada pemakaian waktu yang tidak efesien. Penggunaan metode dalam suatu pelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Dalam penilaian dan penggunaan sebuah metode harus mempertimbangkan aspek efektifitas dan relevansinya dengan materi yang disampaikan.23 Perlu dipahami bahwa penguasaan materi dalam pendidikan agama islam pada prinsipnya adalah pelaksanaan sikap hati-hati dalam pekerjaan mendidik dan mengajar. Hal ini mengingat bahwa sasaran pendidikan agama islam itu adalah manusia yang telah memiliki kemampuan dasar untuk dikembangkan. Sikap kurang hati-hati akan dapat berakibat fatal, sehingga mungkin saja kemampuan dasar yang telah dimiliki peserta didik tidak berkembang secara wajar.
B. Baca-Tulis al-Qur’an 1. Pengertian al-Qur’an 23
2002), 39.
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metode Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers,
22
Al-Qur’an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai Mu’jizat, membacanya dianggap ibadah dan merupakan ajaran islam. Membaca al-Qur’an tidak sama dengan membaca buku ataupun kitab suci lainnya. Al-Qur’an pertama kali diturunkan kepada kaum Arab dan penulisannyapun menggunakan tulisan Arab. Pengucapan huruf Arab sangat berbeda dengan pengucapan huruf-huruf latin biasa. Akan tetapi hal ini tidak mengurangi ketekunan umat islam (di luar Arab) untuk mempelajari al-Qur’an sampai sekarang ini.24 Hal terpenting yang mendorong umat islam untuk mempelajari al-Qur’an adalah bahwa membaca al-Qur’an walaupun belum mengerti arti, dan maksudnya dinilai oleh Allah Swt. sebagai suatu ibadah. Meski hanya sekedar belajar aksara (huruf) al-Qur’an saja, Allah telah memberikan pahala. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Baca-Tulis Al-Qur’an Kemampuan baca-tulis al-Qur’an merupakan suatu kemampuan yang bisa dimiliki melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran alQur’an akan menghasilkan kemampuan baca–tulis al-Qur’an yang baik dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: a). Usia Usia dini (usia anak-anak) mempunyai daya rekam sangat kuat terhadap sesuatu yang dilihat, didengar dan dilihat, didengar dan dihafal. Seseorang yang belajar al-Qur’an sejak usia anak-anak maka
24
Darajat, Metode Khisus. 69
23
akan memiliki daya serap yang sempurna terhadap materi-materi yang diajarkan (huruf-huruf al-Qur’an) dan dikuasai hingga ia dewasa. b). Kecerdasan Intelejensi Selain faktor usia, dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu (mempelajari al-Qur’an) dengan hasil yang baik ditentukan dan dipengaruhi pula oleh taraf kecerdasan.25 Anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi, maka ia akan mampu belajar membaca dan menulis al-Qur’an dalam waktu yang singkat. c). Motivasi Motivasi adalah keinginan dan dorongan untuk belajar, yang meliputi dua hal, yaitu mengetahui apa yang dipelajari dan memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.26 Seseorang yang telah mengetahui al-Qur’an dan mengetahui pentingnya belajar al-Qur’an maka
dia
akan
memiliki
kemauan
dan
semangat
untuk
mempelajarinya. d). Latihan ( Ulangan ) Karena terlatih mengulangi sesuatu maka kecakapan dan pengetahuan yang di dapat akan semakin dikuasai secara mendalam.27 Seseorang yang sering berlatih membaca dan menulis al-Qur’an maka
25
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan.(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), 103. Sudirman A.M. Interaksi Dan Motifasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Raja Grafindo Persada 1996), 39. 27 Perwanto, 103. 26
24
ia akan mampu membaca dan menulis al-Qur’an dengan baik dan benar.28 e). Lingkungan dan Kesempatan Banyak anak maupun orang dewasa yang tidak dapat membaca dan menulis al-Qur’an dengan hasil yang baik dan tidak dapat mempertinggi kualitas belajarnya akibat tidak adanya kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk atau negatif serta faktor lain yang diluar kemampuannya. Jadi, adanya kesempatan (waktu) dan lingkungan yang mendukung akan mempengaruhi kualitas baca-tulis al-Qur’an yang dimiliki seseorang.
C. Macam-Macam Metode Pembelajaran Menurut Armai Arif metode-metode yang dapat dipakai dalam pendidikan islam dan pengajaran agama islam sebagai berikut:29 1. Metode Pembiasaan Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan islam dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama islam. Kebiasaan baik tidak muncul begitu saja, melainkan memerlukan latihan-latihan 28 29
atau
Ibid., 105. Arif, PengantarIlmu. 110.
pembiasaan-pembiasaan.
Apabila
seseorang
25
membiasakan diri melakukan perbuatan baik, dan itu dilakukan terus menerus, maka lama-kelamaan akan menjadi terbiasa melakukan perbuatan yang baik. Jika sudah demikian, maka setiap aktifitasnya akan bernilai kebaikan, memberikan manfaat dan maslahat bagi dirinya sendiri maupun orang lain.30 2. Metode Keteladanan Sebagai pendidikan yang bersumber kepada al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, metode keteladanan tentunya di dasarkan kepada kedua sumber tersebut. Di mana keteladanan di sini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan islam, yaitu keteladanan yang baik sesuai dengan tuntunan. Salah satu sifat anak adalah suka meniru. Apa yang dilihat dan didengar, ingin ditiru melakukannya meskipun terkadang dia tidak tahu betul apa manfaatnya dengan menirukan apa yang telah dilihat atau didengarnya. Karena begitu sensitifnya sifat meniru anak-anak ini, maka mendidik melalui keteladanan mempunyai efektifitas yang tinggi. Dengan kata lain, memberikan teladan kepada anak merupakan cara pendidikan yang sangat efektif.31 3. Metode Pemberian Ganjaran Ganjaran adalah preventif dan respresif yang menyenangkan dan biasa menjadi pendorong atau motivator belajar bagi murid, ganjaran di sini adalah hadiah terhadap prilaku baik dari anak didik dalam proses 30 31
Makson, Psikologi Pendidikan. (Surabaya: Jam’iyatul Qurro’Wal Huffadh.2006), 9. Ibid., 6.
26
pendidikan. Hadiah itu dapat berupa pujian, imbalan, materi, do’a, tanda pernghargaan dll. Salah satu sifat anak-anak adalah senang dipuji dan juga diberi hadiah. Karena dapat menumbuhkan rasa percaya diri anak-anak. Oleh karena itu, seorang pendidik diharapkan tidak pelit memberikan pujian kepada anak didiknya. Dengan memberikan pujian, dan kalau mungkin juga hadiah, berarti telah memberikan andil yang besar untuk menumbuhkembangkan semangat kerja, semangat amal pada anak.32 4. Metode Pemberian Hukum Metode ini merupakan imbalan dari perbuatan yang tidak baik dari peserta didik. Prinsip pokok dalam mengaplikasikan pemberian hukuman, yaitu bahwa hukuman adalah jalan terakhir dan harus dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik. Tujuan utama dari pendekatan ini adalah untuk menyadarkan peserta didik dari kesalahan yang ia lakukan. 5. Metode Ceramah Cara penyampaian sebuah materi pelajaran dengan penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai. Dan metode ini yang paling sering diberikan kepada siswa.
Namun, seringkali siswa merasa bosan dan
kurang memperhatikan penjelasan dari gurunya. sehingga pelajaran tidak tersampaikan secara optimal. 6. Metode Tanya Jawab
32
Ibid., 8.
27
Penyanpaian pelajaran degan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Atau suatu metode di dalam pendidikan dimana guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang materi yang ingin di perolehnya. Dari metode Tanya jawab dapat terbentuk siswa yang aktif dan terlatih untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga terbentuklah suasana kelas yang lebih hidup. 7. Metode Diskusi Metode diskusi dalam proses belajar mengajar adalah sebuah cara yang dilakukan di dalam mempelajari bahasan atau penyampaian materi dengan jalan diskusi dengan tujuan dapat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku para siswa. Dengan menggunakan metode diskusi, diharapkan dapat terjalin hubungan sosial antar individu siswa, sehingga siswa dapat berfikir secara kritis dan sistematis serta toleransi terhadap sesama. 8. Metode Sorogan Sorogan artinya belajar secara individu dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal di antara keduanya. Inti dari metode sorogan adalah berlangsungnya proses belajar mengajar dengan cara tatap muka antara guru dan murid. Selain itu juga terdapat hubungan timbal balik antara keduanya. Yaitu, guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai muridnya, sedangkan
28
murid mendapatkan penjelasan yang pasti tanpa harus mereka-reka, karena berhadapan langsung yang kemungkinan terjadinya tanya jawab. 9. Metode Bandongan Dalam bukunya Armai Arif, Zamakhsyari Dhofar mengartikan metode bandongan adalah sekelompok murid (5-500) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan sering kali mengulas buku-buku islam dalam bahasa arab. Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan tentang kata-kata atau buah fikiran yang sulit. 10. Metode Mudzakarah Metode mudzakarah adalah suatu cara yang digunakan dalam menyampaikan bahan pelajaran dengan jalan mengadakan suatu pertemuan ilmiah yang secara khusus membahas persoala-persoalan yang bersifat keagamaan. Tujuan dan penggunaan metode mudzakarah adalah untuk melatih santri agar lebih terlatih dalam memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan kitab-kitab klasik yang ada. 11. Metode Kisah Metode kisah adalah suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya suatu hal baik yang sebenarnya ataupun hanya rekaan saja.
29
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan teladan yang baik dari kesimpulan kisah tersebut. Biasanya kisah cerita diambil dari kisahnya para Nabi ataupun para Sahabat Nabi. 12. Metode Pemberian Tugas Metode ini popular dengan sebutan Pekerjaan Rumah (PR), sebetulnya bukan hanya di rumah akan tetapi dapat di kerjakan di sekolah, di halaman, di perpustakaan, laboratorium, mushola, masjid, dll, dan tugas ini bisa berbentuk memperbaiki, memperdalam, mengecek, mencari informasi, atau menghafal pelajaran yang akhirnya membuat kesimpulan tertentu. Dari metode ini dikhawatirkan anak didik melakukan penipuan di mana anak hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri. 13. Metode Karya Wisata Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar di mana siswa dan guru pergi meninggalkan sekolah menuju suatu tempat untuk menyelidiki atau mempelajari hal tertentu. Kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang banyak. Apabila waktunya tidak mencukupi, maka akan menyita waktu pelajaran. Selain itu, metode ini juga membutuhkan biaya transportasi dan akomodasi yang besar. 14. Metode Eksperimen
30
Suatu metode di mana murid melakukan pekerjaan akademis dalam mata pelajaran tertentu dengan menggunakan media atau alat yang dapat dipergunakan. Kesulitan
dalam
penggunaan
metode
ini
adalah
waktu
pelaksanaannya harus lama. Selain itu, apabila anak tidak menguasai materi maka hasilnya dapat melenceng dari yang diharapkan. 15. Metode Drill / Latihan Menurut Roestiyah NK dalam bukunya Armay Arief, metode drill adalah suatu teknik yang dapat diartikan dengan suatu cara mengajar di mana siswa melaksanakan latihan-latihan agar memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajarinya. Dengan menggunakan metode ini, guru lebih mudah mengntrol dan dapat membedakan mana siswa yang disiplin belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan siswa di saat berlangsungnya pengajaran. 16. Metode Sosiodrama Metode Sosiodrama adalah suatu metode mengajar di mana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Dalam metode ini perlu adanya persiapan yang matang, pelaksanaan, kemudian tindak lanjut. Permasalahan yang timbul dapat
31
ditindak lanjuti dengan tanya jawab, diskusi, kritik, ataupun analisa persoalan. 17. Metode Simulasi Salah satu cara penyampaian materi pelajaran kepada anak didik dengan jalan berpura-pura bermain tentang bagaimana seseorang merasa dan berbuat sesuatu. Metode simulasi mempunyai tujuan untuk melatih siswa agar memahami dirinya dan lingkungannya sehingga mampu bersikap dan bertindak sesuai dengan situasi yang dihadapi. Dalam simulasi, apa yang didemontrasikan harus memiliki pesan moral yang sesuai dengan tingkatan cara berfikir siswa, sehingga pemahaman mereka terhadap kejadian yang diperagakan tidak terhalang oleh apresiasi dan imajinasi siswa.
18. Metode Kerja Lapangan Secara pedagogis metode ini merupakan wahana latihan untuk membiasakan anak didik dengan suatu kegiatan ilmiah dan melatih mereka agar selalu berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Dengan metode kerja lapangan anak didik diharapkan mampu menyelami, menghayati, menyelidiki, serta berperan serta dalam kerja yang diembannya. Dengan pengalaman kerja anak diharapkan mampu menyingkap problematika di sekitar pekerjaannya. 19. Metode Demonstrasi
32
Mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu dengan jalan mendemonstrasikannya terlebih dahulu kepada siswa. Langkah-langkah yang akan disampaikan harus sesuai dengan skenario yang telah direncanakan sebelumnya. 20. Metode Kerja Kelompok Penyampaian materi dengan jalan mengelompokkan ke dalam beberapa kelompok untuk dapat menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara kerjasama dalam kelompok tersebut. Metode ini baik digunakan apabila kekurangan alat atau fasilitas pelajaran di kelas. Namun, dari metode ini dapat meningkatkan kepribadian siswa, karena adanya kerja sama. Dalam proses pendidikan islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan, karena metode menjadi sarana untuk melaksanakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan. Oleh karena itu, pemakaian suatu metode harus dipertimbangkan dengan faktor-faktor tertentu. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan suatu metode adalah: 1. Tujuan Setiap bidang studi mempunyai tujuan bahkan dalam setiap topik pembahasan, tujuan pengajaran ditetapkan lebih rinci dan spesifik sehingga dapat dipilih metode pengajaran yang bagaimanakah yang cocok dengan pembahasan.
33
2. Karakteristik Siswa Adanya perbedaan karakteristik siswa dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan sosial, ekonomi, budaya, tingkat kecerdasan dan watak mereka yang berlainan antara satu dengan yang lainnya, menjadi pertimbangan guru dalam memilih metode apa yang terbaik yang dapat digunakan dalam mengkomunikasikan pesan pengajaran kepada anak. 3. Situasi dan Kondisi Di samping adanya perbedaan karakteristik siswa, situasi dan kondisi siswa menjadi pertimbangan dalam memilih metode yang digunakan untuk pengajaran. 4. Perbedaan pribadi dan kemampuan guru Seorang guru yang terlatih berbicara disertai dengan gaya dan mimik, gerak, irama, dan tekanan suara. Materi akan lebih berhasil bila memakai metode ceramah. 5. Sarana dan prasarana Karena persediaan sarana dan prasarana berbeda antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain, maka perlu menjadi pertimbangan guru dalam memilih metode pengajaran. Sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang lengkap dan sumber belajar yang memadai, akan memudahkan guru dalam memilih metode yang bervariasi.33 Dalam penggunaan metode pendidikan islam harus menggunakan dasar atau prinsip. Prinsip yang dimaksud adalah kebenaran yang menjadi
33
Basyiruddin Usman, Metode Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Pers. 2002)
34
pokok dasar berfikir, bertindak, dan sebagainya. Dalam hubungannya dengan metodologi pendidikan islam, prinsip yang dimaksud di sini adalah dasar pemikiran yang digunakan dalam mengaplisiasikan metode pendidikan islam.34 Prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikan islam menurut Omar Muhammad al-Saibani adalah sebagai berikut: a. Mengetahui motivasi, kebutuhan dan minat anak didiknya; b. Mengetahui
tujuan
pendidikan
yang
sudah
ditetapkan
sebelum
pelaksanaan pendidikan; c. Mengetahui tahap kematangan, perkembangan, serta perubahan anak didik; d. Mengetahui perbedaaan-perbedaan individu di dalam anak didik; e. Memperhatikan
kepahaman,
dan
mengetahui
hubungan-hubungan,
integrasi pengalaman dan kelanjutannya, keaslian, pembaharuan dan kebebasan berfikir; f. Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi anak didik; g. Menegakkan uswah hasanah Sedangkan Muhtar Yahya menyebutkan ada empat prinsip dalam pelaksanaan metode pendidikan islam yaitu:35 1) al-tawassu’ fī al Maqâsid lâ fī Âlât
34 35
Arif, PengantarIlmu, 93. Ibid.
35
Prinsip yang menganjurkan untuk menuntut ilmu sebagai tujuan dan bukan sebagai alat. Prinsip ini sebagai antisipasi dari berkembangnya asumsi bahwa ilmu terbagi menjadi dua: pertama, ilmu yang digunakan untuk zatnya sendiri, seperti ilmu agama dll. Dan kedua, ilmu yang berfungsi sebagai alat untuk membantu lmu-ilmu yang lain, seperti ilmu nahwu, saraf, balaghah, dll. 2) Murâ’ti al-Isti’dâd wa Thabi’ī Sebuah prinsip yang sangat memperhatikan pembawaan dan kecenderungan anak didik. Dengan memperhatikan prinsip ini, maka metode yang digunakan pun adalah metode yang dapat disesuaikan dengan pembawaan dan kecenderungan tersebut. 3) at-Tadarruj fî Talqīn Al-Ghazali menyebutkan “berilah pelajaran kepada anak didik sesuai dengan tingkat kemampuan mereka”. Atas dasar pemikiran bahwa anak didik memiliki tingkatan-tingkatan kematangan dalam berfikir, maka setiap pendidik seyogyanya mempertimbangkahn metode mana yang tepat diaplikasikan sesuai dengan tingkat berfikir anak didik. Ibnu Khaldun, sebagaimana yang dikutip oleh Muhtar Yahya mengatakan, bahwa ada tiga tahap dalam mengaplikasikan metode pendidikan islam: a).
Tahap awal (al-marhalah al-ulā)
b).
Tahap kedua (al-marhalah al-thani)
c).
Tahap ketiga (al-marhalah al-thalith)
36
4) Min al- Mahsûs Ilâ âl-Ma’qûl Tidak dapat dibantah bahwa setiap manusia merasa lebih mudah memahami segala sesuatu yang ditangkap oleh panca indranya. Sementara yang bersifat hissi atau rasional apalagi hal-hal yang bersifat irrasional, kemampuan akal sulit menangkapnya.oleh karena itu, prinsip berangsur-angsur merupakan prinsip yang sangat perlu diperhatikan untuk memilih dan mengaplisiasikan sebuah metode dalam proses belajar mengajar.
D.
Pengertian Metode Ummi Pada pertengahan tahun 2007, KPI telah menerbitkan sebuah metode baca tulis al-Qur’an yang bernama Ummi. Metode ini disusun oleh Masruri dan A. Yusuf MS. Sebelum beredar di masyarakat, buku ini telah melewati beberapa tim penguji pentashihan. Antara lain, Roem Rowi, yang merupakan Guru Besar ‘Ulumul Qur’an / tafsir al-Qur’an IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pentashih selanjutnya adalah. Mudawi Ma’arif. (alHafizh). Dia pemegang sanad Muttashil sampai Rasulullah Saw. Qira’ah riwayat Hafs dan Qira’ah ‘Asyarah.36 Metode Ummi sebenarnya sama dengan metode-metode yang telah banyak beredar di masyarakat, namun yang membedakan adalah metode Ummi mengenalkan cara membaca al-Qur’an dengan tartil. Selain itu, metode ini memiliki buku tajwid dan buku gharib yang terpisah dari buku 36
2007)
Masruri dan A.Yusuf, Belajar Mudah Membaca al-Qur’an Ummi (Surabaya: KPI,
37
jilidnya. Pada awalnya, metode Ummi diajarkan di lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan yayasan KPI saja, namun sekarang sudah mulai diperkenalkan pada masyarakat umum. Ummi bermakna ibuku. Dalam proses pembelajaran, pendekatan yang digunakan ummi adalah pendekatan bahasa ibu. Pendekatan yang dimaksud adalah (direct methode) atau pembahasan secara langsung dan tidak banyak penjelasan, dilakukan secara berulang-ulang (repetition), dan disampaikan dengan menggunakan kasih sayang yang tulus.37 Orang yang paling sukses mengajarkan bahasa di dunia ini adalah ibu. Semua anak pada usia 5 tahun dapat berbicara bahasa ibunya. Jadi sudah sepantasnya kita menghormati dan mengingat jasa ibu yang telah mengajarkan bahasa pada kita. Ummi muncul pada pertengahan tahun 2007, yang dibentuk oleh sebuah tim dalam lembaga yang bernama Konsorsium Pendidikan Islam (KPI) yang berpusat di Kota Surabaya. Yang melatarbelakangi munculnya ummi adalah kebutuhan sekolah-sekolah islam terhadap pembelajaran alQur’an dirasa semakin lama semakin besar, pembelajaran membaca alQur’an yang baik sangat membutuhkan sebuah sistem yang mampu menjamin mutu bahwa setiap setiap anak usia lulus SD/MI harus bisa membaca al-Qur’an secara tartil, banyaknya sekolah atau TPQ yang membutuhkan solusi bagi kelangsungan pembelajaran al-Qur’an siswa siswinya, seperti halnya program pembelajaran yang lainnya bahwa dalam 37
1428 H).
Yayasan Konsorsium Pendidikan Islam, Ummi Foundation ( Surabaya: Muharram
38
pembelajaranal-Qur’an juga membutuhkan pengembangan, baik dari segi konten, konteks maupun support systemnya.38 Ummi memiliki beberapa buku panduan yang harus dipelajari murid, yaitu buku jilid yang terdiri dari 1-6, buku tajwīd, dan gharib. Jilid I mempelajari tentang:39 1. Pengenalan huruf tunggal (hijaiyah) alif-ya’ 2. Pengenalan huruf tunggal berharakat fathah a-ya, 3. Membaca 2-3 huruf tunggal berharakat fathah a-ya. Jilid II Ummi mempelajari tentang:40 1. Pengenalan harakat kasrah dan dammah, fathatayn, kasratayn dan dammatayn, 2. Pengenalan huruf sambung alif sampai ya’, 3. Pengenalan angka arab 1-99. Jilid III mempelajari tentang:41 1. Pengenalan tanda baca panjang (mad tabī’ī) 2. Pengenalan tanda baca panjang (mad wajib muttasil dan mad jaiz munfasil) 3. Pengenalan angka Arab 100-500. Jilid IV mempelajari tentang :42 38
Ibid. Masruri KPI, 2007). 40 Masruri KPI, 2007). 41 Masruri KPI, 2007). 42 Masruri KPI, 2007). 39
dan A.Yusuf, Belajar Mudah Membaca al-Qur’an Ummi jilid 1, (Surabaya: dan A.Yusuf, Belajar Mudah Membaca al-Qur’an Ummi jilid II, (Surabaya: dan A.Yusuf, Belajar Mudah Membaca al-Qur’an Ummi jilid III, (Surabaya: dan A.Yusuf, Belajar Mudah Membaca al-Qur’an Ummi jilid IV, (Surabaya:
39
1. Pengenalan huruf yang disukun ditekan membacanya, (lam, tha’, sin, mim, ya’, ra’, ‘ain, ha’, kha’, ha’, ghain, ta’, fa’, dan kaf sukun) 2. Pengenalan tanda tashdid/ shiddah ditekan membacanya 3. Membedakan cara membaca huruf-huruf: a. Tha’, sin, dan shin yang disukun b. ‘ain, hamzah dan kaf yang disukun c. Ha’, kha’, ha’ yang disukun Jilid V mempelajari tentang:43 1. Pengenalan cara membaca waqaf / mewaqafkan 2. Pengenalan bacaan ikhfā’/ samaran 3. Pengenalan bacaan idgham bighunnah 4. Pengenalan bacaan iqlāb 5. Pengenalan cara membaca lafadz Allah (tafhīm / tarqīq) Jilid VI mempelajari tentang:44 1. Pengenalan bacaan qalqalah (mantul) 2. Pengenalan bacaan idgham bilāghunnah 3. Pengenalan bacaan izhar/ jelas 4. Pengenalan macam-macam tanda waqaf/ washal 5. Cara membaca nun-‘iwad, diawal ayat dan di tengah ayat 6. Membaca ana, na-nya dibaca pendek Pokok pembahasan tajwid Ummi adalah:45
43 Masruri dan A.Yusuf, Belajar Mudah Membaca al-Qur’an Ummi jilid V, (Surabaya: KPI, 2007). 44 Masruri dan A.Yusuf, Belajar Mudah Membaca al-Qur’an Ummi jilid VI (Surabaya: KPI, 2007).
40
1. Hukum nun sukun atau tanwīn. 2. Ghunnah (nun dan mim bertashdīd). 3. Hukum mim sukun. 4. Macam-macam idgham. 5. Hukum lafaz Allah. 6. Qalqalah. 7. Izhar wajib. 8. Hukum ra’ 9. Hukum lam ta’rīf (al). 10. Macam-macam mad (mad thabi’ī dan mad far’ī). Pokok pembahasan Gharaibul Qur’an:46 1. Pengenalan bacaan hati-hati ketika membaca dalam al-Qur’an. 2. Pengenalan bacaan-bacaan gharib atau mushkilat al-Qur’an. Ummi tidak hanya mengandalkan kekuatan buku yang dipegang anak saja, akan tetapi lebih kepada tiga kekuatan utama, yaitu:47 a.
Pengelolaan yang Baik Institusi yang pembelajaran al-Qur’annya baik hampir dapat dipastikan
bahwa
pengelolanya
memiliki
perhatian
terhadap
pembelajaran al-Qur’an. Pengelola yang berperan cukup besar pada
45
Masruri et.al., Pendahuluan Buku Pelajaran Tajwid Dasar Ummi (Surabaya: KPI,
46
Masruri et.al., Pendahuluan Buku Pelajaran Ghoroibul Qur’an Ummi, (Surabaya: KPI,
47
Yayasan Konsorsium Pendidikan Islam, Ummi Foundation ( Surabaya: Muharram
2007). 2007). 1428 H)
41
iklim kerja yang kondusif pada guru dan kepala sekolah sehingga mereka bisa bekerja dan berprestasi secara optimal. Pengelola yang baik sangat memikirkan jenjang karir dan kesejahteraan guru. Hal ini amat berpengaruh pada usia institusi tersebut. b.
Mutu Guru Semua guru melalui sertifikasi yang ketat dengan tim pentashih yang handal. Dalam ummi kualifikasi guru yang diharapkan adalah guru yang pandai baca al-Qur’an secara tartil, menguasai gharib dan tajwid dasar, terbiasa baca al-Qur’an setiap hari, menguasai metode ummi, berjiwa da’i dan murabbi, disiplin waktu dan berkomitmen pada mutu.
c.
Sistem Berbasis Mutu Sistem berbasis mutu adalah sebuah sistem yang berorientasi untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dengan menetapkan sejumlah proses
yang harus ada. Sistem ini selalu di awali oleh
penetapan standar mutu yang hendak dicapai dan standar mutu sejumlah prosesnya, sehingga secara manajemen dapat menjamin bahwa setiap anak lulus SD/MI harus bisa membaca al-Qur’an dengan baik, atau siapapun mereka yang belajar metode ummi dijamin hasilnya baik.
42
Apabila ketiga kekuatan utama tersebut dimiliki oleh suatu lembaga pendidikan islam, maka bisa dipastikan lembaga pendidikan tersebut akan berhasil membentuk siswa yang Qur’any. Namun, untuk membentuk suatu lembaga yang bermutu, suatu lembaga pendidikan harus dapat memenuhi 8 pilar bangunan sistem mutu Ummi, di antaranya adalah:48 1) Sertifikasi Guru Sertifikasi guru adalah proses pertama dan utama yang harus dilakukan untuk menjamin mutu sebuah hasil. Hanya guru yang berkelayakan saja yang boleh mengajar dengan metode ummi. 2) Tahapan Baik dan Benar Tahapan baik adalah tahapan yang sesuai dengan karakteristik obyek yang akan diajar. Sedangkan tahapan benar adalah tahapan yang sesuai dengan bidang apa yang akan kita ajarkan. 3) Target Jelas dan Terukur Target yang terukur dan jelas bisa membantu guru dan manajemen untuk memberi solusi yang tepat jika terjadi masalah. 4) Mastery Learning yang Konsisten Prinsip dasar dalam mastery learning adalah bahwa siswa hanya boleh melanjutkan ke jilid berikutnya jika jilid sebelumnya sudah benar-benar baik dan lancar. 5) Waktu Memadai
48
Ibid.
43
Target dan waktu adalah hal yang saling berhubungan. Seberapa target yang akan dicapai adalah gambaran dari seberapa waktu yang dibutuhkan. 6) Quality Control yang Intensif Ada 2 jenis kontrol mutu yang harus ada jika kita ingin mutu bias dijaminkan: internal control dan external control. Setiap kenaikan jilid harus melalui tes dari koordinator al-Qur’an di lembaga tersebut (internal control) dan untuk uji terakhir program harus dilakukan oleh koordinator wilayah yang ditunjuk (external control). 7) Rasio Guru dan Siswa Proporsional Mutu hasil dari sebuah proses belajar bahasa sangat dipengaruhi oleh rasio guru dan murid. 8) Progress Report Setiap Siswa Progress report sangat membantu agar masalah yang mungkin terjadi dalam proses belajar cepat diketahui dan diatasi. Di dalam ummi terdapat beberapa metode dalam mengajar alQur’an, yang terbagi dalam tahapan-tahapan mengajar di antaranya adalah apresiasi, penanaman konsep, pemahaman/ latihan, ketrampilan, dan evaluasi. Sedangkan pembagian waktu dalam pembelajaran ummi selama kurang lebih 70 menit yang terbagi dalam beberapa tahapan, antara lain adalah: 5 menit = persiapan + Do’a pembuka 10 menit = hafalan surat pendek
44
10 menit = klasikal 30 menit = individual/ baca simak 5 menit = drill / do’a penutup Sedangkan metode-metode mengajar dalam ummi antara lain:49 a) Private/ Individual Digunakan jika muridnya banyak (ber fariasi), sementara gurunya hanya satu. Jika jilid dan halamannya berbeda (campur) biasanya dipakai untuk jilid-jilid yang rendah (jilid 1-2). Metode ini biasa banyak dipakai untuk anak usia TK. Cara mengajarnya: (a). Murid dipanggil satu persatu untuk setor bacaan (b). Kemudian murid yang lainnya diminta untuk membaca buku ummi/ menulis buku dibuku latihan sambil menunggu giliran setor baca ummi. b) Klasikal Individual Digunakan jika dalam satu kelompok jilidnya sama, halaman berbeda. Biasanya dipakai untuk jilid 2 atau 3 ke atas. Cara mengajarnya: (a). Guru mengajar membaca bersama-sama secara klasikal (bisa menggunakan alat peraga atau buku yang ada). Setelah selesai klasikal dilanjutkan secara individual.
49
Koordinator al-Qur’an Ummi, Surabaya. Juli 2005.
45
(b). Ketika individual, murid dipanggil satu persatu untuk setor bacaan, kemudian murid yang lainnya diminta untuk membaca buku ummi/ menulis buku di buku latihan sambil menunggu giliran setor baca ummi (seperti halnya metode privat / individual). c) Klasikal Baca-Simak Digunakan jika dalam satu kelompok jilidnya sama, namun halamanya berbeda. Biasanya banyak dipakai untuk jilid 3 ke atas atau pengajaran kelas al-Qur’an. Cara mengajarnya: (a). Guru mengajar membaca bersama-sama secara klasikal (bisa digunakan alat peraga atau buku yang ada), setelah selesai klasikal, dilanjutkan dengan baca-simak. (b). Ketika proses baca-simak, salah satu murid diminta membaca buku ummi, kemudian murid yang lainnya diminta untuk membuka halaman yang dibaca murid tersebut. Selanjutnya menyimak bacaan murid yang membaca tadi, ( tidak ada aktifitas menulis atau membaca buku ummi sendiri-sendiri). d) Klasikal Baca-Simak Murni Digunakan jika dalam satu kelompok jilid dan halamannya sama. Biasanya banyak dipakai untuk jilid 5 ke atas atau pengajaran kelas alQur’an. Cara mengajarnya:
46
(a). Guru mengajar membaca bersama-sama secara klasikal (bisa menggunakan alat peraga atau buku yang ada), setelah selesai klasikal, dilanjutkan dengan baca-simak murni. (b). Ketika proses baca-simak murni, salah satu murid diminta membaca buku ummi. Kemudian murid yang lainnya membuka dan menyimak yang dibaca murid tersebut. Selanjutnya murid yang kedua membaca dan melanjutkan bacaan dari murid yang pertama. Sedangkan murid yang lainnya menyimak bacaan murid yang membaca tersebut, begitu selanjutnya. Setiap murid yang memakai metode Ummi harus melalui tahapan-tahapan tiap jilid, dengan standart yang telah ditentukan. Murid diperbolehkan melanjutkan ke jilid / tingkat berikutnya jika benar-benar menguasai dan lancar serta tidak salah dalam membacanya, termasuk latihan di halaman 20 dan halaman 40 juga harus dikuasai dengan baik. Pengetesan naik jilid / naik tingkat di acak mulai dari halaman 1 sampai halaman 40 ( tidak dibaca halaman terakhir saja) dan sebaiknya melalui koordinator / penguji. Pembelajaran Ummi pada anak yang sudah mencapai al-Qur’an adalah sebagai berikut:50 1.
Guru dalam keadaan duduk mengucapkan salam kepada siswa yang juga dalam keadaan duduk
2.
50
Membaca surat al-Fatihah bersama-sama ( dari ta’awudz).
Ibid.
47
3.
Dilanjutkan do’a untuk kedua orang tua dan do’a Nabi Musa.
>ِ8ْ?H B Iَ َو. <ْرِىE َ >ِ8 ْ َ?حG ْ با B َر.َ .ْ1ِ َاَ .ْ 3ِ 1ِ ْ46ُ 7ْ 8ِ ى َو : <َ 8ِ =َا8ِ > َو ِ 8ْ?@ِ A ْبا B َر . >ِ8ْ=Jَ ْ=Kُ Lَ @ْ Iَ >ِMNَH8ِ ْ-1ِ َ< ًةLْ Q ُ ْR7ُS ْ ?ِى وَا1ْ َا 4.
Dilanjutkan dengan do’a awal pelajaran secara terputus-putus dan siswa menirukan.
ٌXTْ Uَ َو.ِ] اَ 1ِ ?ُ ^ ْ Mَ .ِ Vْ.Y ِ Zَ 8ْن ا ِ ?َْأLُ 8ْ NِW . Nَ3Wَ NَW Nَ38َ ْXTَ Uْ ُِا. Vْ.7ِ Q َ NَI .ح ُ N:TUَ NَI . >ِMNَH8ِ dِ Wِ e ُ 7ِ f ْ َوَا. ^?ِى َ Wَ b َ Wِ NَTcِ Wِ ْ=رB Mَ V: Kُ 7:8 َا. َ .ْ 3ِ 1ِ ْ46ُ 8ْ ِ? اa B Wَ َو.ٌُ` ً Iْ ?ِ Jَ =ْ َلS َ lَ dُ M: NِUَ . b َ iِ =: Jُ َوb َ 8ِْ=j َ Wِ . <ِىH َ g َ dِ Wِ ْR6ِ Zْ Tَ ْh وَا. <ْرِىE َ dِ Wِ ْ َ?حG ْ وَا . Vِ .ْ Y ِ Zَ 8ْ > ا B 7ِ Zَ 8ْ] ا ِ NِW l: = َة ِا: Jُ lَ =ْ َل َوS َ lَ dُ M: َوِا.َbِW l: = َة ِا: Jُ lَ َو 5.
Dilanjutkan dengan hafalan surat-surat pendek yang sudah ditentukan.
6.
Mengulang kembali pelajaran yang lalu.
7.
Penanaman konsep secara baik dan benar .
8.
Pemahaman konsep
9.
Terapkan terampil
10. Berikan tugas-tugas di rumah sesuai dengan kebutuhan 11. Do’a akhir pelajaran.
V: Kُ 7:8 َا. mً 6َ S ْ =ْرًا َو ُه<ًى َو َرMُ َوNَ1Nَ1ِ> ِإ8 dُ 7ْ Zَ g ْ وَا. ن ِ ?َْأLُ 8ْ NِW >ِ36ْ S َ ْ ارV: Kُ 7:8َا Rِ .ْ 7َ8: اsَMَ َاdُ iَ َوt َ iِ >ِ3Jْ َورْزp ُ 7ْ Kِ g َ Nَ6Kُ 3ْ 1ِ >ِ36ْ 7ِQ َ َو.p ُ .ْ H ِ Mَ Nَ1 dُ 3ْ 1ِ >ِMْ?آB َذ .َ .ْ 6ِ 8َ NَZ8ْب ا : َرNَI mً v :S ُ >ِ8 dُ 7ْ Zَ g ْ ِر وَاNَK3: 8ف ا َ ?َ f ْ وَأ 12. Salam.
48
Evaluasi pada anak yang mencapai al-Qur’an juga tidak berbeda jauh dengan yang masih jilid. Pertama ujian pada guru pengampu, dan jika sudah dinyatakan lulus baru ujian kepada guru Koordinator Ummi. D. Visi, Misi, dan Motto Ummi 1. Visi Kata visi berasal dari bahasa inggris, vision yang dapat berarti penglihatan, daya lihat, pandangan, impian atau bayangan. Dengan demikian, secara sederhana kata visi mengacu kepada sebuah cita-cita, keinginan, angan-angan, khayalan dan impian ideal yang ingin dicapai yang dirumuskan secara sederhana, singkat, padat dan jelas namun mengandung makna yang luas, jauh dan penuh makna.51 Ummi memiliki visi “Melahirkan generasi yang mencintai dan dicintai al-Qur’an”.52 2. Misi Sebagaimana kata visi, kata misipun berasal dari bahasa Inggris, yaitu mission yang berarti tugas. Misi lebih lanjut dapat dikatakan sebagai langkah-langkah atau kegiatan–kegiatan yang bersifat strategis dan efektif dalam rangka mencapai visi yang telah ditetapkan.53 Ummi memiliki misi:54 a. Mewujudkan lembaga profesional dalam pengajaran al-Qur’an yang berbasis sosial dan dakwah.
51
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), 30. Koordinator al-Qur’an Ummi, Surabaya. Juli 2005. 53 Abuddin. Filsafat Pendidikan, 35. 54 Koordinator al-Qur’an Ummi, Surabaya. Juli 2005. 52
49
b. Membangun sistem manajemen pengajaran al-Qur’an yang berbasis pada mutu. c. Menjadi
pusat
pengembangan
pembelajaran
al-Qur’an
untuk
siswa/santri. 3. Motto Sedangkan Ummi memiliki motto “mudah, menyenangkan, menyentuh”.55
55
Ibid,.
50
BAB III IMPLEMENTASI METODE UMMI DI MI TERPADU BAKTI IBU MADIUN
A.
Gambaran Umum 1.
Sejarah Berdirinya MI Terpadu Bakti Ibu Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Bakti Ibu berdiri pada tahun 2000. MI ini berstatus swasta terakreditasi B plus, dan dikelola oleh oleh Yayasan Bina Insan Muslim, tetapi tetap berada di bawah naungan Departemen Agama. Pada awal berdiri, MI Terpadu Bakti Ibu Madiun berlokasi didaerah pinggiran kota. Tepatnya di daerah Winongo, Manguharjo.56 Pada awal merintis, MI Bakti Ibu memakai rumah penduduk dan hanya memiliki murid berjumlah 6 anak. Namun tidak beberapa lama, kurang lebih 2 tahun, lokasi sekolah pindah ke kota. Menempati gedung bekas SD Kartoharjo III. Namun juga tidak bertahan lama. Setelah beberapa tahun, lokasi pindah lagi ke sekolah yang sekarang ini, yaitu di jalan Halmahera NO. 54 Kelurahan Kartoharjo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun. Namun masih berstatus kontrak. Karena gedung yang dimiliki kurang maka sebagian kontrak rumah penduduk di sekitar gedung sekolah.57
56 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor 01/ D/ 16-X/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 57 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 01/1-W/F-1/05-X/2009 dalam Lampiran laporan hasil penelitian ini.
51
Dengan seiringnya waktu berjalan, MI Terpadu Bakti Ibu mulai melebarkan sayapnya. Berkat bantuan dari Negeri Para Nabi, Arab Saudi, MI Terpadu Bakti Ibu dapat membangun gedung sekolah yang baru di atas tanah seluas 2.130 meter persegi. Lokasi kampus 2 MI Terpadu Bakti Ibu Madiun bearada di jalan Dawuhan kelurahan Banjarejo Kecamatan Taman Kota Madiun, namun masih dalam tahap pembangunan. Hanya baru kelas satu saja yang sudah menempati gedung yang baru.58
2.
Letak Geografis MI Terpadu Bakti Ibu Madiun memiliki dua lokasi, kampus 1 MI Terpadu Bakti Ibu memiliki lokasi sangat strategis. Karena berada di daerah perkotaan. Tepatnya berada di jalan Halmahera No. 54 Kelurahan
Kartoharjo,
kecamatan
Kartoharjo,
Kota
Madiun,
sedangkan kampus 2 berada di jalan Dawuhan, kelurahan Banjarejo, Kecamatan Taman kota madiun.59 Di sekitar MI Terpadu Bakti Ibu kampus 1, terdapat beberapa rumah penduduk, serta perkantoran. Sebelah baratnya terdapat Rumah Sakit Paviliun Merpati Madiun, sebelah selatan dan timurnya merupakan perkantoran TPK Perhutani. Sedangkan sebelah utara terdapat gedung Gramedia.
58
Ibid. Lihat Transkrip Observasi Nomor 01/ O/ F/ 29-I/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 59
52
3.
Keadaan Guru Dan Murid MI Terpadu Bakti Ibu memiliki tenaga pendidik dan staf berjumlah 35 orang dan kesemuanya tersebut merupakan pegawai swasta atau berstatus belum negeri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan murid MI Terpadu Bakti Ibu pada tahun pelajaran 2008/2009 memiliki siswa berjumlah 263 dengan pembagian kelas berjumlah 14 kelas. Murid laki-laki berjumlah 169 anak, sedangkan siswa perempuan berjumlah 127 anak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.
4.
Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MI Terpadu Bakti Ibu adalah ruang kelas sebanyak 14 ruang, 2 ruang Guru, 1 ruang laboratorium Komputer, dan 1 ruang perpustakaan, 1 ruang BP/UKS, 1 ruang TU, 1 ruang kopreasi/ kantin, dan 2 toilet/ kamar mandi. Untuk lebih jelasnya lihat dalam transkrip dokumentasi dalam laporan hasil penelitian ini.
5.
Kurikulum Salah satu komponen operasional pendidikan islam sebagai sistem adalah materi, atau disebut kurikulum. Kurikulum adalah materi
53
yang diajarkan telah tersusun secara sistematis dengan tujuan yang hendak dicapai, telah ditetapkan. Atau bahan-banan pelajaran apa saja yang harus disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan.60 Sejak berdiri MI Terpadu Bakti Ibu menggunakan Kurikulum Departemen Agama, Departemen Pendidikan Nasional dan Kurikulum Internal. Kemudian sejak tahun 2002 secara resmi MI Terpadu Bakti Ibu bergabung dengan Jaringan Islam Terpadu Indonesia. Saat ini MIT Bakti Ibu memakai kurikulum KTSP. Struktur kurikulum dalam KTSP MI Terpadu Bakti Ibu ini disusun dengan sejumlah mata pelajaran wajib, mata pelajaran pengembangan diri wajib, dan mata pelajaran pengembangan diri pilihan (tidak Wajib). Untuk lebih jelasnya lihat dalam transkrip dokumentasi dalam laporan hasil penelitian ini.
B.
Data Khusus 1.
Data tentang Latar Belakang Penerapan Metode Ummi dalam Baca Tulis al-Qur’an Kls IV di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam yang berfungsi sebagai petunjuk dan pedoman bagi setiap muslim. Oleh karena itu alQur’an harus diajarkan sedini mungkin agar dapat dipahami dengan baik. Kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an yang dimiliki anak
60
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 183.
54
akan dapat menjunjung kelancaran dalam belajarnya, baik ketika dijenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, maupun tingkat Perguruan Tinggi. Terutama apabila anak menempuh pendidikan dilembaga Pendidikan Islam. Tuntutan dan ajaran untuk mempelajari al-Qur’an dan menggali kandungannya serta menyebarkan ajaran-ajarannya dalam praktek kehidupan merupakan tuntutan yang tidak ada habisnya. Dari hasil wawancara mendalam serta observasi atau pengamatan dapat diketahui latar belakang penerapan metode Ummi dalam baca tulis al-Qur’an di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun. Berikut ini hasil wawancara dengan Koordinator Ummi MI Terpadu Bakti Ibu Madiun. Menurut Ustadzah Desi Kusdwimukti selaku Koordinator Ummi dalam baca tulis al-Qur’an di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun menjelaskan bahwa “latar belakang penerapan metode Ummi di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun, yaitu”: Sejak berdiri, kita tidak langsung memakai metode Ummi dalam mata pelajaran baca tulis al-Qur’an. Pada awalnya kita memakai metode Qira’ati. Karena proses syahadah ustadz/ustadzah yang sulit maka tenaga pengajar kami belum begitu mahir mengajarkan al-Qur’an dengan menggunakan metode Qira’ati. Sehingga penyampaian materi tidak dapat maksimal.hal ini menyebabkan target-target materi pelajaran yang seharusnya sudah tercapai, tidak dapat terpenuhi.61 Bapak Nurudin juga menjelaskan:
61
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 11/ 2-W/ F-2/ 27-I/ 2010 dalam lampiran laporan hasi penelitian ini.
55
Pada awalnya metode yang kita pakai adalah metode Qira’ati dari Semarang. Salah satu ustadz kami ada yang sudah memiliki Syahadahnya. Namun pembelajaran al-Qur’an dengan menggunakan metode Qira’ati kurang maksimal apabila diterapkan di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun, karena ustadz/ustadzah kami belum begitu menguasai metode Qira’ati secra baik. Mungkin karena proses syahadahnya terlalu rumit. Selain itu juga kurang adanya pembinaanpembinaan mengenai metode Qira’ati. Untuk itu, kita mencari solusi bagaimana agar pembelajaran al-Qur’an dapat berjalan maksimal, maka kami memutuskan untuk berganti kepada metode. Dan kebetulan saat itu kami diperkenalkan dengan metode baru dari KPI Surabya. Setelah disepakati, maka kami memutuskan untuk berganti dari metode Qira’ati ke mertode Ummi.62 Dari keterangan di atas dijelaskan bahwa latar belakang penerapan metode Ummi di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun karena pada metode sebelum Ummi, yaitu metode Qira’ati karena ustadz/ustadzahnya kurang menguasai metode Qira’ati, sehingga pembelajaran baca-tulis al-Qur’an di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun tidak dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini banyak target-target pembelajaran yang tidak tercapai pada waktu yang sudah ditentukan. Selain itu tidak adanya bimbingan-bimbingan mengenai ketrampilan mengajar al-Qur’an dengan menggunakan metode tersebut. Sehingga MI Terpadu Bakti Ibu Madiun mencari metode lain yang mudah di terapkan di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun, mudah diterima anak-anak serta memberikan perhatian kepada metodenya. Maka saat itulah MI Terpadu Bakti Ibu Madiun mendapatkan informasi adanya metode baru yang diterbitkan oleh Konsorsium Pendidikan Islam Surabaya 62
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 10/ 1-W/ F-2/ 27-I/ 2010. dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
56
yang bernama Ummi. Setelah dipertimbangkan, maka disepakati untuk menggunakan metode tersebut. Untuk
dapat
menggunakan
metode
Ummi,
ustadh/
ustadhahnya harus memiliki sertifikasi resmi dari KPI. Jadi setiap guru yang mengajar harus mengikuti pentashihan danproses sertifikasi selama beberapa hari untuk mendapatkan sertifikat tersebut. Ustadzah Desi Kusdwimukti menjelaskan, Sebelum memakai metode Ummi, kami harus mengikuti sertifikasi terlebih yang dilakukan oleh KPI. Pada awalnya, dari seluruh ustadz hanya satu ustadz yang dapat lulus. Sehingga untuk dapat ikut srtifikasi lagi, kami memanggil 2 ustadz dari Ponorogo untuk mengajari ustadz/ustadzah MI Bakti Ibu yang akan menghadapi srtifikasi. Setelah itu kita ikut sertifikasi lagi, ada 15 ustadz yang lulus. Dan sekarang MI Terpadu Bakti Ibu telah memasuki tahun ke-3 memakai metode Ummi dari KPI Surabaya.63 Maka dari uraian di atas dapat diketahui bahwa MI Terpadu Bakti Ibu Madiun memiliki Ustadz/Ustadzah yang sudah memiliki sertifikat Ummi berjumlah 15 orang. Dan saat ini, MI Terpadu Bakti Ibu Madiun telah memakai metode Ummi selama kurang lebih tiga tahun. Kurang lebih tiga tahu MI Terpadu Bakti Ibu Madiun mnggunakan metode Ummi. Ada beberapa perbedaan yang dirasakan oleh ustadzah Desi Kusdwimukti, selama mengajar al-Qur’an di MI Terpadu Bakti Ibu sebagai berikut: Banyak sekali perbedaannya dari metode sebelumnya. Menurut saya metode ummi dalam penguasaan maetodenya lebih mudah, kualitas pengajarannya diperhatikan, adanya 63
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 11/ 2-W/ F-2/ 27-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
57
pembinaan dari pusat mengenai metode ummi, pengaturan hafalan lebih teratur, pengadaan buku lebih mudah dan juga nada dan irama lagu tartilnya lebih mudah dikuasai anakanak.64 Dari
keteranga
ustadzah
Desi
Kusdwimukti
diatas,
bahwasanya ada beberapa kelebihan dari metode Ummi dibandingkan dengan metode sebelumnya yaitu metode Ummi memberikan pengawasan terhadap metodenya, kualitas pengajarannya diperhatikan, adanya pembinaan-pembinaan mengenai metode terkait, pengaturan hafalannya lebih teratur, serta pengadaan buku pegangan lebih mudah. Selain itu, metode Ummi memiliki nada dan irama tartil yang mudah dikuasai anak didiknya, sehingga metode Ummi di tetapkan sebagai metode baca-tulis alQur’an di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun sejak tiga tahun yang lalu.
2.
Data tentang Proses Belajar Baca Tulis al-Qur’an Dengan Metode Ummi MI Terpadu Bakti Ibu Madiun dalam perkembangannya senantiasa
berusaha meningkatkan kualitas anak didiknya dengan
berbagai cara, baik melalui kegiatan pendidikan ataupun pembelajaran. Sedangkan untuk pembelajaran merupakan tugas guru untuk bisa menentukan suatu metode atau cara yang tepat agar siswa yang dibimbingnya dapat meraih prestasi yang baik.
64
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 11/ 2-W/ F-2/ 27-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
58
Untuk mengetahui proses pembelajaran Ummi, peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada guru Ummi, dan observasi terhadap metode Ummi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Sebagaimana data berikut: Langkah-langkah pembelajaran Ummi di Mi Terpadu Bakti Ibu Madiun adalah sebagai berikut: a. Guru mengucapkan salam setelah anak-anak dalam keadaan duduk rapi. b. Anak-anak
membaca
surat
al-fatihah
bersama-sama
dan
dilanjutkan membaca Do’a-do’a. diantaranya do’a untuk kedua orang tua, do’a Nabi Musa, dan dilanjutkan do’a awal pelajaran secara terputus-putus. c. Anak-anak bersama-sama menghafalkan surat-surat pendek. d. Guru membimbing anak-anak untuk mengulang kembali pelajaran yang telah lalu. e. Guru memberikan konsep secara baik dan benar f. Guru memberikan pemahaman konsep secara baik dan benar, serta menerapkan ketrampilan. g. Guru memberikan tugas kepada anak-anak sesuai kebutuhan, dan dilanjutkan dengan do’a akhir pelajaran dan do’a.65 Hal tersebut juga diungkapkan oleh Ustadz Sugeng Bektiadi selaku guru kelas IV A sebagai berikut: 65
Lihat Transkrp Dokumentasi Nomor 03/ D/ 23-X/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
59
Guru dalam keadaan duduk di lantai, jumlah anak harus ideal, kurang lebih 15 anak perkelompok. Pertama guru salam dalam keadaan duduk, trus baca do’a bersama-sama. Setelah do’a, guru menentukan hafalannya sambil ngecek hafalan anak-anak. Setelah itu klasikal, jadi guru memberi contoh dan ditirukan anak-anak. Setelah itu, kegiatannya baca-simak. Salah satu anak membaca dan disimak oleh teman-temannya. Kalau ada yang salah, tidak langsung membenarkan. Tetapi cuma diingatlkan oleh teman yang menyimak tadi dengan serentak membaca kalimat istighfar. Setelah yang membaca ber-istighfar, kemudian kembali membaca dan membenarkan kalimat yang salah bacaannya tadi. Setelah beberapa ayat, bergantian dengan teman yang lain sampai semua mendapat giliran membaca. Setelah semua mendapat giliran, ditutup dengan do’a akhir pelajaran.66 Hal tersebut juga diperkuat oleh keterangan Ustadz Bonandi Ma’arif ‘Abbas selaku guru kelas IV B sebagai berikut: Setelah guru masuk kelas, anak-anak diminta duduk dengan rapi dan tenang. Kemudian belajar dimulai guru dengan salam. Proses pertama, yaitu membaca surat al-fatihah dan dilanjutkan membaca do’a. Setelah berdo’a, anak-anak menghafalkan surat-surat pendek. Setelah itu guru mengulang kembali pelajaran yang lalu. Guru memulai dengan materi.Yaitu dengan baca-simak dan klasikal. Kadang juga dengan menggunakan alat peraga. Setelah setiap anak sudah mendapatkan giliran membaca, anak-anak diberikan tugas, dan belajar diakhiri dengan do’a bersama.67 Penulis juga melakukan observasi pada saat kegiatan belajar mengajar kelas IV B berlangsung. Guru mengawali pembelajaran dengan salam dan dilanjutkan dengan membaca sutat al-fatihah dan berdo’a bersama-sama. Setelah berdo’a anak-anak diminta mengulangi hafalan Surat al-Ghasiyah, surat al-Fathir dan surat at-Thariq secara bersama-sama. Setelah ketiga surat-surat pendek dihafalkan, maka 66 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 08/ 3-W/ 27-X/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 67 Lihat Transkrp Wawancara Nomor 09/ 3-W/ 27-X/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
60
anak-anak diminta mengumpulkan kartu prestasinya kepada Ustadz yang mengajar, dan guru memanggil anak satu persatu untuk proses belajar baca-simak. Setelah setiap anak mendapat giliran membaca, maka anak-anak diberi tugas untuk mempelajari halaman selanjutnya dari buku yang mereka baca hari ini. Dan proses belajar mengajar diakhiri dengan do’a akhir belajar dan salam dari guru.68 Dalam proses pembelajaran Ummi, anak-anak terbagi dalam beberapa kelompok belajar dan setiap kelompok terdapat 1 guru pengampu yang bertugas membimbing anak-anak dalam belajar Ummi. Dalam setiap kelompok Ummi, terdiri dari 15-18 anak. Pembagian kelompok belajar Ummi, didasarkan oleh kesamaan jilidnya pada setiap kelas. Untuk kelas IV terbagi menjadi 2 kelompok belajar Ummi, yaitu IV A dan IV B. Hal tersebut diungkapkan oleh hasil wawancara dengan Ustadzah Desi Kusdwimukti sebagai berikut: Untuk satu kelompok Ummi terdiri dari 10-15 anak. Untuk kelas IV terbagi menjadi 2 kelompok Ummi. Dan masingmasing kelompok di ajar oleh 1 guru pengampu. Untuk pembagiannya, pertama kami membagi per kelas. Karena memang kita mulai pakai Ummi tidak dari kelas I, namun setelah beberapa waktu, setelah proses Evaluasi, kami ratakan per jilid. Karena dalam proses pembelajaran Ummi ada waktu untuk klasikal. Jadi harus kita samakan jilid dan halamannya.69
68 Lihat Transkrip Observasi Nomor 03/ O/ F/ 29-X/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 69 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 05/ 2-W/ F-2/ 23-X/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
61
Proses evaluasi pada metode Ummi, dilakukan setelah anakanak menyelesaikan membaca buku jilid. Pengevaluasian dilakukan oleh guru pengampu masing-masing anak. Setelah guru pengampu menyatakan lulus, maka evaluasi lagi kepada koordinator Ummi. Dan apabila Koordinator telah menyatakan lulus, maka anak dapat melanjutkan ke jilid berikutnya. Kriteria penilaian pada tahap Evaluasi, yaitu apabila anak tidak melakukan kesalahan satupun saat membaca, dan dapat menghafalkan surat-surat pendek yang menjadi target per jilid. Halaman yang dibaca tidak hanya halaman terakhir saja, tetapi mulai halaman awal hingga halaman terakhir yang dilakukan secara acak. Hal tersebut diungkapkan dengan hasil wawancara dengan ustadzah Desi Kusdwimukti selaku Koordinator Ummi Di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun sebagai berikut: Untuk evaluasinya, pertama setelah katam perjilid. Ujian dilakukan kepada guru pengampu masing-masing beserta hafalan surat-surat pendek, setelah dinyatakan lulus, maka ujian dilanjutkan kepada koordinator Ummi. Ujian dilakukan secara acak halamannya. Supaya anak-anak benar-benar menguasai Ummi.70 Penulis juga melakukan observasi pada saat proses evaluasi Kelompok IV B sedang berlangsung. Untuk memudahkan anak, evaluasi dilakukan dalam dua tahap, yaitu saat anak telah mencapai halaman 20, dan pada saat anak mencapai halaman terakhir atau
70
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 05/ 2-W/ F-2/ 23-X/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
62
halaman 40. Guru menyuruh anak membaca jilidnya secara acak halamannya. Setelah dirasa cukup, maka guru melanjutkan dengan evaluasi hafalannya. Guru meminta anak membaca surat al-balad dan surat al-fajr. Setelah anak dengan lancar menghafalkan surat-surat pendek yang diminta oleh guru, maka anak mundur dan bergantian dengan murd-lainnya. Sedangkan evaluasi kepada Koordinator Ummi dilakukan pada pertemuan berikutnya dan kurang lebih juga sama.71
3.
Data tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Metode Ummi Dalam Meningkatkan Kualitas Baca Tulis AlQur’an di Mi Terpadu Bakti Ibu Madiun Dalam implementasinya, metode Ummi yang digunakan MI Terpadu Bakti Ibu Madiun ini diharapkan mampu mewujudkan target pencapaian kompetensi yang ditentukan. Namun hal tersebut tidak terlepas dari faktor pendukung dan penghambat. Mengenai faktor-faktor yang mendukung penerapan metode Ummi dalam pengenalan kemampuan membaca dan kelancaran membaca al-Qur’an ada beberapa faktor. Hal ini diperoleh berdasarkan wawancara dengan beberapa guru antara lain: a. Guru yang profesional dan berpengalaman Hal ini terbukti para guru yang ahli dalam bidangnya. Serta didukung pula dengan setoran hafalan kepada salah satu ustadz, 71
Lihat Transkrip Observasi Nomor 04/ O/ F/ 29-X/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
63
pengecekkan metode kepada Koordinator Ummi Karesidenan Madiun, dan mengikuti proses sertifikasi ulang setiap 3 tahun sekali. Sebagaimana hasil wawancara dengan Ustadzah Desi Kusdwimukti sebagai berikut: Setiap ustadz/ustadzahnya harus menghafal al-Qur’an, minimal juz 30, dan disetorkan atau di sorogkan kepada ustadz yang sudah hafidz. dan untuk menjaga keaslian metode Ummi, guru yang mengajar Ummi harus di tes oleh koordinator wilayah setempat, dan dalam waktu 3 tahun sekali semua guru Ummi harus ikut sertifikasi lagi di KPI, karena sertifkasi Ummi hanya berlaku selama 3 tahun.72 b. Lingkungan kelas yang kondusif Hal ini sangat mendukung proses belajar mengajar, sebagaimana penuturan ustadz Sugeng Bektiadi sebagai berikut: Untuk mencari suasana yang berbeda, maka kami tidak selalu belajar dalam kelas. Kadang-kadang kita belajar di masjid, kadang-kadang juga di luar kelas. Yang penting mencari suasana yang berbeda. Kadang anak-anak suka bosan kalau terus berada di dalam kelas. Akibatnya anakanak tidak fokus terhadap pelajaran.73 c. Orang tua yang kooperatif terhadap program-program yang diselenggarakan oleh pihak sekolah. Sebagaimana hasil wawancara dengan ustadzah Desi Kusdwimukti berikut: Dalam hal perkembangan anak, orang tua tidak begitu saja lepas tangan. Setiap ada kegiatan, orang tua diberi tahu oleh pihak sekolah. Dan hasilnya pun diberitahukan kepada
72 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 07/ 2-W/ F-4/ 23-X/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 73 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 06/ 2-W/ F-2/ 23-X/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
64
orang tua, yang tercatat dalam raport ghoib berserta laporan hasil belajar yang di lakukan setiap tengah semester.74 Selain faktor pendukung di atas, dalam implementasinya metode Ummi juga memiliki faktor penghambat. Ada beberapa faktor yang penulis temukan dari hasil wawancara dengan beberapa guru di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun sebagaimana berikut:75 a. Alokasi waktu yang terbatas dalam proses pembelajaran. Hal ini jelas menjadi kendala tersendiri, di mana pada setiap tatanan ideal, mengharapkan pencapaian yang maksimal pada setiap
ranah.
Karena
pembelajaran
metode
Ummi
ini
berkesinambungan. Namun praktek di lapangan selalu berbenturan dengan adanya keterbatasan waktu. b. Perbedaan karakter anak Perbedaan individu setiap anak harus diperhatikan oleh guru. Karena setiap anak mempunyai potensi yang harus diasuh dan di kembangkan. Guru sebagai mitra harus mampu membantunya. Banyaknya siswa menjadi kendala guru untuk mengenali karakter siswa, sekaligus memberikan pelayanan yang berbeda pada setiap siswa. Perbedaan individu pada aspek kecerdasan juga dapat menjadi penghambat dalam keefektifitasan metode Ummi. c. Pergantian guru pada setiap tahun
74
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 08/ 2-W/ F-2/ 23-X/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 75 Ibid.
65
Dengan bergantinya guru pada setiap tahunnya, kemampuan anak tidak dapat dikontrol. Hal ini membuat anak selalu menyesuaikan diri dengan gurunya yang baru. Guru yang pada awalnya mengetahui potensi anak, dapat terhalang mengembangkan potensi tersebut dikarenakan bergantinya guru pada kelas berikutnya.
66
BAB IV ANALISIS DATA TENTANG IMPLEMENTASI METODE UMMI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS BACA TULIS AL-QUR’AN DI MI TERPADU BAKTI IBU MADIUN
A.
Analisis Data tentang Latar Belakang Penerapan Metode Ummi dalam Baca Tulis al-Qur’an di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun Manusia diperintahkan oleh Allah Swt. untuk menuntut ilmu karena dengan ilmu manusia akan terangkat derajatnya, sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat al-Mujadilah:11 sebagai berikut:
.ت ِ Nَg< َر: 8 اVَ 7ْ Zِ 8ُْ= اiْ ُاوَ Iْ ِ 8:ْ وَاVcُ 3ْ 1ِ =ْا3ُ 1َ َاَ Iْ ِ 8:] ا ُ ِ اUَ ْ?Iَ ُ
وْاa ُ Mْ NَU ُ
وْاa ُ Mْ اRَ .ْ Jِ َوِاذَا Artinya: Dan apabila dikatakan:”Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberiilmu pengetahuan beberapa derajat. (Q.S. al-Mujadilah:11).76 Dalam kenyataannya banyak sekolah-sekolah yang berusaha untuk meningkatkan pendidikan sebaik mungkin guna mencerdaskan anak didiknya, salah satunya adalah MI Terpadu Bakti Ibu Madiun, diantara metode yang diterapkan didalam sistem pembelajaran baca tulis al-Qur’an adalah metode Ummi, yang mana dalam penggunaan metode ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas baca tulis al-Qur’an. Dalam bab II dijelaskan bahwa metode merupakan seperangkat cara, jalan, dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses
76
Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya ., 434.
67
pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Oleh karena itu penerapan
metode
yang
tepat
sangat
mempengaruhi
pencapaian
keberhasilan dalam proses belajar mengajar dan metode yang tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak efisien. Penerapan metode Ummi di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun dalam pembelajaran baca tulis al-Qur’an merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru dalam meningkatkan kualitasnya. Sebab pada metode sebelumnya, yaitu metode Qira’ati, MI Terpadu Bakti Ibu Madiun masih belum memiliki ustadz/ustadzah yang mahir mengajarkan al-Qur’an dengan metode Qira’ati. Selain itu tidak adanya pembinaan-pembinaan kepada ustadz/ustadzah mengenai metode terkait, sehingga materi yang disampaikan kepada anak didik tidak maksimal. Untuk itu, pihak sekolah mengambil keputusan untuk berganti metode yang mudah disampaikan dan dimengerti anak didik yaitu metode Ummi. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan latar belakang penerapan metode Ummi di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun sudah sesuai dan selaras dengan pengertian suatu metode pembelajaran, sehingga pembelajaran berhasil lebih maksimal serta kompetensi yang ada dapat dicapai, yaitu siswa mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.
68
B.
Analisis Data tentang Proses Belajar Baca Tulis al-Qur’an Dengan Metode Ummi di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun. Metode adalah seperangkat cara, jalan, dan teknik yang di gunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efesien. Perlu dipahami bahwa penguasaan materi dalam pendidikan agama islam pada prinsipnya adalah pelaksanaan sikap hati-hati dalam pekerjaan mendidik dan mengajar. Hal ini mengingat bahwa sasaran pendidikan agama islam itu adalah manusia yang telah memiliki kemampuan dasar untuk dikembangkan. Sikap kurang hati-hati akan dapat berakibat fatal, sehingga mungkin saja kemampuan dasar yang telah dimiliki peserta didik tidak berkembang secara wajar. Dalam proses pembelajaran Ummi di Mi Terpadu Bakti ibu Madiun membagi murid-murid menjadi beberapa kelompok belajar, yang terdiri dari 10-15 anak per kelompok. Hal ini di maksudkan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.77 Selain itu, pembagian kelompok dimaksudkan agar siswa dengan mudah menerima materi karena jumlah murid yang tidak terlalu banyak. Proses pembagiannya berdasarkan dua tingkatan. Kelompok pertama, yaitu kelompok anak yang cepat tanggap terhadap materi pembelajaran Ummi, 77
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 07/1-W/F-2/23-X/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
69
dan kelompok kedua, adalah kelompok yang kurang tanggap terhadap materi yang diberikan oleh guru. Hal ini dimaksudkan bukan karena membeda-bedakan antara anak yang pandai dan anak yang tidak pandai. Namun hal ini dimaksudkan agar anak-anak dapat dengan mudah menerima materi dan mengikuti materi yang diberikan oleh guru pengampu masing-masing kelompok karena mempelajari buku yang sama. Apabila antara anak yang lancar materinya dan anak yang agak lambat digabung dalam satu kelompok, maka akan menghambat teman lainnya. Sedangkan apabila yang lambat mengikuti yang lancar, maka materi yang didapatnya tidak matang. Hal ini sesuai dengan teori alGhazali dalam prinsipnya Muhtar Yahya dalam pelaksanaan metode pendidikan islam yang terdapat dalam bab II, “berilah pelajaran kepada anak didik sesuai dengan tingkat kemampuan mereka”. Atas dasar pemikiran bahwa anak didik memiliki tingkatan-tingkatan kematangan dalam berfikir, maka setiap pendidik seyogyanya mempertimbangkahn metode mana yang tepat diaplikasikan sesuai dengan tingkat berfikir anak didik. Dalam pembelajaran Ummi, anak-anak dituntut lebih aktif dan kritis. Karena membaca al-Qur’an dengan tartil dan membaca al-Qur’an tanpa lagu akan berbeda. Apabila dengan menggunakan lagu, dikhawatirkan anak lebih mengikuti tartilnya daripada makhraj dan tajwidnya. Sehingga bacaan al-Qur’an akan menjadi salah kaprah.
70
Adapun proses pembelajaran Ummi pada siswa kelas IV yaitu, Pertama guru memberi salam dalam keadaan duduk, selanjutnya membaca do’a bersama-sama. Setelah berdo’a, guru menentukan hafalannya sambil mengecek hafalan anak-anak. Setelah itu klasikal, yaitu guru memberi contoh dan ditirukan anak-anak. Setelah itu, kegiatannya adalah baca-simak. Salah satu anak membaca dan disimak oleh
teman-temannya.
Kalau
ada
yang
salah,
tidak
langsung
membenarkan. Tetapi cuma diingatlkan oleh teman yang menyimak tadi dengan serentak membaca kalimat istighfar. Setelah yang membaca beristighfar, kemudian kembali membaca dan membenarkan kalimat yang salah bacaannya tadi. Setelah beberapa ayat, bergantian dengan teman yang lain sampai semua mendapat giliran membaca. Setelah semua mendapat giliran, ditutup dengan do’a akhir pelajaran. Proses evaluasi pada metode Ummi dilakukan dua kali. Evaluasi pertama kali dilakukan oleh guru pengampu masing-masing. Ujian dilakukan secara acak halamannya. Tidak diambil halaman akhir saja. Kriteria lulus apabila anak tidak terdapat salah sama sekali. Dan apabila oleh guru pengampu sudah dinyatakan lulus, anak ujian lagi kepada koordinator Ummi. Dan apabila oleh koordinator dinyatakan lulus, maka anak dapat naik ke jilid selanjutnya. Dari langkah-langkah di atas
dapat diketahui hasil dari
penerapan metode Ummi di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun dapat
71
dikatakan maksimal. Dengan metode ini, akan memudahkan anak mengenali dan mengingat bacaan dalam buku Ummi.
C.
Analisis Data tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Ummi dalam Baca Tulis al-Qur’an di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun Dalam implementasinya metode Ummi ini tentunya tidak terlepas dari faktor pendukung dan penghambat. Adapun faktor yang mendukung penerapannya dalam meningkatkan kualitas baca tulis alQur’an siswa adalah sebagai berikut: Faktor guru, guru yang profesional dan berpengalaman akan menjadikan siswa bermutu pula. Untuk itu setiap guru harus menghafalkan al-Qur’an minimal juz 30 dan mengikuti pelatihan-pelatihan yang menunjang kemahiran mengajar metode Ummi, dan mengikuti proses sertifikasi ulang setiap 3 tahun sekali. Lingkungan kelas yang kondusif juga menjadi faktor pendukung bagi kelancaran dalam menyampaikan metode Ummi. Dalam kegiatan belajar mengajar tujuan pembelajaran akan mudah tercapai dan mudah dipahami anak apabila didukung dengan kondisi kelas yang tenang dan nyaman. Orang tua yang kooperatif
pun juga sangat mendukung
keefektifan metode Ummi ini, karena tidak hanya pihak sekolah saja yang
72
bertanggung jawab dalam pembelajaran siswa, tetapi campur tangan orang tua juga sangat mendukung kelancaran pembelajaran. Sedangkan faktor penghambat penerapan metode Ummi adalah sebagaimana berikut: Pertama,
alokasi
waktu
yang
terbatas
dalam
proses
pembelajaran. Dalam hal ini jelas menjadi kendala tersendiri dimana kompetensi yang maksimal namun dalam prakteknya selalu berbenturan dengan adanya keterbatasan waktu pembelajaran. Kedua adalah perbedaan karakter anak. perbedaan individu setiap anak harus diperhatikan oleh guru. Karena setiap anak mempunyai potensi yang harus diasah dan dikembangkan. Guru sebagai mitranya harus mampu membantunya. Ketiga adalah pergantian guru pada setiap tahunnya. Dengan bergantinya guru pada setiap tahunnya, kemampuan anak tidak dapat dikontrol. Hal ini membuat anak selalu menyesuaikan diri dengan gurunya yang baru. Guru yang pada awalnya mengetahui potensi anak, dapat terhalang mengembangkan potensi tersebut dikarenakan bergantinya guru pada kelas berikutnya. Dengan diterapkannya teori di atas akan menghasilkan generasi yang Qur’ani, sebagaimana visi daripada MI Terpadu Bakti Ibu dan juga visi metode Ummi, yaitu melahirkan generasi yang dicinta dan mencintai al-Qur’an.
73
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Dari data yang diperoleh di lapangan, dalam pelaksanaan metode Ummi dalam meningkatkan kualitas baca tulis al-Qur’an dapat disimpulkan bahwa: 1. Latar Belakang Penerapan Metode Ummi dalam Baca Tulis al-Qur’an di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun karena ustadz/ustadzah di MI Terpadu Bakti Ibu Madiun belum mahir dalam mengajarkan al-Qur’an dengan menggunakan metode Qira’ati. Serta kurang adanya bimbingan mengenai ketrampilan mengajar dengan metode tersebut, sehingga materi yang disampaikan kepada anak didik kurang maksimal. Untuk itu pihak sekolah memutuskan untuk berganti metrode dari metode Qira’ati ke metode Ummi. 2. Proses pembelajaran Ummi adalah pertama guru salam dalam keadaan duduk, selanjutnya baca do’a bersama-sama. Setelah berdo’a, guru menentukan hafalannya sambil ngecek hafalan anak-anak. Setelah itu klasikal, yaitu guru memberi contoh dan ditirukan anak-anak. Setelah itu, kegiatannya adalah baca-simak. Salah satu anak membaca dan disimak oleh teman-temannya. Setelah beberapa ayat, bergantian dengan teman yang lain sampai semua mendapat giliran membaca. Setelah semua mendapat giliran, ditutup dengan do’a akhir pelajaran.
74
3. a. Faktor pendukung dalam proses pembelajaran Ummi yang pertama adalah guru yang profesional dan berpengalaman. Yang kedua adalah lingkungan kelas yang kondusif, Faktor selanjutnya adalah orang tua yang kooperatif. b. Faktor penghambat proses pembelajaran Ummi yang pertama adalah alokasi waktu yang terbatas. Faktor kedua adalah perbedaan karakter anak. Sedangkan faktor yang ketiga adalah pergantian guru pada setiap tahunnya.
B.
Saran Melalui skripsi ini penulis menyampikan pesan atau saran kepada para pembaca umumnya dan khususna bagi siswa, orang tua, dan guru yang mengajar baca tulis al-Qur’an sebagai berikut: 1.
Bagi para siswa hendaknya lebih meningkatkan kemampuan baca tulis al-Qur’an karena di samping menunjang prestasi pendidikan agama islam, membaca al-Qur’an merupakan suatu ibadah.
2.
Bagi para guru hendaknya selalu memperhatikan metode yang tepat untuk mengajar karena untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan metode dan juga selalu berusaha meningkatkan kemampuan baca tulis al-Qur’an.
3.
Bagi para pembaca hendaknya sebelum mengajarkan al-Qur’an harus benar-benar menguasai metode dengan baik dan memilih metode dengan selektif serta metode yang mudah diterima oleh anak didik.
75
DAFTAR PUSTAKA
Alipandie, Imansyah. Didaktif Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Nasional. Arifin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1993. Arif, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: arineka Cipta, 1998. Darajat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Dja’far, Zainuddin. Didaktik Metodik. Pasuruan: Garoeda Buana Indah, 1995. Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara. 2006. Hasibuan dan Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. Makson. Psikologi Pendidikan. Surabaya: Jami’atul Qurra’wal Huffadh, 2006. Masruri dan A. Yusuf. Belajar Mudah Membaca al-Qur’an Ummi. Surabaya: KPI, 2007. ---------. Belajar Mudah Membaca al-Qur’an Ummi Jilid I. Surabaya: KPI, 2007. ---------. Belajar Mudah Membaca al-Qur’an Ummi jilid II. Surabaya: KPI, 2007. ---------. Belajar Mudah Membaca al-Qur’an Ummi Jilid III. Surabaya: KPI, 2007. ---------. Belajar Mudah Membaca al-Qur’an Ummi jilid IV. Surabaya: KPI, 2007.
76
---------. Belajar Mudah Membaca al-Qur’an Ummi jilid V. Surabaya: KPI, 2007. ---------. Belajar Mudah Membaca al-Qur’an Ummi jilid VI. Surabaya: KPI, 2007. Masruri et, al,. Buku pelajaran Tajwid Dasar Ummi. Surabaya: KPI, 2007. --------. Buku Pelajaran Ghoroibul Qur’an Ummi. Surabaya: KPI, 2007. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005. Purwanto, Ngalim. PsikologiPendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2006. Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: SIC, 2001. Sardiman A.M. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. Usman, Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Yayasan Konsorsium Pendidikan Islam, Ummi Foundation. Surabaya: KPI, 2007.