1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Firman Allah SWT dalam Surat Abasa ayat 24-32 : ﴾٢٦﴿ش َق ّ ً ضْر َأْلا ا َ ش َ ث اَنْقَق ُ ( َّم٢٥) ص َب ّ ً ص َءآ َمْلا ا َب َب ْ ﴾ اَّن َأ اَن٢٤﴿سن ِإْلا ِإ ىَل ِه ِماَعَط َ ف ُنا َ يْل َ ۞ ِرُظن (٣١) ب َأَو ّ ً فَو ا َ ( ًة َهِكا٣∙) بْلُغ ً ئآ َدَحَو ا ِ ( َق٢٩) يَزَو ًالْخَنَو ْت ُ ( اًنو٢٨) ب ً ضَقَوا ْ بَنِعَو ً ( ا٢٧)بَح ًّف ا ِ ف ا َهي َ بن َأ َت ْ اَن ﴾٣٢)اًعاَت َّم ْمُكَّل ْمُك ِماَعْن َأِلَو ”Hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya. Lalu, Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayursayuran, zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu." (QS. Abasa:24-32). Dari ayat diatas, diketahui bahwa tumbuhan yang tumbuh dari biji diantara yang disebut oleh Allah menanamnya harus diawali dengan penyediaan kondisi tanah yang siap ditanami. Penanaman benih harus dilakukan pada keadaan tanah yang baik, untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga dapat memberikan hasil yang baik. Kondisi tanah dan iklim di Indonesia sangat cocok untuk pengembangan tanaman melon (Cucumis melo.L). Meskipun benih melon sampai saat ini harus diimpor (diintroduksi) dari luar negeri, namun pengembangan budidayanya berprospek cerah. Di samping untuk menekan impor buah melon, pengembangan tanaman ini dapat mendukung upaya peningkatan pendapatan petani, perluasan kesempatan kerja, perbaikan gizi masyarakat dan menambah keanekaragaman jenis buah - buahan yang dihasilkan di Indonesia (Rukmana, 1994). Varietas melon yang ditanam harus memiliki adaptasi dengan lingkungan. Kebanyakan varietas melon hasil introduksi tidak sesuai dengan kondisi
2
agroklimat di Indonesia, hal ini menyebabkan kendala pada pertumbuhan dan hasil tanaman melon. Saat ini telah ditemukan melon yang dapat tumbuh pada kondisi tanah dan iklim yang sesuai di Indonesia, seperti varietas tropika dan varietas glamour. Varietas ini telah diuji dan dapat tumbuh dengan baik, kelebihan varietas glamour yaitu buahnya besar – besar dan tanamannya tahan terhadap penyakit virus mosaik, antraknose, embun bulu (downy mildew) dan busuk pangkal buah (gummy steam blight) dibandingkan varietas tropika (Winon Intercontinental, 2010). Permintaan masyarakat terhadap produk hortikultura di dalam negeri terus meningkat, hal ini seiring dengan pertambahan jumlah penduduk (Harjadi, 1989). Buah-buahan merupakan komoditas hortikultura berupa sayuran, tanaman hias dan tanaman obat yang mempunyai peran penting dalam hal pemenuhan gizi masyarakat dan potensi ekonomi. Volume permintaan buah melon cukup tinggi, tetapi sering kali permintaan pasar domestik tidak terpenuhi karena keterbatasan produksi melon. Tabel 1 menunjukkan produksi buah
melon di Indonesia selama kurun waktu tahun
2001-2008. Tabel 1. Produksi Buah Melon Di Indonesia Tahun
Luas Panen (Ha)
Produksi(Ton)
2001 3,927 37,141 2002 4,238 59,106 2003 3,329 70,560 2004 2,287 47,664 2005 3,245 58,440 2006 3,189 55,370 2007 3,637 59,814 2008 3,109 56,883 Sumber : Departemen Pertanian Tanaman Pangan, 2010
Produktivitas (Ton/Ha) 9,46 13,95 21,20 20,84 18,01 17,36 16,45 18,30
3
Konsumsi buah
melon pada 2005 - 2008 mencapai 1,34 - 1,50
kg/kapita/tahun karena adanya perubahan pola makan masyarakat yang semakin membutuhkan gizi seimbang, bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat (Muhtar, 2005). Tanaman melon sangat potensial untuk dikembangkan. Menurut Prajnanta, (2004). Hal ini disebabkan tanaman melon cepat menghasilkan buah, harga yang relatif stabil, nilai ekonomi yang tinggi, permintaan pasar yang meningkat, serta dikenal masyarakat secara luas. Konsumsi buah melon semakin
meningkat
seiring dengan pola makan penduduk Indonesia yang membutuhkan buah segar sebagai salah satu menu gizi sehari -hari, adapun kandungan buah melon disajikan pada Lampiran 1. Berbagai program dalam pengembangan tanaman melon telah dilakukan diantaranya dengan penambahan pemakaian pupuk kimia. Akan tetapi pupuk kimia tersebut tidak ramah lingkungan, disamping itu pupuk an-organik harganya mahal. Oleh karena itu, pemanfaatan bokashi kotoran sapi merupakan upaya untuk mengurangi penggunaan pupuk an-organik. Penulis tertarik untuk membuat suatu penelitian menggunakan pupuk kotoran sapi yang berupa bokashi akan diteliti tingkat dosisnya. Berdasarkan uaraian di atas maka dipandang perlu untuk meneliti tentang pengaruh dosis bokashi kotoran sapi dalam budidaya tanaman melon dengan judul “Pengaruh Berbagai Dosis Bokashi Kotoran Sapi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Melon (Cucumis melo. L) Varietas Glamour”.
4
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahannya antara lain : 1.Apakah dosis bokashi kotoran sapi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman melon varietas Glamour? 2. Berapakah dosis bokashi kotoran sapi yang memberikan hasil yang paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman melon varietas Glamour?
1.3 Maksud Dan Tujuan Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan berbagai dosis bokashi kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman melon varietas Glamour. Tujuannya adalah menentukan dosis bokashi kotoran sapi yang paling baik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman melon varietas Glamour.
1.4 Kegunaan Kegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi bagi petani maupun instansi terkait mengenai pemanfaatan bokashi kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan hasil pada tanaman melon dalam mengembangkan pertanian yang ramah lingkungan.
1.5 Kerangka Pemikiran Produktivitas tanaman melon sangat dibatasi oleh beberapa faktor. Menurut Susanto, (2002) bahwa meningkatkan kualitas dan hasil tanaman melon dapat
5
dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan, faktor kesuburan tanah faktor unsur hara dan faktor penyakit. Salah satu peran produksi dalam tanah adalah merubah tanah menjadi zimogenik. Dalam hal ini, mikroorganisme tanah yang merugikan tanaman akan mengalami tiga hal, yaitu mikroorganisme patogen tidak dapat menetap, terdapat mikroorganisme patogen tapi tidak menyebabkan penyakit dan mikroorganisme patogen dapat menyebabkan penyakit tetapi patogenisasinya akan menurun (Teruo Higa, 1991). Anjuran penggunaan bokashi pada tanaman padi, sayuran, palawija sebanyak 500 kg/ha – 1000 kg / ha sebagai pupuk dasar disebar dipermukaan tanah lalu dicangkul, sedangkan untuk tanaman perkebunan seperti kopi, teh, kakao dan buah – buahan seperti melon sebanyak 150 g/tan – 200 g /tan diberikan pada lubang tanam (Songgolangit Persada, 1994). Pemberian pupuk kotoran sapi ataupun berupa bokashi untuk budidaya melon sistem turus sebanyak 1,5 kg / tanaman atau sekitar sekitar 27 ton / hektar (Prajnanta, 2004). Kesuburan tanah ditentukan oleh jumlah dan ketersediaan unsur hara, dalam hal ini (Soedijanto,1977) menyebutkan bahwa ada dua macam kesuburan tanah, yaitu kesuburan alami (natural fertility) dan kesuburan produktifitas. Kesuburan alami (natural fertility) yaitu kesuburan tanah atau daya kesanggupan tanah untuk memberi hasil menurul alamnya, sedangkan kesuburan produktifitas, yaitu kesuburan tanah atau daya kesanggupan untuk memberikan hasil semaksimal mungkin dengan cara pengelolaan (soil management) yang sebaik – baiknya. Bahan organik merupakan seumber hara bagi tanaman. Salah satu bahan organik adalah bokashi. Menurut (Teruo Higa, 1991) bokashi yaitu pupuk
6
kandang atau bahan organik difermentasikan oleh effective mikroorganism (EM-4) yang akan menghasilkan asam amino dan sakarida dalam bentuk senyawa organik terlarut, sehingga dapat diserap oleh tanaman untuk digunakan dalam proses metabolisme tanaman. Anjuran penggunaan pupuk bokashi, baik bahan organik yang berasal dari jerami, sampah organik ataupun pupuk kandang 1 kg/m2 setara dengan 10 ton/ha yang diberikan pada saat pengolahan tanah 7 hari sebelum penanaman (Kasumbogo Untung, 1997). Bila bokashi dimasukan ke dalam tanah, bahan organiknya dapat digunakan sebagai pakan oleh mikroorganisme efektif untuk berkembang biak di dalam tanah sekaligus unsur hara bagi tanaman (Teruo Higa, 1991). Bokashi dapat dibuat dalam beberapa hari dan dapat langsung digunakan sebagai pupuk, manfaat bokashi sebagai sumber pupuk organik yang siap dipakai dalam waktu yang singkat (Teruo Higa, 1991). Faktor yang paling penting adalah unsur hara tanah, unsur hara harus cukup tersedia
dalam
tanah
untuk
menjamin
kesuburan
tanah.
Menurut
(Soedijanto,1997) unsur hara tanaman adalah unsur yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhannya. Unsur unsur itu ada yang bersifat unsur hara penting (essensial element) terdiri dari 16 unsur, sedangkan unsur hara tidak penting (non esensial element) terdiri dari 3 unsur hara yaitu natrium (N), phosfor (P) dan kalium (K). Kesemua itu tanaman mengambil unsur hara dalam tanah dalam bentuk ion (anion atau kation) yang larut dalam air atau dari mineral bahan organik dengan pertukaran ion. Bahan organik berupa bokashi sangat berpengaruh terhadap sifat tanah dan pertumbuhan tanaman, seperti memperbaiki struktur tanah (Sarwono, 1987).
7
Sumber unsur hara dalam bokashi berupa kotoran sapi berupa nitrogen (N) organik
0,36% , fosfor (P) 0,27% dan kalium (K) 0,24% dapat menambah
kemampuan tanah menahan air dan unsur hara sebagai energi bagi mikroorganisme. Kandungan bokashi terdiri dari unsur N (0,36 %), P (0,27 %), K (0,24 %), dengan kadar air (72,38 %), pH H2O (7,8), dan pH KCl (7,4) (BALITSA, 2011). Bahan organik dengan nisbah C/N kecil, akan mudah dan cepat terlapuk (Indriani,1999). Unsur hara yang larut, baik yang bebas atau yang terikat mempunyai fungsi menentukan potensial osmotik yang membantu menaikan tekanan turgor yang diperlukan untuk menjaga bentuk, kecepatan tumbuh dan gerak yang tergantung pada tekanan seperti pembukaan stomata (Salisbury dan Ross, 1995). Unsur N (0,36 %) yang terkandung didalam bokashi dibutuhkan untuk bekerjanya C-4, yaitu dalam pengangkutan CO2 ke seludung berkas, tempat CO2 direduksi menjadi karbohidrat (Salisbury dan Ross, 1995). Penyerapan hara ke dalam tanaman terjadi dengan tiga cara yaitu respirasi, transfirasi dan difusi. Bertambahnya hara yang tersedia bagi tumbuhan akan mempercepat arus penyerapan atau tingkat pertumbuhan akan bertambah. Pertumbuhan yang normal atau lebih cepat akan menghasilkan bunga dan buah (Salisbury dan Ross, 1995). Menurut Soepardi (1979) ada 6 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu: cahaya, tindakan manusia, suhu, udara, air, dan unsur hara. Sarief (1986) menjelaskan bahwa unsur hara merupakan salah satu faktor yang membatasi produksi tanaman, dan sebagian lahan umumnya tidak dapat menyediakan unsur hara
8
yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang mencukupi, maka salah satu alternatif pemecahannya adalah dengan memberikan unsur hara tambahan. Menurut Murbandono (1989) bahan organik yang telah terurai baik bukan hanya menambah unsur hara tetapi juga berperan besar terhadap perbaikan sifat tanah seperti mempertinggi kemampuan memegang air, memperbaiki drainase dan tata udara tanah dan meningkatkan pengaruh pemupukan dari pupuk buatan. Bokashi pupuk kotoran sapi yang diberikan akan berpengaruh pada Pertumbuhan dan hasil tanaman melon. Dengan jumlah dosis yang semakin meningkat akan mendapatkan hasil yang baik dari mineral yang diserap ke dalam akar bergerak ke atas tumbuhan dengan cara yang khas dalam arus transpirasi, yaitu aliran air melalui xylem akibat transpirasi menyatakan transpirasi yang terjadi dapat membantu penyerapan bahan mineral dari tanah dan pengangkutan dalam tumbuhan (Salisbury dan Ross, 1995). Mikroorganisme yang terdapat dalam EM-4 dapat memacu pertumbuhan tanaman dengan cara: (1) melarutkan unsur hara dari batuan induk yang kelarutannya rendah, (2) mereaksikan logam-logam berat menjadi senyawasenyawa untuk menghambat penyerapan logam berat tersebut oleh akar tanaman, (3) menyediakan molekul organik sederhana sehingga dapat diserap langsung oleh tanaman, (4) melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit, (5) memperbaiki sifat kimia dan fisika tanah, dan (6) mempercepat dekomposisi bahan organik dan residu tanaman (Higa, 1993). Wididana dan Higa (1993) menjelaskan bahwa sewaktu diinokulasikan ke tanah atau pada tubuh tanaman, EM-4 secara aktif memfermentasi bahan organik di dalam tanah. Selama fermentasi bahan organik di dalam tanah, EM-4 juga
9
meransang perkembangan mikroorganisme lainnya yang menguntungkan pertumbuhan tanaman seperti bakteri pengikat nitrogen, mikoriza, dan bakteri yang bersifat antagonis terhadap penyakit tanaman.
1.6 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut : 1. Pemberian dosis bokashi kotoran sapi memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman melon varietas Glamour. 2. Dosis bokashi kotoran sapi dengan dosis tertentu berpengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman melon varietas Glamour.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman Melon Varietas Glamour Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman melon termasuk dalam keluarga labu-labuan (Cucurbitaceae) seperti halnya dengan blewah (Cucumis melo L.), semangka (Citrullus vulgaris Schard.), mentimun (Cucumis sativus L.), pare (Momordica
charantia
L.
Roxb.)
dan
waluh
(Cucurbita
moschata),
(Rukmana,1994). Melon termasuk tanaman semusim
atau setahun (annual) yang bersifat
menjalar atau merambat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilin. Tanaman melon memiliki akar tunggang yang terdiri atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut-serabut akar (tersier). Panjang akar primer sampai pangkal batang berkisar 15 - 20 cm, sedangkan akar lateral menyebar sekitar 35 - 45 cm (Prajnanta, 2004). Varietas melon yang beredar di pasaran saat ini sangat beragam yang pada dasarnya merupakan varietas melon hibrida introduksi dari Taiwan, Thailand, Korea, Jerman, Denmark dan Belanda (Prajnanta, 2004). Melon hibrida F1 varietas glamour yaitu melon tipe jepang yang memiliki kulit berjaring sempurna dengan daging buahnya yang sangat enak dan ukurannya besar – besar, tanamannya kuat dan tahan penyakit, kulit buah berwarna hijau kelabu kuat dan daging buahnya berwarna salmon. Varietas glamour ini dapat dipanen 57 – 58 hari setelah pembungaan dan daya simpannya lebih lama dibandingakan varietas lain (Winon Intercontinental, 2010), disajikan Lampiran2.
11
2.2 Botani Tanaman Melon Pada ketiak-ketiak di antara batang dan tangkai daun muncul tunas atau cabang dalam jumlah cukup banyak, hingga mencapai 20 tunas cabang. Bunga melon terdiri atas tiga macam, yaitu bunga betina, jantan dan bunga sempurna. Penyerbukan bunga dilakukan
dengan bantuan serangga lebah, dapat juga
dibantu oleh tangan manusia (Rukmana, 1994). Buah melon sangat bervariasi, baik bentuk, warna kulit, warna daging buah maupun berat atau bobotnya. Bentuk buah melon antara bulat, bulat oval sampai lonjong atau silindris. Warna kulit buah antara putih susu, putih - krem, hijau krem, hijau kekuning- kuningan, hijau muda, kuning, kuning-muda,
kuning
jingga sampai kombinasi dari warna - warni tersebut, bahkan ada yang bergarisgaris, totol-totol, dan juga struktur kulit antara berjala (berjaring), semi berjala hingga tipis dan halus (Prajnanta, 2004). Daging buah melon berwarna jingga- tua hingga muda, kuning-jingga, hijaumuda, putih, putih-susu sampai putih kehijau- hijauan. Ketebalan daging buah antara agak tebal (sedang) sampai tebal dengan cita rasa manis beraroma harum yang khas. Kandungan kadar gulanya pada kisaran 10 - 16% dan berat buah antara 0,4 - 2,0 kg/butir. Umur buah dipanen antara 60 - 100 hari setelah pindah tanam, tergantung varietasnya (Rukmana, 1994).
2. 2 Tipe dan Varietas Melon Tipe melon berjaring (netted melon) mempunyai ciri-ciri kulit buahnya tebal, keras dan kasar, berjaring dan tahan lama. Tipe netted melon terdiri dari dua tipe yaitu musk melon (Cucumis melo var. reticulatus) dan canteloupe (Cucumis melo
12
var. cantelupensis). Tipe musk melon ini paling banyak ditanam di Indonesia, contohnya varietas Sky Rocket, Action, Aroma, Sweet Star, Select Rocket dan Emerald Sweet. Sedangkan tipe cantaloupe kurang digemari konsumen, sehingga telah hilang dari pasaran. Varietas yang masih bertahan saat ini adalah varietas New Century yang berbentuk lonjong (Rukmana, 1994). Tipe melon tanpa jaring (winter melon) berkulit buah halus dan mengkilap. Contoh tipe winter melon adalah casaba melon (Cucumis melo var. inodorous). Contoh melon dalam tipe ini adalah varietas Honey Dew, Honey World, Sun dan Super Salmon (Sarwono, 1987). Selain tipe netted dan winter melon, terdapat pula tipe yang kulitnya semi berjaring (semi-netted melon). Varietas Jade Dew dan Ten-Me merupakan contoh melon tipe semi berjaring, tetapi mempunyai penampilan agak mirip winter melon (Prajnanta, 2004). Variasi dalam bentuk, ukuran, rasa da aroma buah melon tergantung dari varietasnya (Tjahjadi, 1994). Meskipun varietas melon hibrida jumlahnya banyak dan dari waktu ke waktu bertambah terus, tetapi jenis atau varietas yang berkembang di lapangan masih relative sedikit. Tanaman melon yang banyak diusahakan sebagai penghasil buah komersial di Indonesia adalah varietas Sky Rocket yang termasuk tipe netted melon. Ciri-cirinya mempunyai kulit buah keras, kasar, berura bergambar seperti jala (net) dan tahan lama dengan umur panen antara 60 – 80 hari seja berbunga (Sarwono, 1987). Varietas lain yang mulai banyak ditanam para petani di berbaga daerah adalah : Jade Dew, Ten-Me, Sun Honey World dan New Century.
13
2. 3 Kesesuaian Agroklimat Tanaman Melon Melon dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah sub tropis dan tropis. Pada daerah tropis secara umum berlaku bahwa suhu udara menurun 0.60C tiap kenaikan 100 meter diatas permukaan laut (dpl) (Rukmana, 1999). Ketinggian tempat yang optimal untuk budidaya melon adalah 200 - 1000 meter dpl. Pada ketinggian tempat tersebut semua tipe melon dapat ditanam. Namun, tanaman melon masih dapat berproduksi dengan baik pada ketinggian 0 - 200 mdpl untuk melon tipe musk melon dan pada ketinggian lebih dari 1000 meter dpl untuk tipe cantaloupe dan casaba melon. Sedangkan pada ketinggian lebih dari 1500 meter dpl tanaman melon tidak dapat berproduksi optimal. Persyaratan kebutuhan iklim tanaman melon adalah sebagai berikut: suhu rata-rata berkisar antara 180 C - 350 C dan suhu optimum sekitar 220 C - 300 C (Djaenudin, dkk., 2000) Tanaman melon
memerlukan
penyinaran matahari penuh selama
pertumbuhannya. Lama penyinaran matahari yang diperlukan tanaman melon berkisar 10 - 12 jam sehari. Sinar matahari membantu proses pembentukan zat gula (pati) yang menyebabkan ukuran buah melon menjadi besar dan manis (Prajnanta, 2004). Tanaman melon memerlukan curah hujan antara 2000 - 3000 mm/tahun. Tanaman melon kurang baik bila diusahakan di musim hujan. Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah terbentuk. Curah hujan yang terlalu tinggi akan menyebabkan kelembaban tinggi di sekitar pertanaman dan akan merangsang perkembangbiakkan hama lalat buah dan berbagai penyakit terutama downy mildew. Kelembaban udara ideal yang
dibutuhkan tanaman
14
melon sekitar 24% - 80%, namun pada kelembaban 90% melon masih dapat tumbuh baik dan sehat dengan sirkulasi udara lancar (Samadi, 2007). Pertumbuhan tanaman melon akan optimal apabila dibudidayakan pada tanah dengan kisaran pH 6.0 - 6.8, jika pH tanah kurang dari 6.0 maka harus dilakukan pengapuran untuk menaikan pH-nya (Samadi, 2007). Sistem perakaran tanaman melon agak
dangkal. Untuk menunjang
pertumbuhan dan produksi tanaman melon, tanaman ini memerlukan tanah yang gembur, mempunyai lapisan olah yang tebal, geluh berpasir (porus/sarang) dan kaya bahan organik. Tanah yang gembur dan berpasir akan memudahkan akar tanaman melon berkembang dan sistem
drainase menjadi lebih baik karena
tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah (Tjahjadi, 1994). Berdasarkan fakta di lapangan, tanaman melon dapat ditanam pada berbagai jenis tanah terutama tanah andosol, latosol, regosol dan grumosol, asalkan kekurangan
sifat-sifat jenis tanah tersebut dapat
dimanipulasi dengan
pengapuran, penambahan bahan organik maupun pemupukan (Setiadi, 1987).
2.4 Definisi Bokashi Bokashi adalah sebuah metode pengomposan yang dapat menggunakan starter
aerobik
maupun
anaerobik
seperti
menggunakan
EM
untuk
mengkomposkan bahan organik, yang biasanya berupa campuran molasses, air, starter mikroorganisme, dan sekam padi. Starter yang digunakan amat bervariasi, dapat diinokulasikan dari material sederhana seperti kotoran hewan, jamur, spora jamur, cacing, ragi, acar sepanjang material tersebut mengandung organisme yang mampu melakukan proses pengomposan (Indriani, 1999).
15
Bokashi yang sudah matang memiliki ciri – ciri gembur, dingin dan sudah tidak mengeluarkan bau, selanjutnya bokashi siap digunakan untuk memupuk tanaman. Pengomposan bokashi hanya berperan sebagai pemercepat proses pembusukan sebelum material organik diberikan ke alam (Indriani, 1999). Bokashi dapat dibuat dalam beberapa hari dan bisa langsung digunakan. Pupuk Bokashi, dapat memperbaiki struktur tanah karena memiliki unsur makro dan mikro yang lengkap walaupun kandungan unsur mikronya sedikit. sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi tanaman, serta menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang berwawasan lingkungan (Indriani, 1999). Teknologi EM dan bokashi merupakan salah satu pilihan yang realistis dalam mengatasi kelangkaan dan mahalnya pupuk buatan. Berbagai bahan organik seperti jerami, sekam, dedak, kotoran ternak, serbuk gergaji, dan lainnya dapat digunakan sebagai bahan bokashi, biasanya dikelompokan sebagai berikut : 1. Bahan kasar, seperti : jerami padi, serasah, rumput, ilalang, serbuk gergaji, sekam padi, kulit kacang, serabut, rumput laut dan sisa tanaman. 2. Bahan halus, seperti : dedak padi, dedak jagung, dedak gandum, tepung jagung, tepung tapioka dan tepung gandum. 3. Kotoran ternak sapi, ayam, kambing, kuda, kerbau, kelinci, dan lain – lain. Setiap bahan organik dari ketiga kelompok tersebut dapat saling menggantikan, disesuaikan dengan ketersediaan dengan bahan yang ada di sekitar. Adapun tujuan dari ketiga kelompok bahan organik tersebut adalah untuk meningkatkan keragaman mikroorganisme yang aktif di dalam bokashi dan di dalam tanah nantinya. Penambahan bahan tertentu seperti arang kayu, arang
16
sekam, zeolit dan abu rumput laut dapat memperbaiki sifat tanah dan meningkatkan tanah dalam mengikat unsur hara (Indriani, 1999). Disamping komposisi bahan, suhu fermentasi juga merupakan faktor penentu dalam pembuatan bokashi yang berkualitas. Fermentasi bokashi yang berlangsung pada suhu di atas 500 C berakibat pada penurunan kualitas sebanyak 50 %. Karenanya, dalam proses pembuatan bokashi suhu fermentasi sedapat mungkin dijaga di bawah 500 C (Indriani, 1999).
2.5 Peran Bokashi Pada prinsipnya, peranan pupuk bokashi sama dengan pupuk organik lainnya seperti kompos, namun pada bokashi EM pengaruhnya dipercepat dengan adanya penambahan
mikroorganisme
efektif.
Bokashi
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman meskipun bahan organiknya belum terurai seperti pada kompos.
Bila bokashi dimasukan kedalam tanah,
bahan organiknya dapat digunakan sebagai pakan oleh mikroorganisme efektif untuk berkembangbiak dalam tanah, sekaligus sebagai tambahan persediaan unsur hara bagi tanaman (Redaksi Agromedia, 2010). EM merupakan biodekomposer yang baik digunakan di dalam proses pembuatan kompos. Bakteri pengurai ini akan membantu pembuatan kompos menjadi lebih singkat, lebih mudah dan berkualitas lebih baik, EM memiliki kandungan mikroorganisme yang sangat banyak. Dengan demikian penggunaan bokasi EM baik secara langsung maupun tidak, berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi, palawija dan sayuran (Redaksi Agromedia, 2010).
17
Terlihat bahwa penggunaan pupuk bokashi memiliki prinsip ekologi sebagai berikut, memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah. Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara, melalui fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani. Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dengan cara mengelola iklim mikro, pengelolaan air dan pencegahan erosi. Membatasi kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan yang aman (Redaksi Agromedia, 2010). Bokashi dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman meskipun bahan organiknya belum terurai seperti pada kompos. Bila bokashi dimasukan kedalam tanah, bahan organiknya dapat digunakan sebagai pakan oleh mikroorganisme efektif untuk berkembangbiak dalam tanah, sekaligus sebagai tambahan persediaan unsur hara bagi tanaman (sea Dragon, 2011). Penggunaan pupuk bokashi memiliki prinsip ekologi sebagai berikut: (1) Memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan
tanaman
terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah, (2) Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara, melalui fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani, (3) Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dengan cara mengelola iklim mikro, pengelolaan air dan pencegahan erosi, (4) Membatasi kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan yang aman (sea Dragon, 2011).
18
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan telah dilaksanakan mulai April 2011 sampai Agustus 2011 di Kebun Percobaan Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Buah dan Sayuran di Kampung Wera, Jalan Garuda no 3 Subang . Topografi permukaan tanah datar, klasifikasi curah hujan menurut perhitungan metode Schmid dan Foruson adalah tipe C (agak basa) yang memiliki curah hujan antara 1668 – 3722 mm / tahun adapun hasil perhitungannya disajikan pada lampiran 3 dan berada pada ketinggian tempat sekitar 110 m diatas permukaan laut.
3.2 Bahan Dan Alat Penelitian 3.2.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Bokashi kotoran sapi menggunakan kotoran sapi sebanyak 3000 kg, EM-4 1 liter, gula 2 kg dan air secukupnya lalu dilakukan analisis di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA). 2. Bibit melon varietas glamour produksi Sakata seed ( Jepang ), dibeli di toko pertanian yang telah di sertifikasi oleh Mentri Pertanian Indonesia. 3. Insektisida Puradan dengan bahan aktif karbofour 3 % untuk pengendalian nematoda dalam tanah yang berbentuk butiran berwarna ungu. 4. Fungisida kontak berupa Victori 80 WP dengan bahan aktif mankozeb 80% untuk pengendalian busuk daun, antraknosa dan bercak ungu pada daun berbentuk tepung berwarna kuning yang disuspensikan dalam air.
19
5. Fungisida Dithane™ M-45 80 WP
bahan aktif mankozeb 80% yang
berbentuk tepung berwarna kuning keabu-abuan yang dapat disuspensikan untuk mengendalikan penyakit. 6. Arang sekam dan tanah sebagai media persemaian.
3.2.2
Alat
Alat -alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : 1. Alat untuk pengolahan tanah berupa bajak piring dan cangkul, cutik, ajir, tali tambang dan patok. 2. Alat untuk pembuatan bokashi kotoran sapi berupa cangkul, gajuk, cungkir, ember, selang, gayung, terpal, plastik, timbangan dan alat pengaduk. 3. Alat untuk pembenihan berupa gelas, kertas, tisu, plastik, karet, bumbun, ayakan, baskom, sprayer, sungkup, dan daun salak. 4. Alat untuk pemeliharaan yaitu turus (ajir) dari bambu 1,75 – 2 meter, pisau atau gunting, dan sendok tembok atau singkup. 5. Alat untuk pengamatan yaitu meteran biasa, jangka sorong, timbangan dan penggaris.
3.3 Metode Penelitian Metode Percobaan yang dipakai adalah metode eksperimen rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) sebagai rancangan lingkungan. Perlakuan dalam percobaan ini berjumlah 7 buah seperti tertera pada Tabel 2 di bawah ini.
20
Tabel 2. Macam - Macam Perlakuan No 1 2 3 4 5 6 7
Kode perlakuan A B C D E F G
Dosis bokashi pupuk kandang sapi (ton/ha) 0 ton / ha ( 0 kg / plot ) 5 ton / ha ( 1,25 kg / plot ) 10 ton / ha ( 2,5 kg / plot ) 15 ton / ha ( 3,75 kg / plot ) 20 ton / ha ( 5 kg / plot ) 25 ton / ha ( 6,25 kg / plot ) 30 ton / ha (7,5 kg / plot )
Masing – masing perlakuan diulang sebanyak empat kali sehingga jumlah plot seluruhnya ada 28 plot. Analisis yang digunakan yaitu Analisis Ragam RAK dengan Model linier untuk analisis ragam RAK adalah : Xij = u + ti + rj + eij Xij = respon terhadap perlakuan ke-i pada ulangan ke j u
= rata-rata umum
ti = pengaruh perlakuan ke-i rj = pengaruh ulangan ke j eij = pengaruh faktor random terhadap perlakuan ke-i pada ulangan ke-j Table 3. Analisis Ragam Model RAK Sumber variasi
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F hitung
F tabel
Perlakuan
7-1=6
∑ x I. 2 / r - x.. 2 / 28
JK Perlakuan/6
2,48
Ulangan
4-1=3
∑ x . j 2 / t - x.. 2 / 28
JK Ulangan/3
Total
28-1=27
∑ X I j / t - x..2/28
-
KT Perlakuan KT Galat KT Ulangan KT galat -
0,05
2,21
Sumber : Hanafiah Ali Kemas (2008). Keterangan : t = Perlakuan, r = Ulangan, JK = Jumlah Kuadrat dan KT = Kuadrat Tengah
21
Uji statistika dilakukan dengan uji F pada taraf 5% dan untuk membedakan perlakuan dilakukan dengan uji jarak berganda Duncan taraf 5%. LSR = S
x
x SSR
S x = KT Galat r
keterangan: LSR=least significant range dan SSR=Significant Studentized Range
3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1
Persiapan Penelitian
1. Pengambilan Tanah dan Sampel Bokashi Pengambilan sampel tanah dilakukan untuk menganalisis tanah yang akan digunakan sebagai media tanam, tanah di lahan diambil 11 titik secara acak yaitu bagian setiap sudut lahan dan tengahnya agar mewakili. Titik tersebut dicangkul sedalam 8 cm - 10 cm lalu diambil sampel 200 g / titik. Semua sampel dimasukan dalam ember kemudian dikocok hingga homogen, setelah homogen sampel diambil kedalam plastik sebanyak 2 kg untuk dijadikan sampel yang dianalisis oleh BALITSA (Balai Penelitian Tanaman Sayuran) di Jalan. Tangkuban perahu no 17, Lembang, Bandung. Sampel yang dianalisis di labolatorium untuk mengetahui, pH, kandungan kadar N (Nitrogen), P (Phosfor) dan K (kalium). Hasil analisis tanah dan bokashi disajikan pada Lampiran 4. 2. Pembuatan Bokashi Pupuk Kotoran Sapi Pembuatan bokashi sesuai dengan kebutuhan yaitu 3000 kg bokashi dengan Pupuk kotoran sapi sebanyak 3000 kg, EM4 sebanyak 1 botol ( 1 liter) dan air secukupnya. Pembuatan bokashi disajikan pada Lampiran 5.
22
3. Pengolahan tanah Tanah dibajak dengan traktor piringan sebanyak 2 kali, tarktor pertama untuk pembalikan dan traktor kedua untuk penggemburan lalu tanah dibiarkan selama 5 hari agar kering dengan angin untuk membunuh sumber-sumber pathogen dan penytakit. Lahan diukur sesuai kebutuhan yaitu 289,75 m2 lalu dipasang patok untuk kemudian dicangkul untuk pembuatan ploting sesuai denah percobaan terdapat pada Lampiran 6. Setelah ploting selesai setiap plot dibuat dua garitan untuk tempat penyimpanan pupuk kandang sesuai dosis yaitu A ; 0 ton / ha ( 0 kg / plot ), B ; 5 ton / ha ( 1,25 kg / plot ), C ; 10 ton / ha ( 2,5 kg / plot ), D ; 15 ton / ha ( 3,75 kg / plot), E ; 20 ton / ha ( 5 kg / plot ), F ; 25 ton / ha ( 6, kg / plot ) dan G ; 30 ton / ha (7,5 kg / plot) dan puradan 36 gram / petak. Setelah puradan dan bokashi kotoran sapi disebar di garitan lalu plot ditutup tanah dan dibiarkan selama 2 hari kemudian ditutup oleh Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) dan dibiarkan selama 4 hari. Setelah 4 hari, lahan dilubangi dengan ukuran 70 cm x 50 cm dan lahan siap ditanam benih melon.
3.4.2
Pelaksanaan
A. Persiapan benih • 800 benih melon direndam dalam air dengan suhu 200C ke dalam 4 gelas selama 12 jam. • Benih ditebar pada kertas selama 2 jam agar kering untuk mencegah jamur tumbuh.
23
• Setelah kering benih dimasukan dalam kantong plastik yang diikat karet selama 24 jam ditempat yang lembab, jika benih belum kering dapat dikeringkan menggunakan tisu sebelum dimasukan dalam plastik. • Setelah benih berkecambah antara 1mm-2mm benih ditanam pada bumbunan dengan berisi media arang sekam dan tanah lalu disiram hingga basah dan dimasukan ke dalam sungkup. • Dalam sungkup benih pada baskom ditutup dengan daun salak agar kelembaban terjaga dan suhu teratur akibat sinar matahari yang tidak secara langsung mengenai persemaian. • Dalam sungkup benih disiram setiap hari selama 5 hari setelah benih memiliki tinggi antara 5 cm – 7 cm baru benih siap ditanam di lapangan. B. Penanaman a. Pemindahan bibit dari persemaian bumbun ke lapangan dengan cara memasukan bumbun langsung ke dalam lubang tanam di lahan. b. Jarak tanam yang digunakan 50 cm X 70 cm. c. Pemberian ajir (turus bambu) dilaksanakan 4-6 hari menjelang tanam dengan menggunakan konstruksi ajir 2 palang. d. Pemantauan bibit di persemaian dilakukan 5-7 hari setelah tanam (hst). C. Pemeliharaan a. Penyulaman Penyulaman dilakukan selama 7 hari untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh atau tumbuh tetapi tidak seragam, persediaan bibit 20 % dari jumlah bibit yang akan digunakan dan dipilih tanaman yang seragam dengan pertumbuhan tanaman budidaya.
24
b. Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap hari saat fase vegetatif dan frekwensi berkurang penyiraman setelah tanaman melon mengalami fase generatif dan pembungaan. c. Penyiangan penyiangan dilakukan dengan menggunakan tangan, gulma langsung dicabut. d. Pemeliharaan khusus 1. Pengikatan tanaman pada turus Pengikatan dilakukan 12 hst dengan menggunakan bambu,
pengikatan
dilakukan 3 hari sekali hingga tanaman mencapai tinggi 1,8 m - 2 m. 2. Pemangkasan tunas • Tunas-tunas di ketiak daun yang tumbuh pada ruas ke 1 - 8, dipangkas. • Tunas-tunas di ketiak daun yang tumbuh pada ruas ke 9 - 13, dipelihara sebagai buah sementara sebelum dilakuan seleksi. • Buah yang muncul pada tunas lateral, disisakan 2 daun di atas buah. • Tunas-tunas di ketiak daun pada ruas ke 14 - 26, dipangkas. • Titik tumbuh pada ruas ke 27 (tunas apikal) dipangkas. 3. Seleksi dan gantung buah Setelah umur tanaman melon 10 hari kebanyakan pertama kali mucul banyak bunga jantan, sedangkan bunga betina muncul di atas pangkal tangkai daun. Bunga betina yang muncul sampai pada ruas ke-9 dan di atas ruas ke-12 segera dipangkas kerana buah yang akan dihasilkan dari bunga-bunga tidak akan optimal. Seleksi bunga betina diatur mulai dari cabang pada helai daun ke-9 hingga cabang pada helai ke 12, dan fase ini terjadi saat tanaman melon berumur 21-24
25
hst. Setelah bunga betina keluar melon sebesar telur ayam, maka dipilih dua buah yang paling baik (tidak cacat, berbentuk lonjong) untuk terus dipelihara hingga panen dan dilakukan pengikatan buah (gantung buah) untuk mencegahnya patah buah serta untuk menghindari kontak buh dengan tanah dan disisakan 2 helai daun di atas buah tersebut. 4. Pemangkasan daun Saat tanaman melon memiliki 12 helai daun, dua daun terbawah dipangkas dan pemangkasan ke 2 dilakukan setelah tanaman melon memiliki 15 helai daun dengan memotong 2 helai daun atasnya. D. Pemanenan Pemanenan dilakukan 85 hst saat buah sudah mengeluarkan harum, kulit buah berwarna kuning, dahan daun terlihat tua, tangkai buah telah retak dan membentuk rekahan berbentuk cin-cin antara pangkal tangkai dengan buah. Pemetikan dilakukan kurang lebih 3cm, dari pangkalnya menggunakan pisau.
3.4.3 Variabel Pengamatan Ada dua macam variabel pengamatan yang dilakukan yaitu variabel pengamatan penunjang dan variabel pengamatan utama, variabel pengamatan penunjang adalah suatu pengamatan yang datanya tidak dianalisis secara statistik, yaitu curah hujan, OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang menyerang, gulma dominan, analisis tanah dan analisis bokashi.. Variabel pengamatan utama merupakan pengamatan yang datanya dianalisis secara statistik, meliputi variabel – variabel :
26
1. Diameter batang Diameter batang adalah rata-rata diameter batang per petak, yang terletak pada ruas batang yang diukur 5 cm dari pangkal batang dengan menggunakan jangka sorong (sigmat). Pengamatan dilakukan 7 hst, 21 hst dan 35 hst. 2. Jumlah daun Jumlah daun pertanaman adalah rata-rata dari jumlah daun dari tanaman contoh pada setiap perlakuan. Daun yang dihitung yaitu daun yang sudah membuka sempurna. Pengamatan dilakukan 7 hst, 21 hst dan 35 hst. 3. Panjang Tanaman Panjang tanaman adalah rata-rata panjang tanaman dari tanaman contoh pada setiap petak percobaan, yang diukur mulai pangkal batang (di atas permukaan tanah) sampai bagian tanaman terpanjang. Pengamatan dilakukan dengan mengunakan tali rafia kemudian diukur menggunakan meteran biasa pada waktu tanaman berumur 7 hst, 21 hst dan 35 hst. 4. Bobot berangkasan basah Bobot berangkasan basah adalah rata-rata bobot basah tanaman yang ditimbang pada umur 68 hst menggunakan timbangan. 5. Bobot berangkasan kering Bobot berangkasan kering adalah rata-rata bobot kering tanaman ditimbang pada 68 hst, tanaman dikeringkan dengan oven model rak dengan suhu 1050C selama 24 jam dan ditimbang menggunakan timbangan digital.
27
6. Lingkar buah arah lonjong. Pengamatan untuk lingkar
buah ke arah lonjong dilakukan setelah saat
panen, yaitu 68 hst dengan di ukur secara horisontal menggunakan jangka sorong per buah per tanaman. 7. Panjang buah. Pengamatan untuk panjang buah dilakukan setelah panen, yaitu 68 hst dengan di ukur secara vertikal menggunakan jangka sorong per buah per tanaman. 8. Berat buah per tanaman. Pengamatan untuk berat buah dilakukan pada saat panen, yaitu 68 hst dengan menimbang sampel berat buah melon per tanaman. 9. Berat buah per plot. Pengamatan untuk berat buah dilakukan pada saat panen, yaitu 68 hst dengan menimbang berat buah melon per plot. 10. Kadar gula (brix) Pengamatan untuk berat buah dilakukan pada setelah panen, yaitu 69 hst dengan diambil bagian buah dekat dengan biji setebal 1 mm kemudian di ukur menggunakan refractometer . 11. Korelasi Pengamatan untuk korelasi yaitu menghubungkan dan menyatukan nilai pada variabel pengamatan yang menunjukkan kekuatan dan arah hubungan linier antara dua peubah acak (random variable) dengan nilai yang tertera pada tabel 4.
28
Tabel 4. Nilai Korelasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sumber : Loami, 2010.
Korelasi Korelasi tinggi Tinggi Rendah Rendah Tanpa korelasi Tak ada korelasi (acak) Tanpa korelasi Rendah Rendah Tinggi Korelasi tinggi
Nilai Korelasi −1 < −0.9 > −0.9 < −0.4 > −0.4 0 < +0.4 > +0.4 < +0.9 > +0.9 +1
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kondisi Umum Pertanaman Melon Selama Percobaan Percobaan dilakukan di lahan bekas bawang daun (Allium fistulosum L). Benih melon memiliki daya kecambah yang baik, 4 hst pada persemaian hampir 100 % tanaman melon tumbuh dan pertumbuhannya terlihat seragam. Tanaman pada saat dipindahkan ke lahan pertumbuhannya serempak dan seragam yaitu tinggi dan besar tanaman sama. Pemanenan melon dilakukan secara bertahap karena tingkat kematangan buah setiap tanaman tidak sama, sehingga dilakukan panen 3 kali berturut-turut dengan selang waktu setiap empat hari sekali. Waktu pemanenan dilakukan sore hari agar buah melon tersebut dapat disimpan dahulu selama 12 jam atau lebih untuk pemberian waktu proses asimilasi pada dalam buah melon tersebut. Organisme pengganggu tanaman yang menyerang tanaman melon adalah ulat daun (Palpita sp), oteng-oteng (Aulocophora similis Oliver), ulat tanah (Agrostis ipsilon Hufn), dan lalat buah (Dacus cucurbitae Couquilet). Pengendaliannya dilakukan secara mekanis dan kimia. Pengendalian secara mekanis yaitu pengendalian secara langsung di lapangan, seperti ulat yang terdapat di atas daun dan dibawah tanah langsung di buang jauh dari tempat penelitian. Tanaman yang terserang hanya 5% yang tidak mempengaruhi pada pertumbuhan tanaman melon dan hasil buah melon. Sedangakan
pengendalian
secara
kimia
yaitu
pengendalian
yang
menggunakan bahan kimia ke dalam penelitian seperti penggunaan insektisida, insektisida yang digunakan selama penelitian yang berbahan aktif Imidakloprid
30
(abuki, confidor, winder) sebanyak 50 gram dalam 17 liter, clorpirifous (dursban) sebanyak 50 gram dalam 17 liter secara bergantian setiap empat hari sekali. Penyakit yang menyerang tanaman melon yaitu penyakit semai (dummping off) gejalanya berupa pengkal batang menjadi berwarna coklat lalu bibit tanaman rebah dan mati. Layu bakteri (Erwina trachephila E.F sm) gejalanya berupa sehelai demi sehelai daun layu, lalu menyeluruh ke seluruh tanaman hingga tanaman layu total di ikuti dengan daun mengering yang akhirnya menyebabkan kematian tanaman. Busuk buah (E. carotofora) gejalanya terjadi bercak kecil berwarna coklat kemudian menyebar, buah membusuk lalu tercium bau yang menyengat hidung. Tanaman yang terserang pada 60 hst sebanyak 15 % yang tidak mempengaruhi pada pertumbuhan tanaman melon dan hasil buah melon. Pengendalian penyakit dilakuakn secara kimia yaitu dengan menyemprotkan fungisida seperti yang berbahan aktif mankozeb (dithane) 50 gram dalam 17 liter, propamocarb hydrocloride (preficur N) 68 cc dalam 17 liter, propineb (antrakol) 50 gram dalam 17 liter pada 60 hst. Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman melon terdiri dari gulma berdaun lebar dan gulma berdaun sempit. Gulma berdaun lebar yang tumbuh disekitar tanaman melon yaitu Ageratum conyzoides, Phyllantus amarus, Euforbia hirata, Eupomea batatas, Mimosa sp dan Leucaenia glausa. Sedangkan berdaun sempit yang tumbuh di sekitar tanaman melon yaitu Leersia hexandra, Eulalia amaura, Axonopus comprcssus, Panicum brevifolium dan Rumput minyak. Pengendalian gulma dilakuan dengan mencabut langsung di sekitar lubang sedangkan untuk gulma yang tumbuh pada galengan dan parit dicangkul hingga
31
gulma terbalik menjadi di bawah tanah. Hasil analisis tanah menunjukan bahwa tanah yang digunakan dalam percobaan memiliki pH sebesar 5 (asam).
4.1.2
Pengamatan utama Pengaruh Perbedaan dosis yang diberikan terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman melon meliputi : 1. Diameter batang Pengamatan diameter batang dilalukan pada umur 7 hst, 21 hst dan 35 hst. Data analisis ragam dan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) disajikan pada Lampiran 7, 8, 9. Tabel 5. Pengaruh Pemberian Dosis Bokashi Kotoran Sapi terhadap Diameter Batang Diameter batang
Kode
Dosis
----------------------------mm------------------7 hst 21 hst 35 hst
A 0 ton / ha ( 0 kg / plot ) 2,68 a 7,52 a 9,23 a B 5 ton / ha ( 1,25 kg / plot ) 2,72 a 7,38 a 9,20 a C 10 ton / ha ( 2,5 kg / plot ) 2,74 a 7,97 a 8,98 a D 15 ton / ha ( 3,75 kg / plot ) 2,52 a 7,20 a 9,58 a E 20 ton / ha ( 5 kg / plot ) 2,63 a 7,79 a 9,85 a F 25 ton / ha ( 6,25 kg / plot ) 2,80 a 8,00 a 9,75 a G 30 ton / ha (7,5 kg / plot ) 2,73 a 7,84 a 9,48 a Keterangan : nilai rata – rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukan berbeda tidak nyata menurut uji duncan 5%. Hasil analisis ragam terlihat bahwa pada pengamatan 7 hst, 21 hst dan 35 hst pemberian dosis bokashi kotoran sapi berbeda tidak nyata. 2. Jumlah daun Pengamatan jumlah daun dilakukan pada umur 7 hst, 21 hst dan 35 hst. Data analisis ragam dan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) disajikan pada Lampiran 10, 11, 12.
32
Tabel 6. Pengaruh Pemberian Dosis Bokashi Kotoran Sapi terhadap Jumlah Daun. Jumlah daun
Kode
Dosis
--------------------------helai--------------------
7 hst 21 hst 35 hst A 0 ton / ha ( 0 kg / plot ) 1,60 a 11,05 a 24,30 a B 5 ton / ha ( 1,25 kg / plot ) 1,35 a 11,30 a 23,80 a C 10 ton / ha ( 2,5 kg / plot ) 1,40 a 11,05 a 25,55 ab D 15 ton / ha ( 3,75 kg / plot ) 1,20a 10,70 a 23,70 a E 20 ton / ha ( 5 kg / plot ) 1,35 a 11,85 a 27,15 b F 25 ton / ha ( 6,25 kg / plot ) 1,40 a 10,95 a 27,00 b G 30 ton / ha (7,5 kg / plot ) 1,85 a 12,05 a 25,20 ab Keterangan : nilai rata – rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukan berbeda tidak nyata menurut uji duncan 5%. Hasil analisis ragam terlihat bahwa pada pengamatan 7 hst dan 21 hst pemberian dosis bokashi kotoran sapi berbeda tidak nyata. Pada pengamatan 35 hst pada perlakuan C dan G berbeda tidak nyata dengan A, B, D berbeda nyata terhadap E dan F. 3. Panjang tanaman (cm) Pengamatan panjang tanaman dilakukan pada umur 7 hst, 21 hst dan 35 hst. Data analisis ragam dan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) disajikan pada Lampiran 13, 14, 15. Tabel 7. Pengaruh Pemberian Dosis Bokashi Kotoran Sapi terhadap Panjang Tanaman. Panjang tanaman
Kode
Dosis
-----------------------------cm------------------------
7 hst 21 hst 35 hst A 0 ton / ha ( 0 kg / plot ) 4,71 a 67,95 a 182,35 a B 5 ton / ha ( 1,25 kg / plot ) 4,64 a 60,98 a 172,70 a C 10 ton / ha ( 2,5 kg / plot ) 4,02 a 58,60 a 175,60 a D 15 ton / ha ( 3,75 kg / plot ) 4,31 a 53,70 a 173,70 a E 20 ton / ha ( 5 kg / plot ) 4,00 a 76,08 a 182,10 a F 25 ton / ha ( 6,25 kg / plot ) 3,97 a 74,23 a 189,00 a G 30 ton / ha (7,5 kg / plot ) 4,90 a 68,50 a 193,55 a Keterangan : nilai rata – rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukan berbeda tidak nyata menurut uji duncan 5%.
33
Hasil analisis ragam terlihat bahwa pada pengamatan 7 hst 21 hst dan 35 hst pemberian dosis berbeda tidak nyata. 4. Bobot berangkasan basah Pengamatan bobot berangkasan basah dilakukan pada umur 68 hst. Data analisis ragam dan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) disajukan pada Lampiran 16. Tabel 8. Pengaruh Pemberian Dosis Bokashi Kotoran Sapi terhadap Bobot Brangkasan Basah. Kode Dosis Bobot brangkasan basah (Kg) A 0 ton / ha ( 0 kg / plot ) 0,36 a B 5 ton / ha ( 1,25 kg / plot ) 0,74 a C 10 ton / ha ( 2,5 kg / plot ) 0,83 a D 15 ton / ha ( 3,75 kg / plot ) 1,11 a E 20 ton / ha ( 5 kg / plot ) 1,04 a F 25 ton / ha ( 6,25 kg / plot ) 1,31 a G 30 ton / ha (7,5 kg / plot ) 1,38 a Keterangan : nilai rata – rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukan berbeda tidak nyata menurut uji duncan 5%. Hasil analisis ragam terlihat bahwa pemberian dosis bokashi kotoran sapi berbeda tidak nyata terhadap bobot brangkasan basah. 5. Bobot berangkasan kering Pengamatan bobot berangkasan kering dilakukan pada umur 68 hst. Data analisis ragam dan uji Duncan Multipel Range Test (DMRT) disajikan pada Lampiran 17. Tabel 9. Pengaruh Pemberian Dosis Bokashi Kotoran Sapi terhadap Bobot Brangkasan Kering. Kode Dosis Bobot brangkasan kering (Kg) A 0 ton / ha ( 0 kg / plot ) 0,14 a B 5 ton / ha ( 1,25 kg / plot ) 0,14 a C 10 ton / ha ( 2,5 kg / plot ) 0,14 a D 15 ton / ha ( 3,75 kg / plot ) 0,22 ab E 20 ton / ha ( 5 kg / plot ) 0,20 a F 25 ton / ha ( 6,25 kg / plot ) 0,48 ab G 30 ton / ha (7,5 kg / plot ) 0,39 b
34
Keterangan : nilai rata – rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukan berbeda tidak nyata menurut uji duncan 5%. Hasil analisis ragam terlihat bahwa pemberian dosis bokashi kotoran sapi perlakuan D dan F berbeda tidak nyata dengan A, B, C, E berbeda nyata terhadap G. 6. Lingkar buah ke arah lonjong Pengamatan berat lingkar buah ke arah lonjong dilakukan pada umur 68 hst. Data analisis ragam dan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) disajikan pada Lampiran 18. Tabel 10. Pengaruh Pemberian Dosis Bokashi Kotoran Sapi terhadap Lingkar Buah Arah Lonjong. Kode Dosis Berat buah (Kg) A 0 ton / ha ( 0 kg / plot ) 10,87 a B 5 ton / ha ( 1,25 kg / plot ) 11,22 a C 10 ton / ha ( 2,5 kg / plot ) 11,32 a D 15 ton / ha ( 3,75 kg / plot ) 11,75 a E 20 ton / ha ( 5 kg / plot ) 11,44 a F 25 ton / ha ( 6,25 kg / plot ) 11,88 a G 30 ton / ha (7,5 kg / plot ) 11,44 a Keterangan : nilai rata – rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukan berbeda tidak nyata menurut uji duncan 5%. Hasil analisis ragam terlihat bahwa pemberian dosis bokashi kotoran sapi berbeda tidak nyata terhadap lingkar buah arah lonjong. 7. Panjang buah. Pengamatan panjang buah dilakukan pada umur 68 hst. Data analisis ragam dan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) disajikan pada Lampiran 1.
35
Tabel 11. Pengaruh Pemberian Dosis Bokashi Kotoran Sapi terhadap Panjang Buah. Kode Dosis Panjang buah (cm) A 0 ton / ha ( 0 kg / plot ) 11,25 a B 5 ton / ha ( 1,25 kg / plot ) 11,85 ab C 10 ton / ha ( 2,5 kg / plot ) 11,69 ab D 15 ton / ha ( 3,75 kg / plot ) 12,72 b E 20 ton / ha ( 5 kg / plot ) 12,10 ab F 25 ton / ha ( 6,25 kg / plot ) 12,25 ab G 30 ton / ha (7,5 kg / plot ) 12,16 ab Keterangan : nilai rata – rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukan berbeda tidak nyata menurut uji duncan 5%. Hasil sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan B, C, D, F berbeda tidak nyata dengan D berbeda nyata A terhadap. Perlakuan D memberikan pengaruh paling baik. 8. bobot buah pertanaman. Pengamatan bobot buah dilakukan pada umur 68 hst. Data analisis ragam dan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) disajikan pada Lampiran 20. Tabel 12. Pengaruh Pemberian Dosis Bokashi Kotoran Sapi terhadap Berat Buah Pertanaman. Kode Dosis Berat buah (Kg) A 0 ton / ha ( 0 kg / plot ) 2,14 a B 5 ton / ha ( 1,25 kg / plot ) 2,20 a C 10 ton / ha ( 2,5 kg / plot ) 2,24 a D 15 ton / ha ( 3,75 kg / plot ) 2,56 a E 20 ton / ha ( 5 kg / plot ) 2,36 a F 25 ton / ha ( 6,25 kg / plot ) 2,48 a G 30 ton / ha (7,5 kg / plot ) 2,44 a Keterangan : nilai rata – rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukan berbeda tidak nyata menurut uji duncan 5%. Hasil analisis ragam terlihat bahwa pemberian dosis bokashi kotoran sapi berbeda tidak nyata terhadap bobot buah pertanaman.
36
9. Berat bobot per plot. Pengamatan bobot buah dilakukan pada umur 68 hst. Data analisis ragam dan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) disajikan pada Lampiran 21. Tabel 13. Pengaruh Pemberian Dosis Bokashi Kotoran Sapi terhadap Bobot Buah Per Plot. Kode Dosis Berat buah (Kg) A 0 ton / ha ( 0 kg / plot ) 10,70 a B 5 ton / ha ( 1,25 kg / plot ) 11,00 a C 10 ton / ha ( 2,5 kg / plot ) 11,40 a D 15 ton / ha ( 3,75 kg / plot ) 12,75 a E 20 ton / ha ( 5 kg / plot ) 11,78 a F 25 ton / ha ( 6,25 kg / plot ) 12,35 a G 30 ton / ha (7,5 kg / plot ) 12,23 a Keterangan : nilai rata – rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukan berbeda tidak nyata menurut uji duncan 5%. Hasil sidik ragam terlihat bahwa pemberian dosis bokashi kotoran sapi berbeda tidak nyata terhadap bobot buah perplot. 10. Kadar gula Pengamatan berat lingkar buah ke arah lonjong dilakukan pada umur 68 hst. Data sidik ragam dan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) disajikan pada Lampiran 22. Tabel 14. Pengaruh Pemberian Dosis Bokashi Kotoran Sapi Terhadap Kadar Gula Kode Bobot brangkasan kering (Kg) A 0 ton / ha ( 0 kg / plot ) 7,31 a B 5 ton / ha ( 1,25 kg / plot ) 7,88 a C 10 ton / ha ( 2,5 kg / plot ) 8,00 a D 15 ton / ha ( 3,75 kg / plot ) 7,75 a E 20 ton / ha ( 5 kg / plot ) 8,00 a F 25 ton / ha ( 6,25 kg / plot ) 8,44 a G 30 ton / ha (7,5 kg / plot ) 7,94 a Keterangan : nilai rata – rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukan berbeda tidak nyata menurut uji duncan 5%. Hasil sidik ragam terlihat bahwa pemberian dosis bokashi kotoran sapi berbeda tidak nyata terhadap kadar gula.
37
38
Tabel 15. Korelasi Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Melon
Jumlah daun
Pearson Corrrelation Sig. (2-tailed) N
Panjang tanaman
Pearson Corrrelation Sig. (2-tailed) N
Diameter batang
Pearson Corrrelation Sig. (2-tailed) N
Bobot basah
Pearson Corrrelation Sig. (2-tailed) N
Bobot kering
Pearson Corrrelation Sig. (2-tailed) N
Panjang buah
Pearson Corrrelation Sig. (2-tailed) N
Lingkar buah
Pearson Corrrelation Sig. (2-tailed) N
Berat buah /tan
Pearson Corrrelation Sig. (2-tailed) N
Berat buah /plot
Pearson Corrrelation Sig. (2-tailed) N
Kadar gula
Pearson Corrrelation Sig. (2-tailed) N
Jumlah daun
Panjang tanaman
Diameter batang
1
.404*
.613**
.
.033
28
Bobot basah
Bobot kering
Panjang buah
Lingka r buah
Berat buah /tan
Berat buah /plot
Kadar gula
-.128
-.194
.026
.110
.155
.167
-.044
.001
.518
.322
.895
.577
.431
.396
.508
28
28
28
28
28
28
28
28
28
404*
1
.294
.317
.065
.103
.209
.399*
.214
-.304
.033
.
.129
.100
.744
.602
.287
.036
.275
.116
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
.613**
.294
1
-.117
-.033
-.086
.003
.146
.228
-.292
.001
.129
.
.554
.866
.665
.986
.458
.244
.132
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
-.128
.317
-.117
1
.616**
.174
.181
.296
.429*
.205
.518
.100
.554
.
.000
.375
.358
.126
.023
.295
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
-.194
.065
-.033
.616**
1
.153
.130
.154
.256
-.103
.322
.744
.866
.000
.
.438
.511
.433
.188
.603
28
28
28
28
28
28
28
28
728
28
.026
.103
-.086
.174
.153
1
.090
.504*
.295
.278
.895
.602
.665
.375
.438
.
.649
.006
.128
-.153
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
.110
.209
.003
.181
.130
.090
1
-.038
.013
.761*
.577
.287
.986
.358
.511
.649
.
.848
.974
.047
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
.155
.399*
.146
. 296
.154
.504**
-.038
1
.791*
-.151
.431
.036
.458
.126
.433
.006
.848
.
.000
.444
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
.167
.214
.228
.429*
.256
.295
.013
.791*
1
.018
.396
.275
.244
.023
.188
.128
.974
.000
.
.929
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
-.044
-.304
-.292
.205
-.103
-.278
.761*
-.151
.018
1
.508
.116
.132
-.295
.603
.153
.047
.444
.929
.
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
** : Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * : Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
39
4.1.3 Uji Korelasi Dari data hasil uji korelasi terhadap parameter pertumbuhan dan hasil tanaman melon menunjukan yang nilai korelasi sangat nyata terdapat pada bobot basah dengan bobot kering bernilai (0,616), diameter batang dengan jumlah daun bernilai (0,613) dan panjang buah dengan berat buah per tanaman yang bernilai (0,616). Sedangkan untuk hasil uji korelasi yang nyata terdapat pada berat buah per tanaman dengan berat buah per plot (0,791), kadar gula dengan lingkar buah yang bernilai (0,761), panjang buah dengan berat buah per tanaman bernilai (0,504), bobot basah dengan berat buah per plot bernilai (0,429) jumlah daun dengan panjang tanaman bernilai (0,404) dan panjang tanaman dengan berat buah per tanaman yang bernilai (0,399).
4.2 Pembahasan Dari tabel panjang perlakuan E pada variabel jumlah daun 35 hst paling baik yang diduga disebabkan karena kandungan hara N organik 0,36% pada bokashi yang terlalu rendah sehingga menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman melon. Fungsi N yaitu memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukan protein. N di dalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk seperti protein (bahan organik), senyawa-senyawa amino, amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-), (Sarwono, 1987). N diperlukan untuk meyusun senyawa an-organik seperti, protein, asam nukleat klorofil dan senyawa pengatur tumbuh yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, (Subandi, 2010).
40
Tumbuhan yang terlalu banyak nitrogen mempunyai daun berwarna hijau tua dan lebat, dengan sistem akar yang kerdil sehingga mempunyai tajuk yang tinggi. Akibat pertumbuhan tajuk yang tinggi, menyebabkan pembungaan dan pembentukan biji terhambat karena kekurangan nitrogen (Salisbury dan Ross, 1995). Nitrifikasi, yaitu tahap-tahap oksidasi amoniak menjadi nitrit (NO2-) dan kemudian, menjadi nitrat (NO3-) yaitu bentuk nutrisi N yang diasimilasi oleh tanaman. Perubahan-perubahan bentuk N dalam tanah dari bahan organik melalui proses yaitu, asimilasi (pembentukan senyawa amino dari bahan organik atau
protein
oleh
bermacam-macam
mikroorganisme),
amonifikasi
(pembentukan amonium dari senyawa-senyawa amino oleh mikroorganisme) dan nitrifikasi (perubahan dari amonium menjadi nitrit oleh Nitrosomonas kemudian menjadi nitrat oleh Nitrobacter), (Sarwono, 1987). Siklus N melibatkan proses enzimatik, dalam perubahan – perubahan dalam perubahan – perubahan senyawa kimiawi yang terdapat dalam tanah dan gas nitrogen yang terdapat di atmosfer menjadi senyawa N an-organik yang diperlukan oleh tumbuhan untuk mensintesis makromolekul esensial seperti asam nukleat dan protein, (Subandi, 2010). Hilangnya N dari tanah selain digunakan oleh tanaman juga akibat banyaknya hujan, hujan menyebabkan N berbentuk nitrat tercuci (leaching) sehingga nitrogen dalam tanah menjadi rendah (Sarwono 1987). Bahan organik tidak dapat langsung digunakan oleh tanaman karena perbandingan C/N dalam bahan tersebut tidak sama dengan C/N tanah (Indriani, 1999).
41
Apabila bahan organik mempunyai kandungan C/N mendekati C/N tanah maka bahan tersebut dapat diserap tanaman, dalam proses pengomposan terjadi penguraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap tanaman. Dengan demikian C/N semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N tanah (Indriani, 1999). Dari tabel jumlah daun 35 hst perlakuan E memberikan pengaruh paling baik, diduga karena karena tanaman melon mengalami proses adaptasi. Adaptasi adalah proses dimana individu, populasi atau spesies dalam beberapa hal berubah fungsi atau bentuk menjadi lebih baik pada lingkungan yang baru diterimanya (Jumin, 1991). Proses ini dapat berupa minimnya unsur hara, ketahanan terhadap hama dan penyakit, efisiensi asimilasi serta aktivitas enzim. Ketahanan terhadap ketersediaan unsur hara yang minimal, dialami tanaman dengan unsur hara yang terdapat dalam tanah sebanyak (0,18 ppm) N organik , (5,6 ppm) P dan (0,182 ppm) K. Ditambahkan dengan unsur hara dalam bokashi kotoran sapi sebanyak (0,36%) N organik, (0,27%) P dan (0,24%) K adalah proses yang dialami tanaman melon yang mampu beradaptasi hingga menghasilkan lingkar buah dan jumlah daun secara optimal. Kandungan (0,24%) K yang terdapat pada bokashi kotoran sapi cukup untuk pembentukan pati pada buah, pembentukan akar dan mengaktifkan enzim pada buah tersebut. Menurut (Salisbury dan Ross, 1995), ion kalium (K+) berpindah dari sel sekitar tanaman ke sel penjaga ketika stomata membuka. Peningkatan K+ dapat menurunkan potensi osmotik, pembukaan stomata berhubungan erat dengan perpindahan K+ ke dalam sel penjaga. Bila daun dalam
42
keadaan malam (gelap), K+ bergerak keluar dari sel penjaga menuju sel sekitarnya dan stomata menutup. K+ mudah disalurkan dari organ dewasa ke organ muda, sehingga gejala kekurangan kalium terlihat pada daun tua. Kalium merupakan pengaktif sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi, kalium juga mengaktifkan enzim yang diperlukan untuk pembentukan pati dan protein. Unsur kalium jumlahnya sangat berlimpah sehingga menjadi penentu potensial osmotik sel dan juga penentu tekanan turgor, (Salisbury dan Ross, 1995). Menurut (Salisbury dan Ross, 1995), berat atau bobot basah tanaman merupakan suatu gambaran dari kondisi suatu tanaman, yaitu vigor tanaman yang yang dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam tanaman. Peranan air bagi tumbuhan sangat penting, antara 40% sampai 60% dari berat segar pohon terdiri dari air, dan bagi tumbuhan herba jumlahnya mungkin akan mencapai 90%lebih dari berat basah tumbuhan terdiri dari air. Cairan yang mengisi sel akan mampu menjaga substansi itu untuk berada dalam keadaan yang tepat untuk fungsi metabolisma (Chairani, 2011). Water is very important to live, (Subandi and Humanisa, 2011). Tumbuhan memerlukan air untuk penunjang jaringan-jaringan yang tidak berkayu. Semua sel memerlukan air, pengambilan air beserta nutrisi di dalamnya mempunyai bobot molekul rendah dari media tumbuhnya memunyai bobot molekul rendah agar dapat melintasi menerobos membran sel (Subandi, 2010). Tekanan diciptakan oleh air dalam sel disebut tekanan turgor kemudian, sel akan menjadi mengembang dan apabila jumlah air tidak mencukupi maka tekanan turgor berkurang dan isi sel mengerut dan terjadilah plasmolisis (Chairani, 2011).
43
Umumnya air yang masuk ke tanah dan tumbuhan akan hilang melalui proses penguapan, dan hanya 2% air yang diserap oleh akar akan dipakai membentuk lebih banyak materi tumbuhan. Prinsipnya air akan hilang dari tumbuhan melalui tiga cara yaitu transpiransi (dalam daun air akan diuapkan dari dinding sel ke ruang antar sel kemudian dari sini didifusikan ke udara melalui lubang kecil daun yang disebut stomata yang terbuka pada siang hari dan menutup pada malam hari) dan penguapan kutikula (sebagaian air mungkin menguap melalui kutikula dari daun atau tangkai hanya kurang dari 10% total kehilangan air ), (Chairani, 2011). Air dan bahan terlarut bergerak melalui lintasan pengangkutanyang khusus, air dari tanah merambat melalui akar, batang dan daun ke atmosfer. Garam anorganik dan molekul organik bergerak ke berbagai arah dalam tumbuhan. Ribuan macam reaksi kimia berlangsung di dalamnya yaitu, mengubah bentuk air, garam mineral dan gas dari lingkungan menjadi bentuk jaringan yang terorganisasi serta berbagai organ tumbuhan. Dari mulai pembuahan, yaitu ketika tumbuhan baru mulai sebagai zigot sampai tumbuhan mati, (Salisbury dan Ross, 1995). Tumbuhan muda merupakan sistem hidrolika, ketika bentul tanaman normal tumbuhan terpelihara oleh tekanan air di dalam protoplasmanya, yang mendorong ke dinding sel. Selanjutnya, tumbuhan kembali tumbuh saat menyerap air, sehingga semua selnya melar, (Salisbury dan Ross, 1995). Ikatan hidrogen akan diputus agar air dapat mengalir, kemudian ikatan hidrogen dibagi merata kepada kedua molekul lain. Ikatannya menjadi agak lemah dan mudah putus, air dengan mudah akan dapat mengalir dalam tumbuhan, (Salisbury dan Ross, 1995).
44
Struktur molekul protein dan asam nukleat serta aktivasi biologis protoplasma bergantung pada hubungannya dengan molekul air. Hampir semua molekul protoplasma menggantungkan aktivitas kimia kepada lingkungan air tempat mereka berada, kecuali molekul yang terdapat dalam benda sel yang berminyak (oleosom), atau di bagian lipid pada membran. Tapi oleosom dan membran itu sangat dipengaruhi oleh air disekelilingnya, (Salisbury dan Ross, 1995). Dari tabel bobot kering perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan F. Tanaman melon memerlukan unsur hara C organik
dalam jumlah banyak,
sehingga dapat menghasilkan bobot kering tanaman secara optimal berdasarkan hasil analisis bokashi terkandung unsur C organik 8,39 %, Jumlah tersebut terhitung sangat kecil padahal tanaman melon memerlukan unsur hara yang cukup banyak, terutama unsur C organik. Kurang tersedianya unsur carbon
bagi
tanaman melon akan menekan bobot kering tanaman, karena saat tanaman melon di oven yang tersisa hanya unsur karbon sedangkan air yang ada pada tanaman melon menguap. Komponen utama bahan kering adalah polisakarida dan lignin pada dinding sel, ditambah komponen sitoplasma seperti protein, lipid, asam amino, asam organik serta unsur tertentu seperti kalium berbentuk ion, yang menjadi bagian tidak penting dalam senyawa organik. Pada umumnya daun lebih banyak mengandung lebih banyak nitrogen, fosfor dan kalium dibandingkan bagian tanaman lainnya (Salisbury dan Ross, 1995). Dengan penggunaan mulsa saat penelitian mampu meningkatkan proses fotosintesis yang meningkatkan produksi bahan kering tanaman (Chairani, 2011).
45
Dengan pH tanah H2O (5,0) dan pH tanah KCl (4,1) dengan kriteria agak asam. Menurut (Prajnanta, 2004) tanaman melon tidak akan berproduksi optimal apabila diusahakan pada media tanah yang asam (pH < 5,6), pada kondisi tersebut beberapa unsur hara terutama P sulit diserap oleh tanaman. Dengan penambahan bokashi yang memiliki pH bokashi H2O (7,8) dan pH bokashi KCl (7,4) dengan kriteria agak basa, diharapkan dapat menaikan pH media yang digunakan tanaman melon pada saat penelitian. Karena menurut (Prajnanta, 2004) dengan pH media 5,6-7,2 tanaman melon masih dapat tumbuh dan berproduksi, pH optimal untuk tanaman melon yaitu 6,0-6,8. Salah satu fungsi fosfor yaitu memperkuat batang agar tidak mudah roboh, mempercepat pematangan bunga, perkembangan akar dan pembentukan bunga, buah, serta biji. Terjadinya kekurangan fosfor dalam media tanah disebabkan oleh jumlah fosfor dalam tanah sedikit. Sebagian besar unsur P dalam tanah baik organik maupun an-organik berada dalam bentuk terikat, sehingga tidak tersedia bagi tanaman, (Subandi, 2010). Fosfor diserap tanaman terutama anion fosfat valensi satu (H2PO4-) dan diserap lebih lambat dalam bentuk anion valensi dua (HPO42-). pH tanah mengendalikan perimbangan jumlah kedua bentuk ion tersebut, H2PO4- tersedia pada pH dibawah 7, dan HPO42- diatas pH 7. Fosfor tidak pernah direduksi dalam tumbuhan dan tetap sebagai fosfat, baik dalam bentuk bebas maupun terikat dalam senyawa organik berbentuk ester (Salisbury dan Ross, 1995).
46
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 1. Pemberian dosis bokashi kotoran sapi berpengaruh terhadap pertumbuhan. 2. Perlakuan E memberikan pengaruh pada variabel jumlah daun 35 hst dan perlakuan F memberikan pengaruh pada bobot kering
5.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian semakin tinggi bokashi pupuk kotoran sapi yang
diberikan, maka semakin baik pula pertumbuhan. Puncak pengaruh pertumbuhan tertinggi terdapat pada perlakuan E (20 ton / ha) pada jumlah daun dan F (25 ton / ha) pada bobot kering tanaman pemberian bokashi kotoran sapi dengan dosis lebih tinggi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman melon. Penelitian dan percobaan ini baru dilakukan pada taraf dosis yang masih relatif sedikit dan juga terbatas, sehingga untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan memuaskan perlu dilakukan percobaan dengan variasi dosis yang lebih banyak.
47
DAFTAR PUSTAKA
Chairani. 2011. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan “Proses Osmosis pada Kentang (Solanum tuberosum).http://chachichuchairani.blogspot.Com/ 2011 /03/laporan-praktikum-fisiologi-tumbuhan.html. Tanggal akses 12082011 pukul 11:16. Djaenudin D, Marwan H, Subagyo H, Mulyani A dan Suharta N. 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Pengembangan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor. Departemen Agama RI. 2000. Al Quran dan Terjemahannya. CV Diponegoro. Bandung. Departemen Pertanian Tanaman Pangan. 2010. Produksi Tanaman Buah di Indonesia. Depepartemen Pertanian Tanaman Pangan. Bandung. Hanafiah Ali Kemas,M.S. 2008. Rancangan Percobaan. PT. Rajawali Grafindo Persada. Jakarta. Harjadi, S. S. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor., Bogor. Indriani Hety Yovita. 1999. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakatra. Jumin, Hasan Basri. 1991. Dasar – dasar Agronomi. Rajawali Pers. Jakarta. Kusumbogo Untung. 1997. Peranan Pertanian Organik dalam Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan. dalam Kyusei Nature farming. Vol. 04/ Indonesian Kyusei Nature farming Society/th.II juni. Loami. 2010. Metode Korelasi. http://joas.gkipi.org/kuliah/pit2010/tugaspit2010/glossary-pit2010/metode-korelasi/. Tanggal akses Jumat, 14 Januari 2011. 07:09. Muhtar, M. A. 2005. Evaluasi Karakteristik Hortikultura 20 Hibrida Melon (Cucumis melo L.) Hasil Pemuliaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB. Skripsi. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.,Bogor. Murbandono, L.H. 1989. Membuat kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 44 hal.
48
Pangaribuan, Darwin dan Hidayat Pujisiswanto. 2008. Pemanfaatan Kompos Jerami Untuk Meningkatkan Produksi dan Kualitas Buah Tomat. Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008. Prajnanta, F. 2004. Melon, Pemeliharaan Secara Intensif dan Kiat Sukses Beragribisnis. Penebar Swadaya. Jakatra. Redaksi Agromedia. 2010. Cara Praktis Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan. Rukmana, R. 1994. Budidaya Melon Hibrida. Kanisius. Yogyakarta. Salisbury B Frank and Ross W Cleon yang diterjemahkan oleh Diah R Lukman dan Sumaryono. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. ITB. Bandung. Samadi Budi. 2007. Melon, Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen . Kanisius. Yogyakatra. Sarief, E.S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung 182 hal. Sarwono Hardjowigeno. 1987. Pengantar Ilmu Tanah. PT. Media Tama Sarana Prakarsa. Jakarta. Sea Dragon. 2011. Pengaruh Bokashi Dalam Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/08/pengaruh-bokashidalam-pertumbuhan-danhtml. Tanggal akses Sabtu, 13 Agustus 2011 pukul 00:25. Setiadi, P. 1987. Bertanam Melon. Penebar Swadaya. Jakarta. Setiawan. 2010. Tanaman Melon Saat ini (Sakata seed). http://mitrapertanian.blogspot.com/2010/07/tanaman-melon-saat-ini-sakata glamour .html. Tanggal akses Jumat, 14 Januari 2011. 07:09. Siswancipto, Toto. 2000. Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada inceptisol yang diberi berbagai dosis pupuk sp-36 dan Bokashi. Tesis Pascasarjana UNPAD. Soedijanto, 1977. Bercocok Tanam. CV Yasaguna. Jakarta. Soeroto dan Bahtiar Rifai, 1981. Ilmu Memupuk. DEPDIKBUD Jakatra. Songgolangit Persada. 1994. Mikroorganisme yang Efektif. Kontak Tani, Sukabumi. Subandi. 2011 a. Budidaya Tanaman Perkebunan, Gunung Djati Press. Bandung.
49
Subandi. 2010 b. MikroBiologi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Subandi dan Humanisa Hanita Hany. 2011. Science and Technology. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Soepardi, G. 1979. Masalah kesuburan tanah di Indonesia. Departemen Ilmu tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 141 hal. Susanto R. 2002. Pertanian Organik Menuju Alternatif Berkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta. Tjahjadi, N. 1994. Bertanam Melon. Kanisius. Yogyakarta. Teruo Higa. 1991 a. Considering Agriculture from the Principel of Creation (Crole of Kyusei Nature Farming For The Future of Marking). Seminar for diet mon of Japan. Japan. Teruo Higa. 1999 b. Effective Mikroorganism : A Bioteknology for Mankied. University Ryukus Okinawa. Wididana, G. N. Dan Wigenasantana. 1991. Application of Efective Mikroorganism and Bokashi on Nature Farming. University of National. Jakarta. Winon Intercontinental. 2010. Melon F1 Hybrid Glamour. Pinangsia Timur No.2R, Jakarta 11110.
50
Lampiran 1. Kandungan Gizi Buah Melon
Gizi yang terkandung dalam 100 gram buah melon dan bagian yang dapat dimakan No
Kandungan gizi
Banyaknya (jumlah)
1.
Energi
23 kalori
2.
Protein
0,6 g
3.
Kalsium
17 mg
4.
Vitamin A
2,40 UI
5.
Vitamin C
30 mg
6.
Thiamin
0,045 mg
7.
Riboflavin
0,065 mg
8.
Niacin
1,0 mg
9.
Karbohidrat
6,0 g
10.
Besi
0,4 mg
11.
Nicotianida
0,5 mg
12.
Air
93,0 ml
13
Serat
0.4 g
Sumber : Tjahjadi, 1994
51
Lampiran 2. Deskripsi Melon Hibrida Varietas Glamour Deskripsi Asal
: Sakata Seed & Co. Ltd., Jepang
Silsilah
: 141–045–302–102–111 (F) x 201–301–170–025 (M)
Golongan varietas
: hibrida silang tunggal
Tipe tanaman
: merambat
Umur mulai panen
: ± 60 hari setelah tanam
Warna batang
: hijau
Bentuk batang
: silindris
Diameter batang
: ± 1,2 cm
Warna daun
: hijau
Bentuk daun
: bangun segi lima
Ukuran daun
: panjang ± 25 cm, lebar ± 20 cm
Tepi daun
: rata
Ujung daun
: tumpul
Permukaan daun
: berbulu halus
Umur mulai berbunga : 15 – 17 hari setelah tanam Warna bunga
: kuning
Bentuk bunga
: seperti lonceng
Warna kulit buah muda : hijau Warna kulit buah tua
: kuning
Pola jaring kulit
: tebal dan rapat
Bentuk buah
: bulat
52
Ukuran buah
: tinggi 15 – 16 cm, diameter ± 14 – 15 cm
Ketebalan daging buah : 3,5 – 4,0 cm Warna daging buah
: oranye
Tekstur daging buah
: renyah
Rasa buah
: manis
Kadar gula
: 12 – 13 °brix
Aroma buah
: harum
Berat per buah
: 2,0 – 3,8 kg
Daya simpan buah
: + 10 hari setelah panen
Hasil buah
: + 30 ton/ha.
Keterangan
: beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai sedang dengan ketinggian 50 – 500 m dpl.
Sumber : Setyawan, 2010.
53
Lampiran 3. Data Curah Hujan Selama 10 Tahun Terakhir 2001 – 2010 CURAH HUJAN (mm) No
Bulan
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
1
Jan
285
492
174
503
587
493
288
346
319
184
2
Feb
28
369
448
1017
552
119
307
215
360
121
3
Mar
220
240
184
872
812
179
366
452
573
231
4
Apr
252
89
153
320
505
251
355
226
133
223
5
Mei
111
86
16
238
99
233
122
199
161
291
6
Jun
133
69
7
24
58
20
40
51
95
93
7
Jul
41
149
5
23
175
20
20
0
0
21
8
Agus
63
0
0
0
38
0
0
19
0
93
9
Sept
0
0
184
0
27
0
7
15
0
85
10
Okt
145
0
332
0
273
0
124
152
71
456
11
Nop
411
127
164
519
132
97
380
217
232
460
12
Des
136
341
294
206
460
274
188
340
178
312
Jumlah
1825
1962
1934
3722
3718
1668
2197
2234
2122
2456
BK
3
3
4
5
3
5
4
4
3
1
BL
1
6
-
-
1
1
-
-
2
3
BB
8
3
8
7
8
6
8
8
7
8
Sumber : Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Buah dan Sayuran Subang
Keterangan : BB : Bulan Basah adalah bulan yang curah hujannya lebih dari 100 mm BL : Bulan Lembab adalah bulan yang curah hujannya lebih dari 60 mm tetapi kurang dari 100 mm BK : Bulan Kering adalah bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm
Untuk menentukan tipe cuhar hujan dapat dicari dengan rumus : Jumlah rata-rata bulan kering Q=
3,5 x 100 % =
Jumlah rata-rata bulan basah
x 100 % = 49,30 7,1
54
Berdasarkan besarnya nilai Q di menurut Schmid dan Ferguson (1951) menentukan tipe curah hujan sebagai berikut : Golongan
A.0,00 % ≤ Q <
14,30 %
Sangat basah
B. 14,30 % ≤ Q <
33.30 %
Basah
C. 33.30 % ≤ Q <
60,00%
Agak basah
D. 60,00% ≤ Q <
100,00 %
Sedang
E100,00 % ≤ Q <
167,00%
Agak kering
F.167,00% ≤ Q <
300,00 %
kering
G.300,00 % ≤ Q <
700,00 %
Sangat kering
H.700,00
≤Q<
Luar biasa kering
Berdasarkan nilai Q di atas, Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Buah dan Sayuran Subang termasuk tipe curah hujan C (Agak Basah).
55
Lampiran 4. Sifat Kimia Tanah dan Bokashi Sebelum Penelitian a. Sifat kimia tanah sebelum percobaan No
Sifat tanah (macam analisis)
Nilai
Kriteria
1.
pH Tanah H20
5,0
Agak asam
pH Tanah KCl
4,1
2.
N organik (%)
0,18
3.
Jumlah unsur tersedia P (ppm)
5,6
K (ppm)
182,2
Sumber : Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) 20011 b. Sifat bokashi kotoran sapi tanah sebelum percobaan No
Sifat tanah (macam analisis)
Nilai
Kriteria
1
pH Bokashi H20
7,8
Agak basa
pH Bokashi KCl
7,4
2.
Kadar air (%)
72,38
3.
C organik (%)
8,39
N organik (%)
0,36
4.
C/N (%)
25
5.
Jumlah unsur tersedia P (%)
0,27
K (%)
0,24
Sumber : Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) 20011
56
Lampiran 5. Pembuatan dan Penggunaan Bokashi Kotoran Sapi Bahan yang digunakan untuk 1500 kg : a. Pupuk kandang sebanyak 3000 kg. b. Gula sebanyak 2kg (360 ml). c. EM4 sebanyak 1 botol (1 liter) dan air secukupnya. •
Cara Pembuatannya :
1. Larutkan EM-4 dan gula ke dalam air di tempat yang berbeda sedangkan pupuk kandang, lalu Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30 %. 2. Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan susah pecah (megar) maka adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan ketinggian minimal 15-20 cm kemudian ditutup dengan karung goni selama 4-7 hari. 3. Petahankan gundukan adonan maksimal 500 C, bila suhunya lebih 500 C turunkan suhunya dengan cara membolak balik, kemudian tutp kembali dengan karung goni. 4. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan dan pengecekan suhu sebaiknya dilakukan setiap 5 jam sekali lalu setelah 4-7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik. •
Cara penggunaan secara umum :
− 3-4 genggam bokasi (150-200 gram) untuk setiap meter persegi tanah disebar marata diatas permukaan tanah. Pada tanah yang kurang subur dapat diberikan lebih. − Untuk
mencampurkan
bokashi
ke
dalam
tanah,
tanah
perlu
dicangkul/bajak. − Untuk tanaman buah-buahan, bokasi dittebar merata dipermukaan tanah/perakaran tanaman dan siramkan 3-4 cc EM-4 perliter air setiap Lampiran 6. Denah Percobaan minggu sekali.
SM P BORDER
BORDER I
II
III
VI
BORDER
57
B5I/6,25Kg X
1
3
X
2
X
4
X
X
5
B6I/7,5kg 1
X
B02/0Kg X
1
X
X
1
1
X
X
2
2
X
X
2
3
X
X
3
3
4
X
4
4
X
5
X
5
X
X
5
B22/2,5Kg X
2
2
X
X
X
3
X
4
X
4
5
X
5
X
X
2
X
X
3
4
X
5
X
B21/2,5Kg 1
X
X
2
3
X
4
X
X
5
B41/5Kg
B33/3,75Kg
1
X
1
B44/5Kg
X
3
B31/3,75Kg
B13/1,25kg
B62/7,5kg
B04/0Kg
X
1
1
2
X
X
2
X
3
3
4
4
X
X
5
X
5
X
X
B43/5Kg
X
B54/6,25Kg
X
1
1
X
5
X
2
X
X
2
4
X
X
3
3
X
X
3
4
X
X
4
X
2
X
5
5
X
X
1
B52/6,25Kg
B63/7,5kg
B14/1,25kg
1
X
X
1
X
1
X
2
2
X
2
X
3
X
X
3
X
3
X
4
4
X
4
X
5
X
X
5
X
5
B12/1,25kg
B23/2,5Kg
B34/3,75Kg
1
X
1
X
X
1
1
X
X
2
X
2
X
2
2
X
3
X
3
X
3
X
X
3
X
4
X
4
X
4
X
4
5
X
5
X
5
X
X
5
B01/0Kg
B32/3,75Kg
B53/6,25Kg
B24/2,5Kg
X
1
1
X
X
X
1
2
X
X
2
X
1
X
2
X
3
3
X
2
3
3
X
4
X
X
4
X
4
X
4
X
5
5
X
5
X
5
X
B11/1,25kg X
1
B42/5Kg X
B03/0Kg
X
X
1
2
X
2
1
2
X
3
X
3
X
3
4
X
4
5
4
X
X
5
X
X
X
5
BORDER
X
X
B64/7,5kg X
1
2
X
X
3
4
X
X
5
58
Lampiran 7. Data Diameter Batang 7 hst Data Diameter Batang 7 hst Perlakuan A B C D E F G Total Rata - rata
I 3,00 2,96 2,80 2,49 2,72 3,20 2,60 19,77 2,82
Ulangan II III 2,82 2,70 2,08 3,30 2,88 2,56 2,72 2,70 2,32 2,54 2,82 2,68 2,5 2,92 18,14 19,40 2,59 2,77
IV 2,20 2,54 2,7 2,16 2,96 2,50 2,88 17,94 2,56
Total
Rata - rata
10,72 10,88 10,94 10,08 10,54 11,20 11,04 75,25 10,75
2,68 2,72 2,74 2,52 2,63 2,80 2,73 18,81 2,69
Perhitungan untuk Y : Faktor koreksi (FK) = (75,25)2 = 202,23 28 JK Total = (3,00)2 + .......................... + (2,88)2 – FK = 2,37 JK Perlakuan = (10,72)2 + ..... + (10,9)2 – FK = 0,20 4 2 JK Ulangan = (19,77) + .. +(17,94) 2 – FK = 0,15 7 JK Galat = 2,37– (0,15 + 0,20 ) = 2,02
Kuadrat Tengah KT Perlakuan = 0,20= 0,03 6 KT Ulangan = 0,15 = 0,05 3 KT Galat = 2,02= 0,11 18
Uji Statistik F hit F hit
= 0,03= 0,27 0,11 = 0,05= 0,45 0,11
59
Sidik Ragam Peubah
Sumber Derajat Keragaman Bebas Perlakuan 6 Diameter Ulangan 3 batang 7 Galat 18 hst Total 27 Keterangan : tn = tidak nyata
Jumlah Kuadrat Kuadrat Total 0,20 0,03 0,15 0,05 2,02 0,11 2,37
F Hitung 0,27tn 0,45tn
F Tabel 0,05 2,48 2,21
Uji Duncan S x = KT Galat =
0,11
r
SSR.05
= 0,17
4
2 2,97
Rata-rata Perlakuan F 2,80 a C 2,74 a G 2,73 a B 2,72 a A 2,68 a E 2,63 a D 2,52 a
3 3,61
4 4,00
5 4,28
6 4,49
7 4,67
Selisih 0,28 0,22 0,21 0,20 0,16 0,11 -
LSR.05 0,17 0,11 0,13 0,09 0,05 -
0,2 0,06 0,05 0,04 -
0,08 0,02 0,01 -
0,07 0,01 -
0,06 -
0,78 0,76 0,72 0,68 0,61 0,50
60
Lampiran 8. Data Diameter Batang 21 hst Data Diameter Batang 21 hst Perlakuan I 6,94 6,82 7,56 6,72 8,20 7,48 6,76 50,48 7,21
A B C D E F G Total Rata - rata
Ulangan II III 6,96 7,89 7,48 6,60 7,56 8,74 7,46 7,40 6,96 6,98 8,94 8,00 8,22 8,58 53,58 54,28 7,65 7,75
IV 8,20 8,60 8,00 7,20 9,00 7,60 7,80 56,40 8,06
Total
Rata - rata
30,08 29,50 31,86 28,78 31,14 32,02 31,36 214,74 30,68
7,52 7,38 7,97 7,20 7,79 8,00 7,84 53,69 7,67
Sidik Ragam Peubah
Sumber Keragaman Perlakuan Diameter Ulangan batang Galat 21 hst Total Ket : tn = tidak nyata
Derajat Bebas 6 3 18 27
Jumlah Kuadrat Kuadrat Total 2,31 0,39 2,58 0,86 9,20 0,48 13,47
F Hitung 0,79 tn 1,79 tn
F Tabel 0,05 2,48 2,21
Uji Duncan S_ = KTG = 0,48 = 0,35 x
SSR.05
r
4
2 2,97
Rata-rata Perlakuan F 8,00 a C 7,97 a G 7,84 a E 7,79 a A 7,52 a B 7,38 a D 7,20 a
3 3,61
4 4,00
5 4,28
6 4,49
7 4,67
Selisih 0,80 0,77 0,64 0,59 0,32 0,18 -
0,62 0,59 0,46 0,41 0,14 -
0,48 0,45 0,32 0,27 -
0,21 0,18 0,05 -
LSR.05 0,16 0,13 -
0,03 -
1,63 1,57 1,50 1,40 1,26 1,04
61
Lampiran 9. Data Diameter Batang 35 hst Data Diameter Batang 35 hst Perlakuan I 8,20 8,40 8,40 8,80 9,20 8,80 8,30 60,1 8,59
A B C D E F G Total Rata - rata
Ulangan II III 9,10 9,40 9,50 8,40 8,90 9,10 9,60 9,60 8,90 9,70 10,50 10,00 9,40 10,20 65,90 66,40 9,41 9,49
IV 10,20 10,50 9,50 10,30 11,60 9,70 10,00 71.80 10,26
Total
Rata - rata
36,90 36,80 35,90 38,30 39,40 39,00 37,90 264,20 37,74
9,23 9,20 8,98 9,58 9,85 9,75 9,48 66,05 9,44
Sidik Ragam Peubah
Sumber Keragaman Perlakuan Diameter Ulangan batang 35 Galat hst Total Ket : tn = tidak nyata
Derajat Bebas 6 3 18 27
Jumlah Kuadrat Kuadrat Total 2,41 0,40 9,80 0,27 5,19 0,29 17,40
F Hitung 1,38 tn 0,93 tn
F Tabel 0,05 2,48 2,21
Uji Duncan S_ = KTG = 0,29= 0,27 x
SSR.05
r
4
2 2,97
Rata-rata Perlakuan E 9,85 a F 9,75 a D 9,58 a G 9,48 a A 9,23 a B 9,20 a C 8,98 a
3 3,61
4 4,00
5 4,28
6 4,49
7 4,67
Selisih 0,87 0,77 0,60 0,50 0,25 0,22 -
0,65 0,55 0,38 0,28 0,03 -
0,62 0,52 0,35 0,25 -
0,37 0,27 0,10 -
LSR.05 0,27 0,17 -
0.10 -
1,26 1,21 1,15 1,08 0,97 0,80
62
Lampiran 10. Data Jumlah Daun 7 hst Data Panjang Tanaman 7 hst Perlakuan I 2,00 1,20 1,60 1,80 1,80 1,60 2,00 12,00 1,71
A B C D E F G Total Rata - rata
Ulangan II III 1,40 1,60 1,40 1,60 1,20 1,00 1,40 0,80 1,00 1,00 1,00 1,40 1,80 2,20 9,20 9,60 1,31 1,37
IV 1,40 1,20 1,80 0,80 1,60 1,60 1,40 9,80 1,06
Total
Rata - rata
6,40 5,40 5,60 4,80 5,40 5,60 7,40 40,60 5,8
1,60 1,35 1,40 1,20 1,35 1,40 1,85 10,15 1,45
Sidik Ragam Peubah
Sumber Keragaman Perlakuan Jumlah Ulangan daun 7 Galat hst Total Ket : tn = tidak nyata
Derajat Bebas 6 3 18 27
Jumlah Kuadrat Kuadrat Total 1,02 0,17 0,68 0,23 1,95 0,11 3,65
F Hitung 2,06 tn 1,55 tn
F Tabel 0,05 2,48 2,21
Uji Duncan S_ = KTG = 0,11= 0,17 x
r
SSR.05
Rata-rata Perlakuan G 1,85 a A 1,60 a F 1,40 a C 1,40 a E 1,35 a B 1,35 a D 1,20 a
4
2 2,97
3 3,61
4 4,00
5 4,28
6 4,49
7 4,67
Selisih 0,65 0,40 0,20 0,20 0,15 0,15 -
0,50 0,25 0,05 0,05 0 -
0,50 0,25 0,05 0,05 -
0,45 0,20 0 -
LSR.05 0,45 0,20 -
0,25 -
0,79 0,76 0,72 0,68 0,61 0,50
63
Lampiran 11. Data Jumlah Daun 21 hst Data Panjang Tanaman 21 hst Perlakuan I 11,20 10,60 9,80 11,80 13,00 11,00 10,80 78,2 11,17
A B C D E F G Total Rata - rata
Ulangan II III 9,80 13,20 11,40 10,40 11,60 11,80 11,40 8,80 10,20 11,00 10,60 11,40 11,20 12,40 76,20 79,00 10,89 11,29
IV 10,00 11,80 11,00 10,80 13,20 10,80 13,80 81,40 11,63
Total
Rata - rata
44,20 44,20 44,20 42,80 47,40 43,80 48,20 314,80 44,97
11,05 11,30 11,05 10,70 11,85 11,95 12,05 78,70 11,24
Sidik Ragam Peubah
Sumber Keragaman Perlakuan Jumlah Ulangan daun 21 Galat hst Total Ket : tn = tidak nyata
Derajat Bebas 6 3 18 27
Jumlah Kuadrat Kuadrat Total 19,58 2,60 6,23 2,07 22,55 1,25 48,36
F Hitung 2,08tn 1,66tn
F Tabel 0,05 2,48 2,21
Uji Duncan S_ = KTG = 1,25= 0,56 x
SSR.05
r
4
2 2,97
Rata-rata Perlakuan G 12,05 a F 11,95 a E 11,85 a B 11,30 a A 11,05 a C 11,05 a D 10,70 a
3 3,61
4 4,00
5 4,28
6 4,49
7 4,67
Selisih 1,35 1,25 1,15 0,60 0,35 0,35 -
1,00 0,90 0,80 0,25 0 -
1,00 0,90 0,80 0,25 -
0,75 0,65 0,55 -
LSR.05 0,20 0,10 -
0,10 -
2,62 2,51 2,40 2,24 2,02 1,66
64
Lampiran 12. Data Jumlah Daun 35 hst Data Panjang Tanaman 35 hst
Perlakuan I 22,40 21,20 22,40 21,20 25,60 24,60 22,40 159,80 22,83
A B C D E F G Total Rata - rata
Ulangan Total II III IV 26,00 25,20 23,60 97,20 25,00 25,60 23,40 95,20 24,40 27,00 28,40 102,20 24,40 23,20 26,00 94,80 24,00 28,60 30,40 108,60 28,60 27,80 27,00 108,00 27,80 25,60 25,00 100,80 180,20 183,00 100,80 706,80 25,74 26,14 14,40 100,97
Rata - rata 24,30 23,80 25,55 23,70 27,15 27,00 25,20 176,70 25,24
Sidik Ragam Peubah
Sumber Keragaman Perlakuan Jumlah Ulangan daun 35 Galat hst Total Ket : * = nyata
Derajat Bebas 6 3 18 27
Jumlah Kuadrat Kuadrat Total 48,69 8,12 55,42 18,47 46,48 2,58 150,59
F Hitung 3,12* 7,16*
F Tabel 0,05 2,48 2,21
Uji Duncan S_ = KTG = 2,58= 0,80 x
SSR.05
r
4
2 2,97
Rata-rata Perlakuan E 27,15 b F 27,00 b C 25,55 ab G 25,20 ab A 24,30 a B 23,80 a D 23,70 a
3 3,61
4 4,00
5 4,28
6 4,49
7 4,67
Selisih 3,45 3,30 1,85 1,50 0,60 0,10 -
3,35 3,20 1,75 1,40 0,50 -
2,85 2,70 1,25 0,90 -
1,95 1,80 0,35 -
LSR.05 1,60 1,47 -
0,15 -
3,74 3,59 3,42 3,20 2,89 2,38
65
Lampiran 13. Data Panjang Tanaman 7 hst Data Panjang Tanaman 7 hst Perlakuan A B C D E F G Total Rata - rata
I 4,54 3,96 3,40 5,00 3,64 4,50 4,70 29,74 4,25
Ulangan II III 4,90 5,00 4,40 5,04 4,70 3,84 4,50 3,82 3,60 4,04 4,60 3,60 4,60 4,70 31,30 30,04 4,47 4,29
IV 4,38 5,16 4,14 3,90 4,70 3,16 5,60 31,04 4,34
Total
Rata - rata
18,82 18,56 18,08 17,22 15,98 15,86 19,6 122,12 17,45
4,71 4,64 4,02 4,31 4,00 3,97 4,90 30,53 4,36
Sidik Ragam Peubah
Sumber Keragaman Perlakuan Panjang Ulangan tanaman Galat 7 hst Total Ket : tn = tidak nyata
Derajat Bebas 6 3 18 27
Jumlah Kuadrat Kuadrat Total 3,59 0,60 0,24 0,08 5,69 0,32 9,52
F Hitung 0,25tn 1,87tn
F Tabel 0,05 2,48 2,21
Uji Duncan S_ = KTG = 0,32= 0,28 x
r
SSR.05
Rata-rata Perlakuan 4,90 a G 4,71 a A 4,64 a B 4,31 a D 4,02 a C 4,00 a E 3,97 a F
4
2 2,97
3 3,61
4 4,00
5 4,28
6 4,49
7 4,67
Selisih 0,19 0,74 0,67 0,34 0,05 0,03 -
1,07 0,71 0,64 0,31 0,02 -
0,90 0,69 0,62 0,29 -
LSR.05 0,88 0,40 0,33 -
0,59 0,07 -
0,26 -
1,31 1,26 1,20 1,12 1,01 0,83
66
Lampiran 14. Data Panjang Tanaman 21 hst Data Panjang Tanaman 21 hst Perlakuan I 66,30 52,90 53,50 54,70 82,40 72,10 67,70 448,60 64,09
A B C D E F G Total Rata - rata
Ulangan II III 58,30 90,08 62,00 57,60 53,50 70,00 54,70 47,40 70,10 61,40 80.30 70,90 68,5 69,30 447,40 467,7 63,91 66,81
Total IV 56,40 271,80 72,40 243,90 57,40 234,40 58,00 214,80 90,40 304,30 73,60 296,90 68,50 274,00 476,70 1.840,10 68,10 262,88
Rata - rata 67,95 60,98 58,60 53,70 76,08 74,23 68,50 460,03 65,72
Sidik Ragam Peubah
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Perlakuan 6 Panjang Ulangan 3 tanaman Galat 18 21 hst Total 27 tn * Ket : = tidak nyata dan = nyata
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Total
F Hitung
1.639,81 88,91 2.011,80 3.740,52
273,30 29,64 111,77
0,27 tn 2,45*
F Tabel 0,05 2,48 2,21
Uji Duncan S_ = KTG = 111,77= 5,29 x
r
SSR.05
E F G A B C D
4
2 2,97
Rata-rata Perlakuan 76,08 a 74,23 a 68,50 a 67,95 a 60,98 a 58,60 a 53,70 a
3 3,61
22,38 20,53 14,45 14,25 7,28 4,90 -
4 4,00
17,48 15,63 9,90 8,97 2,38 -
5 6 4,28 4,49 Selisih 16,90 13,25 7,52 6,97 -
7 4,67
8,13 6,28 0,55 -
LSR.05 7,58 5,73 -
1,85 -
24,70 23,75 22,64 21,16 19,10 15,71
67
Lampiran 15. Data Panjang Tanaman 35 hst Data Panjang Tanaman 35 hst Perlakuan I A 175,00 B 143,40 C 158,40 D 177,80 E 182,00 F 187,00 G 206,60 Total 1.230,2 Rata - rata 175,74
Ulangan II III 184,40 186,00 180,00 181,40 187,00 178,00 170,00 169,00 179,00 162,40 177,00 194,00 209,00 186,20 1.269,40 1.275,00 181,34 182,14
Total IV 184,00 186,00 179,00 178,00 205,00 198,00 172,40 1.302,40 186,06
729,40 690,80 702,40 694,80 728,40 756,00 774,20 5.076,00 725,14
Rata rata 182,35 172,70 175,60 173,70 182,10 189,00 193,55 1.269.00 181,29
F Hitung 1,32tn 0,77tn
F Tabel 0,05 2,48 2,21
Sidik Ragam Peubah
Sumber Keragaman Perlakuan Panjang Ulangan tanaman Galat 35 hst Total tn Ket : = tidak nyata
Derajat Bebas 6 3 18 27
Jumlah Kuadrat Kuadrat Total 250,20 250,20 438,24 146,08 3401,05 188,95 5778,77
Uji Duncan S_ = KTG = 188,95 = 6,87 x
SSR.05
r
4
2 2,97
Rata-rata Perlakuan G 193,55 a F 189,00 a A 182,35 a E 182,10 a C 175,60 a D 173,70 a B 172,70 a
3 3,61
4 4,00
5 4,28
6 4,49
7 4,67
Selisih 20,85 16,30 9,65 9,40 2,90 0,30 -
19,85 15,3 8,65 8,40 1,90 -
17,95 13,40 6,50 6,40 -
11,45 6,90 0,25 -
LSR.05 11,20 6,65 -
4,55 -
32,08 30,84 23,40 27,48 24,80 20,40
68
Lampiran 16. Data Bobot Basah Tanaman Data Berat Basah Tanaman Perlakuan I 0,41 0,28 1,44 2,03 1,38 1,47 2,18 9,19 1,31
A B C D E F G Total Rata - rata
Ulangan II III 1,04 0,58 0,68 0,86 0,30 0,64 0,97 0,52 1,56 0,55 1,61 1,20 1,16 1,36 7,23 5,71 1,05 0,82
IV 0,60 1,14 0,94 0,92 0,68 0,96 0,83 6,07 0,87
Total
Rata - rata
2,63 2,96 3,32 4,44 4,17 5,24 5,53 28,29 4,04
0,38 0,74 0,83 1,11 1,04 1,31 1,38 7,07 1,01
Sidik Ragam Peubah
Sumber Keragaman Perlakuan Berat Ulangan Basah Tanaman Galat Total Ket : tn = tidak nyata
Derajat Bebas 6 3 18 27
Jumlah Kuadrat Kuadrat Total 1,88 0,31 1,06 0,35 3,64 0,20 6,58
F Hitung 1,57 tn 1,77 tn
F Tabel 0,05 2,48 2,21
Uji Duncan S_ = KTG = 0,20= 0,22 x
SSR.05
r
4
2 2,97
Rata-rata Perlakuan G 1,38 a F 1,31 a D 1,11 a E 1,04 a C 0,83 a B 0,74 a A 0,38 a
3 3,61
4 4,00
5 4,28
6 4,49
7 4,67
Selisih 1,00 0,93 0,73 0,66 0,45 0,36 -
0,64 0,57 0,37 0,30 0,16 -
0,55 0,48 0,28 0,21 -
LSR.05 0,34 0,27 0,07 -
0,27 0,20 -
0,07 -
1,20 0,99 0,94 0,88 0,79 0,65
69
Lampiran 17. Data Bobot Kering Tanaman Data Berat Kering Tanaman Perlakuan I 0,08 0,06 0,31 0,39 0,26 0,32 0,43 1,58 0,26
A B C D E F G Total Rata - rata
Ulangan II III 0,22 0,13 0,12 0,15 0,06 0,12 0,19 0,14 0,29 0,11 0,30 1,10 0,20 0,22 1,38 1,97 0,20 0,49
IV 0,14 0,22 0,16 0,16 0,13 0,18 0,70 1,69 0,42
Total
Rata - rata
0,57 0,55 0,65 0,88 0,79 1,90 1,55 6,98 0,98
0,14 0,14 0,14 0,22 0,20 0,48 0,39 1,47 0,37
F Hitung 2,67* 2,00tn
F Tabel 0,05 2,48 2,21
Sidik Ragam Peubah
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Total Berat Perlakuan 6 0,47 0,08 kering Ulangan 3 0,17 0,06 tanaman Galat 18 0,60 0,03 Total 27 1,24 Ket : tn = tidak nyata dan * = nyata
Uji Duncan S_ = KTG = 0,03= 0,09 x
SSR.05
r
4
2 2,97
Rata-rata Perlakuan F 0,48 b G 0,39 ab D 0,22 ab E 0,20 a C 0,14 a A 0,14 a B 0,14 a
3 3,61
4 4,00
5 4,28
6 4,49
7 4,67
Selisih 0,34 0,25 0,08 0,06 0 0 -
0,34 0,25 0,08 0,06 0 -
0,34 0,25 0,08 0,06 -
LSR.05 0,28 0,19 0,02 -
0,26 0,17 -
0,09
0,42 0,40 0,39 0,36 0,32 0,27
70
Lampiran 18. Data Lingkar Buah Arah Lonjong Data Lingkar Buah Arah Lonjong Perlakuan I 10,38 10,38 11,63 11,88 11,63 12,25 11,75 79,90 11,41
A B C D E F G Total Rata - rata
Ulangan II III 12,00 9,65 11,50 11,63 11,25 11,13 11,88 11,50 11,38 11,50 11,25 11,00 11,38 11,50 81,64 77,91 11,66 11,13
IV 11,50 11,38 11,25 11,75 11,25 12,00 11,13 80,26 11,74
Total
Rata - rata
43,53 44,89 45,26 47,01 45,76 47,50 45,76 319,71 45,67
10,88 11,22 11,32 11,75 11,44 11,88 11,44 79,92 11,42
Sidik Ragam Peubah
Sumber Keragaman Lingkar Perlakuan Buah Ulangan Galat Total Ket : tn = tidak nyata
Derajat Bebas 6 3 18 27
Jumlah Kuadrat Kuadrat Total 2,63 0,44 1,01 0,34 5,29 0,29 8,66
F Hitung 1,52tn 1,17tn
F Tabel 0,05 2,48 2,21
Uji Duncan S_ = KTG = 0,29= 0,27 x
SSR.05
r
4
2 2,97
Rata-rata Perlakuan F 11,88 a D 11,75 a G 11,44 a E 11,44 a C 11,32 a B 11,22 a A 10,88 a
3 3,61
4 4,00
5 4,28
6 4,49
7 4,67
Selisih 1,01 0,88 0,57 0,57 0,45 0,35 -
0,66 0,53 0,22 0,22 0,10 -
0,56 0,43 0,12 0,12 -
LSR.05 0,44 0,31 0 -
0,44 0,31 -
0,13 -
1,26 1,21 1,16 1,08 0,79 0,80
71
Lampiran 19. Data Panjang Buah Data Panjang Buah Perlakuan I 11,13 10,50 11,63 14,25 11,88 12,88 12,13 84,40 12,06
A B C D E F G Total Rata - rata
Ulangan II III 12,50 9,63 12,25 12,63 11,75 11,50 12,13 12,38 11,13 12,25 12,25 11,38 12,38 12,50 84,89 82,27 12,13 11,75
IV 11,75 12,00 11,88 12,13 13,63 12,50 11,63 84,52 12,07
Total
Rata - rata
45,01 47,38 46,76 50,89 48,39 49,01 48,64 336,08 48,01
11,25 11,85 11,69 12,72 12,10 12,25 12,16 84,02 12,00
Sidik Ragam Peubah
Sumber Keragaman Panjang Perlakuan Buah Ulangan Galat Total Ket : tn = tidak nyata
Derajat Bebas 6 3 18 27
Jumlah Kuadrat Kuadrat Total 5,20 0,87 0,60 0,20 11,93 0,66 17,73
F Hitung 1,31 tn 0,30tn
F Tabel 0,05 2,48 2,21
Uji Duncan S_ = KTG = 0,66= 0,41 x
SSR.05
r
4
2 3 2,97 3,61
Rata-rata Perlakuan D 12,72 a F 12,25 a G 12,16 a E 12,10 a B 11,85 a C 11,69 a A 11,25 a
4 4,00
5 4,28
6 4,49
7 4,67
Selisih 1,48 1,00 0,91 0,85 0,60 0,44 -
1,03 0,59 0,47 0,41 0,16 -
0,87 0,40 0,31 0,25 -
0,62 0,15 0,06 -
LSR.05 0,56 0,09 -
0,47 -
1,91 1,84 1,75 1,64 1,48 1,22
72
Lampiran 20. Data Bobot Buah per Tanaman Data Berat Buah Pertanaman Perlakuan I 2,40 1,60 2,36 2,50 2,40 2,66 2,46 16,38 2,34
A B C D E F G Total Rata - rata
Ulangan II III 2,46 1,40 2,40 2,40 2,30 2,14 2,70 2,40 2,20 2,36 2,80 2,06 2,40 2,66 17,26 15,42 2,47 2,20
IV 2,30 2,40 2,32 2,60 2,46 2,36 2,26 16,70 2,39
Total
Rata - rata
8,56 8,80 9,12 10,20 9,42 9,88 9,78 65,76 9,39
2,14 2,20 2,24 2,56 2,36 2,48 2,44 16,44 2,34
Sidik Ragam Peubah
Sumber Derajat Keragaman Bebas Berat Perlakuan 6 Buah per Ulangan 3 Tanaman Galat 18 Total 27 Ket : tn = tidak nyata dan *= nyata
Jumlah Kuadrat Kuadrat Total 154,98 25,83 154,69 51,56 306,96 10,96 616,61
F Hitung 2,36 4,70
F Tabel 0,05 2,48 2,21
Uji Duncan S_ = KTG = 10,96= 1,66 x
SSR.05
r
4
2 2,97
Rata-rata Perlakuan D 2,56 a F 2,48 a G 2,44 a E 2,36 a C 2,24 a B 2,20 a A 2,14 a
3 3,61
1,64 1,32 1,22 0,86 0,56 0,20 -
4 4,00
1,40 1,08 0,98 0,62 0,32 -
5 6 4,28 4,49 Selisih 1,08 0,76 0,66 0,30 -
0,78 0,46 0,36 -
7 4,67 LSR.05 0,44 0,10 -
0,32
7,75 7,45 7,10 6,64 5,99 4,93
73
Lampiran 21. Data Bobot Buah per Plot Data Berat Buah Perlakuan I 12,00 8,00 11,80 12,50 12,00 13,30 12,30 81,90 11,70
A B C D E F G Total Rata - rata
Ulangan II III 12,30 7,00 12,00 12,00 11,50 10,70 13,50 12,00 11,00 11,80 14,00 10,30 12,00 13,30 86,30 77,10 12,30 11,00
IV 11,50 12,00 11,60 13,00 12,30 11,80 11,30 83,50 11,90
Total
Rata - rata
42,80 44,00 45,60 51,00 47,10 49,40 48,90 328,80 82,20
10,70 11,00 11,40 12,75 11,78 12,35 12,23 82,21 11,7
Sidik Ragam Peubah
Sumber Keragaman Berat Perlakuan Buah Ulangan per Plot Galat Total Ket : tn = tidak nyata
Derajat Bebas 6 3 18 27
Jumlah Kuadrat Kuadrat Total 0,14 0,23 0,66 0,22 2,20 0,12 1
F Hitung 1,92tn 1,83tn
F Tabel 0,05 2,48 2,21
Uji Duncan S_ = KTG = 0,02= 0,07 x
SSR.05
r
4
2 2,97
Rata-rata Perlakuan D 12,80 a F 12,40 a G 12,20 a E 11,80 a C 11,40 a B 11,00 a A 10,70 a
3 3,61
0,21 0,17 0,15 0,11 0,07 0,03 -
4 4,00
0,18 0,14 0,12 0,08 0,04 -
5 6 4,28 4,49 Selisih 0,14 0,10 0,08 0,04 -
0,10 0,06 0,04 -
7 4,67 LSR.05 0,06 0,02 -
0,04
0,33 0,31 0,30 0,28 0,25 0,21
74
Lampiran 22. Data Kadar Gula Buah Melon Data Kadar Gula Buah Melon Perlakuan I 8,50 9,50 8,25 8,50 8,50 8,50 8,00 59,75 8,54
A B C D E F G Total Rata - rata
Ulangan II III 7,25 7,00 6,00 8,50 7,75 9,00 8,00 6,50 7,50 9,50 8,75 9,50 7,50 9,50 52,75 59,50 7,54 8,50
Sidik Ragam Peubah Sumber Derajat Keragaman Bebas Kadar Perlakuan 6 Gula Ulangan 3 Buah Galat 18 Melon Total 27 tn * Ket : = tidak nyata dan = nyata
IV 6,50 7,50 7,00 8,00 6,50 7,00 6,75 49,25 7,04
Jumlah Kuadrat Kuadrat Total 2,71 0,45 11,51 3,83 14,09 0,78 28,31
Total
Rata - rata
29,25 31,50 32,00 31,00 32,00 33,75 31,75 221,25 31,61
7,31 7,88 8,00 7,75 8,00 8,44 7,94 55,31 7,90
F Hitung 0,58tn 4,91*
F Tabel 0,05 2,48 2,21
Uji Duncan S_ = KTG = 0,78= 0,44 x
SSR.05
r
4
2 2,97
Rata-rata Perlakuan F 8,44 a E 8,00 a C 8,00 a G 7,94 a B 7,88 a D 7,75 a A 7,31 a
3 3,61
4 4,00
5 4,28
6 4,49
7 4,67
Selisih 1,12 0,69 0,69 0,63 0,57 0,44 -
0,69 0,25 0,25 0,19 0,13 -
0,56 0,12 0,12 0,06 -
0,50 0,06 0,06 -
LSR.05 0,44 0 -
0,44 -
2,05 1,98 1,88 1,76 1,59 1,31
75
Lampiran 23. Kegiatan Selama Penelitian
Pengambilan sampel tanah
Pengolahan lahan
Pemasangan mulsa
Pembuatan bokashi
Perendaman benih
Pembenihan pada sungkup
Penanaman di lahan
Pemasangan ajir
Pengikatan tanaman
Gantung buah
Pengamatan diameter batang
Pengamatan panjang tanaman
Panen
Pengamatan bobot buah
Pengamatan Lingkar buah
Pengamatan kadar gula
76
Lampiran 24. Hama dan Penyakit Yang Menyerang Tanaman Melon 1. Hama Yang Menyerang Tanaman Melon
Oteng oteng
Ulat tanah
Ulat daun
Belalang coklat
Kutu hijau
Kutu hitam
Belalang hijau
2. Penyakit Yang Menyerang Tanaman Melon
Layu bakteri
Dumping off / rebah semai
Karat pada daun
Patogen pada buah
3. Gulma Yang Menyerang Tanaman Melon
Mimosa sp
Euforbia hirata
Axonopus compresus
Leersia hexandra
Ageratum conyzoides
Phyllantus amarus
Eulalia amaura
Leucaenia glausa