BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan media, audio visual bisa dikatakan sangat ampuh
menyampaikan suatu pesan terhadap khalayak banyak dari pada media-media yang lain. Komunikasi yang efektif sangat diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film. Film adalah gambar hidup atau sering disebut movie. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan juga bisnis. Film dihasilkan dari benda dengan kamera dan atau oleh animasi. Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar. Film merupakan perkembangan dari berbagai teknologi, diantaranya teknologi fotografi dan rekaman suara. Film merupakan media komunikasi massa, bukan hanya untuk hiburan tetapi juga untuk pendidikan dan penerangan. Film memiliki kebebasan dalam menyampaikan sebuah pesan atau informasi. Sebagai objek seni, film dalam prosesnya berkembang menjadi salah satu bagian dari kehidupan sosial, yang tentunya memiliki pengaruh yang signifikan pada masyarakat sebagai penonton. Baik buruknya sebuah film adalah subjektif. 1 Bagi para sineas dan film maker diharapkan memahami konsumsi yang dibutuhkan masyarakat. Masyarakat memiliki hak untuk menentukan film itu baik atau buruk, senang atau tidak senang. Para pekerja media pada hakikatnya adalah mengkontruksi 1
realitas.
Isi
media
adalah
hasil
Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. 2009. Jakarta. hal.138
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
para
pekerja
media
2
mengkontruksikan berbagai realitas yang dipilihnya. Sejauh ini pendekatan analisis kepada studi film dianggap sebagai pendekatan yang memadai. Upaya itu akan memberi pengertian yang akan memperdalam apresiasi kita. Jika kita semakin bisa menyerap dan melihat lebih mendalam kepada sebuah film, tingkattingkat baru pengalaman emosional akan muncul. 2 Film juga dapat diartikan sebagai sarana komunikasi massa yang digunakan untuk memberikan informasi, menghibur, menyajikan cerita, peristiwa, sejarah, musik, komedi, drama dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum. Informasi yang di berikan oleh apa yang Nampak jauh lebih efektif, namun isinya cenderung kurang mendidik, malah terkesan memberikan contoh budaya dan kebiasaan yang bertentangan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Film apapun hakekatnya yang memiliki nilai-nilai kebaikan, walaupun sajiannya kadang tidak transparan. Pada akhirnya penonton mengetahui bahwa film pada prinsipnya memiliki fungsi ganda, yaitu sebagi tuntunan dan tontonan. Sebagai tuntunan artinya film di tuntut untuk mendidik, Sebagai hiburan, film memiliki fungsi sosial sekaligus membawa informasi dan sanggup mempengaruhi sikap, nilai, selera, kesadaran manusia mengenai diri dan pengertian, serta lingkungan kehidupannya. Film yang baik adalah film yang diniatkan untuk menyampaikan pesanpesan lewat cerita-cerita yang diambil dari cerita kehidupan nyata. Selain itu, film juga mampu membuat dan kita memahami pandangan dunia dari peradaban lain, 2
Alex Sobur. Analisis Teks Media: Analisis Wacana, Analisis Semiotika Dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004. hal.88
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
atau kehidupan dan problematika kemanusiaan. Film bisa membuat kita mengetahui budaya negara lain. Film juga bisa menjadi refleksi atas kenyataan. Banyak teori menyatakan bahwa film menjadi cerminan seluruh atau sebagian masyarakatnya. Seorang pakar teori film, Sigfried Kracauer mengatakan bahwa film suatu bangsa mencerminkan mentalitas bangsa itu lebih dari yang tercermin lewat media artistik lainnya.3 Kemerdekaan membawa seribu satu makna untuk setiap insan manusia. Ada yang mengartikan hal tersebut sebagai berakhirnya episode penjajahan dan penghinaan suatu bangsa atas bangsa lain, ada juga yang mengartikannya sebagai saat pembebasan dari belenggu kebebasan. Bagi mereka yang rendah dalam semangat dan pengetahuan, kemerdekaan hanyalah sebagian dari sejarah suatu bangsa, yang karenanya tidak ada yang istimewa. Itulah gambaran umum yang kebanyakan dari orang yang belum bisa memahami lebih dalam akan arti kemerdekaan. Namun, bagi mereka yang terlibat secara langsung dalam perjuangan mewujudkannya, maka kemerdekaan menyiratkan makna yang lebih besar. Bagi mereka kemerdekaan adalah suatu hasil pengorbanan dan sekaligus anugerah untuk bangsa. Demi meraih kemerdekaan, nyawa dipertaruhkan, keluarga, dan harta bendapun ditinggalkan. 4 Segenap daya upaya dilakukan guna menuju sebuah gerbang kebebasan bernegara “merdeka”. Ikthiar tersebut telah terlihat sejak zaman kerajaan hingga
3
Sigfried Kracauer. From Caligari to Hitler : A Psychological History of the German Film, New Jersey, Princeton University Press. 2004. hal.6 4 G. Moedjanto. Indonesia Abad ke 20 dari Kebangkitan Nasional Sampai Linggarjati. Jogjakarta : Kanisius. 2009. hal.27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
ke pergerakan nasional modern yang ditandai dengan lahirnya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Setelah melewati perjuangan yang pantang menyerah, akhirnya Indonesia dapat merasakan alam dan menghirup udara kemerdekaan. Indonesia secara resmi memproklamirkan diri sebagai negara yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, bertempat di kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56.5 Setelah melewati kurun waktu yang panjang dan penuh kesengsaraan selama hampir 350 tahun dalam penindasan penjajah Belanda dan 3,5 tahun oleh Jepang, akhirnya bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan melalui dua tokoh, yakni Ir. Soekarno dan M. Hatta. Kemerdekaan yang tidak diperoleh sebagai hadiah akan tetapi melalui proses perjuangan yang panjang. Semangat rela berkorban dan cinta tanah air baik harta benda bahkan nyawa berkobar dengan kuatnya demi tercapainya sebuah kemerdekaan. Menurut Andrew Bernstein, sosok pahlawan adalah individu yang diangkat atau didukung oleh nilai-nilai moral yang tinggi dan kemampuan superior, dalam mencapai tujuannya berhadapan dengan musuh yang sangat kuat. Tingkatan moral mulia yang dimiliki oleh seorang pahlawan menjadi hal yang sangat penting untuk dasar dari konsep kepahlawanan. Menurut Bernstein, sosok pahlawan dihargai karena dia berdiri melakukan perlawanan terhadap apapun yang bertentangan dengan nilai-nilai yang diyakininya. 6
5
Ibid., 89 Andrew Bernstein. Mentzer-Sherkey Enterprises, Inc. 2004. Site by FX Media, Inc. www.fxmedia.com, diunduh pada 28 Desember 2013, pukul 17.15
6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Nilai terdiri dari dua macam, yaitu nilai dasar dan nilai instrumental.7 Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai instrumental. Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional. Artinya kita belum dapat menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan UUD 1945 sendiri menunjuk adanya undang-undang sebagai pelaksanaan hukum dasar tertulis itu. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran lebih lanjut. Penjabaran itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu kemudian dinamakan Nilai Instrumental. Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama dan dalam batasbatasyang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya.
7
http://uzey.blogspot.com/2009/09/pengertian-nilai.html, diunduh pada 28 Desember 2013, pukul 18.25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
Kepahlawanan seperti yang didefinisikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai perihal sifat pahlawan seperti keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban, kesatriaan. Melalui definisi tersebut, dapat dipahami bahwa kepahlawanan merupakan sebagian anggota dari nilai, karena kepahlawanan merupakan sebuah nilai atau sifat yang diperlukan manusia. Film merah putih ditayangkan pada tahun 2009 di saat film-film Indonesia bertemakan tentang cinta, horor, dan film-film yang berbau pornografi. Film Merah Putih bagian pertama dari Trilogi Kemerdekaan, adalah film produksi bersama PT Media Desa Indonesia, yang dimiliki oleh Hashim Djojohadikusumo, dan perusahaan film internasional Margate House, Ltd., dimiliki oleh Rob Allyn dan Jeremy Stewart. Berlatar sejarah otentik perjuangan Indonesia untuk kemerdekaan pada tahun 1947 ketika terjadi Agresi Militer Belanda pimpinan Van Mook yang menyerang jantung kaum republik di Jawa. Film Merah Putih mengisahkan di seluruh kepulauan Indonesia, sebuah saga (cerita rakyat berdasar sejarah yang bercampur fantasi masyarakat) tentang perjuangan pribadi, pertumpahan darah, cinta, benci dan perang sipil yang terkait dengan isu-isu sensitif soal moral pada masa itu. Film ini juga mengisahkan tentang konflik dan persatuan, agama dan moralitas, keberanian sejati dan tantangan sikap moral di antara kejahatan. Film Merah Putih memiliki unsur drama, aksi, roman, komedi dan tragedi. Film ini merupakan kisah tentang persatuan yang telah berhasil memenangkan kemerdekaan. Ceritanya sendiri mengambil setting masa revolusi fisik paska 1945. Walaupun ber-setting masa revolusi fisik, film garapannya itu murni fiksi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
Dalam film ini diceritakan tentang lima perjuangan yang mengikuti latihan militer di sebuah kota di Jawa Tengah. Mereka, Amir (diperankan Lukman Sardi), Thomas (Donny Alamsyah), Dayan (Teuku Rifnu Wikana), Soerono (Zumi Zola) dan Marius (Darius Sinathrya), masing-masing punya latar belakang, suku dan agama yang berbeda. Suatu ketika, tempat dimana mereka berlatih diserang tentara Belanda. Seluruh pejuang dibunuh termasuk Soerono kecuali Amir, Tomas, Dayan dan Marius masih hidup. Mereka yang berhasil lolos bergabung dalam pasukan gerilya Soedirman di pedalaman Jawa.8 Film ini disutradarai oleh Yadi Sugandi, salah satu pembuat film dan penata gambar terbaik Indonesia yang telah menggarap Laskar Pelangi (2008), Under The Tree (2008), Tiga Hari Untuk Selamanya (2007) dan The Photograph (2007). Film ini menampilkan bintang-bintang muda Indonesia. Pertama Lukman Sardi pernah berakting dalam film Laskar Pelangi (2008), Kawin Kontrak (2008), Quickie Express (2007), 9 Naga (2006), Gie (2005). Kedua adalah Donny Alamsyah pernah berakting dalam film Fiksi (2008), 9 Naga (2006), Gie (2005). Ketiga yaitu Darius Sinathrya pernah berakting dalam film Ungu Violet (2005), D’Bijis (2007), Naga Bonar Jadi 2 (2007), Love (2008). Keempat ialah Zumi Zola pernah berakting dalam film Kawin Laris(2009). Kelima adalah T. Rifnu Wikana pernah berakting dalam film Kado Hari Jadi (2008), Laskar Pelangi (2008). Film ini juga dibintangi Astri Nurdin dan memperkenalkan aktris yang sekolah akting di London dan Hollywood, Rahayu Saraswati. Melalui film ini, Yadi Sugandi dalam behind the scene Merah Putih, ingin mengajak penonton
8
http://www.merahputihthefilm.com, diunduh pada tanggal 29 Desember 2013, pukul 19.24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
untuk melihat dan merenungkan kembali nilai-nilai luhur yang pernah diajarkan oleh para pejuang kemerdekaan. Film Merah Putih adalah kisah tentang persatuan yang telah membuat kita berhasil mempertahankan kemerdekaan dan mencoba menelusuri kembali jejak tragedi, roman, humor, serta petualangan para gerilyawan yang berasal dari kelas, etnis dan agama yang berbeda namun bersatu untuk kemerdekaan Indonesia.9 Film ini cukup menarik karena produksi juga melibatkan beberapa ahli dari mancanegara, karena tidak semua film di Indonesia atau bahkan belum ada yang bekerjasama dengan para sineas dari Hollywood yang sudah tidak diragukan lagi keahliannya melalui film-film yang laris di pasaran. Para ahli dari mancanegara yang terdiri atas ahli efek khusus dan veteran perfilman Hollywood yakni Koordinator efek khusus dari Inggris, Adam Howarth dalam film Saving Private Ryan (1998), Blackhawk Down (2001), Koordinator pemeran pengganti Rocky McDonald dalam film Mission Impossible II (2000), The Quiet American (2002). Make-up dan visual effects oleh Rob Trenton dalam film The Dark Knight (2008), Konsultan ahli persenjataan adalah John Bowring dalam film Crocodile Dundee II (1988), The Matrix (1999), The Thin Red Line (1998), Australia (2008), X-Men Origins: Wolverine (2009) dan Asisten Sutradara adalah Mark Knight dalam film December Boys (2007), Beautiful. Melihat film-film patriotisme berlatar sejarah Indonesia yang lain sebelum film Merah Putih ini dalam masa Orde Baru, seperti film G 30 S PKI
9
Ibid.,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
(1965), Wolter Monginsidi (1983), Janur Kuning (1979), dan Serangan Fajar (1981). Dalam film-film tersebut ada ideologi heroisme yaitu mengherokan seseorang, dalam hal ini adalah Soeharto. Film-film tersebut adalah pengaruh dari kekuasaan Soeharto pada waktu itu. Film sejarah boleh difilmkan dengan pengawasan ketat pemerintah. Film sejarah dijadikan kedok Soeharto untuk memikat masyarakat banyak supaya Soeharto mendapat pandangan lebih baik. Tetapi alasan kuat dari pemerintah (Badan Sensor Film) adalah untuk merepresentasikan
bangsa
Indonesia
terlihat
lebih
maju
dengan
tidak
merepresentasikan prajurit-prajurit kecil yang menjadi pahlawan sehingga bisa mengerdilkan peran militer. Terbukti dalam film Janur Kuning, dalam skenario beberapa saat melancarkan Serangan Umum Soeharto bertemu dengan Sultan, namun dalam ceriteranya Soeharto bertemu Sultan sesudah serangan. Penyusunan peristiwa dalam film ini menyingkirkan klaim Sultan bahwa dirinya mengambil inisiatif strategi politik untuk merencanakan serangan tersebut (Sen, 2009:160). Di dalam film itu juga terjadi pembohongan sejarah. Misalnya yang terjadi adalah film G 30 S PKI. Pembohongan sejarah tidak hanya terjadi di perfilman Indonesia, di Amerika pun demikian halnya, sebagai contoh film Rambo dan Pearl Harbour. Nilai-nilai kepahlawanan dulu sering digambarkan tentang militerisme, keberhasilan Panglima, Kolonel atau Jendral sebagai pemimpin dalam merebut atau mempertahankan kemerdekaan. Kelompok sipil tidak pernah memegang peranan yang penting. Dengan demikian peneliti mengambil tema representasi pemahaman nilai-nilai kepahlawanan dalam film Merah Putih sebagai objek
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
penelitian, karena film yang bertemakan sejarah Indonesia ini diproduksi dan dikonsumsi dalam masa Reformasi, Film ini mendapat Official Selection dalam Program Festival Internasional di Bangkok, selain itu penghargaan lain adalah Film Terbaik dalam Internatioanl Film Festival di Bali dan film ini juga menjadi film Indonesia terlaris pada minggu pertama launching. Dalam setiap adegan pada film ini diyakini oleh penulis banyak terdapat tanda-tanda atau simbol yang menggambarkan patriotisme baik melalui tokoh maupun suasana yang dibangun dalam film tersebut. Simbol-simbol patriotisme yang terdapat dalam film ini bisa dalam bentuk tanda, bahasa, isyarat, maupun gambar adegan-adegan yang ada dalam film. Dalam penelitian komunikasi, tradisi semiotika mengurai praktek pertandaan yang mengontruksi realitas sebagaimana direpresentasikan oleh bahasa maupun fenomena sosial yang disetarakan dengan bahasa. Perspektif semiotika berupaya untuk menjelajahi makna-makna yang tersembunyi yang ada di balik setiap tindakan komunikasi. Tidak dipersoalkan benar bagaimana pertalian dari unsur-unsur komunikasi, melainkan justru pada makna laten yang tersembunyi di balik pesan itu sendiri. 10 Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan ”tanda (sign)”. Dengan demikian semiotik mempelajari hakikat tentang
10
Sunarto et al. Mix Methodology dalam Penelitian Komunikasi. Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM). 2011. hal.231
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
keberadaan suatu tanda.11 Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya sehingga banyak hal yang dapat dikomunikasikan. Bahasa, dalam perspektif semiotika, hanyalah salah satu sistem tanda-tanda12. Charles Sanders Peirce merupakan seorang filsuf dan ahli logika, Amerika. Dia berkehendak untuk menyelidiki apa dan bagaimana proses bernalar manusia. Teori tentang tanda dilandasi oleh tujuan besar ini sehingga tidak mengherankan jika semiotika tidak lain merupakan sinonim bagi logika. Peirce dalam semiotika, mengemukakan teori semiosis adalah proses menanda. Maka, teori semiosis berupa semiosis triadik Peirce digunakan dalam menganalisis suatu tanda.13 Peirce melihat tanda sebagai suatu proses kognitif yang berasal dari apa
yang
ditangkap
oleh panca indra.
Fungsi
esensial
sebuah tanda
menurutnya adalah membuat sesuatu efisien, baik dalam komunikasi kita dengan orang lain, maupun dalam pemikiran dan pemahaman kita tentang dunia. 14 Dalam teorinya, “sesuatu” yang pertama yang “konkret”, adalah suatu perwakilan yang disebut representamen (atau ground), sedangkan “sesuatu” yang ada di dalam kognisi disebut object. Proses hubungan dari representamen ke
11
Alex Sobur. Analisis Teks Media – Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001. hal. 87 Kris Budiman. Ikonisitas: Semiotika Sastra Dan Seni Visual. Yogyakarta: Buku Baik, 2005. hal.34 13 Ibid., hal. 11 14 http://www.repository.upi.edu/operator/upload/s_ind_033863_chapter2.pd, diunduh pada 22 Januari 2014, Pukul 17 : 22 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
object disebut semiosis (semeion, Yun. ‘tanda’). Dalam pemaknaan suatu tanda, proses semiosis ini belum lengkap karena kemudian ada satu proses lagi
yang merupakan lanjutan yang disebut interpretant (proses penafsiran)
(Hoed, 2005: 2). Representasi adalah sebuah cara dimana memaknai apa yang diberikan pada benda yang digambarkan. Representasi nilai-nilai kepahlawanan dalam Film Merah Putih dapat dilihat dari film yang berdurasi 125 menit ini. Di mana, film tersebut merepresentasikan berbagai nilai kepahlawanan. Warna memegang peranan penting dalam sebuah film, yakni untuk mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari film tersebut. Warna juga mempunyai fungsi untuk memperkuat aspek identitas. Ada dua macam jenis komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi berupa kata-kata atau bahasa. Seiring perkembangannya, komunikasi verbal menjadi komunikasi yang sering dilakukan manusia. Namun demikian, tidak semua hal dapat dikomunikasikan dengan hanya menggunakan bahasa verbal. Di sinilah diperlukan komunikasi nonverbal yang merupakan komunikasi berupa lambang atau symbol. Beberapa contoh komunikasi verbal, adalah melakukan percakapan secara langsung bertatap muka; mendengarkan berita atau cerita, baik secara langsung ataupun melalui media; melakukan panggilan lewat telepon; interaksi guru atau dosen dengan murid atau mahasiswa saat mengajar dan aktivitas jual beli, antara penjual dan pembeli. Adapun contoh komunikasi nonverbal adalah : bahasa tubuh, seperti bersalaman, sentuhan, anggukan kepala; ekspresi wajah, seperti senyum,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
tertawa, mengkerut; simbol-simbol atau lambang-lambang, seperti pakaian seragam yang menunjukkan identitas si pemakai. Bahasa tubuh adalah salah satu bentuk komuniksai non verbal. Biasanya isyarat non verbal ini lebih jujur
daripada kata-kata yang keluar dari mulut
manusia. Oleh karena itulah, kemampuan menginterpretasikan bahasa tubuh menjadi bekal penting untuk kita kuasa, baik dalam hubungan relasi personal maupun bisnis.15 Sebuah karya audio visual dalam format apapun, selalu direncanakan dari berbagai macam aspek agar segala apa yang diciptakan dapat menggiring penonton atau pemirsa ke arah penghayatan terhadap rangkaian gambar-gambar dalam dinamisasi frame, dimana pada akhirnya nanti pemirsa melalui proses imajinasi alam pikiranya itu dapat merasakan arti ketegangan, kegembiraan, ketakutan, kesedihan, keharuan, dibalik alur cerita yang ditontonnya. Dari banyaknya aspek perencanaan itu, salah satu kunci utama daya tarik dalam karya audio visual entah itu format film, sinetron, video clip, konser musik atau format apapun juga namanya, adalah dari aspek pengambilan gambar meskipun tanpa menyepelekan aspek ceritanya. Ada sebuah istilah yang sering kita dengar dan mungkin para pembaca sudah pernah mendengarnya, yaitu dengan kata “Sebuah Gambar lebih banyak bercerita dari pada Seribu Bahasa”. Pernyataan ini lebih menegaskan pada aspek visualisasinya bahwa sebuah gambar lebih banyak menceritakan atau mengilustrasikan suatu peristiwa dari pada harus menceritakan
15
http://www.anneahira.com/bahasa-tubuh-5935.htm, diunduh pada 23 Januari 2014, pukul 19 : 45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
dengan seribu kata-kata ataupun kalimat. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa gambarlah yang akan menggiring persepsi pemirsa terhadap tersajinya suatu realita imajinasi dalam alur cerita film ataupun suguhan program acara dari salah satu stasiun televisi.16 Dalam penerapan di lapangan, pengambilan gambar dalam karya audio visual sering disebut dengan istlah Teknik Kamera Elektronik atau dengan menyingkatnya kata yang lebih sederhana dengan sebutan Teknik Kamera. Dalam membahas Teknik Kamera Elektronik terdapat 4 komponen yang terkait diantaranya Camera Angle, Type of Shot, Type of Character dan Moving Camera. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan mengenai aspek nasionalisme dilihat dari analisis semiotika dalam film Merah Putih, dan judul yang diambil dalam penelitian ini adalah : Representasi Nilai-nilai Kepahlawanan Dalam Film Merah Putih (Analisis Semiotika Peirce).
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut yang menjadi
pokok masalah skripsi ini adalah bagaimana representasi nilai-nilai kepahlawanan dalam Film Merah Putih?
16
http://teguh212.blog.esaunggul.ac.id/2012/03/15/teknik-kamera-elektronik-1/diunduh 23 Januari 2014, pukul 19 : 55
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pada
15
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian
ini
memiliki
beberapa
tujuan
yakni:
untuk
mengidentifikasikan dan mendeskripsikan analisis semiotika terhadap representasi nilai-nilai kepahlawanan dalam Film Merah Putih.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1.4.1 Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan dalam bidang kebahasaan mengenai kajian analisis semiotik dalam sebuah film Merah Putih. Selain itu juga penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pengetahuan yang lebih luas, khususnya mengenai penelitian mengenai representasi nilai-nilai kepahlawanan dalam analisis semiotik.
1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan yang berarti dalam pemahaman mengenai analisis semiotika terhadap pemahaman nilai-nilai kepahlawanan dalam sebuah film yaitu Film Merah Putih.
http://digilib.mercubuana.ac.id/