BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau biasa disingkat UMKM memiliki peran yang penting dan strategis serta bisa dibilang cukup dominan jika dibandingkan dengan usaha besar. Data BPS dan Kantor Staf Presiden pada tahun 2015 menunjukan bahwa UMKM memiliki kontribusi sebesar 58,92% terhadap PDB Indonesia dan mampu menyerap 97,30% dari total tenaga kerja yang ada di Indonesia. Jumlah UMKM yang ada di Indonesia pun telah mencapai 57,9 juta unit/pelaku dari berbagai sektor. Angka tersebut selalu naik dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk lebih mengembangkan dan memberi pengarahan kepada pelaku UMKM agar lebih maju baik dari segi pengelolaan, produksi, pelayanan, ketertiban, dan dari segi penyusunan informasi keuangannya masing-masing. Tentunya dengan semakin majunya UMKM maka akan semakin percaya diri dalam persaingan ekonomi baik lokal maupun internasional mengingat Indonesia adalah bagian dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Karena di saat semakin berkembang pesatnya UMKM dan semakin luasnya pasar, beberapa UMKM justru gulung tikar dikarenakan ada beberapa kendala yang dihadapi.
1
Salah satu kendala yang paling sering dihadapi oleh para pelaku bisnis UMKM adalah masalah penyusunan laporan keuangan. Hal ini bisa dimaklumi karena tidak semua pelaku bisnis UMKM memiliki latar belakang akuntansi. Sedangkan jika harus mempekerjakan seorang akuntan masih belum memungkinkan secara finansial, apalagi harus membuat laporan keuangan sendiri. Alhasil pembukuan yang dilakukan pun berantakan dan tidak jelas, atau malah tidak melakukan pembukuan sama sekali. Pada akhirnya usaha mereka sulit berkembang atau malah bangkrut karena kegiatan bisnis mereka tidak ditopang dengan infromasi keuangan mereka yang jelas. Kebanyakan UMKM berbentuk home industry atau manufaktur. Manufaktur adalah kegiatan produksi dengan mengolah bahan mentah (bahan baku) menjadi barang jadi yang siap dijual. Pada umumnya, hal yang sulit teridentifikasi dalam kegiatan produksi adalah alokasi biaya yang digunakan selama proses produksi dalam suatu periode. Biaya-biaya yang digunakan dalam proses produksi ini dinamakan Biaya Produksi atau biasa disebut Harga Pokok Produksi (HPP). Biaya Produksi terdiri dari 3 komponen utama, yaitu (1) Biaya Bahan Baku (BBB), (2) Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL), dan (3) Biaya Overhead Pabrik (BOP). Untuk memperoleh informasi biaya produksi tersebut dibutuhkan pengolahan data sesuai teori serta prinsip akuntansi. Sehingga dapat juga digunakan dalam perhitungan dan penentuan Harga Pokok Produksi (HPP) yang tepat dan akurat.
2
Penentuan Harga Pokok Produksi menjadi hal yang sangat penting karena informasi biaya sangat dibutuhkan oleh manajemen untuk pengelolaan alokasi berbagai sumber ekonomi untuk menjamin dihasilkannya output yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai input yang dikorbankan. Sehingga dapat menjadi hal yang menentukan pendapatan para pelaku UMKM karena berkaitan dengan laba yang akan diperoleh perusahaan. Komponen pembentukan laba adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Sedangkan biaya adalah pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi atau menghasilkan suatu barang dan jasa (Mulyadi, 1992). Dalam penentuan besarnya biaya yang dikeluarkan harus tepat sehingga biaya yang ada dalam proses produksi dapat menunjukan harga pokok yang sesungguhnya. Penentuan metode harga pokok produksi pun harus sesuai dengan prosedur yang ada. Karena informasi harga pokok produksi berguna untuk penentuan harga jual produk serta penentuan harga pokok persediaan produk jadi, produk dalam proses, dan bahan baku yang digunakan yang akan disajikan dalam neraca. Harga jual yang terlalu tinggi akan menjadikan produk kurang bersaing di pasaran, sementara harga jual yang terlalu rendah tidak memberikan keuntungan bagi pemiliki usaha. Kesalahan dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi disebabkan oleh tidak detail atau kurang terincinya dalam menghitung biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Salah satu komponen biaya 3
produksi yang seringkali tidak terinci adalah Biaya Overhead Pabrik (BOP). Hal ini disebabkan karena banyaknya komponen yang membentuk BOP dan ada beberapa diantaranya yang tidak terlihat secara langsung dalam proses produksi. Hal inilah yang seringkali membuat BOP diabaikan atau tidak dimasukan ke dalam perhitungan harga pokok produksi oleh perusahaan manufaktur termasuk juga UMKM yang bergerak di bidang manufaktur. Pabrik Tahu Pak Man merupakan salah satu UMKM yang bergerak dalam produksi tahu di wilayah Kabupaten Bantul Yogyakarta. Produk yang dihasilkan dari pabrik ini di antaranya adalah tahu putih, tahu kuning, tahu magel, dan tahu pong yang diproduksi secara massa setiap hari. Berbagai jenis tahu tersebut dijual kepada para bakul maupun industri rumah tangga lain yang ada di daerah Sleman, Bantul, dan Kota Jogja terutama di Pasar Kolombo dan Pasar Gowok. Sebagai produsen tahu yang cukup besar dan sedang berkembang, sudah seharusnya Pabrik Tahu Pak Man memperhatikan kondisi keuangan usahanya dan juga melakukan perhitungan ulang dalam penentuan harga pokok produk yang di produksinya. Pabrik Tahu Pak Man memiliki omzet cukup besar yaitu mencapai lebih dari Rp150.000.000,00/bulan atau sekitar Rp2.000.000.000,00/tahun. Angka tersebut cukup besar sehingga pengelolaan keuangan dan informasi biaya produksi sudah sangat penting untuk keberlangsungan usahanya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM, kriteria UMKM adalah sebagai berikut:
4
Tabel 1. Kriteria UMKM Kekayaan Bersih Hasil Penjualan Tahunan (Rupiah)* (Rupiah) Usaha Mikro Sampai dengan 50.000.000 Sampai dengan 300.000.000 Usaha Kecil 50.000.000-500.000.000 300.000.000-2.500.000.000 Usaha Menengah 500.000.000-10.000.000.000 2.500.000.000-50.000.000.000 Sumber: Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM Pelaku Usaha
Keterangan:
*)
Hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha dengan total nilai kewajiban, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Jika dilihat dari tabel di atas, Pabrik Tahu Pak Man termasuk dalam Usaha kecil dengan omzet rata-rata per tahun ± Rp2.000.000.000,00. Namun belum dilakukan pembukuan apapun dalam kegiatan usahanya. Pada perhitungan dan penentuan biaya produksinya pun belum melakukan pengendalian yang tepat, karena ada beberapa sumber daya lain yang secara tidak langsung diperlukan dalam proses produksi tidak dibebankan dalam perhitungan harga pokok produksi. Distorsi atas pengalokasian Biaya Overhead Pabrik ke produk akan menimbulkan kesalahan dalam penentuan harga pokok produk dan dalam pengendalian biaya tidak melakukan perhitungan biaya secara terperinci. Sehingga biaya produksi yang dihasilkan seringkali tidak akurat dan berimplikasi pada salahnya penetapan harga jual dan pasti akan mempengaruhi besarnya laba atau rugi bagi perusahaan. Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam perhitungan biaya produksi dan agar menghasilkan biaya yang efisien diperlukan metode penentuan harga pokok produksi yang tepat dan juga mudah, mengingat latar belakang usaha yang masih sederhana. Metode yang tepat dan cukup mudah
5
untuk digunakan dalam menghitung biaya produksi tersebut ialah metode Full Costing. Metode Full Costing merupakan metode penentuan kos produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap (Mulyadi, 2012). Penggunaan Full Costing ini dianggap cocok karena sesuai dengan sifat produk yang tidak terlalu menuntut ketelitian tinggi. Berbeda dengan produk seperti barang elektronik atau perhiasan yang menuntut ketelitian tinggi, tahu tidak terlalu menuntut ketelitian yang tinggi. Dengan demikian, maka perusahaan akan memperoleh biaya yang akurat serta dapat menetapkan harga jual yang kompetitif. Berkaitan dengan beberapa hal yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah ini sebagai topik Tugas Akhir dengan judul “Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing Pada Pabrik Tahu Pak Man Di Bantul Yogyakarta”.
6
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk mengangkat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penentuan Harga Pokok Produksi tahu yang dilakukan oleh Pabrik Tahu Pak Man? 2. Bagaimana penentuan Harga Pokok Produksi tahu dengan metode Full Costing? 3. Bagaimana perbedaan penentuan Harga Pokok Produksi tahu antara metode yang dilakukan Perusahaan dengan metode Full Costing serta pengaruhnya terhadap laba kotor?
1.3 Tujuan Penulisan Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis penentuan harga pokok produksi tahu yang dilakukan oleh Pabrik Tahu Pak Man. 2. Menganalisis penentuan harga pokok produksi tahu dengan metode Full Costing Pabrik pada Tahu Pak Man.
7
3. Menganalisis perbedaan antara metode Full Costing dan metode yang dilakukan oleh Pabrik Tahu Pak Man serta pengaruhnya terhadap laba kotor. 4. Menyelesaikan kewajiban untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya.
1.4 Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang diharapkan dari proses penelitian ini bagi penulis, perguruan tinggi, dan Pabrik Tahu Pak Man adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis a. Merupakan
sarana
untuk
meningkatkan,
memperluas,
dan
mengaplikasikan teori yang telah diterima di bangku kuliah. b. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang penerapan metode Full Costing untuk penentuan harga pokok produksi pada Pabrik Tahu Pak Man. 2. Bagi Perguruan Tinggi a. Memberikan tambahan informasi dan ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi di bidang penentuan harga pokok produksi. b. Menambah koleksi perpustakan Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi UGM serta sebagai sarana referensi mahasiswa dalam penyusunan tugas akhir. 8
3. Bagi Pabrik Tahu Pak Man a. Adanya rasa memberi dan menerima dalam bidang wawasan dan ilmu pengetahuan antara mahasiswa dan UMKM tempat penelitian berlangsung. b. Diharapkan dapat memberikan bantuan ilmu yang bermanfaat mengenai penentuan harga pokok produksi yang sesuai dan tepat sasaran sehingga dapat meningkatkan perkembangan UMKM.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Agar penelitian ini terarah dan tidak menyimpang, peneliti memberikan batasan dalam lingkup penelitian yaitu hanya terbatas pada Penentuan Harga Pokok Produksi yang ada pada Pabrik Tahu Pak Man dan Metode Penentuan Harga Pokok Produksi menggunakan Full Costing serta perbedaan-perbedaan di antara keduanya dan pengaruhnya terhadap laba kotor perusahaan.
1.6 Skema Penulisan Penulisan karya ilmiah ini akan disusun berdasarkan skema penulisan yang dijabarkan sebagai berikut:
9
BAB I Pendahuluan Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, ruang lingkup penelitian, dan skema penulisan. BAB II Gambaran Umum Penulisan Bab ini menguraikan tentang Kondisi Umum Pabrik Tahu Pak Man dan juga tentang tinjauan pustaka yang dipakai dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu mengenai: Pengertian Analisis, Pengertian Biaya, Unsur Pokok Akuntansi Biaya, Penggolongan Biaya, Metode Penentuan Biaya, dan juga Metode Harga Pokok Produksi. Selain itu bab ini juga menguraikan tentang penulisan terdahulu, jenis penelitian yang digunakan, jenis dan/atau sumber data yang dipakai, teknik pengumpulan data, dan juga alur penelitian. BAB III Analisis dan Pembahasan Bab ini memaparkan penjelasan dan pembahasan mengenai Analisis Penentuan dan Perhitungan Harga Pokok Produksi pada Pabrik Tahu Pak Man baik dengan metode yang telah dilakukan Perusahaan maupun dengan metode Full Costing. BAB IV Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan penutup dari karya ilmiah ini, hasil penelitian akan disimpulkan dan diberikan saran-saran yang dapat dipertimbangkan oleh Pabrik Tahu Pak Man.
10