BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Manusia pada saat ini tidak bisa melepaskan diri dari jaring teknologi. Mau tidak mau manusia harus mengkuti arus kemajuan teknologi yang sangat pesat saat ini. Teknologi dikembangkan untuk mempermudah kehidupan manusia itu sendiri serta menjaga kelestarian alam semesta. Hal itu merupakan perwujudan usaha manusia untuk memenuhi perintah Tuhan yaitu menjadi khalifah di muka bumi yang senantiasa mengayomi kemaslahatan semua kehidupan yang ada. Namun seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi yang diimbangi dengan semakin tingginya taraf ksejahteraan hidup manusia, akhir-akhir ini banyak manusia yang dimabukkan oleh teknologi itu sendiri. Manusia menjadi lupa bahwa pada mulanya teknologi itu diciptakan berdasarkan kepatuhan kita terhadap Allah SWT yaitu untuk mempermudah kehidupan manusia, yang hal itu merupakan pengejawantahan sikap hidup manusia sebagai wakil Allah di muka bumi. Pada saat ini kita terlalu sibuk pada pemanfaatan hasil kemajuan teknologi itu secara materiil sehingga melupakan esensi/nilai-nilai yang ada pada tiang-tiang pembangun teknologi itu sendiri. Suatu contoh sederhana yaitu, setiap hari kita senantiasa tidak dapat melepaskan diri dari internet. Mulai dari anak SD sampai orang tua sekalipun, pada saat ini tidak asing lagi dengan istilah internet, friendster, email, atau facebook misalnya. Dalam dunia ekonomi bisnis, lagi-lagi manusia tidak bisa meloloskan diri dari serbuan penggunaan internet sebagai media komunikasi data diantara jejaring bisnis yang mereka bangun. Muncul sebuah pertanyaan. Apakah dengan hadirnya kemudahan-kemudahan itu menjadikan manusia bertambah dekat dengan Tuhannya atau malah bertambah jauh? Apakah dengan kemudahan-kemudahan yang mereka dapat, manusia bisa bertambah rasa syukurnya kepada Sang Pencipta? Apakah manusia sadar sepenuhnya bahwa tiangtiang pembangun teknologi itu sesungguhnya dekat dengan nilai-nilai agama(keislaman)? Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk mengupas satu hal kecil yang merupakan hasil dari kemajuan teknologi, yaitu teknologi jaringan TCP/IP(selanjutnya kita sebut TCP/IP), yang merupakan fundamen penting dari internet yang kita manfaatkan selama ini untuk ber-facebook, membuka email, internet banking, mengirim sms, dsb. Dalam makalah ini diulas, bagaimana arsitektur serta cara kerja TCP/IP sesungguhnya dekat dengan nilai-nilai keislaman. Dalam menulis makalah ini, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan dari sisi Islam dengan surat Al-Bayyinah ayat 5 : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (al-Bayyinah [98]: 5)
Serta menjadikan sejarah, pengertian, jenis layer-layer komunikasi serta penggunaan TCP/IP sebagai pembatas dari sisi Sains-Teknologi. Dengan adanya makalah ini, kami berharap bisa menambah wawasan pembaca bahwa ternyata, dalam teknologi canggih sekalipun bisa ditemukan nilai-nilai keislaman. Dengan bertambahnya wawasan itu, pembaca bisa merenungkan bahwasannya keliru, jika dengan semakin majunya teknologi, malah semakin mengendurkan semangat nilai-nilai keislaman.
1
B. Tujuan 1. Untuk mencari ranah integrasi-interkoneksi antara teknologi TCP/IP dengan nilai-nilai keislaman. 2. Untuk mencari model integrasi-interkoneksi antara teknologi TCP/IP dengan nilai-nilai keislaman C. Manfaat : 1. Memanfaatkan Internet dengan hal positif yang dapat memberi manfaat bagi orang lain. 2. Menambah pengetahuan tentang Internet kaitannya dengan kewajiban umat islam dalam menyampaikan ilmu.
2
BAB II Jaringan TCP/IP dalam Perspektif Sains dan Teknologi
Jaringan komputer merupakan sekumpulan komputer berjumlah banyak yang terpisah-pisah akan tetapi saling berhubungan dalam melaksanakan tugasnya (Niall Mansfield, 2005:40). Dua buah komputer misalnya dikatakan terkoneksi bila keduanya dapat saling bertukar informasi. Jaringan komputer menjadi penting bagi manusia dan organisasinya karena jaringan komputer mempunyai tujuan yang menguntungkan bagi mereka. Tujuan jaringan komputer adalah untuk: 1. 2. 3.
Membagi sumber daya: contohnya berbagi pemakaian printer, CPU, memori, harddisk Komunikasi: contohnya surat elektronik, instant messaging, chatting Akses informasi: contohnya web browsing
Seiring dengan semakin berkembangnya konsep jaringan, ide untuk menghubungkan jaringan-jaringan dan memisahkan sistem semakin diperlukan untuk melakukan komunikasi dan pertukaran data antar komputer. Untuk itu diperlukannya sebuah metode standar (a standard method) agar ide tersebut dapat diterapkan (Richard Hollbroke, 1997:109). Model Referensi OSI menjabarkan sebuah pendekatan secara berlapis (layered) terhadap jaringan. Setiap lapisan (layer ) dari model mewakili sebuah porsi yang berbeda dari proses komunikasi. Dengan memisahkan bagian komunikasi kedalam lapisan, model OSI menyederhanakan bagaimana perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) bekerja sama, sehingga memudahkan upaya penanganan masalah (trouble-shooting) dengan menyediakan sebuah metode tertentu untuk memahami bagaimana komponen harus berfungsi.
ONTOLOGI TCP/IP A. Sejarah TCP/IP Sejarah TCP/IP dimulainya dari lahirnya ARPANET yaitu jaringan paket switching digital yang didanai oleh DARPA (Defence Advanced Research Projects Agency) pada tahun 1969. Sementara itu ARPANET terus bertambah besar sehingga protokol yang digunakan pada waktu itu tidak mampu lagi menampung jumlah node yang semakin banyak. Oleh karena itu DARPA mendanai pembuatan protokol komunikasi yang lebih umum, yakni TCP/IP. Ia diadopsi menjadi standard ARPANET pada tahun 1983. Untuk memudahkan proses konversi, DARPA juga mendanai suatu proyek yang mengimplementasikan protokol ini ke dalam BSD UNIX, sehingga dimulailah perkawinan antara UNIX dan TCP/IP. Pada awalnya internet digunakan untuk menunjukan jaringan yang menggunakan internet protocol (IP) tapi dengan semakin berkembangnya jaringan, istilah ini sekarang sudah berupa istilah generik yang digunakan untuk semua kelas jaringan. Internet digunakan untuk menunjuk pada komunitas jaringan komputer worldwide yang saling dihubungkan dengan protokol TCP/IP (Wilensky Leiden, 1994:278). Perkembangan TCP/IP yang diterima luas dan praktis menjadi standar defacto jaringan komputer berkaitan dengan ciri-ciri yang terdapat pada protokol itu sendiri yang merupakan keunggulan dari TCP/IP, yaitu :
Perkembangan protokol TCP/IP menggunakan standar protokol terbuka sehingga tersedia secara luas. Semua orang bisa mengembangkan perangkat lunak untuk dapat berkomunikasi menggunakan protokol ini. Hal ini membuat pemakaian TCP/IP meluas dengan sangat cepat, terutama dari sisi pengadopsian oleh berbagai sistem operasi dan aplikasi jaringan.
Tidak tergantung pada perangkat keras atau sistem operasi jaringan tertentu sehingga TCP/IP cocok untuk menyatukan bermacam macam network, misalnya Ethernet, token ring, dial-up line, X-25 net dan lain lain. 3
Cara pengalamatan bersifat unik dalam skala global, memungkinkan komputer dapat mengidentifikasi secara unik komputer yang lain dalam seluruh jaringan, walaupun jaringannya sebesar jaringan worldwide Internet. Setiap komputer yang tersambung dengan jaringan TCP/IP (Internet) akan memiliki address yang hanya dimiliki olehnya.
TCP/IP memiliki fasilitas routing dan jenis-jenis layanan lainnya yang memungkinkan diterapkan pada internetwork.
B. Protokol Internet Protokol adalah sebuah aturan atau standar yang mengatur atau mengijinkan terjadinya hubungan, komunikasi, dan perpindahan data antara dua atau lebih titik komputer (Jim Geier, 2001:79). Protokol Internet (Inggris Internet Protocol disingkat IP) adalah protokol lapisan jaringan (network layer dalam OSI Reference Model) atau protokol lapisan internetwork (internetwork layer dalam DARPA Reference Model) yang digunakan oleh protokol TCP/IP untuk melakukan pengalamatan dan routing paket data antar host-host di jaringan komputer berbasis TCP/IP. Protokol IP merupakan salah satu protokol kunci di dalam kumpulan protokol TCP/IP. Sebuah paket IP akan membawa data aktual yang dikirimkan melalui jaringan dari satu titik ke titik lainnya. Metode yang digunakannya adalah connectionless yang berarti ia tidak perlu membuat dan memelihara sebuah sesi koneksi. Selain itu, protokol ini juga tidak menjamin penyampaian data, tapi hal ini diserahkan kepada protokol pada lapisan yang lebih tinggi (lapisan transport dalam OSI Reference Model atau lapisan antarhost dalam DARPA Reference Model), yakni protokol Transmission Control Protocol (TCP).
EPISTIMOLOGI TCP/IP C. Cara Kerja Protokol Pada tahun 1978 ketika ISO (International Standards Organization) mengeluarkan arsitektur OSI Reference Model. Spesifikasi tersebut di tinjau ulang pada tahun 1984 dan menjadi standar internasional untuk komunikasi jaringan. Model Open Systems Interconnection (OSI) menyediakan kerangka logika terstruktur bagaimana proses komunikasi data berinteraksi melalui jaringan. Standard ini dikembangkan untuk industri komputer agar komputer dapat berkomunikasi pada jaringan yang berbeda secara efisien. Tujuan utama penggunaan model OSI adalah untuk membantu desainer jaringan memahami fungsi dari tiap-tiap layer yang berhubungan dengan aliran komunikasi data (Leiden, 1995:37). Termasuk jenis –jenis protoklol jaringan dan metode transmisi. Model dibagi menjadi 7 layer, dengan karakteristik dan fungsinya masing-masing. Tiap layer harus dapat berkomunikasi dengan layer di atasnya maupun dibawahnya secara langsung melalui serentetan protokol dan standard. D. Layer-layer yang terdapat dalam OSI Model referensi OSI secara konseptual terbagi ke dalam 7 lapisan/layer dimana masing-masing lapisan memiliki fungsi jaringan yang spesifik (Niall Mansfield, 2005:188) . Model Layer OSI dibagi dalam dua group: “upper layer” dan “lower layer ”. Upper layers, fokus pada aplikasi pengguna dan bagaimana file direpresentasikan di komputer. Upper layers berurusan dengan persoalan aplikasi dan pada umumnya diimplementasi hanya pada software. Lower layers merupakan intisari komunikasi data melalui jaringan aktual. Lower layers mengendalikan persoalan transport data. Lapisan fisik dan lapisan data link diimplementasikan ke dalam hardware dan software. Lower layers yang lain pada umumnya hanya diimplementasikan dalam software. Macam-macam OSI Layer a) Physical Layer Physical Layer berfungsi dalam pengiriman raw bit ke channel komunikasi. Masalah desain yang harus diperhatikan disini adalah memastikan bahwa bila satu sisi mengirim data 1 bit, data tersebut harus diterima 4
oleh sisi lainnya sebagai 1 bit pula, dan bukan 0 bit. Secara umum masalah masalah desain yang ditemukan di sini berhubungan secara mekanik, elektrik dan interface prosedural, dan media fisik yang berada di bawah physical layer. Selain itu, layer ini juga mendefinisikan bagaimana Network Interface Card (NIC) dapat berinteraksi dengan media kabel atau radio. b) Data Link Layer Data Link Layer menangani bingkai (frame) dat a khusus antara jaringan dengan Physical layer . Pada penerimaan akhir, layer ini mem -paket data mentah dari Physical layer kedalam bingkai data untuk pengiriman ke Network layer. Sebuah bingkai (frame) data adalah unit dasar bagi trafik jaringan seperti data di kirim melalui media jaringan; bingkai data adalah sebuah format terstruktur yang tinggi (highly structured format) yang mana data dari layer atas di letakkan untuk pengiriman, dan pada saat data di extracted (diurai) saat di terima dan dikirim ke layer diatasnya. Secara umum fungsi dari Data Link Layer adalah : 1. Framing : Membagi bit stream yang diterima dari lapisan network menjadi unit-unit data yang disebut frame. 2. Physical Addressing : definisi identitas pengirim dan /atau penerima yang ditambahkan dalam header . 3. Flow Control : melakukan tindakan untuk membuat stabil laju bit jika rate atau laju bit stream berlebih atau berkurang. 4. Error Control : penambahan mekanisme deteksi dan retransmisi frame-frame yang gagal terkirim. 5. Communication Control : menentukan device yang harus dikendalikan pada saat tertentu jika ada dua koneksi yang sama. c)
Network Layer Network layer berfungsi untuk pengendalian operasi subnet, mendefinisikan alamat-alamat IP, membuat header untuk paket-paket, dan kemudian melakukan routing melalui internetworking dengan menggunakan router. Masalah desain yang penting adalah bagaimana caranya menentukan route pengiriman paket dari sumber ke tujuannya. Route dapat didasarkan pada table statik yang “dihubungkan ke” network. Route juga dapat ditentukan pada saat awal percakapan misalnya session terminal. Terakhir, route dapat juga sangat dinamik, dapat berbeda bagi setiap paketnya. Oleh karena itu, route pengiriman sebuah paket tergantung beban jaringan saat itu. Bila pada saat yang sama dalam sebuah subnet terdapat terlalu banyak paket, maka ada kemungkinan paket-paket tersebut tiba pada saat yang bersamaan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya bottleneck. Pengendalian kemacetan seperti itu juga merupakan tugas network layer. d) Transport Layer Fungsi dasar Transport Layer adalah menerima data dari session layer, memecah data menjadi bagianbagian yang lebih kecil serta memberikan nomor urut ke paket-paket tersebut, meneruskan data ke network layer, dan menjamin bahwa semua potongan data tersebut bisa tiba di sisi lainnya dengan benar. Selain itu, pada level ini juga membuat sebuah tanda bahwa paket diterima dengan sukses (acknowledgement), dan mentransmisikan ulang terhadp paket-paket yang hilang di tengah jalan. e) Session Layer Session layer mengijinkan para pengguna untuk menetapkan session dengan pengguna lainnya. Sebuah session selain memungkinkan transport data biasa, seperti yang dilakukan oleh transport layer, juga menyediakan layanan yang istimewa untuk aplikasi-aplikasi tertentu. Sebuah session digunakan untuk memungkinkan seseorang pengguna log ke remote timesharing system atau untuk memindahkan file dari satu mesin kemesin lainnya. Sebuah layanan session layer adalah untuk melaksanakan pengendalian dialog. Session dapat memungkinkan lalu lintas bergerak dalam bentuk dua arah pada suatu saat, atau hanya satu arah saja. Jika pada satu saat lalu lintas hanya satu arah saja (analog dengan rel kereta api tunggal), session layer membantu untuk menentukan giliran yang berhak menggunakan saluran pada suatu saat. Layanan session di atas disebut manajemen token. Untuk sebagian protokol, adalah penting untuk memastikan bahwa kedua pihak yang bersangkutan tidak melakukan operasi pada saat yang sama. Untuk mengatur 5
f)
aktivitas ini, session layer menyediakan token-token yang dapat digilirkan. Hanya pihak yang memegang token yang diijinkan melakukan operasi kritis. Presentation Layer Berfungsi untuk mentranslasikan data yang hendak ditransmisikan oleh aplikasi ke dalam format yang dapat ditransmisikan melalui jaringan. Layer ini bertanggung jawab bagaimana data dikonversi dan diformat untuk transfer data. Contoh konversi misalnya format text ASCII untuk dokumen, .gif dan JPG untuk gambar. Layer ini membentuk kode konversi, translasi data, enkripsi dan konversi. Secara umum fungsi dari presentation layer adalah : Enkripsi dan dekripsi dari suatu pesan untuk alasan keamanan Kompresi dan dekrompresi suatu pesan sehingga dapat dikirimkan pada jaringan secara efisien Memformat grafis Melakukan translasi konten Melakukan translasi yang sifatnya spesifik terhadap suatu sistem tertentu
g) Application Layer Layer yang ke-7, yang bernama application layer, memberikan suatu antarmuka bagi end-user yang mengoperasikan peranti yang terhubung ke jaringan. Layer ini merupakan "apa yang userlihat", dalam konteks loading aplikasi (seperti web browser atau email); yang mana, application layer ini merupakan data yang user lihat selama menggunakan aplikasi dalam jaringan. Secara umum fungsi application layer adalah sebagai berikut: Mendukung file transfer Kemampuan untuk melakukan pencetakan (print) pada jaringan Surat elektronik (email) Pengiriman pesan elektronik (electronic messaging) Melakukan browsing pada World Wide Web Application layer terdiri dari bermacam - macam protocol diantaranya: HTTP, FTP, SMTP, dan NFS. Layer ini mengijinkan akses ke network services-seperti networked file transfer, message handling, dan database query processing-yang mendukung aplikasi secara langsung (directly). Layer ini juga mengkontrol akses network secara umum, pengiriman data dari sending applications ke receiving applications, dan memberikan informasi error dan status untuk aplikasi pada saat mengirim atau pada saat terjadi network errors karena terganggu (interfere) dengan layanan akses (service access) atau pengiriman (delivery).
AKSIOLOGI TCP/IP E. Komunikasi yang terjadi diantara aplikasi dalam dua komputer. Piranti-piranti jaringan bisa berkomunikasi antar sesama dikarenakan piranti-piranti tersebut menjalankan protocol stack yang sama, walaupun mereka menggunakan sistem operasi yang berbeda. Data yang dikirim dari satu piranti berjalan turun ke protocol stack dibawahnya melalui media transmisi, dan kemudian naik ke protocol stack pada sisi piranti lawan komunikasinya (Wendell Odom, 2001:107). Gambar dibawah ini mengilustrasikan bagaimana proses komunikasi diantara dua buah computer.
6
Pada gambar tersebut diberi label aplikasi X dan aplikasi Y. Bila aplikasi X ingin berkomunikasi dengan aplikasi Y misalnya mengirim pesan, aplikasi X akan meminta layer-layer OSI untuk membuat hubungan dengan layer-layer pada komputer target. Interaksi komunikasi layer OSI ini sering dijelaskan sebagai komunikasi antar peer layer, ini maksudnya setiap layer OSI tidak dapat langsung berkomunikasi dengan layer pada komputer target melainkan masing-masing layer memiliki ketergantungan dengan layer dibawah atau diatasnya misalnya layer application (lapisan ke-7) untuk membuat hubungan setara dengan layer application pada komputer target, dengan menggunakan protocol pada lapisan tersebut. Protokol ini memerlukan service pada lapisan dibawahnya yaitu presentation layer , dan begitu seterusnya masing-masing layer akan memerlukan service pada layer dibawahnya sampai pada physical layer dimana lapisan ini mentransmisikan bit-bit melaui sebuah media transmisi. Berikut akan dijelas kan proses lebih jauh tentang proses komunikasi dalam OSI . Kedua belah piranti yang saling berkomunikasi harus menggunakan protocol stack yang sama. Suatu pesan data yang dikirim dari satu piranti ke piranti yang lain berjalan melalui proses seperti berikut: 1. 2.
3. 4.
Pesan data dipecah kedalam paketpaket ini dinamakan dengan proses encapsulation. Pada pembahasan berikutnya akan dijelaskan lebih banyak tentang proses ini. Setiap protocol didalam layer menambahkan informasi control kedalam paket, meng-enable fitur-fitur seperti inkripsi dan error check. Setiap paket biasanya mempunyai komponen berikut: Header , Data , dan Trailer. Header : header mengandung informasi berikut: a) Address asal dari komputer pengirim, b) Address tujuan dari pesan yang dikirim c) Informasi untuk mensinkronkan clock Data : Setiap paket mengandung data yang merupakan: a) Data real dari aplikasi, seperti bagian dari file yang dikirim b) Ukuran data bisa sekitaran 48 bytes sampai 4 kilobytes Trailer : Trailer paket bisa meliputi: a) Informasi error-checking b) Informasi control yang lain yang membantu pengiriman data Pada layer physical, paket-paket dikonversikan kedalam format electrical yang tepat untuk ditransmisikan. Protocol pada masing-masing layer yang berhubungan pada sisi piranti lawannya (pada sisi penerima) akan menghapus header dan trailer yang ditambahkan saat pengiriman. Paket - paket tersebut kemudian disusun kembali seperti data aslinya.
7
F. Process Encapsulation Adalah process pemecahan suatu pesan kedalam paket-paket, penambahan control dan informasi lainnya, dan kemudian mentransmisikan pesan tersebut melalui media transmisi. Ada 5 macam step pada proses data encapsulation:
1. 2. 3. 4. 5.
Layer bagian atas menyiapkan data yang akan dikirim melalui jaringan Layer transport memecah data kedalam potongan-potongan yang disebut segmen, menambah informasi urutan dan juga informasi control. Layer network mengkonversikan segmen kedalam paket-paket, menambah logical jaringan, dan menambah address piranti. Layer Data link mengkonversikan paket-paket kedalam frame-frame, menambahkan informasi address phisik dari piranti. Layer physical mengkonversikan frame-frame kedalam bit-bit untuk ditransmisikan melalui media transmisi.
G. Contoh penerapan model OSI : Disini akan diberikan contoh penerapan model OSI sehari-hari pada proses penerimaan e’mail: 1. Layer 7, Anda memakai Microsof Outlook yang mempunyai fungsi SMTP dan POP3. 2. Layer 6, mengirim email dengan format ASCII atau HTML. 3. Layer 5, dalam menggunakan email anda harus menginstal OS dahulu untuk membuka sesi komunikasi jaringan 4. Layer 4, OS membuka SMTP dengan sebuah TCP socket kemudian protocol terbuka untuk menerima data dari server email. 5. Layer 3, Komputer mencari IP addres dari SMTP Server dengan melihat routing table yang diberikan OS Router jika tidak ditemukan akan memberikan pesan 6. Layer 2, Paket Data dari IP addres di kirimkan oleh Ethernet 7. Layer 1, mengubah paket data menjadi signal elektrik yang ditransformasilkan pada kabel UTP Cat 5 Demikian penjelasan jaringan TCP/IP dari sudut pandang teknis sains dan teknologi.
8
BAB III Ibadah dalam Islam Dalam uraian jaringan TCP/IP dari sisi Sains-Teknologi terdapat penjelasan mengenai enkapsulasi dan dekapsulasi paket data, yang masing-masing dari lapisan itu memiliki tugas mandiri yang tidak memiliki keterkaitan secara logis terhadap lapisan lain. Tiap-tiap lapisan TCP/IP memiliki andil untuk mensupport kinerja lapisan yang ada di atasnya. Lapisan-lapisan ini menjamin agar data yang kita kirimkan dari satu komputer dapat tersampaikan ke komputer lainnya dengan selamat melalui “sebuah jalan lurus” yang kita sebut dengan lapisan-lapisan proses dari jaringan TCP/IP. Jika “data” kita asosiasikan dengan sebuah perbuatan, maka supaya perbuatan itu sampai ke hadlirat Allah SWT, maka tentunya perbuatan itu harus melalui jalan yang lurus pula. Hal demikian bersesuaian dengan apa yang difirmankan Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Bayyinah ayat 5. “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (al-Bayyinah [98]: 5)
Yang lebih memperburuk lagi sikap ahlul kitab dan kaum musyrikin itu adalah bahwa mereka enggan percaya serta berselisih satu sama lain padahal mereka tidak diperintahkan yakni tidak dibebeni tugas – baik yang terdapat dalam kitab-kitab yang lurus itu maupun melalui Rasul yang menyampaikannya, juga dalam kitab-kitab suci yang disampaikan oleh nabi-nabi yang mereka imani, kecuali supaya mereka menyembah yakni beribadah dan tunduk kepada Allah YME – dengan memurnikan secara bulat – untuk-Nya semata-mata – ketaatan sehingga tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun dan sedikit persekutuan pun dalam menjalankan agama, lagi bersikap lurus secara mantap dengan selalu cenderung kepada kebajikan, dan juga mereka diperintahkan supaya melaksanakan shalat secara baik dan bersinambung dan menunaikan zakat secara sempurna sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan; dan yang demikian itulah agama yang sangat lurus bukan seperti yang selama ini mereka lakukan. Kata (mukhlisin) terambil dari kata (khalusa) yang berarti murni, setelah sebelumnya diliputi atau disentuh kekeruhan. Dari sini, ikhlas adalah upaya memurnikan dan menyucikan hati sehingga benar-benar hanya terarah kepada Allah semata, sedang sebelum keberhasilan usaha itu, hati masih diliputi atau dihinggapi oleh sesuatu selain Allah, misalnya pamrih dan semacamnya. Kata (hunafa) adalah bentuk jama’ dari (hanif) yang biasa diartikan lurus atau cenderung kepada sesuatu. Kata ini pada mulanya digunakan untuk menggambarkan telapak kaki dan kemiringannya kepada telapak pasangannya. Yang kanan condong ke arah kiri, dan yang kiri condong ke arah kanan. Ini menjadikan manusia dapat berjalan dengan lurus. Kelurusan itu menjadikan si pejalan tidak mencong ke arah kiri, tidak pula ke kanan. Dari sini seseorang yang berjalan lurus atau bersikap lurus tidak condong ke arah kana atau kiri dinamai hanif. Ajaran islam adalah ajaran yang berada di posisi tengah, tidak cenderung kepada materialisme yang mengabaikan hal-hal yang bersifat spiritual tetapi tidak juga kepada spiritualisme murni yang mengabaikan hal-hal yang bersifat material. (Quraish Shihab, 2003:445-446)
ONTOLOGI IKHLAS Banyak para ulama yang memulai kitab-kitab mereka dengan membahas permasalahan niat (dimana hal ini sangat erat kaitannya dengan keikhlasan), di antaranya Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya, Imam Al Maqdisi dalam kitab Umdatul Ahkam, Imam Nawawi dalam kitab Arbain An-Nawawi dan Riyadhus Shalihin-nya, Imam Al
9
Baghowi dalam kitab Masobihis Sunnah serta ulama-ulama lainnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keikhlasan tersebut. namun, apakah sesungguhnya makna dari ikhlas itu sendiri ? Yang dimaksud dengan keikhlasan adalah ketika menjadikan niat dalam melakukan suatu amalan hanyalah karena Allah semata, melakukan sesuatu bukan karena selain Allah, bukan karena riya (ingin dilihat manusia) ataupun sum’ah (ingin didengar manusia), bukan pula karena ingin mendapatkan pujian serta kedudukan yang tinggi di antara manusia, dan juga bukan karena tidak ingin dicela oleh manusia. Apabila melakukan suatu amalan hanya karena Allah semata bukan karena kesemua hal tersebut, berarti telah ikhlas. Fudhail bin Iyadh berkata, “Beramal karena manusia adalah syirik, meninggalkan amal karena manusia adalah riya.”(Syaikh Ahmad bin Haq, 1976:28) Ikhlas berasal dari bahasa Arab, yang sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Dari bahasa asalnya, ikhlas berasal dari kata “akhlasha”, yang berarti bersih, murni dan jernih. Dari kata dasar ini, membentuk infinitifnya (masdar) menjadi “ikhlasan”. Sedangkan orang yang ikhlas adalah “mukhlis”: Adapun dari segi istilahnya, para ulama memberikan ekspresi bahasa yang beragam, sesuai dengan kecendrungan dan spesialisasi mereka masing-masing. • • •
•
Al-Imam Al-Mar’asyi, beliau mengemukakan bahwa ikhlas adalah kesamaan amalan seorang hamba yang dilakukannya secara dzahir dan bathin. Imam Abu Qasim al-Qusyairi membahasakannya dengan, “memaksudkan amalan dengan mensatukan tujuan dalam ketaatannya kepada Allah SWT. Sedangkan Imam al-Susy, mendefinisikannya dengan, “hilangnya rasa keikhlasan dalam amalan yang dilakukannya, karena orang yang merasa terdapat keikhlasan pada keikhlasannya, maka sesungguhnya keikhlasannya itu membutuhkan keikhlasan.” Dan seorang ulama kontemporer, yaitu Ali Abdul Halim Mahmud, mengemukakan bahwa hakekat keikhlasan adalah berlepas diri dari sesuatu selain Allah SWT, yaitu bersihnya perkataan, perbuatan, atau meninggalkan sesuatu hal dengan tujuan mencari ridha Allah dan pahala dari-Nya.
Apapun ungkapan yang mereka bahasakan dengan definisi yang mereka berikan, pada hakekatnya mereka semua memiliki kesamaan pandangan bahwa keikhlasan merupakan menfokuskan tujuan suatu amalan, hanya semata-mata untuk Allah dan kepada Allah, dengan menjauhkan diri dari tujuan-tujuan lain yang bukan kepada Allah.
EPISTIMOLOGI IKHLAS Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162). Surat Al-Bayyinah ayat 5 menyatakan, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” Rasulullah saw. bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama; cukup bagimu amal yang sedikit.” Tatkala Jibril bertanya tentang ihsan, Rasul saw. berkata, “Engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihatNya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu.” Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.” Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.” (Sayyid Abu Bakr ibn Muhammad, 1981:48)
10
Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.” (Ibn Qayyim Al-Jauzi, 1224H:86). Ciri Orang Yang Ikhlas Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa dilihat, diantaranya: 1.
Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.” Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam beramal. Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad. Al-Qur’an telah menjelaskan sifat orang-orang beriman yang ikhlas dan sifat orang-orang munafik, membuka kedok dan kebusukan orang-orang munafik dengan berbagai macam cirinya. Di antaranya disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 44-45, “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.”
2.
Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits, “Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah) Tujuan yang hendak dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun.
3.
Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan merasa senang jika kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai, sebagaimana dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya. Para dai yang ikhlas akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu mereka senantiasa membangun amal jama’i dalam dakwahnya. Senantiasa menghidupkan syuro dan mengokohkan perangkat dan sistem dakwah. Berdakwah untuk kemuliaan Islam dan umat Islam, bukan untuk meraih popularitas dan membesarkan diri atau lembaganya semata.
Seorang ulama yang bernama Sufyan Ats Tsauri pernah berkata, “Sesuatu yang paling sulit bagiku untuk aku luruskan adalah niatku, karena begitu seringnya ia berubah-ubah.” Niat yang baik atau keikhlasan merupakan sebuah perkara yang sulit untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan sering berbolak-baliknya hati kita. Terkadang ia ikhlas, di lain waktu tidak. Padahal, sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, ikhlas merupakan suatu hal yang harus ada dalam setiap amal kebaikan kita. Amal kebaikan yang tidak terdapat keikhlasan di dalamnya hanya akan menghasilkan kesia-siaan belaka. Bahkan bukan hanya itu, ingatkah kita akan sebuah hadits Rasulullah yang 11
menyatakan bahwa tiga orang yang akan masuk neraka terlebih dahulu adalah orang-orang yang beramal kebaikan namun bukan karena Allah? Sebuah amal yang tidak dilakukan ikhlas karena Allah bukan hanya tidak dibalas apaapa, bahkan Allah akan mengazab orang tersebut, karena sesungguhnya amalan yang dilakukan bukan karena Allah termasuk perbuatan kesyirikan yang tak terampuni dosanya kecuali jika ia bertaubat darinya, Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa : 48) Ibnu Rajab dalam kitabnya Jami’ul Ulum Wal Hikam menyatakan, “Amalan riya yang murni jarang timbul pada amal-amal wajib seorang mukmin seperti shalat dan puasa, namun terkadang riya muncul pada zakat, haji dan amalamal lainnya yang tampak di mata manusia atau pada amalan yang memberikan manfaat bagi orang lain (semisal berdakwah, membantu orang lain dan lain sebagainya). Keikhlasan dalam amalan-amalan semacam ini sangatlah berat, amal yang tidak ikhlas akan sia-sia, dan pelakunya berhak untuk mendapatkan kemurkaan dan hukuman dari Allah.” (Ibnu Rajab, 1276H:131)
AKSIOLOGI Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Ada seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya di kota lain, maka Allah mengutus malaikat di perjalanannya, ketika malaikat itu bertemu dengannya, malaikat itu bertanya, “Hendak ke mana engkau ?” maka dia pun berkata “Aku ingin mengunjungi saudaraku yang tinggal di kota ini.” Maka malaikat itu kembali bertanya “Apakah engkau memiliki suatu kepentingan yang menguntungkanmu dengannya ?” orang itu pun menjawab: “Tidak, hanya saja aku mengunjunginya karena aku mencintainya karena Allah, malaikat itu pun berkata “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk mengabarkan kepadamu bahwa sesungguhnya Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu karena-Nya.” (HR. Muslim)
Berkahnya Sebuah Amal yang Kecil Karena Ikhlas Sesungguhnya yang diwajibkan dalam amal perbuatan kita bukanlah banyaknya akan tetapi keikhlasan. Amal yang dinilai kecil di mata manusia, apabila kita melakukannya ikhlas karena Allah, maka Allah akan menerima dan melipat gandakan pahala dari amal perbuatan tersebut. Abdullah bin Mubarak berkata, “Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar karena niat, dan betapa banyak pula amal yang besar menjadi kecil hanya karena niat.” Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Seorang laki-laki melihat dahan pohon di tengah jalan, ia berkata: Demi Allah aku akan singkirkan dahan pohon ini agar tidak mengganggu kaum muslimin, Maka ia pun masuk surga karenanya.” (HR. Muslim) Lihatlah, betapa kecilnya amalan yang dia lakukan, namun hal itu sudah cukup bagi dia untuk masuk surga karenanya. Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Dahulu ada seekor anjing yang berputar-putar mengelilingi sumur, anjing tersebut hampir-hampir mati karena kehausan, kemudian hal tersebut dilihat oleh salah seorang pelacur dari bani israil, ia pun mengisi sepatunya dengan air dari sumur dan memberikan minum kepada anjing tersebut, maka Allah pun mengampuni dosanya.” (HR Bukhari Muslim) Seorang pelacur diampuni dosanya oleh Allah hanya karena memberi minum seekor anjing, betapa remeh perbuatannya di mata manusia, namun dengan hal itu Allah mengampuni dosa-dosanya. Maka bagaimanakah pula apabila seandainya yang dia tolong adalah seorang muslim ? Dan sebaliknya,amal perbuatan yang besar nilainya, seandainya dilakukan tidak ikhlas, maka hal itu tidak akan berfaedah baginya. Dalam sebuah hadits dari Abu Umamah Al Bahili, dia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan bertanya: “Wahai Rasulullah, 12
bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang berperang untuk mendapatkan pahala dan agar dia disebut-sebut oleh orang lain?” maka Rasulullah pun menjawab: “Dia tidak mendapatkan apa-apa.” Orang itu pun mengulangi pertanyaannya tiga kali, Rasulullah pun menjawab: “Dia tidak mendapatkan apa-apa.” Kemudian beliau berkata: “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima suatu amalan kecuali apabila amalan itu dilakukan ikhlas karenanya.” (Hadits Shahih Riwayat Abu Daud dan Nasai). Dalam hadits ini dijelaskan bahwa seseorang yang dia berjihad, suatu amalan yang sangat besar nilainya, namun dia tidak ikhlas dalam amal perbuatannya tersebut, maka dia pun tidak mendapatkan balasan apa-apa. Setan akan senantiasa menggoda dan merusak amal-amal kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba. Seorang hamba akan terus berusaha untuk melawan iblis dan bala tentaranya hingga ia bertemu dengan Tuhannya kelak dalam keadaan iman dan mengikhlaskan seluruh amal perbuatannya. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui hal-hal apa sajakah yang dapat membantu kita agar dapat mengikhlaskan seluruh amal perbuatan kita kepada Allah semata, dan di antara hal-hal tersebut adalah : 1.
Banyak Berdoa Di antara yang dapat menolong seorang hamba untuk ikhlas adalah dengan banyak berdoa kepada Allah. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah doa:
« ُ َﻟﻠ ّ ﮭُﻢ ﱠ إ ِﻧ ﱢﻲ أ َﻋ ُﻮ ْ ذ ُ ﺑ ِﻚ َ أ»اَن ْ أ ُﺷ ْﺮ ِك َ ﺑ ِﻚ َ و َ أ َ ﻧ َﺎ أ َﻋ ْﻠ َﻢ ُ و َ أ َﺳ ْ ﺘ َﻐ ْ ﻔ ِﺮ ُك َ ﻟ ِﻤ َ ﺎ ﻻ َ أ َﻋ ْﻠ َﻢ “Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” (Hadits Shahih riwayat Ahmad) Nabi kita sering memanjatkan doa agar terhindar dari kesyirikan padahal beliau adalah orang yang paling jauh dari kesyirikan. Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat besar dan utama, sahabat terbaik setelah Abu Bakar, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah, “Ya Allah, jadikanlah seluruh amalanku amal yang saleh, jadikanlah seluruh amalanku hanya karena ikhlas mengharap wajahmu, dan jangan jadikan sedikitpun dari amalanku tersebut karena orang lain.” 2.
Menyembunyikan Amal Kebaikan Hal lain yang dapat mendorong seseorang agar lebih ikhlas adalah dengan menyembunyikan amal kebaikannya. Yakni menyembunyikan amal-amal kebaikan yang disyariatkan dan lebih utama untuk disembunyikan (seperti shalat sunnah, puasa sunnah, dan lain-lain). Amal kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang lain lebih diharapkan amal tersebut ikhlas, karena tidak ada yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut kecuali hanya karena Allah semata. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits, “Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada naungan selain dari naungan-Nya yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah, laki-laki yang hatinya senantiasa terikat dengan mesjid, dua orang yang mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena-Nya, seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang cantik dan memiliki kedudukan, namun ia berkata: sesungguhnya aku takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sendiri hingga meneteslah air matanya.” (HR Bukhari Muslim). Apabila kita perhatikan hadits tersebut, kita dapatkan bahwa di antara sifat orang-orang yang akan Allah naungi kelak di hari kiamat adalah orang-orang yang melakukan kebaikan tanpa diketahui oleh orang lain.
13
Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda “Sesungguhnya sebaik-baik shalat yang dilakukan oleh seseorang adalah shalat yang dilakukan di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Bukhari Muslim) Rasulullah menyatakan bahwa sebaik-baik shalat adalah shalat yang dilakukan di rumah kecuali shalat wajib, karena hal ini lebih melatih dan mendorong seseorang untuk ikhlas. “Di antara sebabnya adalah karena shalat (sunnah) yang dilakukan di rumah lebih jauh dari riya, karena sesungguhnya seseorang yang shalat (sunnah) di mesjid dilihat oleh manusia, dan terkadang di hatinya pun timbul riya, sedangkan orang yang shalat (sunnah) di rumahnya maka hal ini lebih dekat dengan keikhlasan.” (Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin, 1232H:57) Seseorang yang dia betul-betul jujur dalam keikhlasannya, ia mencintai untuk menyembunyikan kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan kejelekannya. Maka dari itu wahai saudaraku, marilah kita berusaha untuk membiasakan diri menyembunyikan kebaikan-kebaikan kita, karena ketahuilah, hal tersebut lebih dekat dengan keikhlasan. 3.
Memandang Rendah Amal Kebaikan Memandang rendah amal kebaikan yang kita lakukan dapat mendorong kita agar amal perbuatan kita tersebut lebih ikhlas. Di antara bencana yang dialami seorang hamba adalah ketika ia merasa ridha dengan amal kebaikan yang dilakukan, di mana hal ini dapat menyeretnya ke dalam perbuatan ujub (berbangga diri) yang menyebabkan rusaknya keikhlasan. Semakin ujub seseorang terhadap amal kebaikan yang ia lakukan, maka akan semakin kecil dan rusak keikhlasan dari amal tersebut, bahkan pahala amal kebaikan tersebut dapat hilang sia-sia.
4.
Takut Akan Tidak Diterimanya Amal Allah berfirman:
َ و َ اﻟ ﱠ ﺬ ِﯾﻦ َ ﯾُﺆ ْ ﺗ ُﻮن َ ﻣ َ ﺎ آﺗ َﻮ ْ ا و َ ﻗﺟ ُِﻠ ﻠُﻮَﺔﺑُ ٌﮭأُﻢ َْﻧ ﱠﮭُﻢ ْ إ ِﻟ َﻰ ر َ ﺑﱢﮭ ِﻢ ْ ر َ اﺟ ِ ﻌ ُﻮن “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al Mu’minun: 60) Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa di antara sifat-sifat orang mukmin adalah mereka yang memberikan suatu pemberian, namun mereka takut akan tidak diterimanya amal perbuatan mereka tersebut ( Tafsir Ibnu Katsir ). Hal semakna juga telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Aisyah ketika beliau bertanya kepada Rasulullah tentang makna ayat di atas. Ummul Mukminin Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah apakah yang dimaksud dengan ayat, “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka” adalah orang yang mencuri, berzina dan meminum khamr kemudian ia takut terhadap Allah?. Maka Rasulullah pun menjawab: Tidak wahai putri Abu Bakar Ash Shiddiq, yang dimaksud dengan ayat itu adalah mereka yang shalat, puasa, bersedekah namun mereka takut tidak diterima oleh Allah.” (HR. Tirmidzi dengan sanad shahih ) Di antara hal yang dapat membantu kita untuk ikhlas adalah ketika kita takut akan tidak diterimanya amal kebaikan kita oleh Allah. Karena sesungguhnya keikhlasan itu tidak hanya ada ketika kita sedang mengerjakan amal kebaikan, namun keikhlasan harus ada baik sebelum maupun sesudah kita melakukan amal kebaikan. Apalah artinya apabila kita ikhlas ketika beramal, namun setelah itu kita merasa hebat dan 14
bangga karena kita telah melakukan amal tersebut. Bukankah pahala dari amal kebaikan kita tersebut akan hilang dan sia-sia? Bukankah dengan demikian amal kebaikan kita malah tidak akan diterima oleh Allah? Tidakkah kita takut akan munculnya perasaan bangga setelah kita beramal sholeh yang menyebabkan tidak diterimanya amal kita tersebut? Dan pada kenyataannya hal ini sering terjadi dalam diri kita. Sungguh amat sangat merugikan hal yang demikian itu. 5.
Tidak Terpengaruh Oleh Perkataan Manusia Pujian dan perkataan orang lain terhadap seseorang merupakan suatu hal yang pada umumnya disenangi oleh manusia. Bahkan Rasulullah pernah menyatakan ketika ditanya tentang seseorang yang beramal kebaikan kemudian ia dipuji oleh manusia karenanya, beliau menjawab, “Itu adalah kabar gembira yang disegerakan bagi seorang mukmin.” (HR. Muslim) Begitu pula sebaliknya, celaan dari orang lain merupakan suatu hal yang pada umumnya tidak disukai manusia. Namun janganlah jadikan pujian atau celaan orang lain sebagai sebab beramal saleh, karena hal tersebut bukanlah termasuk perbuatan ikhlas. Seorang mukmin yang ikhlas adalah seorang yang tidak terpengaruh oleh pujian maupun celaan manusia ketika ia beramal saleh. Ketika ia mengetahui bahwa dirinya dipuji karena beramal sholeh, maka tidaklah pujian tersebut kecuali hanya akan membuat ia semakin tawadhu (rendah diri) kepada Allah. Ia pun menyadari bahwa pujian tersebut merupakan fitnah (ujian) baginya, sehingga ia pun berdoa kepada Allah untuk menyelamatkannya dari fitnah tersebut. Ketahuilah wahai saudaraku, tidak ada pujian yang dapat bermanfaat bagimu maupun celaan yang dapat membahayakanmu kecuali apabila kesemuanya itu berasal dari Allah. Manakah yang akan kita pilih wahai saudaraku, dipuji manusia namun Allah mencela kita ataukah dicela manusia namun Allah memuji kita ?
6.
Menyadari Bahwa Manusia Bukanlah Pemilik Surga dan Neraka Sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari bahwa orang-orang yang dia jadikan sebagai tujuan amalnya itu (baik karena ingin pujian maupun kedudukan yang tinggi di antara mereka), akan sama-sama dihisab oleh Allah, sama-sama akan berdiri di padang mahsyar dalam keadaan takut dan telanjang, samasama akan menunggu keputusan untuk dimasukkan ke dalam surga atau neraka, maka ia pasti tidak akan meniatkan amal perbuatan itu untuk mereka. Karena tidak satu pun dari mereka yang dapat menolong dia untuk masuk surga ataupun menyelamatkan dia dari neraka. Bahkan seandainya seluruh manusia mulai dari Nabi Adam sampai manusia terakhir berdiri di belakang, maka mereka tidak akan mampu untuk mendorong masuk ke dalam surga meskipun hanya satu langkah. Maka, mengapa kita bersusah-payah dan bercapek-capek melakukan amalan hanya untuk manusia? Ibnu Rajab dalam kitabnya Jamiul Ulum wal Hikam berkata: “Barang siapa yang berpuasa, shalat, berzikir kepada Allah, dan dia maksudkan dengan amalan-amalan tersebut untuk mendapatkan dunia, maka tidak ada kebaikan dalam amalan-amalan tersebut sama sekali, amalan-amalan tersebut tidak bermanfaat baginya, bahkan hanya akan menyebabkan ia berdosa”. Yaitu amalan-amalannya tersebut tidak bermanfaat baginya, lebih-lebih bagi orang lain.
7.
Ingin Dicintai, Namun Dibenci Sesungguhnya seseorang yang melakukan amalan karena ingin dipuji oleh manusia tidak akan mendapatkan pujian tersebut dari mereka. Bahkan sebaliknya, manusia akan mencelanya, mereka akan membencinya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang memperlihatlihatkan amalannya maka Allah akan menampakkan amalan-amalannya “ (HR. Muslim) Akan tetapi, apabila seseorang melakukan amalan ikhlas karena Allah, maka Allah dan para makhluk-Nya akan mencintainya sebagaimana firman Allah ta’ala: 15
ن ﱠ اﻟ ﱠ ﺬ ِﯾﻦ َ آﻣ َ ﻨ إ ُِﻮا و َ ﻋ َﻤ ِﻠ ُﻮا اﻟﺼ ﱠﺎﻟ ِﺤ َ ﺎت ِ ﺳ َ ﯿ َﺠ ْ ﻌ َ ﻞ ُ ﻟ َﮭُﻢ ُ اﻟﺮ ﱠﺣ ْ ﻤ َﻦ ُ و ُ د ّ ًا “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam: 96) Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dia akan menanamkan dalam hati-hati hamba-hamba-Nya yang saleh kecintaan terhadap orang-orang yang melakukan amal-amal saleh (yaitu amalan-amalan yang dilakukan ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan Nabi-Nya ). (Tafsir Ibnu Katsir). Dalam sebuah hadits dinyatakan “Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia menyeru Jibril dan berkata: wahai Jibril, sesungguhnya Aku mencintai fulan, maka cintailah ia. Maka Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril menyeru kepada penduduk langit: sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah ia. Maka penduduk langit pun mencintainya. Kemudian ditanamkanlah kecintaan padanya di bumi. Dan sesungguhnya apabila Allah membenci seorang hamba, maka Dia menyeru Jibril dan berkata : wahai Jibril, sesungguhnya Aku membenci fulan, maka bencilah ia. Maka Jibril pun membencinya. Kemudian Jibril menyeru kepada penduduk langit: sesungguhnya Allah membenci fulan, maka benciilah ia. Maka penduduk langit pun membencnya. Kemudian ditanamkanlah kebencian padanya di bumi.” (HR. Bukhari Muslim) Hasan Al Bashri berkata: “Ada seorang laki-laki yang berkata : ‘Demi Allah aku akan beribadah agar aku disebut-sebut karenanya’. Maka tidaklah ia dilihat kecuali ia sedang shalat, dia adalah orang yang paling pertama masuk mesjid dan yang paling terakhir keluar darinya. Ia pun melakukan hal tersebut sampai tujuh bulan lamanya. Namun, tidaklah ia melewati sekelompok orang kecuali mereka berkata: ‘lihatlah orang yang riya ini’. Dia pun menyadari hal ini dan berkata: tidaklah aku disebut-sebut kecuali hanya dengan kejelekan, ’sungguh aku akan melakukan amalan hanya karena Allah’. Dia pun tidak menambah amalan kecuali amalan yang dulu ia kerjakan. Setelah itu, apabila ia melewati sekelompok orang mereka berkata: ’semoga Allah merahmatinya sekarang’. Kemudian Hasan al bashri pun membaca ayat: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (Ibnu Katsir, 1315H:194).
Buah dari Ikhlas Seseorang yang telah beramal ikhlas karena Allah (di samping amal tersebut harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam), maka keikhlasannya tersebut akan mampu mencegah setan untuk menguasai dan menyesatkannya. Allah berfirman tentang perkataan Iblis laknatullah alaihi yang artinya: Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.” (Qs. Shod: 82-83). Buah lain yang akan didapatkan oleh orang yang ikhlas adalah orang tersebut akan Allah jaga dari perbuatan maksiat dan kejelekan, sebagaimana Allah berfirman tentang Nabi Yusuf yang artinya “Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang ikhlas. “ ( Qs. Yusuf : 24). Pada ayat ini Allah mengisahkan tentang penjagaan Allah terhadap Nabi Yusuf sehingga beliau terhindar dari perbuatan keji, padahal faktor-faktor yang mendorong beliau untuk melakukan perbuatan tersebut sangatlah kuat. Akan tetapi karena Nabi Yusuf termasuk orang-orang yang ikhlas, maka Allah pun menjaganya dari perbuatan maksiat. Oleh karena itu wahai , apabila kita sering dan berulang kali terjatuh dalam perbuatan kemaksiatan, ketahuilah sesungguhnya hal tersebut diakibatkan minim atau bahkan tidak adanya keikhlasan di dalam diri kita, maka introspeksi diri dan perbaikilah niat kita selama ini, semoga Allah menjaga kita dari segala kemaksiatan dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang ikhlas.
16
BAB IV Pembahasan
Dalam pembahasan mengenai jaringan TCP/IP dari sisi teknologi kita mengetahui bahwa model layer OSI dibagi dalam dua group yaitu “upper layer” dan “lower layer ”. Upper layers, fokus pada aplikasi pengguna dan bagaimana file direpresentasikan di komputer. Upper layers berurusan dengan persoalan aplikasi dan pada umumnya diimplementasi hanya pada software. Lower layers merupakan intisari komunikasi data melalui jaringan aktual. Lower layers mengendalikan persoalan transport data. Disini kita dapat melihat adanya ketergantungan antara lapisan atas dengan lapisan bawah juga sebaliknya. Jika hal demikian kita komparasi dengan perbuatan kita maka akan tampak bahwa perbuatan dzahir “lapisan atas” itu takkan bermanfaat disisi Allah jika tidak desertai dengan “lapisan bawah” yang berupa ikhlasnya niat. Orang yang ikhlas adalah “mukhlis”. Dengan adanya keikhlasan maka akan terdapat kesamaan amalan seorang hamba yang dilakukannya secara dzahir dan bathin. Dengan keikhlasan pula, seorang hamba dapat berlepas diri dari sesuatu selain Allah SWT, yaitu bersihnya perbuatan, atau meninggalkan sesuatu hal dengan tujuan mencari ridha Allah dan pahala dari-Nya. Dalam jaringan komputer, piranti-piranti jaringan bisa berkomunikasi antar sesama dikarenakan piranti-piranti tersebut menjalankan protocol stack yang sama, walaupun mereka menggunakan sistem operasi yang berbeda. Begitupula yang terjadi dengan amaliah yang kita kerjakan sehari-hari, jika tidak disertai dengan keikhlasan maka kita tidak akan bisa “berkomunikasi” dengan Allah dikarenakan kita tidak “menjalankan protokol stack yang sama” yaitu keimanan. Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162). Amal yang kita lakukan layaknya data yang dikirim dari satu piranti ke piranti lain, yaitu berjalan turun ke protocol stack dibawahnya melalui media transmisi, dan kemudian naik ke protocol stack pada sisi piranti lawan komunikasinya. Surat Al-Bayyinah ayat 5 menyatakan, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” Serta Rasulullah saw. bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama; cukup bagimu amal yang sedikit.” Dua dalil tersebut semakin memperkuat bahwa amal itu harus “turun” atau “berasal” dari sebuah ketaatan terhadap Allah sehingga amal tersebut pada akhirnya akan “naik” ke hadlirat Allah, tidak peduli sedikit atau banyaknya amal yang kita lakukan. Tatkala Jibril bertanya tentang ihsan, Rasul saw. berkata, “Engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihatNya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu.” Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.” Dalam jaringan TCP/IP terdapat suatu proses yang bernama proses enkapsulasi, yaitu process pemecahan suatu pesan kedalam paket-paket, penambahan control dan informasi lainnya, dan kemudian mentransmisikan pesan tersebut melalui media transmisi. Ada 5 macam step pada proses data encapsulation: 6. 7.
Layer bagian atas menyiapkan data yang akan dikirim melalui jaringan Layer transport memecah data kedalam potongan-potongan yang disebut segmen, menambah informasi urutan dan juga informasi control. 8. Layer network mengkonversikan segmen kedalam paket-paket, menambah logical jaringan, dan menambah address piranti. 9. Layer Data link mengkonversikan paket-paket kedalam frame-frame, menambahkan informasi address phisik dari piranti. 10. Layer physical mengkonversikan frame-frame kedalam bit-bit untuk ditransmisikan melalui media transmisi. 17
Seperti terlihat dalam gambar :
Dari gambar pentransmisian data, dapat kita perhatikan bahwa pada mulanya, data yang berasal dari lapisan aplikasi sangatlah kecil bila dibandingkan dengan data yang telah sampai pada lapisan fisik. Dari penggambaran tersebut dapat dipetik sebuah pelajaran bahwa sesungguhnya yang diwajibkan dalam amal perbuatan kita bukanlah banyaknya akan tetapi keikhlasan. Amal yang pada mulanya dinilai kecil di mata manusia, apabila kita melakukannya ikhlas karena Allah, maka amal tersebut akan naik kehadlirat Allah dengan bertambah kebaikannya, serta berlipat pahalanya. Seperti yang telah difirmankan Allah, bahwa amal yang dilakukan dengan ikhlas akan dilipatkan pahalanya oleh Allah sebanyak 7 sampai 700 kali lipat. Allah akan menerima dan melipat gandakan pahala dari amal perbuatan tersebut. Abdullah bin Mubarak berkata, “Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar karena niat, dan betapa banyak pula amal yang besar menjadi kecil hanya karena niat.” (Abd ibn Mubarak, 1290H:246). Oleh karena itu Imam Fudhail bin Iyadh memahami kata ihsan dalam firman Allah surat Al-Mulk ayat 2 yang berbunyi, “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” dengan makna akhlasahu (yang paling ikhlas) dan ashwabahu (yang paling benar). Katanya, “Sesungguhnya jika amal dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Dan jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak diterima. Sehingga, amal itu harus ikhlas dan benar. Ikhlas jika dilakukan karena Allah Azza wa Jalla dan benar jika dilakukan sesuai sunnah.” Pendapat Fudhail ini disandarkan pada firman Allah swt. di surat Al-Kahfi ayat 110. Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.” Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.” Seorang ulama yang bernama Sufyan Ats Tsauri pernah berkata, “Sesuatu yang paling sulit bagiku untuk aku luruskan adalah niatku, karena begitu seringnya ia berubah-ubah.” Niat yang baik atau keikhlasan merupakan sebuah perkara yang sulit untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan sering berbolak-baliknya hati kita. Terkadang ia ikhlas, di lain waktu tidak. Padahal, sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, ikhlas merupakan suatu hal yang harus ada dalam setiap amal kebaikan kita. Amal kebaikan yang tidak terdapat keikhlasan di dalamnya hanya akan menghasilkan kesia-siaan belaka. Bahkan bukan hanya itu, ingatkah kita akan sebuah hadits Rasulullah yang 18
menyatakan bahwa tiga orang yang akan masuk neraka terlebih dahulu adalah orang-orang yang beramal kebaikan namun bukan karena Allah?. Ya, sebuah amal yang tidak dilakukan ikhlas karena Allah bukan hanya tidak dibalas apa-apa, bahkan Allah akan mengazab orang tersebut, karena sesungguhnya amalan yang dilakukan bukan karena Allah termasuk perbuatan kesyirikan yang tak terampuni dosanya kecuali jika ia bertaubat darinya, Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa : 48). Dari uraian pembandingan antara sisi sains dan sisi agama dapat dihasilkan suatu sintesa bahwa ranah integrasiinterkoneksi untuk ibadah terdapat pada ranah epistimologi, sedangkan ranah integrasi interkoneksi jaringan TCP/IP berada dalam ranah aksiologi.
Ibadah Islam
dalam
Jaringan TCP/IP Aksiologi
Epistimologi
Sedangkan model integrasi interkoneksi yang sesuai adalah konfirmatif-informatif. Yaitu menegaskan dan memberikan pemahaman baru terhadap konsep sains dengan konsep wawasan agama. Dalam hal ini, keteraturan yang ada dalam konsep jaringan ditegaskan dengan konsep keikhlasan dalam agama.
19
BAB V Penutup A. Kesimpulan Menjawab dari tujuan ditulisnya makalah ini, dan sesuai dengan uraian-uraian serta pembahasan maka didapat suatu kesimpulan yaitu : 1. Ranah Integrasi-Interkoneksi dari “Jaringan TCP/IP dan Ibadah dalam Islam” adalah Ranah Epistimologi-Aksiologi. 2. Model Integrasi-Interkoneksi yang digunakan adalah Model Konfirmatif-Informatif. B. Saran 1. Janganlah dimabukkan oleh teknologi, karena hakikat dari teknologi hanyalah untuk mempermudah kehidupan manusia. Sehingga kita hidup kita tidak boleh terpusat secara an-sich pada teknologi itu sendiri 2. Manfaatkan teknologi yang ada untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat sehingga dengan kemudahankemudahan yang didapat, kita bisa bertambah rasa syukur kepada Allah SWT. 3. Manusia tidak boleh menyombongkan diri karena mempunyai ilmu yang banyak, alangkah baiknya kita mensyukuri bahwa ilmu itu anugerah dari Allah yang wajib dibagi bagikan kepada orang lain. 4. Amal yang kita lakukan sehari-hari haruslah memiliki esensi keikhlasan, karena sesungguhnya yang diwajibkan dalam amal perbuatan kita bukanlah banyaknya akan tetapi keikhlasan yang melandasi amal tersebut.
20
Daftar Pustaka
Al-Jauzi, Ibn Qayyim. Singgasana Allah (terj. Indonesia oleh Mizan). Jakarta:1997 Bin Haq, Syaikh Ahmad. Ikhlas li-Addin. Darul Kutub:Beirut. 1976 Ibn Katsir. Tafsir Ibn Katsir. Gema Insani Press. Jakarta:1999 Ibn Mubarak, Abd. Bayanu Ad-Diin. Kutubus Salamah:Kairo.1989 Ibn Muhammad, Sayyid Abu Bakr. Tanbih fil Ardhi. Pustaka Islam:1981
Hollbroke, Richard. Networking Society. Cisco Systems:New York. 1997 Geier, Jim. Wireless Networking. IDG Books:London. 2001 Leiden. Computers Network. Cathastrope Press:Avignon. 1995 Mansfield , Niall. Practical TCP/IP. Andi:Yogyakarta. 2005 Odom, Wendell. First Step Computer Networking. Cisco Systems:New York. 2001 http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/component/content/article/22-pengajian/1260-mulianyasikap-memaafkan. diakses pada : 14-12-2010 http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/hikmah. diakses pada : 14-12-2010 Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah. Lentera Hati:Jakarta. 2003
Wilenski, Leiden. TCP/IP For Dummies. IDG Books:London. 1994
21