BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia terdapat berbagai bentuk dan jenisnya, seperti Pondok Pesantren, Madrasah, Sekolah Umum bercirikan Islam dan Perguruan Tinggi Islam. Selain itu, jenis pendidikan Islam luar sekolah, seperti pembelajaran al-Qur’an, pesantrenisasi dan lain sebagainya.1 Keseluruhannya itu merupakan yang sangat berharga dari sistem pendidikan nasional Indonesia. Keberadaan lembaga-lembaga pendidikan tersebut sebagai khazanah pendidikan dan diharapkan dapat membangun dan memberdayakan umat Islam di Indonesia. Pembangunan dan pemberdayaan umat Islam di Indonesia secara optimal tersebut sangat identik dengan tujuan umum pendidikan agama Islam itu sendiri. Tujuan umum pendidikan agama Islam dapat dijabarkan kedalam tiga aspek, yaitu menyempurnakan hubungan manusia dengan Khaliknya (muamalah ma’al Khalik), hubungan manusia dengan sesama manusia (muamalah ma’an naas) dan mewujudkan keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kedua hubungan itu dan mengaktifkan keduanya sejalan dan berjalin dalam diri pribadi (muamalah ma’an nafsi)2.
1 Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam Membangun Masyarakat Madani Indonesia (Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2003), 256. 2 Direktoraj Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, 1984), 120.
1
2
Dalam
rangka
mewujudkan
kesinambungan
dan
keterpaduan
pembinaan aspek kognitif, psikomotorik keagamaan dan sikap beragama bagi murid, maka perlu dipikirkan dan disiapkan pengadaan pembelajaran alQur’an yang sesuai untuk menangani anak-anak usia SD. Pembelajaran alQur’an tersebut bisa digerakkan di madrasah melalui kegiatan ekstra kurikuler atau diselenggarakan di masyarakat oleh lembaga-lembaga keagamaan.3 Menurut pengamatan penulis untuk menciptakan generasi qur’ani di MI Ma'arif Setono dilakukan dengan pembelajaran al-Qur'an. Dengan Pembelajaran al-Qur'an ini diharapkan murid sejak dini telah mempunyai bekal dasar untuk membantu mereka dalam mempelajari al-Qur'an. Sehingga modal awal untuk menciptakan generasi qur’ani akan mudah tercapai. Allah SWT menurunkan kitab-Nya yang kekal agar dibaca oleh lidahlidah manusia, didengar oleh telinga-telinga mereka, dan menjadi ketenangan bagi hati mereka.4 Maka dari itu setiap mukmin yang mempercayai al-Qur'an mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap kitab sucinya, di antaranya ialah mempelajari dan mengajarkannya. Sesuai sabda Rosullullah SAW:
=ُ ?َ A@B َ ن َو َ َْأGHُ Iْ اKَ A@Lَ Mَ ْNOَ ْK ُآGُ Qْ R َ “Yang sebaik-baik kamu ialah orang yang mempelajari al-Qur'an dan mengajarkannya”.5 Dengan demikian anak harus sedini mungkin diajarkan
3
Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Surabaya: Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat (PSAPM), 2004), 304. 4 Yusuf al-Qaradhawi, Berinteraksi dengan al-Qur'an, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), 225 . 5 Zainal Abidin S. Seluk Beluk al-Qur'an (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), 194.
3
mengenai baca dan tulis kelak menjadi generasi qur’ani yang tangguh dalam menghadapi zaman.6 Membaca al-Qur’an tidak semudah membaca buku atau kitab lain. Membaca al-Qur’an adalah suatu ilmu yang mengandung seni, seni baca alQur’an. al-Qur’an itu adalah wahyu Allah SWT yang dibukukan, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai suatu mu’jizat, membacanya bernilai ibadah dan merupakan sumber utama ajaran Islam.7 Dinamika masalah yang muncul dalam pendidikan Islam merupakan masalah yang kompleks, salah satunya adalah dikhawatirkan menurunnya nilai-nilai keagamaan khususnya minat membaca dan menulis al-Qur’an di kalangan peserta didik. Begitupun halnya fenomena yang muncul di MI Ma’arif Setono. MI Ma’arif Setono adalah lembaga pendidikan formal yang mana di dalamnya terdapat kurikulum pendidikan umum dan pendidikan agama Islam. untuk pendidikan agama Islam mencakup bidang studi Akhidah Akhlaq, Qur’an-Hadits, Bahasa Arab, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam.8 Dalam proses pembelajaran bidang studi agama di MI Ma’arif Setono, guru selalu menekankan pada keberhasilan siswa yaitu siswa mampu membaca dan menulis al-Qur’an dan Hadits-Hadits terpilih serta bisa mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun fenomena yang muncul di
6
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam (Jakarta: DEPAG RI, 2005), 323. Direktoraj Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1994/1995) 69. 8 Lihat transkrip wawancara nomor: 18/1-W/F-1/21-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 7
4
MI Ma’arif Setono yaitu sebagian dari anak didik kelas III banyak yang belum lancar membaca dan menulis al-Qur’an. Hal ini disebabkan karena bervariasinya latar belakang peserta didik yakni keluarga sekolah dan lingkungan. Untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan pembelajaran alQur’an di MI Ma’arif Setono yang perlu dikembangkan adalah adalah menekankan keterpaduan antara 3 (tiga) lingkungan pendidikan yakni lingkungan pendidikan, sekolah dan masyakat.9 Dalam menyikapi hal tersebut maka langkah-langkah yang dilakukan MI Ma’arif Setono dalam meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia (SDM) terhadap pendidikan agama dengan melakukan upaya meningkatkan kemampuan siswa melalui pembelajaran al-Qur’an. Upaya yang sungguh-sungguh agar pendidikan Islam menjadi pilihan utama bagi masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yaitu dengan pencerdasan akal pikiran dan sekaligus pencerdasan qolbu, merupakan langkah efektif dalam membangun bangsa yang saat ini memerlukan generasigenerasi yang memilikikecerdasan intelektual dan qolbunya. Hal ini akan diperoleh bilamana lembaga pendidikan menggali dan menyelami nilai-nilai yang diajarkan al-Qur’an dan membangun Sumber Daya Umat (SDU) yang berkualitas dengan cara mengaktualisasikan nilai-nilai Qur’ani dalam sisitem pendidikan Islam.10
9 Lihat transkrip wawancara nomor: 19/1-W/F-1/21-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 10 Said Agil Husain al-Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani Dalam Sistem Pendidikan Islam (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), 6.
5
Dipandang dari segi bentuk dan jenis sekolah, MI Ma'arif Setono merupakan lembaga formal yang bercirikan Islam, yang di dalam kurikulumnya pasti memuat pendidikan agama Islam termasuk juga pengajaran al-Qur’an. Tetapi realitanya, MI Ma'arif Setono juga mengadopsi program pembelajaran al-Qur’an yang pada dasarnya merupakan lembaga non formal untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an anak didiknya. Mencermati kejadian di atas, menarik
sekali ketika sebuah
pembelajaran al-Qur’an yang notabene adalah bentuk pendidikan Islam non formal menjadi sangat penting diselenggarakan oleh sebuah madrasah yang merupakan sekolah formal yang bercirikan Islam. Dengan demikian, peneliti ingin berusaha menguak pelaksanaan Pembelajaran al-Qur’an yang berada di MI Ma'arif Setono tersebut. Pelaksanaan pembelajaran tersebut dapat dilihat dari segi latar belakang, pelaksanaan, faktor pendukung dan penghambat serta hasil dalam pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono. Dengan melihat sedemikian pentingnya pembelajaran al-Qur’an di MI Ma’arif Setono tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI MI MA’ARIF SETONO”.
B. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an di MI Ma'arif Setono bagi murid kelas I dan II. Fokus penelitian ini lebih ditekankan pada pembelajaran al-Qur'an yang terdiri dari latar belakang pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an di MI Ma'arif Setono, pelaksanaan
6
pembelajaran al-Qur’an di MI Ma'arif Setono, faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an di MI Ma'arif Setono, serta hasil dalam pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan atas latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Mengapa latar belakang diadakannya pembelajaran al-Qur’an di MI Ma'arif Setono? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an di MI Ma'arif Setono? 3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran al-Qur’an di MI Ma'arif Setono? 4. Bagaimana hasil dalam pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan
rumusan
masalah
yang
telah
disebutkan,
dapat
diformulasikan tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan latar belakang
pelaksanaan
Pembelajaran al-Qur’an di MI Ma'arif Setono. 2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan pelaksanaan Pembelajaran alQur’an di MI Ma'arif Setono. 3. Untuk
mendeskripsikan
dan
menjelaskan
faktor
pendukung
dan
penghambat pelaksanaan Pembelajaran al-Qur’an di MI Ma'arif Setono.
7
4. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hasil dalam pembelajaran alQur'an di MI Ma'arif Setono.
E. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk semua pihak sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi peneliti pendidikan, b. Menjadi modal penelitian lanjutan oleh pihak lain. 2. Manfaat Praktis a. Bagi madrasah, dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu Madrasah dalam kaitannya mengembangkan potensi peserta didik. b. Bagi guru, dapat membantu mengatasai permasalahan yang dihadapi dalam melakukan proses pembelajaran. c. Bagi peneliti, dapat memberikan sumbangan dalam upaya peningkatan pembelajaran dan solusi terhadap permasalahan khususnya terhadap kemampuan membaca al-Qur’an di lingkungan pendidikan.
F. Telaah Pustaka Pembelajaran al-Qur’an di Indonesia merupakan suatu lembaga pendidikan non formal, keberadaan lembaga tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan lembaga pendidikan formal di Indonesia. Terbukti banyaknya lembaga pendidikan formal yang outputnya lemah di bidang agama Islam.
8
Fenomena tersebul lebih dikarenakan terlalu sedikitnya jam pelajaran pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal, banyaknya guru agama (SDM) yang rendah kualitasnya, dan tidak ada kemauan atau niat ikhlas untuk meningkatkan pengetahuan agama Islam bagi anak didiknya. Selain itu, ada sebagian mahasiswa STAIN Ponorogo yang melakukan penelitian terkait dengan Pembelajaran al-Qur'an sebagai berikut: Nurul hidayati dalam skripsinya tahun 2006. Ia mengangkat judul “Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran al-Qur'an terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas I SMP Ma’arif I Ponorogo”. Tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Pembelajaran al-Qur'an siswa kelas I SMP Ma’arif I Ponorogo, untuk mengetahui prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas I SMP Ma’arif
I
Ponorogo,
dan
untuk
mengetahui
pengaruh
pelaksanaan
Pembelajaran al-Qur'an terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa kelas I SMP Ma’arif I Ponorogo. Yang menyimpulkan bahwa pelaksanaan Pembelajaran al-Qur'an siswa kelas I SMP Ma’arif I Ponorogo adalah kategori cukup dan tidak ada pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan Pembelajaran al-Qur'an terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa kelas I SMP Ma’arif I Ponorogo. Yang menyebabkan tidak ada pengaruh yang signifikan yaitu siswa yang merasa sudah bisa membaca al-Qur'an dan tidak mengikuti Pembelajaran al-Qur'an. Munnatul Khiyaroh dalam skripsinya tahun 2007. Ia mengangkat judul “Pembelajaran Bimbingan Membaca al-Qur'an (BMQ). Studi kasus di MTsN
9
Sewulan Dagangan Madiun”. Tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui latar belakang dilaksanakannya Pembelajaran Bimbingan
Membaca
al-Qur'an
(BMQ),
untuk
mengetahui
tujuan
diselenggarakannya Pembelajaran Bimbingan Membaca al-Qur'an (BMQ), untuk mengetahui materi yang digunakan dalam Pembelajaran Bimbingan membaca al-Qur'an (BMQ), untuk mengetahui strategi dan pendekatan yang digunakan dalam Pembelajaran Bimbingan membaca al-Qur'an (BMQ), dan untuk mengetahui sistem evaluasi dalam Pembelajaran Bimbingan membaca al-Qur'an (BMQ). Yang menyimpulkan bahwa kegiatan tersebut dilatar belakangi oleh rendahnya kemampuan membaca al-Qur'an, tujuannya untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Qur'an, Materi yang digunakan adalah surat-surat pendek dalan al-Qur'an, strategi yang digunakan adalah penugasan melalui praktek membaca dan menghafal surat-surat pendek dalam al-Qur'an dengan penekanan bacaannya dari segi makhorijul huruf dan tajwidnya dengan melalui tehnik drill (latihan) dan CBSA. Sedang untuk pendekatan yang digunakan pada proses Pembelajaran Bimbingan membaca al-Qur'an (BMQ) adalah menggunakan pendekatan individual, dan sistem evaluasi yang digunakan adalah penugasan dan praktek langsung. Dari telaah terhadap hasil penelitian terdahulu terdapat fakta yang menarik bahwa pembelajaran al-Qur'an merupakan suatu kegiatan ekstra kurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah untuk menunjang kemampuan murid untuk mempelajari al-Qur'an. Tetapi
belum ada yang membahas
mengenai Pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono.
10
G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah pendekatan fenomenologis. Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.11 Penelitian fenomenologis bertujuan untuk memusatkan perhatian pada suatu situasi secara intensif dan terperinci mengenai latar belakang keadaan yang dipermasalahkan.12 Dari deskripsi tersebut terungkap bahwa peneliti harus berusaha mendalami situasi yang terjadi berdasarkan fakta dan kenyataan yang terjadi di lapangan peneliti. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena yang ada yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau.13 Kondisi yang dimana terjadi secara alamiah atau naturalistik tanpa campur tangan peneliti. Penelitian ini sangat bergantung pada kondisi dan situasi di lapangan. 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian kualitatif peneliti menjadi instrument kunci untuk mengumpulkan data. Untuk itu, peneliti disini bertindak sebagai partisipan penuh yang mampu bertanya, memotret, mengkonstruksi dan menganalisis obyek yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Sehingga kehadiran
11
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , 9. Miftachul Choiri, Pengantar Metode Penelitian (Ponorogo: Lembaga Penerbitan dan Pengembangan Ilmiah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo, 2002 ), 10. 13 Nana Saodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 54. 12
11
peneliti di lapangan harus di mulai dari awal sampai akhir penelitian. Sehingga data yang didapatkan peneliti merupakan data yang pasti. 3. Lokasi Penelitian a. Lokasi Geografis MI Ma'arif Setono terletak di jalan Bhatoro Katong Ponorogo. Tepatnya di kompleks makam Bhatoro Katong yang menjadi sesepuh masyarakat Ponorogo. MI Ma'arif Setono terletak di Kelurahan Setono, Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo. MI Ma'arif Setono didirikan untuk memenuhi tuntutan akan kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang bercirikan Islam yang berkualitas untuk menjawab tantangan perkembangan zaman yang terus berubah begitu cepat. Selain itu MI Ma'arif Setono juga berfungsi sebagai benteng pertama yang akan membimbing dan mengarahkan anak didik menuju perkembangan maksimal yang didasari oleh akhlaqul karimah. b. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada di MI Ma'arif Setono antara lain adalah ruang kelas, laboratorium computer, ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah dan guru serta masjid yang berada di kompleks makam Bhatoro Katong. 4. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini ada dua macam, sumber primer dan sekunder. Sumber primer merupakan sumber yang langsung
12
memberikan data kepada peneliti, sedangkan sumber sekunder adalah sumber yang secara tidak langsung kepada peneliti.14 Sumber primer disini adalah kepala sekolah, guru dan karyawan serta murid MI Ma'arif Setono. Sedangkan sumber sekunder adalah data-data yang berbentuk dokumen atau file yang di dapatkan peneliti di lapangan. 5. Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui tehnik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang diinginkan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data lebih banyak dilakukan dengan menggunakan tehnik pengumpulan data wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi.15 Karena fakta-fakta yang ada di lapangan dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara dan diobservasi pada latar, dimana fakta tersebut berlangsung dan disamping itu untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi tentang data-data yang ditulis oleh atau tentang subyek. a. Tehnik Wawancara Tehnik wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yang mengajukan pertanyaan 14
Mattew B. Miles dan Michael A. Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru, Terj. Tjetjep Rohendi (Jakarta: UI-Press, 1992), 17. 15 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), 63.
13
dan yang diwawancarai. Maksud mengadakan wawancara antara lain adalah mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi; merekonstruksi
kejadian-kejadian
masa
lalu;
memproyeksikan
kegiatan yang diharapkan pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang di peroleh dari orang lain baik dari manusia maupun bukan manusia; dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstrusi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.16 Tehnik ini untuk menggali semua informasi secara langsung dari guru, maupun kepala sekolah yang berkaitan dengan dengan bagaimanakah latar belakang diadakannya pembelajaran al-Qur’an di MI Ma'arif Setono, bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran alQur’an di MI Ma'arif Setono, serta apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran al-Qur’an di MI Ma'arif Setono. b. Tehnik Observasi Tehnik Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala-gejala yang tampak pada obyek peneliti.17 Observasi dilakukan secara terus terang, artinya peneliti dalam melakukan pengumpulan data secara langsung mengatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia adalah seorang peneliti. Jadi sumber data yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti selama penelitian tersebut berlangsung. 16 17
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , 135. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 158.
14
Kegunaan tehnik ini adalah untuk memperoleh data dengan cara pengamatan langsung tentang latar belakang obyek penelitian, proses kegiatan, kondisi madrasah dan lain-lain. c. Tehnik Dokumentasi Tehnik dokumentasi yaitu catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen ini bisa berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental
dari
seseorang.18
Tehnik
ini
digunakan
untuk
mengumpulkan data dengan jalan mengumpulkan keterangan atau dokumen dan catatan yang diambil data tentang struktur organisasi, data guru dan murid, sarana dan prasarana, kurikulum di MI Ma'arif Setono, dan lain-lain. 6. Analisis Data Yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga
dapat
dengan
mudah
difahami
dan
temuannya
dapat
diinformasikan kepada orang lain.19 Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif dengan alur analisis Miles dan Huberman yang meliputi: a. Reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang 18
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , 82. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif (Bandung: Alfabeta, 2006), 334. 19
15
tidak perlu.20 Dalam penelitian ini setelah seluruh data yang berkaitan dengan pembelajaran al-Qur’an di MI Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo terkumpul seluruhnya, maka untuk memudahkan dalam melakukan analisis data-data yang masih kompleks tersebut dipilihpilih dan difokuskan, sehingga menjadi lebih sederhana. b. Display data, yaitu menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network dan chart. Setelah seluruh data tentang pembelajaran al-Qur'an di MI Ma’arif Setono Jenangan Ponorogo terkumpul dan melalui proses reduksi data, maka data tersebut disusun secara sistematis supaya mudah difahami. c. Penarikan kesimpulan (Clonclusion Drawing). Setelah melalui proses reduksi data dan display data, peneliti kemudian membuat kesimpulan. Kesimpulan tersebut masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Bila kesimpulan tersebut didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan
data,
maka
kesimpulan
tersebut
merupakan
kesimpulan yang kredibel. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa analisis selama pengumpulan data memberikan kesempatan kepada peneliti lapangan untuk pulang balik antara memikirkan tentang data yang seringkali kualitasnya lebih baik.21
20
Ibid., 338. Mattew B. Miles dan Michael A. Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru, Terj. Tjetjep Rohendi (Jakarta: UI-Press, 1992), 73. 21
16
7. Pengecekan Keabsahan Temuan Keabsahan data merupakan konsep penting yang mempunyai empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferability),
kebergantungan
(dependability),
dan
kepastian (confirmability).22 Sedangkan masing-masing kriteria tersebut mempunyai tehnik pemeriksaan tersendiri. Misalnya kriteria kepercayaan dapat dilakukan dengan perpanjangan keikut sertaan, triangulasi dan lainlain, kriteria keterangan dengan uraian rinci, kriteria kebergantungan dengan audit kebergantungan dan kriteria kepastian dilakukan dengan audit kepastian. 8. Tahapan-Tahapan Penelitian Tahapan-tahapan penelitian ini ada tiga dan ditambah dengan tahap akhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahaptahap penelitian tersebut adalah : NO KEGIATAN (1) Tahap pra lapangan yang meliputi : menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, observasi keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, serta menyiapkan perlengkapan penelitian. (2) Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi: memahami dan mempersiapkan diri memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data. (3) Tahap analisis data, yang meliputi : analisis selama dan setelah pengumpulan data. (4) Tahap penulisan hasil lapangan penelitian
22
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 175.
17
H. Sistematika Pembahasan Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab dan masingmasing bab saling berkaitan yang merupakan kesatuan yang utuh, yaitu: BAB SATU
: Pendahuluan, bab ini berfungsi untuk memaparkan pola dasar dari keseluruhan isi skripsi yang terdiri dari : latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori dan atau telaah pustaka, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB DUA
: Landasan Teori, bab ini berfungsi untuk mengetengahkan kerangka acuan teori yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan penelitian, yang terdiri dari: pengertian Pembelajaran al-Qur’an, maksud dan tujuan Pembelajaran al-Qur’an serta macam-macam metode Pembelajaran alQur’an.
BAB TIGA
: Temuan Penelitian. Dalam bab ini memaparkan tentang penemuan peneliti di lapangan yang meliputi kondisi umum MI Ma'arif Setono, pelaksanaan Pembelajaran alQur’an yang terdiri dari latar belakang pelaksanaan Pembelajaran
al-Qur’an
di
MI
Ma'arif
Setono,
pelaksanaan Pembelajaran al-Qur’an di MI Ma'arif Setono, serta faktor pendukung dan penghambat dalam
18
pelaksanaan Pembelajaran al-Qur’an di MI Ma'arif Setono. BAB EMPAT
: Analisis Data, dalam bab ini berisi tentang analisis pelaksanaan Pembelajaran al-Qur’an yang terdiri dari analisis latar belakang pelaksanaan Pembelajaran alQur’an di MI Ma'arif Setono, analisis pelaksanaan Pembelajaran al-Qur’an di MI Ma'arif Setono, serta analisis faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan Pembelajaran al-Qur’an di MI Ma'arif Setono.
BAB LIMA
: Penutup. Bab ini dimaksudkan untuk memudahkan bagi pembaca yang mengambil inti sari dari skripsi, yang berisi kesimpulan dan saran.
19
BAB II PEMBELAJARAN AL-QUR'AN
A. Pengertian Pembelajaran al-Qur'an Tuntutan dan anjuran untuk mempelajari al-Qur'an dan menggali kandungannya serta menyebarkan ajaran-ajarannya dalam praktek kehidupan mesyarakat merupakan tuntutan yang tidak akan pernah habis. Tantangan dunia modern yang bersifat sekuler dan materialis, umat Islam dituntut untuk menunjukkan bimbingan dan ajaran al-Qur'an yang mampu memenuhi kekosongan nilai moral kemanusiaan dan spiritual. Disamping membuktikan ajaran-ajaran al-Qur'an yang bersifat rasional dan mendorong umat manusia untuk mewujudkan kemajuan dan kemakmuran serta kesejahteraan.23 Dalam kaitannya dengan masalah ini penulis akan mencoba menguraikan tentang bentuk aktualisasi nila-nilai qur’ani yang diterapkan di MI Ma'arif Setono dalam bentuk Pembelajaran al-Qur'an. Pembelajaran merupakan sesuatu aktivitas (proses) yang sistematis dan sistemik yang terdiri atas banyak komponen yang saling berkaitan.24 Sedangkan pembelajaran menurut SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.25 Dalam kegiatan pembelajaran al-Qur'an, pembelajaran
23
Said Agil Husain al-Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani Dalam Sistem Pendidikan Islam (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), 6. 24 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 242. 25 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-Undang dan Peraturan RI tentang Pendidikan (Jakarta: DEPAG RI, 2006), 7.
19
20
mencakup kegiatan belajar mengajar antara guru dengan murid yang didukung pula beberapa komponen pembelajaran dan berada pada lingkungan tertentu. Dalam kegiatan Pembelajaran, terjadi interaksi antara dua pihak, yaitu antara peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik yang melakukan kegiatan Pembelajaran. Pembelajaran juga berarti membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.26 Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material pasitas, perlengkapan dan prosedur untuk mencapai tujuan pembelajaran.27 Pembelajaran pada hakikatnya merupakan “proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa untuk melakukan proses belajar.” Sedangkan al-Qur'an menurut bahasa berarti “bacaan”. Dan menurut istilah “al-Qur'an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan mukjizat yang diriwayatkan secara mutawatir dan merupakan ibadah membacanya”.28 Maka
berdasarkan
uraian
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
Pembelajaran al-Qur'an adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar al-Qur'an, dengan didukung metode dalam pembelajarannya. Pembelajaran al-Qur'an adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dalam
26
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfa Beta, 2005), 61. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 60. 28 Zainal Abidin, Seluk Beluk al-Qur'an (Jakarta: rineka cipta, 1992), 1. 27
21
upaya untuk memberikan pemahaman kepada anak didik dalam proses kegiatan pembelajaran al-Qur'an.
B. Maksud dan Tujuan Pembelajaran al-Qur'an Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai makna yang berarti. Ibarat seorang yang bepergian tak tentu arah maka hasilnya pun tidak lebih dari pengalaman selama perjalanan. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukakan secara sadar dan jelas memiliki tujuan. Sehingga diharapkan dalam penerapannya ia tidak kehilangan arah dan pijakan. Dalam perkembangannya teori-teori tentang tujuan pendidikan Islam menjadi perhatian yang cukup besar dari para pakar pendidikan. Secara etimologi, tujuan adalah “arah, maksud atau haluan.”29 Secara terminologi, tujuan berarti “sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai.”30 menurut al-Syaibani, yang mengemukakan bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat.31 Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani. Potensi jasmaniah manusia adalah seluruh potensi yang berkenaan dengan seluruh
29
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993), 9. Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syabany, Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), 478. 31 Ibid., 120. 30
22
organ fisik manusia. Sedangkan potensi ruhaniah manusia itu meliputi kekuatan yang terdapat di dalam batin manusia.32 Berdasarkan pendapat para pakar di atas, dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mencetak generasi Islam yang utuh, baik itu potensi jasmaniah maupun ruhaniah sehingga menjadi bekal untuk kehidupan dunia dan akhirat. Melalui sosok pribadi yang demikian, peserta didik diharapkan akan
mampu
memadukan
fungsi
iman,
ilmu
dan
amal
secara
berkesinambungan bagi terbinanya kehidupan yang harmonis, baik dunia maupun akhirat.
C. Metode Pembelajaran al-Qur'an 1. Pengertian Metode Mengajar Metode secara etimologi, istilah ini berasal dari bahasa yunani ”metodos” kata ini berasal dari dua suku kata yaitu: ”metha” yang berarti melalui atau melewati dan ”hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan yang di lalui untuk mencapai tujuan.33 Dalam kamus bahasa Indonesia ”metode” adalah cara yang teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.34 Sehingga dapat di pahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar mencapai tujuan pelajaran yang telah ditentukan.
32
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia (Jakarta: Prenada Media, 2004), 31. 33 Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 61. 34 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 740.
23
Sedangkan ramayulis mengatakan bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan dan tehnik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.35 Dari definisi tersebut dapat berarti bahwa metode pendidikan Islam merupakan jalan yang dapat ditempuh untuk memudahkan pendidik dalam membentuk pribadi anak untuk berkepribadian yang Islami dan sesuai dengan ketentuan yang digariskan oleh al-Qur'an dan al-Hadits. Berpijak dari beberapa uraian diatas, maka akan lebih baik bila kita mengetahui beberapa metode pendidikan agama Islam yang dikenal secara umum dalam proses kegiatan belajar mengajar, yaitu: a. Metode Sorogan Sorogan artinya belajar secara individu dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal di antara keduanya.36 Metode sorogan adalah metode individual dimana murid mendatangi
guru
untuk
mengkaji
suatu
kitab
dan
guru
membimbingnya secara langsung.37 Dalam penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar, metode sorogan ini tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangannya.38 Adapun kelebihannya sebagai berikut:
35
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 185. Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 150. 37 Ibid., 152. 38 Ibid., 151. 36
24
1) Hubungan yang erat dan harmonis antara guru dan murid. 2) Memungkinkan bagi guru untuk mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa arab. 3) Murid dapat mendapatkan penjelasan yang pasti tanpa harus mereka-reka tentang interpretasi suatu kitab karena berhadapan dengan guru secara langsung yang memungkinkan terjadinya Tanya jawab. 4) Guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai muridnya. 5) Santri yang IQ-nya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran (kittab), sedangkan yang IQ-nya rendah ia membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain kelebihan tersebut, metode sorogan juga memiliki kelemahan dalam pelaksanaannya, diantaranya adalah: 1) Tidak efisien karena hanya menghadapi beberapa murid, sehingga kalau murid yang terlalu banyak kurang begitu tepat. 2) Membuat murid cepat bosan karena metode ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi. 3) Murid kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata terutama mereka yang tidak mengerti terjemahan dari bahasa tertentu.
b. Metode Bandongan atau Klasikal
25
Secara bahasa, bandongan diartikan dengan “Pengajaran dalam bentuk kelas (pada sekolah agama).” 39 Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa metode bandongan adalah sekelompok murid mendengarkan
seorang
guru
yang
membaca,
menerjemahkan,
menerangkan dan sering kali mengulas buku-buku Islam di dalam kelas. Metode bandongan adalah salah satu metode pembelajaran dalam pendidikan Islam, dimana siswa/ santri tidak menghadap guru/ kyai satu demi satu, tetapi semua peserta didik menghadap guru dengan membawa buku/kitab masing-masing. Kemudian guru membacakan, menerjemahkan, menerangkan kalimat demi kalimat dari kitab yang dipelajari, sementara santri secara cermat mengikuti penjelasan yang diberikan oleh kyai dengan memberikan catatan-catatan tertentu. Cara belajar seperti ini paling banyak dilakukan di pesantren tradisional. Kelebihan
dan
kelemahan
metode
bandongan.40
Adapun
kelebihannya adalah sebagai berikut: 1) Lebih cepat dan praktis untuk mengajar santri yang jumlahnya banyak. 2) Lebih efektif bagi murid yang telah mengikuti sistem sorogan secara intensif. 3) Materi yang diajarkan sering diulang-ulang sehingga memudahkan anak untuk memahaminya. 39
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal: 100. 40 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 155.
26
4) Sangat efisien dalam mengajarkan ketelitian memahami kalimat yang sulit dipelajari. Sedangkan kekurangannya adalah sebagai berikut: 1) Metode ini dianggap lambat dan tradisional, karena dalam menyampaikan materinya sering diulang-ulang. 2) Guru lebih kreatif dari pada siswa karena proses belajarnya berlangsung satu jalur (monolog). 3) Dialog antara guru dan murid tidak banyak terjadi sehingga murid cepat bosan. 4) Metode bandongan ini kurang efektif bagi murid yang pintar karena materi yang disampaikan sering diulang-ulang sehingga terhalang kemajuannya. c. Metode Drill atau Latihan Metode drill atau latihan yang disebut juga metode training, merupakan suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.41
Juga
sebagai
sarana
untuk
memperoleh
suatu
ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan ketrampilan. Kelebihan dan kelemahan metode drill.42 Kelebihan dari metode drill atau latihan ini antara lain: 1) Untuk
memperoleh
kecakapan
motoris,
seperti
menulis,
menghafalkan huruf, kata-kata atau kalimat dan lain sebagainya. 41 42
Zuhairini, at. all., Metodik Khusus Pendidikan Agama, 106. Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 178.
27
2) Untuk memperoleh kecakapan mental. 3) Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan symbol, membaca peta dan lain sebagainya. 4) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan. 5) Pemanfaatan
kebiasaan-kebiasaan
yang
tidak
memerlukan
konsentrasi dalam pelaksanaannya. 6) Pembentukan
kebiasaan-kebiasaan
membuat
gerakan
yang
kompleks dan rumit menjadi lebih otomatis. Kelemahan metode drill atau latihan ini antara lain: 1) Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian. 2) Menimbulkan penyesuaian yang statis kepada lingkungan. 3) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan. 4) Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis. 5) Dapat menimbulkan verbalisme. d. Metode Ceramah Metode ceramah ialah suatu metode di dalam pendidikan dimana cara menyampaikan pengertian-pengertian materi kepada anak
28
didik dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan.43 Metode ini boleh dikatakan tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Meski metode ini lebih menuntut keaktifan guru dari pada anak didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa metode ceramah adalah penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penjelasan lisan secara langsung kepada siswa. Kelebihan dan kelemahan metode ceramah,44 kelebihan metode ceramah ini antara lain: 1) Guru mudah menguasai kelas. 2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk. 3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar. 4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya. 5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik. Kelemahan metode ceramah ini antara lain: 1) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata). 2) Yang visual (melihat) menjadi rugi, yang auditif (mendengar) lebih besar menerimanya. 3) Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.
43
Zuhairini, at. all., Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang: BIFT IAIN Sunan Ampel, 1981), 83. 44 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 139.
29
4) Guru sulit sekali menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya. 5) Menyebabkan siswa menjadi pasif. e. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab ialah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Atau suatu metode di dalam pendidikan dimana guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang materi yang ingin diperolehnya.45 Pengertian lain dari metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada murid atau dapat juga dari murid kepada guru. Kelebihan dan kelemahan metode Tanya jawab,46 kelebihan metode tanya jawab antara lain adalah: 1) Situasi kelas akan hidup karena anak-anak aktif berfikir dan menyampaikan buah fikirannya dengan berbicara atau menjawab pertanyaan. 2) Melatih anak agar berani mngungkapkan
pendapatnya dengan
lisan secara teratur. 3) Timbulnya perbedaan pendapat dikalangan anak didik akan menghangatkan proses diskusi di kelas. 4) Mendorong murid untuk lebih aktif dan bersungguh-sungguh.
45 46
Zuhairini, at. all., Metodik Khusus Pendidikan Agama, 86. Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 142.
30
5) Walau agak lamban, guru dapat mengontrol pemahaman atau pengertian murid pada masalah yang dibicarakan. 6) Pertanyaan akan dapat memusatkan perhatian siswa sekalipun siswa sedang ribut. 7) Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya fakir, termasuk daya ingatan. 8) Mengembangkan keberanian dan ketrampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapatnya. Kelemahan dari metode Tanya jawab antara lain: 1) Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam diskusi, bisa memakan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. 2) Kemungkinan akan terjadi penyimpangan perhatian anak didik, terutama apabila mendapat jawaban yang menarik perhatiannya. 3) Tidak dapat secara tepat merangkum bahan-bahan pelajaran. 4) Siswa merasa takut apabila guru kurang mampu mendorong siswanya untuk berani menciptakan suasana santai dan bersahabat. 5) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir siswa. 6) Waktu sering terbuang. Terutama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang. 7) Dalam jumlah siswa yang banyak tidak mungkin melontarkan pertanyaan kepada setiap siswa. 2. Macam-macam Metode Pembelajaran al-Qur'an
31
Dalam rangka mewujudkan kesinambungan dan keterpaduan pembinaan aspek kognitif, psikomotorik keagamaan dan pembinaan sikap beragama bagi para siswa tersebut, maka perlu dipikirkan dan disiapkan pengadaan Pembelajaran al-Qur'an untuk menangani anak-anak. Dalam implementasinya, proses kegiatan Pembelajaran al-Qur'an tidak akan terlepas dari sebuah metode dipakai dalam setiap kegiatan belajar mengajarnya. Metode pembelajaran al-Qur'an yang secara umum digunakan, diantaranya: a. Metode an Nahdliyah Metode an Nahdliyah merupakan metode pengajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak serta sesuai dengan jiwa ahlusunnah wal jama’ah.47 Metode ini dapat terlaksana dengan baik apabila dikelola secara profesional menurut pedoman yang telah disusun
dengan
baik.
Pengelolaan
yang
dilakukan
meliputi:
pengelolaan kelembagaan, pengelolaan administrasi dan pengelolaan kependidikan. Untuk pengelolaan kependidikan santri dikatakan tamat belajar apabila telah menyelesaikan dua program yang dicanangkan, yaitu:48 1) Program buku paket yang selanjutnya disingkat PBP, yaitu program awal sebagai dasar pembekalan santri untuk mengenal dan memahami serta mempraktekkan membaca al-Qur'an. Program ini dipandu dengan buk paket “Cepat Tanggap Belajar al-Qur'an” 47
Moh. Mungin Arief, Khanan Muhtar, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur'an Metode An Nahdliyah (Tulungagung: LP. Ma’arif NU, 1993), 3. 48 Ibid., 9.
32
sebanyak enam jilid yang dapat ditempuh kurang lebih selama enam bulan. 2) Program sorogan al-Qur'an yang selanjutnya disingkat dengan PSQ, yaitu program lanjutan sebagai aplikasi praktis untuk menghantar santri mampu membaca al-Qur'an sampai khatam 30 juz. Pada program ini santri dibekali dengan sistem –sistem bacaan serta ghoribul al-Qur'an. Untuk menyelesaikan program ini kurang lebih membutuhkan waktu sepuluh bulan. Metode pengajaran al-Qur'an an Nahdliyah yang dipopulerkan dengan “Cepat Tanggap Belajar al-Qur'an” dikembangkan dengan maksud agar:49 1) Tumbuh sikap kebangkitan kembali untuk belajar dan mengajar alQur'an. 2) Tumbuh sikap cepat dan tanggap terhadap belajar dan mengajar alQur'an.
Adapun ciri khusus metode ini adalah:50 1) Materi pelajaran disusun secara berjenjang dalam buku paket 6 jilid. 2) Pengenalan huruf sekaligus diawali dengan latihan dan pemantapan makhorijul huruf dan sifatul huruf.
49 50
Ibid., 9. Ibid., 10.
33
3) Penetapan qoidah tajwid dilaksanakan secara praktis dan dipandu dengan titian murotal. 4) Santri lebih dituntut memiliki pengertian yang dipandu dengan asas CBSA melalui pendekatan ketrampilan proses. 5) Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dengan cara klasikaluntuk tutorial dengan materi sama agar terjadi proses musafahah. 6) Evaluasi dilaksanakan secara kontinyu dan berkelanjutan. 7) Metode ini merupakan pegembangan dari metode baghdaiyah. b. Metode Tartiila Metode tartiila merupakan metode yang mengupayakan santri secepatnya memiliki ketrampilan membaca al-Qur'an secara fasih, selain mengenal nama huruf hijaiyah, maka pada dasarnya buku tartiila lebih mendahulukan dan mengutamakan pendekatan shauty dibanding pendekatan abjady. Dan berdasarkan pertimbangan aspek psikologis santri dalam pembelajaran membaca kata, kalimat sampai ayat, buku tartiila lebih mengutamakan metode tarkibiy dari pada metode tahlity.51 Ada dua pendekatan dalam Pembelajaran membaca al-Qur'an52 (1) pendekatan nama huruf (at-thariqah al-abjadiyyah), yaitu pembelajaran menyebut nama huruf. (2) pendekatan fungsi huruf atau pendekatan bunyi (at-thariqah al-shautiyyah), yaitu pembelajaran membaca huruf arab langsung bersyakal. 51 52
Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadh, Tartiila Jilid I (Surabaya: JQH, 1998), 1. Ibid., 2.
34
Dalam buku tartiila terdapat enam jilid yang masing-masing mempunyai tujuannya masing-masing, yaitu: Tujuan pembelajaran jilid pertama adalah kemampuan dan ketrampilan santri dalam membaca seluruh huruf hijaiyah yang bersyakal fathah, menyebutkan nama masing-masing huruf hijaiyah, mengidentifikasikan syakal fathah dan letaknya dari huruf dan mengidentifikasi angka arab dari satu hingga tiga puluh satu.53 Tujuan pembelajaran jilid kedua adalah kemampuan dan ketrampilan santri dalam membaca keseluruhan huruf hijaiyah yang bersyakal kasroh dan dlammah, menyebutkan nama masing-masing huruf hijaiyah, mengidentifikasi syakal kasroh dan dlammah serta letaknya dari huruf dan hafal angka arab dari 25 hingga 50.54 Tujuan pembelajaran jilid ketiga adalah kemampuan dan ketrampilan santri dalam membaca huruf yang bersyakal tanwin beserta
pengembangannya,
mengenal bacaan
huruf
berangkai,
mengenal hukum bacaan, mengenalkan bunyi bacaan macam-macam huruf ta’ marbutho dan mengenal bunyi bacaanhuruf sukun pada tiaptiap huruf.55 Tujuan pembelajaran jilid keempat adalah kemampuan dan ketrampilan santri dalam mengenal bunyi huruf bertasydid, hamzah
53
Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadh, Tartiila Jilid II (Surabaya: JQH, 1998), 1. Ibid., 2. 55 Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadh, Tartiila Jilid III (Surabaya: JQH, 1998), 1. 54
35
washol, bacaan ghunnah, idhar khalqi, idzhar syafawy, idzhar qomary dan idzghom syamsy.56 Tujuan pembelajaran jilid kelima adalah kemampuan dan ketrampilan santri dalam mengenal ikhfa’, iklab, idghom maal ghunnah, ikhfa’ syafawi, idghom bi ghunnah, lam jalalah, idghom billa ghunnah dan alliin.57 Tujuan pembelajaran jilid keenam adalah kemampuan dan ketrampilan santri dalam mengenal bunyi bacaan qolqolah, mad ‘aridl lissukun, mad ‘iwadl, mad wajib muttashil, mad jaiz mun fasil, bacaan ro’, mad lazim kilmi mushaqol, mad lazim kilmi mukhoffaf dan mad lazim harfi.58 c. Metode Al Barqy Secara umum metode Al Barqy Sistem 8 jam lebih sering disebut dengan metode belajar ngaji secepat kilat. Dengan harapan agar para santri yang belajar dengan metode ini dapat membaca alQur'an dalam waktu yang singkat.59 Al Barqy Sistem 8 jam ini sangat efektif jika digunakan untuk anak SD, Ibtida’iyah kelas IV keatas memenuhi sistem 8 jam, bahkan untuk anak SLTA cukup 6 jam. Keistimewaan menggunakan metode ini selain cepat, santri dapat mengingat bunyi yang lupa dengan bantuan metode tersebut. Metode ini dapat diajarkan secara klasikal sehingga dapat digunakan
56
Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadh, Tartiila Jilid IV (Surabaya: JQH, 1998), 1. Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadh, Tartiila Jilid V (Surabaya: JQH, 1998), 1. 58 Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadh, Tartiila Jilid VI (Surabaya: JQH, 1998), 1. 59 Muhadjir Sulthon, Al Barqy Sistem 8 Jam, (Surabaya: Pena Suci, 1999)., 1. 57
36
didalam kelas. Serta memiliki drill-drill yang mengarah kepada peka huruf, kefashihan dan latihan nafas. Al Barqy ini mencoba menggunakan metode semi SAS. Seperti yang diketahui bahwa dalam pengenalan huruf Arab di Negara Arab ada dua metode, yaitu SAS murni dan semi SAS. Yang dimaksud semi SAS disini ialah penggunaan struktur kata atau kalimat, yang tidak mengikuti bunyi mati/sukun. Umpama; jalasa, kataba.60 Penyusun al Barqy berpendapat bahwa untuk bahasa Arab atau bahasa Indonesia lebih cocok menggunakan semi SAS, sebab kedua bahasa ini, terutama bahasa Arab mempunyai fonim yang sempurna yaitu satu suku kata, satu huruf dan tidak ada huruf rangkap. Berbeda dengan bahasa Inggris, dalam satu suku kata mungkin diwakili dengan tiga huruf atau lebih, umpamanya; one, two, three, dan lain sebagainya. Untuk bahasa yang demikian ini cocok menggunakan SAS murni, karena antara tulisan dengan bunyi tidak sama. Metode ini memiliki ciri sebagai berikut:61 1) Tidak perlu berjilid-jilid. 2) Praktis untuk segala umur. 3) Cepat dapat membaca huruf sambung. 4) Dilengkapi tehnik imlak dan tehnik menulis (khat). 5) Menggunakan metode yang actual yaitu metode SAS. 6) Dilengkapi buku latihan menulis Al Barqy. 60 61
Ibid., 3. Ibid., 1.
37
7) Sangat tepat bila dipakai klasikal, bahkan missal. 8) Tidak membosankan karena tehnik yang akurat dan menarik.
D. Pendekatan Pembelajaran al-Qur'an Pendekatan selalu berkaitan dengan metode dan strategi. Karena metode yang bersifat teknis dalam pengajaran tidak akan terlepas dari strategi yang digunakan. Sementara strategi sebagai rencana yang menyeluruh tentang penyajian materi pendidikan selalu didasarkan pada pendekatan. Dan pendekatan selalu merujuk kepada tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.62 Pendekatan dalam teori pendidikan Islam adalah “usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan antara peneliti dengan orang yang diteliti. Hal ini menitikberatkan pada interaksi sosial diantara keduanya. Maka pendekatan yang digunakan dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam yang meliputi: 1. Pendekatan Individual Perbedaan individual pada anak didik dapat memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini. dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Bila tidak, maka strategi belajar tuntas yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak akan pernah menjadi kenyataan. Paling tidak
62
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 107.
38
dengan pendekatan individual dapat diharapkan kepada anak didik dengan tingkat penguasaan yang optimal.63 Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu melakukan pendekatan individu terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak akan lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual walaupun suatu saat pendekatan elompok juga diperlukan. 2. Pendekatan Kelompok Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan perlu digunakan. Pendekatan kelompok dalam kegiatan Pembelajaran al-Qur'an disini dimaksudnya yaitu pada setiap diri anak didik diharapkan tumbuh dan berkembang rasa sosial yang tinggi. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada di dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial terutama dalam lingkup lingkungan kelas. Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai dan bahan
63
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), 56.
39
yang akan diberikan kepada anak didik.64 Karena itu, pendekatan kelompok tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi dalam penggunaannya. Dalam pengelolaan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan. Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan kelompok. 3. Pendekatan Bervariasi Guru akan menghadapi permasalahan dari anak didik yang sangat bervariasi. Permasalahan itu timbul dikarenakan oleh adanya perbedaan karakteristik anak, latar belakang keluarga dan lain sebagainya. Setiap masalah yang timbul dari anak didik tidak sama. Maka dari itu guru juga harus menggunakan pendekatan bervariasi. Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik bermacam-macam dalam belajar. Kasus yang biasanya muncul dalam belajar dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi
tehnik pemecahan untuk setiap kasusnya.
Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat digunakan guru untuk kepentingan pengajaran.65 Oleh karena itu dengan berpijak dari beberapa hal di atas, maka pendekatan dalam proses pendidikan Islam mempunyai kedudukan yang 64 65
Ibid., 58. Ibid., 62.
40
sangat penting dalam upaya mencapai tujuan. Karena hal itu menjadi sarana yang sangat bermakna bagi materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan. Sehingga dapat dipahami atau diserap oleh anak didik dan menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya.
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran al-Qur'an Untuk mencapai tujuan pembelajaran al-Qur'an, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan menjadi pertimbangan penting dalam melaksanakan pembelajaran al-Qur'an, diantaranya : 1. Faktor Tujuan Mengingat metode itu fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Maka dalam, menentukan metode pembelajaran yang tepat harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.
2. Faktor Guru Guru sebagai pelaksana pembelajaran, sekalipun berorientasi pada peserta didik, pemilihan metode tidak boleh mengabaikan kompetensi guru itu sendiri, terutama yang berhubungan dengan materi pelajaran, sebab guru yang tidak biasa menguasai teknik pelaksanannya, suatu metode yang dianggap baik pun akan gagal. 3. Faktor Murid Dalam proses belajar-mengajar, peserta didik merupakan unsure yang harus diperhatikan, karena mereka adalah objek pertama dalam
41
proses belajar mengajar. Untuk itu pemilihan metode mengajar harus memperhatikan keadaan peserta didik, baik tingkat usianya maupun tingkat kemampuan berpikirnya. 4. Faktor Situasi atau Lingkungan Diantara keadaan-keadaan itu ada yang diperhitungkan dan ada yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya. Sekalipun pada umumnya dalam menetapkan suatu metode senantiasa yang dianggap terbaik dan diperkirakan memenuhi segala perhitungan. ”terhadap situasi yang tidak dapat diperhitungkan karena perubahan yang secara tiba-tiba, diperlukan kecekatan untuk mengambil keputusan dengan segera mengenai cara-cara untuk metode yang dipakai. 5. Faktor Fasilitas atau Alat-alat Pendidikan Segala
sesuatu
yang
dapat
mempermudah
upaya
atau
memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan. Demikian beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menetapkan metode pembelajaran, jika ingin nilai pembelajarannya efektif, dapat mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.
F. Manfaat Pembelajaran al-Qur'an bagi siswa Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh bagi siswa dalam proses kegiatan Pembelajaran al-Qur'an , diantaranya: 1. Siswa mampu membaca al-Qur'an dengan baik dan benar. 2. Siswa menjadi generasi qur’ani yang cerdas dan pintar.
42
3. Siswa mendapatkan bekal yang cukup untuk proses pembelajaran agama Islam selanjutnya.
43
BAB III KEGIATAN PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI MI MA’ARIF SETONO JENANGAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2008/2009
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1) Sejarah Berdirinya MI Ma’arif Setono66 MI Ma’arif Setono diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1959 oleh organisasi Nahdlatul Ulama’ Setono. Tokoh-tokoh pendiri MI Ma’arif ini adalah Ahmad Ba’asyir, K. Abdul Aziz, Syajid Singodimedjo, dan M. Umar.
MI Ma’arif Setono didirikan di atas tanah wakaf dari Bapak Ahmad Ba’asyir dan Bapak Slamet HS dengan luas tanah 756 m2 dan luas bangunan 480 m2. Pada tanggal 19 Agustus 2002 tanah wakaf tersebut baru diproses ke PPAIW dan kantor agraria dengan nomor W.2.a/06/02 tahun 2002 dan W.2.a/05/02 tahun 2002. Sampai sekarang sertifikat kepemilikan tanah masih diproses. Pada awal didirikan, kegiatan belajar mengajar di madrasah ini dilaksanakan pada sore hari dengan nama Madrasah Diniyah Ma’arif Setono. Kemudian atas dasar keputusan Menteri Agama RI Nomor K/4/C.N/agama pada tanggal 1 Maret 1963 (1 Syawal 1382 H) serta Departemen Agama Kabupaten Ponorogo Nomor M/3/195/A/1978, madrasah ini diakui dan diberi nama MWB (Madrasah Wajib Belajar) dengan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pagi hari. Pada waktu itu ujian akhir nasional untuk kelas VI masih bergabung dengan Sekolah Dasar karena masih belum dapat melaksanakan ujian sendiri. Setelah ada Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri, madrasah wajib belajar berubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah setara dengan Sekolah Dasar dengan ijazah yang juga setara dengan Sekolah Dasar. MI Ma’arif Setono dapat melaksanakan Ujian Akhir Nasional sendiri di bawah pengawasan Departemen Agama. MI Ma’arif Setono juga mendapatkan bantuan dari Departemen Agama Kabupaten Ponorogo. Dari awal didirikan hingga sekarang, MI Ma’arif Setono mengalami enam pergantian kepala sekolah, yaitu:
a. Maesaroh, A.Ma
(1968-1972)
b. M. Daroini, B.A
(1973-1977)
c. Sandi Idris, B.A d. Sudjono 66
47
(1978-1982) (1983-2003)
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 01/D/20-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
44
e. Suparmin, A.Ma
(2003-2007)
f. Maftoh Zaenuri, S.Ag
(2007-sekarang)
2) Letak Geografis MI Setono67 MI Ma’arif Setono terletak di kompleks pemakaman Batoro Katong, tepatnya di Jalan Batoro Katong No. 1 Desa Setono, Kecamatan Jenangan, Ponorogo. Adapun batas-batas MI Ma’arif Setono adalah sebagai berikut:
a) Sebelah utara berbatasan dengan Makam Batoro Katong. b) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Singosaren c) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kadipaten. d) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Japan. 3) Visi, Misi dan Tujuan MI Ma’arif Setono68 Dalam menyelenggarakan aktifitas akademisnya, MI Ma’arif Setono memiliki visi, misi dan tujuan yang mulia dalam upaya mencerdaskan masyarakat luas. Adapun visi, misi, dan tujuan MI Ma’arif Setono adalah sebagai berikut: a. Visi MI Ma’arif Setono memiliki visi membentuk anak yang berakhlakul karimah dalam IMTAK dan IPTEK yang berwawasan Ahlussunnah wal Jama’ah. Indikator yang dapat dijadikan tolak ukur dalam pencapaian visi tersebut di atas adalah: 1) Unggul dalam aktivitas keagamaan.
67 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 02/D/20-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 68 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 03/D/25-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
45
2) Unggul dalam disiplin dan budi pekerti yang luhur, tertib, ketauladanan, dan berpakaian muslim. 3) Unggul dalam mencapai hasil nilai ujian akhir sekolah. 4) Unggul dalam lomba mata pelajaran. 5) Unggul dalam bidang teknologi komunikasi (keterampilan komputer). 6) Unggul dalam bidang kesenian. 7) Unggul dalam bidang olah raga. b. Misi Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, MI Ma’arif Setono mempunyai misi sebagai berikut: 1) Mengembangkan
SDM
untuk
mengembangkan
kualitas
profesionalisme para guru dan karyawan serta lingkungan sekolah. 2) Mengefektifkan KBM dan mengoptimalkan kegiatan ekstra kurikuler serta meningkatkan keterampilan sejak dini. 3) Melaksanakan
7K
(Kedisiplinan,
Ketertiban,
Keamanan,
Kebersihan, Kerukunan, Keindahan, dan Kerindangan) untuk menciptakan lingkungan madrasah yang kondusif dan berwawasan ASWAJA. 4) Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana belajar mengajar. 5) Memberdayakan potensi dan peran serta masyarakat di lingkungan sekolah.
46
c. Tujuan 1) Hasil nilai rata-rata ujian akhir sekolah (nilai kumulatif) meningkat dari 7,01 menjadi 7,50. 2) Hasil nilai rata-rata bidang studi di setiap kelas pada akhir ajaran meningkat dari 7,0 sehingga tidak ada yang tinggal kelas. 3) Siswa MI Ma’arif Setono dapat meraih juara LPM tingkat kabupaten. 4) Siswa dapat menjuarai lomba komputer tingkat kabupaten. 5) Di samping siswa unggul dalam bidang kognitif, siswa mempunyai karakter yang soleh dan dapat mengamalkan ilmunya pada segi vertikal (hubungan dengan Allah) dan segi horizontal (hubungan dengan manusia) sesuai dengan ajaran ASWAJA. 4) Struktur Organisasi MI Ma’arif Setono MI Ma’arif Setono berada di bawah naungan Departemen Agama dan binaan LP Ma’arif Setono dengan pelindung Kepala Kelurahan Setono. MI Ma’arif Setono dipimpin oleh kepala sekolah yang membawahi bidang-bidang antara lain bidang pembinaan dan penyuluhan, bidang tata usaha, bendahara BOS, waka bidang kurikulum, waka bidang kesiswaan, waka bidang humas, waka bidang sarana dan prasarana, wali kelas dan seksi-seksi, di antaranya pramuka, muhadlarah, hadrah, UKS,
47
koperasi dan kantin, sebagaimana dapat dilihat dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.69
69
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 04/D/25-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
48
5) Keadaan Guru dan Murid Guru MI Ma’arif Setono berjumlah 14 orang yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) berjumlah 3 orang dan Guru Tetap Yayasan (GTY) berjumlah 11 orang. Guru MI Ma’arif Setono mempunyai jenjang pendidikan SI dan DII (daftar keadaan guru terlampir).70 Sedangkan siswa MI Ma’arif Setono berjumlah 143, dengan perincian untuk kelas I berjumlah 25 anak, kelas II berjumlah 28 anak, kelas III berjumlah 24, kelas IV berjumlah 22 anak, kelas V berjumlah 20 anak, dan kelas VI berjumlah 24 anak. Secara keseluruhan siswa-siswi yang terdaftar di MI Ma'arif Setono adalah 143 anak didik, sebagaimana dapat dilihat dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.71
B. Data Khusus tentang Pelaksanaan Pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono 1. Latar Belakang Pelaksanaan Pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono MI Ma'arif Setono dalam perkembangannya senantiasa berusaha meningkatkan kualitas pendidikan anak didiknya dengan berbagai cara, baik melalui kegiatan pendidikan ataupun pembelajaran. Sedangkan untuk pembelajaran merupakan tugas guru untuk bisa menentukan suatu metode atau cara agar siswa yang dididiknya agar dapat mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Serta memiliki berbagai ketrampilan dan kemampuan untuk menguasai materi pelajaran yang diberikan. 70 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 05/D/26-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 71 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 06/D/26-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
49
Pembelajaran al-Qur’an sebagai kekuatan pendidikan Islam yang muncul dengan metode dan teknik baru yang dapat menghasilkan output yang mampu membaca al-qur’an dan juga diharapkan terampil dalam menulis huruf-huruf arab dalam waktu yang relatif singkat. MI Ma'arif Setono merupakan lembaga formal yang bercirikan Islam yang juga melaksanakan Pembelajaran al-Qur'an yang pada dasarnya untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an anak didiknya. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Maftuh selaku Kepala Sekolah MI Ma'arif Setono bahwasanya latar belakang diadakanya Pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono adalah sebagai berikut:72 Sebenarnya latar belakang diadakannya Pembelajaran al-Qur’an ini dikarenakan banyaknya anak kelas bawah yang kurang mampu dalam hal baca dan tulis Arab terutama kelas III, karena dikelas III ada mata pelajaran qur’an hadist sehingga siswa yang naik ke kelas III diharapkan sudah dapat baca tulis al-qur’an dengan baik dan benar.
Data tersebut di perkuat dengan pernyataan dari Ibu Fatonah yang menjelaskan bahwa:73 Munculnya pembelajaran al-Qur'an ini atas dasar menambah pengetahuan dan adanya anak-anak yang belum bisa membasa dan menulis al-Qur'an, yang disebabkan oleh adanya latar belakang keluarga, pendidikan dan lingkungan masyarakat yang berbeda. Sehingga mempengaruhi bervariasinya kemampuan masing-masing siswa dalam Pembelajaran al-Qur'an.
Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa latar belakang diadakannya pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono adalah siswa kelas III banyak yang kurang mampu dalam hal baca dan tulis arab,
72 Lihat transkrip wawancara nomor: 01/1-W/F-1/18-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 73 Lihat transkrip wawancara nomor: 03/2-W/F-1/18-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
50
sedangkan dikelas III ada mata pelajaran qur’an hadist, sehingga siswa yang naik ke kelas III diharapkan sudah dapat baca tulis al-qur’an. Sedangkan pengertian secara umum pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono adalah sebagaimana penjelasan yang diutarakan Bapak Maftuh sebagai berikut:74 Pembelajaran al-Qur'an adalah suatu cara atau jalan untuk mengajar siswa agar secepatnya mampu membaca dan menulis al-Qur'an (huruf-huruf arab) dengan baik dan benar.
Hal tersebut senada dengan apa yang diutarakan oleh Ibu Fatonah selaku salah satu ustadzah di MI Ma'arif Setono sebagai berikut:75 Pembelajaran al-Qur'an merupakan proses kegiatan belajar mengajar al-Qur'an yang diawali dengan salam, penggunaan metode seperti ceramah, drill (mengulang-ulang bacaan), demonstrasi, serta simulasi sebagai rangkaian dari pembelajaran.
Dengan demikian para siswa yang telah mengikuti program Pembelajaran al-Qur'an diharapkan mampu membaca dan menulis alQur'an (huruf-huruf arab) dengan baik dan benar secara cepat dan tepat sehingga ketika mereka sudah berada di kelas III akan mampu mengikuti dan menyerap setiap pelajaran yang terdapat al-Qur'an maupun hurufhuruf arab. 2.
Pelaksanaan Pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono Pembelajaran al-Qur'an adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dalam upaya
74 Lihat transkrip wawancara nomor: 02/1-W/F-1/18-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 75 Lihat transkrip wawancara nomor: 04/2-W/F-1/18-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
51
untuk memberikan pemahaman kepada anak didik dalam proses kegiatan pembelajaran al-Qur'an. Pelaksanan pembelajaran al-Qur’an yang diterapkan di MI Ma'arif Setono pada setiap kegiatan belajar mengajarnya dilakukan dengan menggunakan sistem pembelajaran sorogan, ini dikarenakan jilid yang digunakan berbeda-beda setiap anak. Sehingga metode yang paling cocok adalah metode sorogan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Fatonah selaku ustadzah kelas I di MI Ma'arif Setono. Adapun hasil wawancara adalah sebagai berikut:76 Dalam pembelajaran al-qur’an yang diterapkan sampai saat ini masih menggunakan sistem pengajaran sorogan, karena dalam setiap pembelajarannya masing-masing anak membawa jilid dari rumah. Hal ini terjadi dikarenakan mereka juga mengikuti madrasah diniyah yang berbeda pada sore hari sehingga masing-masing anak memiliki kemampuan dalam jilid yang mereka.
Adapun proses pembelajarannya selain menggunakan sistem pengajaran sorogan tersebut juga menggunakan pendekatan bervariasi. Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Tutwuri sebagai berikut:77 Dalam proses pembelajaran al-qur’an di MI Ma'arif Setono, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan bervariasi. Maksudnya menggunakan pendekatan yang berbeda-beda dalam memberikan materi pelajaran kepada anak didik. Jika metode sorogan yang dipakai maka menggunakan pendekatan individual dan manakala menggunakan metode klasikal maka pendekatan kelompok yang paling cocok digunakan. Pendekatan ini digunakan karena perbedaan kemampuan masing-masing anak. Hal ini teridentifikasi oleh perbedaan kemampuan setiap anak didik dalam setiap pemahaman jilidnya.
Sedangkan proses pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an yang diterapkan di MI ma’arif Setono tidak jauh berbeda dengan pembelajaran yang dilaksanakan pada umumnya. Yaitu diawali dengan salam kemudian 76 Lihat transkrip wawancara nomor: 05/2-W/F-2/18-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 77 Lihat transkrip wawancara nomor: 10/3-W/F-2/19-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
52
berdo’a setelah itu dilaksanakan dengan metode sorogan yang meliputi pemanggilan satu per satu anak untuk membaca jilid di depan guru dan yang lainnya menulis. Seperti disampaikan Ibu Fatonah sebagai berikut:78 Sama dengan pembelajaran yang lainya, untuk metode sorogan bahwa dalam pembelajaran al-qur’an ini pertama yang dilakukan guru setelah masuk kelas adalah salam dan memimpin anak-anak membaca do’a sebelum mengaji, setelah itu guru memanggil satu persatu anak untuk membaca jilid didepan guru dengan sistem sorogan. Sedangkan untuk anak yang belum mendapatkan giliran membaca, mereka disuruh untuk menulis arab dari jilid mereka masing-masing dibuku tulis, setelah itu do’a penutup dan salam penutup.
Hal tersebut ditambah dengan keterangan Ibu Tutwuri yang menyebutkan
bahwa
selain
menggunakan
metode
sorogan
juga
menggunakan metode klasikal yang dalam prakteknya juga menggunakan metode ceramah, drill atau latihan, demonstrasi dan simulasi sebagai berikut penjelasannya:79 Tentu tidak, meskipun sering menggunakan metode sorogan, tetapi pada saat tertentu juga melakukan sistem pembelajaran klasikal yang didalamnya diisi dengan metode ceramah, latihan-latihan bersama, demonstrasi dan juga simulasi.
Dari hasil wawancara diatas diperkuat dengan hasil observasi peneliti bahwasanya proses pelaksanan pembelajaran al-Qur’an yang diterapkan di MI Ma'arif Setono bisa dikatakan baik meskipun belum optimal, dikarenakan pengelolaan kelas yang kurang sehingga mengkibatkan kelas terlihat kurang kondusif, banyak anak-anak yang berkeliaran diluar kelas ketika pelaksanaan pembelajaran al-qur’an berlangsung.
78 Lihat transkrip wawancara nomor: 06/2-W/F-2/18-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 79 Lihat transkrip wawancara nomor: 11/3-W/F-2/19-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
53
3. Faktor Pendukung dan Penghambat pada Pelaksanaan Pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono Pada setiap kegiatan belajar mengajar pasti tidak akan terlepas dari faktor pendukung dan penghambatnya. Adapun faktor pendukung dan penghambat pada Pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono dapat diketahui dari hasil wawancara dengan guru yang mengajar sebagai berikut: a) Faktor pendukung pada pembelajaran al-Qur'an Lingkungan sangat penting bagi keberhasilan pendidikan anak baik itu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan keluarga menjadi tempat yang paling utama dimana anak memulai belajar dan memahami kejadian-kejadian disekitarnya. Begitu juga lingkungan sekolah yang menjadi tempat bagi anak untuk belajar mengidentifikasi dan menciptakan hal yang baru diluar lingkungan keluarga. Sedangkan lingkungan masyarakat akan menjadi ajang uji coba dimana anak akan berinteraksi langsung dengan orang lain diluar lingkungan keluarga dan sekolah. Hal tersebut tampaknya sudah dipahami oleh masyarakat desa Setono khususnya wali murid MI Ma'arif Setono. Sedini mungkin mereka menciptakan suasana dan lingkungan yang Islami. Setiap hari anak-anak telah mereka arahkan untuk selalu mengikuti Madrasah yang
tidak jauh tersebar disekitar rumah mereka. Sehingga hal
tersebut menjadi faktor pendukung dalam terlaksananya pembelajaran
54
al-Qur'an di MI Ma'arif Setono. Seperti yang dikemukakan oleh Ibu Nirma sebagai berikut:80 Orang tua yang sangat kooperatif dalam menyekolahkan anak-anak mereka di Madrasah Diniyah sore merupakan suatu keberuntungan bagi kami. Karena pada dasarnya akan mempermudahkan kami dalam memberikan tambahan materi dalam pembelajaran al-Qur'an.
Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Ifa sebagai berikut:81 Faktor pendukung dalam proses pembelajaran al-qur’an diantaranya yaitu sebagian besar siswa sudah sekolah madrasah diniyah atau TPQ pada sore harinya, sehingga disekolah tinggal mengulangi saja. Karena kebanyakan masyarakat disini sadar akan pentingnya pembelajaran al-qur’an bagi anakanaknya, sehingga mereka memasukkan anak-anak mereka ke Madrasah Diniyah atau TPQ yang ada didekat rumah mereka.
Selain hal tersebut diatas faktor pendukung keberhasilan pembelajaran al-qur’an adalah tenaga guru yang profesional dan juga sesuai bidangnya. Seorang guru harus bisa berbuat inovatif dalam setiap pembelajarannya sehingga siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar tersebut tidak merasa bosan. Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh Ibu Tutwuri sebagai berikut:82 Pada waktu tertentu, pelaksanaan Pembelajaran al-Qur'an akan diselingi dengan strategi khusus seperti bernyanyi, agar para siswa bisa senang dan merespon pada kegiatan tersebut.
80
Lihat transkrip wawancara nomor: 12/4-W/F-3/23-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 81 Lihat transkrip wawancara nomor: 14/5-W/F-3/23-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 82 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/2-W/F-3/19-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
55
Faktor pendukung lainya yaitu adanya penambahan ustadzah yang sudah pengalaman dalam bidangnya, sehingga pengajaran lebih maksimal. Seperti yang dijelaskan Ibu Fatonah sebagai berikut:83 Mulai tahun ini khusus untuk program Pembelajaran al-Qur'an di madrasah ini ada penambahan ustadzah yang semula hanya dua orang sekarang sudah menjadi empat orang. Sehingga masing-masing kelas, yaitu kelas I dan II untuk saat ini sudah dipegang oleh dua ustadzah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung pada pelaksanaan Pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono adalah 1) Kesadaran orang tua dalam pendidikan anak terutama pendidikan al-Qur'an 2) Sebagian besar siswa sudah sekolah madrasah diniyah atau TPQ pada sore harinya. 3) Penerapan strategi yang inovatif dalam setiap pembelajaran sehingga siswa tidak merasa bosan 4) Selain itu juga adanya penambahan ustadzah pada pembelajaran al-Qur'an yang profesional dan mumpuni dalam bidangnya sehingga tujuan dari pendidikan al-Qur’an tercapai. b) Faktor penghambat Dalam setiap pembelajaran tidak terlepas dari faktor penghambat, Seiring dengan keterbatasan dan kekurangan yang dimilikinya. Begitu juga dalam Pembelajaran al-Qur'an, ada beberapa hal yang menjadi
83
Lihat transkrip wawancara nomor: 07/2-W/F-3/19-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
56
penghambat dalam kegiatan ini, Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Nirma sebagai berikut:84 Faktor penghambat pada proses pembelajaran al-qur’an yang sangat mencolok yaitu kelas yang kurang kondusif karena menggunakan sistem pengajaran sorogan, sehingga siswa yang belum dan yang sudah mendapat giliran membaca akan ramai ataupun bermain sendiri, selain itu juga perbedaan karakteristik siswa dalam kelas turut membuat situasi dan kondisi menjadi kurang terkontrol.
Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa faktor penghambat dalam Pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono adalah kelas yang kurang kondusif dan perbedaan karakteristik siswa dalam menyerap setiap pelajaran yang diberikan. Selain faktor tersebut, perbedaan karakter dan kemampuan intelejensi para siswa juga turut menjadi hambatan tersendiri dalam pelaksanaan Pembelajaran al-Qur'an ini karena dengan sistem pembelajaran sorogan masing-masing anak akan menghabiskan waktu yang berbeda-beda. Ada anak yang cepat dalam belajar dan ada juga yang lamban. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Ibu Ifa sebagai berikut:85 Tidak jarang kami kualahan dalam menghadapi anak-anak, karena masingmasing anak mempunyai karakteristik dan kemampuan sendiri-sendiri dalam mengikuti setiap pembelajaran. Anak yang baik dan pandai akan cepat menyerap pelajaran. Dan sebaliknya anak yang kurang pandai akan lambat sekali, sehingga membutuhkan waktu yang lebih untuk anak tersebut. Selain itu kondisi kejiwaan anak pada setiap pelajaran juga sangat berpengaruh. Pada waktu anak dalam kondisi senang akan mudah dikondisikan dan sebaliknya manakala anak merasa tidak nyaman akan berbuat gaduh bahkan sampai ramai sendiri.
Dampak yang secara tidak langsung muncul dari perbedaan karakteristik dan kemampuan intelejensi masing-masing anak ini 84 Lihat transkrip wawancara nomor: 13/4-W/F-3/23-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 85 Lihat transkrip wawancara nomor: 15/5-W/F-3/23-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
57
menyebabkan alokasi waktu yang kurang dalam satu pembelajaran. Karena ketika guru menghadapi siswa-siswi yang dalam kondisi yang kurang baik akan menyebabkan alokasi waktu yang diberikan terasa kurang. Seperti yang dikemukakan oleh Ibu Fatonah sebagai berikut:86 Secara menyeluruh, sejujurnya alokasi yang diberikan oleh Madrasah terasa kurang ketika menghadapi anak-anak yag agak lamban dalam belajar. Selain itu juga belum mempunyai manajemen administrasi yang bagus dan rapi, selama ini hanya dijalankan apa adanya.
Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa beberapa faktor yang menghambat dalam Pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono adalah sebagai berikut: 1) Kondisi kelas yang kurang kondusif 2) Perbedaan karakteristik dan kemampuan intelejensi masing-masing anak dalam menyerap pelajaran 3) Manajemen pembelajaran al-Qur'an yang belum maksimal 4) Alokasi waktu yang relatif kurang 4. Hasil Pelaksanaan Pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono Prestasi belajar siswa adalah hasil yang telah dicapai dari suatu kegiatan pembelajaran yang menunjukkan berupa pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan dalam bidang studi dalam hal tertentu yang telah dijalani. Untuk pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono ini diungkapkan oleh Ibu Fatonah bahwa prestasi siswa yang mengikuti pembelajaran al-Qur'an adalah seperti yang diungkapkan beliau sebagai berikut: 86
Lihat transkrip wawancara nomor: 09/2-W/F-3/19-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
58
Secara umum pembelajaran al-Qur'an ini merupakan jawaban dari keinginan madrasah untuk menciptakan generasi qur’ani yang cerdas dan pintar. Sehingga dapat membekali anak dalam menimba ilmu agama lebih dalam. Dan secara khusus hasil yang dapat dirasakan oleh anak didik adalah anak-anak kelas III sudah mampu membaca dan menulis al-Qur'an meskipun ada satu dua anak yang belum lancar.87 Ibu Fatonah juga menambahkan:
Hasil yang diamati pada siswa kalau dilihat dari segi kognitif adalah jika ditanya tentang ilmu tajwid bisa menjawab, psikomotoriknya bisa dilihat dari kemampuan siswa dalam membaca dan menulis al-Qur'an yang semakin meningkat, dan afektifnya siswa antusias dalam pembelajaran di kelas.88
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa hasil pembelajaran al-Qur'an ialah semua siswa kelas III sudah mampu membaca dan menulis al-Qur'an. Dan secara khusus memberikan perubahan prestasi hasil belajar pada siswa menuju ke arah yang lebih baik, yakni membuat masing-masing siswa bertambah kemampuan dalam membaca dan menulis al-Qur'an. Dari pemaparan data di atas, penulis akan memperkuat kembali data yang ada dengan dokumentasi mengenai daftar nilai rata-rata siswa kelas I dan II semester 1 dan 2 tahun pelajaran 2008-2009. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan prestasi akademik siswa. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran al-Qur'an kelas I di MI Ma'arif Setono adalah sebagai berikut: NO 1 2 3
NAMA Afrizal Ongki Saputra Ahmad Sulkeni Denanda Elok Qanara
NILAI SMT. I 75 80 70
SMT. II 80 90 75
87 Lihat transkrip wawancara nomor: 16/3-W/F-4/21-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 88 Lihat transkrip wawancara nomor: 17/2-W/F-4/21-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
59
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Denise Agatha Dewi Fatma Dwi Puspita Dimas Fauzal Muttaqin Elsa Ayu Maharani Elvina Windawari Eric Ruly Hariyadi Fadhila Juwita Sari Farah Adelia Amaranggana Putri Febri Andika Moh Abu Ali Winarno Muhammad Saw Yusuf Nadhifa Naina Samtikana Putri Nindy Seila Rosida Oky Bima Saputra Qhia Astitya Ahmadi Rafli Bagus Andrianto Ramadan Wijaya Kusuma Rasyid Nur Rokim Syahna Qurrota Ayuna Vera Arista Aprilia Wildan Syahrul Ramadhoni Yusuf Tafiqur Rahman Rata-rata
82 88 72 75 88 74 83 70 70 79 82 70 70 70 83 70 75 80 75 85 70 83 76,76
87 90 79 80 90 80 88 76 74 86 87 73 74 72 88 72 80 88 77 90 72 88 81,44
Dari data di atas dapat diketahui adanya perubahan yang berarti atas prestasi hasil belajar siswa sesudah diterapkan pembelajaran alQur'an, yakni prestasi hasil belajar siswa kelas I MI Ma'arif Setono yang semula nilai rata-rata pada semester 1 adalah 76,76 dan pada semester II nilai rata-rata meningkat menjadi 81,44. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran al-Qur'an kelas II di MI Ma'arif Setono adalah sebagai berikut: NO 1 2 3 4 5
NAMA Achmad Faradhiza Mahendra Akrim Choirul Umah Alfia Hidayatul Layli Amirul Mukhlish Abidin Andi Yusuf Bahtiar
NILAI SMT. I 80 73 83 82 75
SMT. II 86 78 88 88 78
60
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Ardea Risky Anshori Beni Putra Kurniawan Danenda Daniswara Dewi Indriani Dimas Roy Hanafi Doni Irfan Widiyanto Elbibiya Izzul Peninda Erfan Cahya Nugraha Farid Faisal Anugrah Fitri Ariska Hafidz Alwi Andianov Ilul Zakiyah Rahmatika Nabila Putri Utami Nadira Hannum Fadhila Ahmad Zakaria Anshor Puji Nisa Maysaroh Rendy Oktaviano Saputro Rifa Ahinul Satria Rizalul Habibullah Rosyda Nailah Amali Salma Azizah Salsabila Taufiqul Hakim Ulinuha Agustin Cahyawati Rata-rata
74 75 77 85 75 70 73 70 72 82 72 85 83 85 80 82 70 73 70 85 82 73 78 77,28
80 85 85 88 78 72 78 75 75 86 75 90 88 90 85 86 74 76 75 90 85 77 83 82,25
Dari data di atas dapat diketahui adanya perubahan yang berarti atas prestasi hasil belajar siswa sesudah mengikuti pembelajaran alQur'an, yakni prestasi hasil belajar siswa kelas II MI Ma'arif Setono yang semula nilai rata-rata pada semester 1 adalah 77,28 dan pada semester II nilai rata-rata meningkat menjadi 82,25. Keterangan, aspek penilaian adalah sebagai berikut: 1. Kelancaran membaca 2. Kefashihan membaca 3. Tugas menulis
61
BAB IV ANALISIS DATA TENTANG PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AL-QUR'AN DI MI MA’ARIF SETONO
Analisis Data Tentang Latar Belakang Pelaksanaan Pembelajaran
al-Qur'an di MI Ma'arif Setono Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan penulis dapat menganalisis latar belakang pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono. Bahwasanya latar belakang pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono muncul karena banyaknya siswa kelas III yang kurang mampu dalam membaca dan menulis al-Qur'an. Karena dikelas III ada mata pelajaran Qur’an-Hadist, Bahasa Arab, dan lain sebagainya, sehingga siswa yang naik ke kelas III diharapkan sudah dapat membaca dan menulis al-qur’an dengan baik. Selain itu kegiatan tersebut tersebut dilaksanakan atas dasar menambah pengetahuan dan adanya anak-anak yang belum bisa membaca dan menulis alQur'an, yang disebabkan oleh adanya latar belakang keluarga, pendidikan dan lingkungan masyarakat yang berbeda. Sehingga mempengaruhi bervariasinya kemampuan masing-masing siswa dalam membaca dan menulis al-Qur'an. Dalam bab dua telah dijelaskan bahwa pembelajaran al-Qur'an merupakan pembelajaran al-Qur'an adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar al-Qur'an, dengan didukung metode dalam pembelajarannya. Kehadiran pembelajaran al-Qur'an ini diharapkan akan mampu menciptakan generasi-generasi yang dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang berkepribadian muslim, cerdas, pintar, serta
62
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Dengan demikian pebelajaran al-Qur'an mempunyai peranan yang sangat penting bagi peserta didik terutama dalam memberi tambahan pendidikan al-Qur'an di MI Ma'arif Setono. Dari deskripsi data pada bab tiga dapat diketahui bahwa latar belakang diadakannya pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah: 1. Banyaknya siswa kelas III yang kurang mampu dalam membaca dan menulis al-Qur'an. 2. Dilaksanakan atas dasar menambah pengetahuan dan adanya anak-anak yang belum bisa membaca dan menulis al-Qur'an. 3. Siswa kelas I dan II berasal dari latar belakang keluarga, pendidikan dan lingkungan masyarakat yang berbeda. Karena faktor-faktor tersebutlah sehingga siswa kelas I dan II dinilai perlu mendapatkan tambahan pendidikan al-Qur'an. untuk itu pihak sekolah membuat suatu kebijakan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan mengadakan pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono agar siswa mampu membaca dan menulis al-Qur'an Dari deskripsi di atas menunjukkan bahwa latar belakang diadakannya pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono sudah sesuai dengan peran pembelajaran al-Qur'an. Dimana peran pembelajaran al-Qur'an ini sangat penting bagi peserta didik terutama dalam memberi tambahan pendidikan alQur'an, khususnya untuk yang belum mampu membaca dan menulis al-Qur'an.
63
Dengan diadakannya pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono diharapkan sebagai solusi atas minimnya kemampuan siswa dalam membaca dan menulis al-Qur'an. selain itu dalam rangka untuk mencetak generasi Qur’ani yang cerdas dan pintar. Dari sini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa latar belakang diadakannya pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono adalah upaya MI Ma'arif Setono sebagai solusi terhadap siswa yang belum mampu membaca dan menulis al-Qur'an.
Analisis Data Tentang Proses Pelaksanaan Pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono Pelaksanaan Pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono memiliki karakteristik sendiri dalam setiap proses kegiatan belajar mengajarnya. Hal ini dapat diketahui dari observasi pada waktu kegiatan belajar mengajar tersebut berlangsung.
Pembelajaran
al-Qur'an
di
MI
Ma'arif
Setono
tidak
menggunakan sebuah metode pembelajaran membaca al-Qur'an tertentu seperti an-Nahdliyah, Qiro’ati, Iqro’, maupun al-Barqy. Akan tetapi lebih cenderung kepada metode sorogan. Dalam bab II telah dijelaskan bahwa sorogan artinya belajar secara individu dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal antara keduanya. metode sorogan adalah metode individual
dimana murid mendatangi guru untuk mengkaji suatu kitab dan guru membimbingnya secara langsung. Sorogan adalah metode pengajaran dimana ditekankan murid harus lebih aktif, yaitu murid menghadap kepada guru ’satu
64
persatu’ dengan membaca kitab / buku yang telah ditentukan. Bila ada bacaan yang
salah
atau
pemaknaan
dan
pemahaman
yang
salah
guru
membetulkannya. Sehingga bisa dipastikan seorang murid akan sangat paham betul akan materi yang dia pelajari. Metode ini juga dapat membantu siswa yang mempunyai kompetensi di bawah standar agar mendapat tingkat pemahaman yang lebih baik dengan melakukan pengulangan materi (remedi). Sebaliknya, siswa yang mempunyai standar kompetensi lebih tinggi akan melaju lebih cepat dari siswa dengan tingkat kompetensi di bawahnya. Sedangkan pendekatan merupakan usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan antara peneliti dengan orang yang diteliti. Pendekatan yang digunakan dalam Pembelajaran al-Qur'an meliputi pendekatan individu, pendekatan kelompok dan pendekatan bervariasi. Pendekatan individu lebih menekankan pada interaksi antara anak didik dan pendidik secara langsung. Pendekatan kelompok digunakan pada saat mengorganisasi anak didik menjadi beberapa kelompok. Pendekatan ini seharusnya tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik. Pendekatan bervariasi digunakan pada saat guru akan menghadapi permasalahan dari anak didik yang sangat bervariasi. Permasalahan itu timbul dikarenakan oleh adanya perbedaan karakteristik anak, latar belakang keluarga dan lain sebagainya. Dari deskripsi dalam bab tiga dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono dalam prakteknya adalah guru
65
masuk kelas kemudian salam dan memimpin anak-anak membaca do’a sebelum mengaji, setelah itu guru memanggil satu persatu anak untuk membaca jilid didepan guru dengan sistem sorogan, sedangkan untuk anak yang belum mendapatkan giliran membaca latihan menulis arab dari jilid mereka masing-masing, setelah itu do’a penutup dan salam penutup. Dalam Pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono pendekatan yang dipakai adalah pendekatan individu. Dimana seorang guru menghadapi siswa secara bergantian, sehingga guru mudah berkomunikasi secara langsung dengan anak. Hal ini sangat mempermudah dalam memahami dan mengenal karakteristik dan kemampuan masing-masing murid tersebut. Masing-masing anak akan mempunyai karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda sehingga guru bisa dengan lebih mudah memberikan pelayanan dan pengajaran kepada murid dan hasil belajar akan lebih maksimal. Ada siswa yang konsentrasi dengan Pembelajaran al-Qur'an dan ada juga yang bermain sendiri. Hal itu dapat diketahui dari perilakunya dalam proses Pembelajaran al-Qur'an tersebut berlangsung. Ada juga sebagian siswa yang membaca tapi tidak mau menulis dengan alasan belum bisa menulis. Selain itu pemberian motivasi sebagian guru kepada siswa akan pentingnya membaca dan pentingnya menulis al-Qur'an sebagai dasar pembelajaran agama Islam juga harus dilaksanakan. Strategi yang bermacammacam juga diterapkan oleh sebagian guru di dalam kelas dalam membantu siswa yang belum lancar membaca dan menulis al-Qur'an.
66
Dari deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono dilaksanakan dengan menggunakan metode sorogan dan pendekatan individu yang sudah sesuai dan selaras dengan kegiatan pembelajaran sorogan yang dikemukakan oleh Armai Arief.
Analisis Data Tentang Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di Madrasah, khususnya di dalam kelas, pihak Madrasah yakni guru mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mendidik dan membimbing siswanya. Dalam hal ini meskipun guru adalah orang tua kedua setelah orang tua siswa sendiri, tetapi guru selain mengamalkan ilmunya juga berkewajiban untuk memberikan sebuah proses kegiatan belajar mengajar yang menarik dan menyenangkan sehingga hasil yang dicapai oleh siswa sangat memuaskan. Akan tetapi dalam memberikan sebuah
pembelajaran, pasti tidak akan terlepas dari faktor
pendukung dan penghambatnya. Begitu pula dengan pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono ini dalam proses pembelajaran pasti ada faktor pendukung dan ada juga faktor penghambat dalam kegiatannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar di antaranya adalah faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal mencakup faktor keluarga, berupa cara orang tua mendidik, hubungan antar anggota keluarga, susunan rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga, faktor sekolah, mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
67
siswa, disiplin sekolah, pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung dan tugas rumah, faktor masyarakat, mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Faktor internal mencakup faktor jasmaniah, faktor psikis dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah meliputi kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Sedangkan faktor kelelahan meliputi kelelahan jasmani (phisis) dan kelelahan rohani (psikis). Dalam pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono tidak terlepas dari faktor pendukung dan penghambat. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an mendapat dukungan yang direspon oleh semua pihak, baik dari kepala sekolah, para guru maupun pihak komite sekolah. Dukungan yang diberikan berupa adanya madrasah diniyah atau TPQ yang masuk pada sore hari, kesadaran orang tua atau wali murid dalam pendidikan anak-anaknya, penerapan strategi yang inovatif dari guru, dan penambahan ustadzah sehingga pengajaran lebih maksimal. Dengan demikian dapat diketahui bahwa faktor pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono adalah upaya untuk menciptakan suasana religius dari semua pihak, baik dari kepala sekolah, para guru maupun pihak komite sekolah yang dibutuhkan untuk melancarkan pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an. Dari data di atas dapat diketahui bahwa faktor pendukung yang ada di MI Ma'arif Setono ini
68
sesuai dengan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar yakni khususnya pada faktor sekolah dan masyarakat. Dengan demikian dapat diketahui bahwa adanya faktor pendukung ini dapat memperlancar pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono. Di samping adanya faktor pendukung, ada juga faktor penghambat yang menjadi penghambat lancarnya pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an. Yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono di antaranya adalah kelas yang kurang kondusif yang merupakan kelemahan dari metode sorogan dan perbedaan karakteristik siswa dalam intelegensi, perhatian, dan kesiapan menimbulkan persoalan tersendiri sehingga menjadi penghambat dalam pembelajaran al-Qur'an. Karena jumlah siswa yang banyak menyebabkan alokasi waktu yang diberikan relatif kurang dan manajemen pembelajaran al-Qur'an belum berjalan dengan maksimal. Jadi faktor-faktor yang menjadi penghambat lancarnya pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono ini sesuai dengan faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar khususnya faktor psikis pada siswa. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono memiliki banyak faktor pendukung dan juga faktor penghambat. Dengan menggunakan pembelajaran al-Qur'an ini bertujuan untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan sehingga output nya pun lebih berkwalitas dan lebih baik, adanya faktor pendukung diharapkan dapat lebih meningkatkan kwalitas pembelajaran. Sedangkan adanya faktor
69
penghambat ini agar lebih diperhatikan supaya dapat dicarikan solusinya untuk
kemudian
dapat
diminimalkan
sehingga
proses
pelaksanaan
pembelajaran serta hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan mudah serta menguntungkan semua pihak, baik guru maupun siswa.
Analisis Data Tentang Hasil dalam Pembelajaran alQur’an di MI Ma’arif Setono Proses belajar mengajar sangat erat kaitannya dengan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, penguasaan pengetahuan, ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang ditunjukkan oleh nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, maka berdasarkan tingkat pemahaman siswa pada pembelajaran al-Qur'an dan mengetahui tujuan yang diterapkan tercapai atau tidak hasil belajarnya dapat dilihat melalui evaluasi kemudian penilaiannya. Hasil inilah yang disebut dengan prestasi belajar siswa. Maka hasil evaluasi belajar dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai keberhasilan siswa setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu. Pada bab II dijelaskan bahwa tujuan pembelajaran al-Qur'an meliputi: Meningkatkan ketrampilan membaca dengan baik sesuai dengan kaidah yang disusun dalam ilmu tajwid, Menghasilkan output yang mampu membaca alQur'an dalam waktu yang relatif singkat, dan Agar tidak terjadi kemerosotan agama dan generasi Qur’ani.
70
Dengan dilaksanakannya pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono ini bertujuan untuk menghasilkan output yang berkwalitas dan lebih baik dari yang
sudah-sudah.
Pembelajaran
al-Qur'an
secara
garis
besar
menggambarkan bahwa siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada pembelajaran al-Qur'an, Dari data pada bab III mengenai prestasi belajar al-Qur'an siswa kelas I dan kelas II MI Ma'arif Setono dapat diketahui bahwa hasil prestasi siswa setelah mengikuti pembelajaran al-Qur'an mengalami perubahan, yakni adanya peningkatan kemampuan membaca dan menulis al-Qur'an. hal ini dapat diketahui dari siswa kelas I yang pada semester 1 hanya mendapat nilai rata-rata 76,76 mampu meningkat pada semester 2 dengan nilai ratarata 81,44. sedangkan untuk kelas II juga demikian, untuk semester 1 mendapat nilai rata-rata 77,28 dan untuk semester 2 meningkat menjadi 82,25. Dari beberapa uraian di atas dapat diambil suatu pemahaman bahwa dengan diterapkannya pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan menulis al-Qur'an. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan hasil belajar siswa pada semester 1 dan 2.
71
BAB V PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang “Pelaksanaan Pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono Jenangan Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009” dapat disimpulkan sebagai berikut: Latar belakang diadakannya pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono adalah upaya MI Ma'arif Setono sebagai solusi terhadap siswa yang belum mampu membaca dan menulis al-Qur'an. Proses
pelaksanaan
pembelajaran
al-Qur'an
di
MI
Ma'arif
Setono
dilaksanakan dengan menggunakan metode sorogan dan pendekatan individu yang sudah sesuai dan selaras dengan kegiatan pembelajaran sorogan yang dikemukakan oleh Armai Arief. Faktor pendukung yang ada di MI Ma'arif Setono ini sesuai dengan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar yakni khususnya pada faktor
sekolah
dan
masyarakat.
Sedangkan
faktor
penghambat
pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono adalah faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar khususnya faktor psikis pada siswa. Hasil dalam pembelajaran al-Qur'an di MI Ma'arif Setono adalah adanya peningkatan kemampuan siswa kelas I dan II dalam membaca dan menulis al-Qur'an. 75
72
Saran Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak sekolah, ustadzah, siswa, dan orang tua terkait dengan masalah pembelajaran al-Qur'an, peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: Kepada pihak sekolah diharapkan memberikan perhatian khusus terhadap sarana dan prasarana dalam pembelajaran al-Qur'an. Kepada guru diharapkan memperbanyak variasi strategi belajar mengajar dalam pembelajaran al-Qur'an. Kepada siswa diharapkan agar meningkatkan belajarnya supaya lebih cepat dalam memahami dan menguasai al-Qur'an. Kepada orang tua diharapkan agar selalu membimbing anaknya supaya memiliki kebiasaan membaca al-Qur'an di rumah.
73
DAFTAR RUJUKAN
Abidin, Zainal S. Seluk Beluk al-Qur'an. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992. Al-Munawar, Said Agil Husain. Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani Dalam Sistem Pendidikan Islam. Ciputat: PT Ciputat Press, 2005. Al-Qaradhawi, Yusuf. Berinteraksi dengan al-Qur'an. Jakarta: Gema Insani Press, 1999. Al-Syabany, Omar Mohammad Al-Thoumy. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1984. Arief, Moh. Mungin dan Muhtar, Khanan. Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur'an Metode An Nahdliyah. Tulungagung: LP. Ma’arif NU, 1993. Arif, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Arifin, Muhammad. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Choiri, Miftachul. Pengantar Metode Penelitian. Ponorogo: Lembaga Penerbitan dan Pengembangan Ilmiah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo, 2002. Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2004. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Departemen Agama RI, 1994/1995. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-Undang dan Peraturan RI tentang Pendidikan. Jakarta: DEPAG RI, 2006. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996. Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadh. Tartiila Jilid I sampai Jilid VI. Surabaya: JQH, 1998.
74
Maknun, Agin Syamsuddin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002. Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Jakarta: DEPAG RI, 2005. Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003. Miles, Mattew B. dan Huberman, Michael A. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru, Terj. Tjetjep Rohendi. Jakarta: UIPress, 1992. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003. Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya: Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat (PSAPM), 2004. Muhadjir Sulthon, Al Barqy Sistem 8 Jam, Surabaya: Pena Suci, 1999. Nasution, S. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993. Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Direktoraj Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1984. Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2006. Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfa Beta, 2003. Sanaky, Hujair AH. Paradigma Pendidikan Islam Membangun Masyarakat Madani Indonesia. Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2003. Slameto. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005. Sukmadinata, Nana Saodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Zuhairini, at. all. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Malang: BIFT IAIN Sunan Ampel, 1981.