BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Dalam bisnis global dimana ketidakpastian akan berbagai risiko sangat tinggi,
maka setiap perusahaan harus sadar akan kebutuhan untuk perencanaan darurat (contingency planning) dan mengelola risiko (risk management) dalam menjalankan operasi bisnisnya. Perusahaan yang tidak menyadari risiko-risiko global yang terjadi dalam dunia bisnis, tidak akan mampu merumuskan strategi yang tepat dalam berkompetisi dengan kompetitor ketika ketidakpastian itu terjadi dan mengganggu (disturbing) operasi bisnis berbagai industri. Apalagi jika perusahaan tersebut beroperasi secara internasional, maka kompleksitas risiko dalam supply chain akan semakin besar. Banyak perusahan-perusahaan gagal dalam kompetisi bisnis yang ketat ini, karena tidak menganalisa, mengantisipasi, dan mengelola berbagai risiko dari seluruh aspek yang akan berpengaruh kepada keberlanjutan bisnis sebuah perusahaan. Perusahaan perlu memperhatikan seluruh aspek dalam global supply chain untuk memastikan terpenuhinya layanan konsumer (customer service), terkelola dan terantisipasinya biaya (anticipated cost), dan mendapatkan keuntungan yang diinginkan (desired profitability). Taksiran terhadap seluruh risiko yang berpotensi mengganggu (disrupting) operasi bisnis tersebut dilakukan agar perusahaan bisa mengelola risiko-risiko tersebut dengan strategi yang tepat. Pola dan metodologi untuk menaksir dan mengelola risiko adalah bagian dari implementasi Supply Chain 1
Risk Management (SCRM). Kemampuan perusahaan mengelola risiko-risiko tersebut akan berdampak kepada reputasi bisnis (business reputation) dan kontinuitas bisnis (business continuity) dalam jangka pendek dan jangka panjang. Memaksimalkan keuntungan (profit maximization) adalah tujuan dari supply chain (Hise, 1995). Karena itu diperlukan keseimbangan antara produktivitas (efficiency) dan profitabilitas (effectiveness) untuk memindahkan barang dan material antar negara maupun antar daerah dengan tepat waktu dan kualitas yang baik (Mentzer dan Firman, 1994). Kompleksitas pasar dan perbedaan infrastruktur dan sosial ekonomi antar negara dan daerah berpotensi mempengaruhi keterlambatan, ketidakpastian, dan kebutuhan yang lebih besar akan koordinasi, komunikasi, dan pengawasan terhadap seluruh mata rantai pasok. Meningkatnya pertumbuhan bisnis AkzoNobel Indonesia sebagai perusahaan industri kimia yang memproduksi produk-produk pelapis (protective coating industrial goods) dan produk-produk cat untuk kapal (marine coatings) harus diikuti dengan kemampuan perusahaan mengelola berbagai masalah-masalah dalam rantai pasok yang berpotensi mengganggu pertumbuhan bisnis perusahaan. Berbagai masalah dalam rantai pasok di AkzoNobel Indonesia yang berpotensi mengganggu keberlanjutan bisnis perusahaan (business continuity) dan reputasi bisnis (business reputation) diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Rendahnya kinerja layanan kepada pelanggan seperti yang ditunjukkan dengan
angka service level yang masih dibawah target atau standar perusahaan. Kinerja ini untuk mengukur sejauh mana perusahaan mampu memberikan layanan yang 2
memuaskan pelanggan, melalui pemenuhan order pelanggan sesuai tepat jumlah, tepat waktu, dengan kualitas yang baik. 2.
Peningkatan persediaan (inventory) yang menyebabkan peningkatan modal
kerja (working capital), meningkatnya risiko barang yang tidak bergerak dan tidak digunakan (slow moving and obsolete goods), maupun peningkatan jumlah produk kembali (returned goods) dari pelanggan. Masalah ini akan mempengaruhi tingkat keuntungan (profitability) perusahaan. 3.
Peningkatan biaya rantai pasok, baik biaya produksi per satuan produk
(production cost) maupun biaya distribusi per satuan produk (distribution cost) yang akan berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan bersaing dengan perusahaan kompetitor dan terhadap tingkat keuntungan perusahaan. Dari persoalan-persoalan tersebut, maka AkzoNobel Indonesia perlu melakukan kajian dan analisis untuk seluruh risiko rantai pasok agar bisa mengelola risiko dan meningkatkan kinerja perusahaan dan mengurangi potensi gangguan terhadap bisnis perusahaan. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan kondisi sebagaimana diuraikan dalam latar belakang diatas, maka
masalah
pokok
yang
menjadi
bahasan
penelitian
ini
adalah
bagaimana
mengidentifikasi dan menganalisa risiko dan sumber risiko yang berpotensi timbul pada rantai pasok di AkzoNobel Indonesia, sehingga dapat ditentukan urutan prioritas risiko dan dirancang tindakan mitigasi yang efektif untuk mengelola sumber risiko tersebut. 3
1.3
Batasan Penelitian Penelitian tentang risiko manajemen pasok (supply chain risk management)
untuk industri paint-coatings dilakukan beberapa batasan, yaitu: 1.
Penelitian dilakukan di PT.AkzoNobel Indonesia, International Paint Indonesia,
yaitu pabrik unit bisnis beragam (multi BU site) yang memproduksi: protective coatings, marine coatings and paints, coil coatings, dan powder coatings, yang berlokasi di Cikarang Industrial Estate. 2.
Penelitian analisa risiko hanya dibatasi untuk aktivitas rantai pasok unit bisnis
protective coatings dan marine paints saja. 3.
Diasumsikan tidak ada perubahan proses bisnis yang signifikan di perusahaan
selama penelitian ini dilakukan. 1.4
Tujuan Penelitian Penelitian tentang risiko pasok ini bertujuan sebagai berikut:
a.
Mengidentifikasi risiko-risiko dalam keseluruhan mata rantai pasok (supply
chain management) di AkzoNobel Indonesia b.
Menganalisis risiko-risiko dalam mata rantai pasok untuk menentukan prioritas
risiko c.
Menghasilkan tindakan mitigasi dalam manajemen risiko rantai pasok
AkzoNobel Indonesia dan menentukan prioritas tindakan mitigasi risiko tersebut 1.5
Manfaat Penelitian
a.
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang manajemen rantai pasok
(supply chain manegement) di industri paint- protective coatings di Indonesia. 4
b.
Menjadi bahan masukan bagi PT AkzoNobel Indonesia dalam menjalankan
proses bisnis perusahaan. c.
Menjadi bahan masukan bagi manajemen rantai pasok untuk industri paint-
protective coatings dan industri kimia di Indonesia secara umum
5