1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang
kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana. Pada dasarnya bank syariah sebagaimana bank konvensional, juga menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan, hanya saja terdapat perbedaan mendasar dalam hal imbalan (Fahrul, 2012). Saat ini, sistem perbankan syariah lebih berkembang dan menjadi alternatif menarik bagi kalangan perusahaan sebagai pelaku bisnis, akademisi sebagai penyedia sumber daya manusia dan masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan. Jasa perbankan yang ditawarkan oleh bank syariah pada umumnya untuk menghimpun dan menanamkan dana dalam bentuk tabungan, giro dan deposito berjangka (Oktriani, 2011). Menurut Susilo, dkk (2000) “Bank syariah adalah bank yang dalam aktifitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu bagi hasil dan jual beli.” Perkembangan lembaga perbankan syariah di Indonesia hingga tahun 1998 masih belum pesat karena baru ada satu bank syariah yang beroperasi. Pada tahun 1998 dikeluarkan UU no 10 tahun 1998 yang memberikan landasan hukum lebih kuat untuk perbankan syariah. melalui UU no 23 tahun 1999, Pemerintah memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk dapat menjalankan
tugasnya
2
berdasakan prinsip syariah. Berdasarkan UU no 10 tahun 1998 dan UU no 23 tahun 1999. Perkembangan perbankan syariah meningkat tajam terutama dilihat dari peningkatan jumlah bank atau kantor yang menggunakan prinsip syariah (Nurhayati, 2008). Menurut Karim (2008), jenis-jenis pembiayaan syariah menurut tujuannya dibedakan menjadi pembiayaan modal kerja syariah, pembiayaan investasi syariah, dan pembiayaan konsumtif syariah. Akad atau prinsip yang menjadi dasar operasional bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan. Menurut Friyanto (2013), Bank syariah memberikan pembiayaan dengan prinsip mudharabah dan musyarakah, bertransaksi jual beli dengan prinsip murabahah, salam dan istina’, serta menyewakan aktiva dengan prinsip ijarah disamping produk lainnya, seperti qardhul-hasan dan rahn. Menurut Ismail (2011), manfaat pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah antara lain adalah mempengaruhi tingkat profitabilitas bank, hal tersebut tercermin dalam perolehan laba, peningkatan dan penurunan laba akan berpengaruh pada peningkatan dan penurunan profitabilitas bank. Peningkatan pendapatan dari pembiyaan bagi hasil ini akan mempengaruhi tingkat profitabilitas pada bank syariah. Menurut Harahap (2008:309), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Pada penelitian ini penulis akan menghitung tingkat profitabilitas dengan menggunakan tolak ukur ROA.
3
Fenomena yang terjadi, sampai saat ini skema pembiayaan Murabahah atau jual beli masih menjadi primadona dalam transaksi perbankan syariah. Padahal jika balik kepada dasar perkembangan ekonomi syariah, akad pembiayaan Mudharabah atau bagi hasil dirasa yang paling tepat. Namun menurut Direktur Keuangan dan Operasional Bank Muamalat, Hendiarto, ada beberapa hal yang menyebabkan nasabah dan bank syariah jarang menggunakan skim bagi hasil (Emerald, 2014). Fenomena yang terjadi, Akad murabahah atau jual beli masih mendominasi produk perbankan syariah di Indonesia. Dibanding mudharabah dan musyarakah (bagi hasil), akad murabahah atau jual beli mendominasi hingga 60 persen. Ketua Tim Penelitian dan Pengembangan Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia (BI), Dani Gunawan Idat, menyatakan bagi hasil memang lebih memiliki aspek besar jika dilihat dari kemanfaatannya terhadap ekonomi. Namun sayangnya, produk akad bagi hasil ini perlu kepercayaan pasar dan risiko yang lebih tinggi (Purwadi, 2011) Fenomena lain yang terjadi, masalah masih rendahnya porsi pembiayaan bagi hasil atau dominasi pembiayaan non bagi hasil terutama murabahah pada portofolio pembiayaan bank syariah ternyata merupakan fonemena global, tidak terkecuali di Indonesia. Fenomena ini disebabkan karena pembiayaan berbasis bagi hasil cenderung memiliki risiko lebih besar jika dibandingkan dengan pembiayaan lainnya. Walaupun pronsip bagi hasil menjadi ciri khas bank syariah, namun risiko yang dihadapi cukup besar (Andaeny, 2013). Beberapa penelitian sebelumnya, Riyadi (2014) menyatakan nilai signifikansi variabel bagi hasil menunjukkan nilai di bawah tingkat signifikan
4
yang ditetapkan yang artinya bahwa pembiayaan bagi hasil berpengaruh negatif terhadap ROA. Dan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Imam (2013) menyatakan pembiayaan bagi hasil mudharabah mempunyai pengaruh signifikan banyak terhadap Return on Asset (ROA). Adapun hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahman (2012) menyatakan bahwa pembiayaan bagi hasil berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas yang diproksikan melalui Return On Asset (ROA) pada bank umum syariah di Indonesia. Penelitian sebelumnya dalam jurnal akuntansi ISSN 2301-0164, Fahrul (2012) menyatakan bahwa risiko pembiayaan bagi hasil dan jual beli terhadap tingkat profitabilitas bank syariah secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas. Penelitian ini adalah replika dari penelitian - penelitian sebelumnya dan bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh pembiayaan bagi hasil terhadap tingkat profitabilitas Bank Muamalat. Dari latar belakang, fenomena dan penelitian sebelumnya yang telah dijelaskan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “ PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS BANK MUAMALAT INDONESIA PERIODE 2007 2013 ” 1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis mencoba
mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah seberapa
5
besar pembiayaan bagi hasil berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia. 1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data memperoleh data
serta informasi yang diperlukan mengenai pembiayaan bagi hasil dan tingkat profitabilitas pada Muamalat sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh pembiayaan bagi hasil terhadap tingkat profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembiayaan bagi hasil terhadap tingkat profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia periode 2007-2013. 1.4
Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, penelitian ini diharapkan dapat
berguna dan bermanfaat bagi pihak lain yang berkepentingan, antara lain : 1. Kegunaan Pengembangan Ilmu Untuk mengembangkan ilmu akuntansi syariah dengan penelitian secara empiris dengan cara mengetahui pengaruh pembiayaan bagi hasil terhadap tingkat profitabilitas. 2. Kegunaan Operasional/ Pemecahan Masalah Penelitian ini diharapkan dapat memecahkan suatu permasalahan mengenai
pengaruh
profitabilitas.
Dan
pembiayaan dapat
bagi
hasil
terhadap
tingkat
memberikan
suatu
masukan
kepada
6
perusahaan-perusahaan
yang
menganut
sistem
syariah
terkait
pembiayaan bagi hasil. Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi perusahaan - perusahaan yang menganut sistem syariah terkait perihal pentingnya pembiayaan bagi hasil yang diberikan bank syariah. 1.5
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan tidak langsung ke perusahaan yaitu dengan melakukan penelitian dengan pengambilan data keuangan di website resmi Bank Muamalat Indonesia (www.bankmuamalat.co.id) untuk pengumpulan data laporan tahunan (annual report) perusahaan guna memperoleh data sekunder keuangan selama 7 periode yaitu periode 2007-2013.