BAB I PENDAHULUAN 1. 1
Latar Belakang Persediaan adalah aset yang: (a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha
normal perusahaan, (b) dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau (c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. (PSAK No.14 Persediaan) M. Munandar (1991 : 56) bahwa yang dimaksud dengan inventory adalah persediaan barang-barang yang menjadi objek usaha pokok perusahaan, bagi perusahaan perdagangan barang-barang tersebut berupa persediaan barang dagangan, sedangkan bagi perusahaan yang berproduksi (industri) berupa persediaan barang mentah, persediaan bahan pembantu, persediaan barang yang sedang diproses dan persediaan barang jadi. Jenis persediaan pada tiap perusahaan berbeda-beda. Pada perusahaan dagang hanya terdapat satu jenis persediaan yaitu persediaan barang dagang. Pada perusahaan dagang, persediaan barang dagangan adalah sumber utama perusahaan dalam memperoleh pendapatan. Persediaan barang dagang pada perusahaan dagang diambil/diperoleh dari pemasok dan dijual kembali kepada para konsumen tanpa mengalami perubahan bentuk. Sedangkan pada perusahaan manufaktur persediaan terbagi menjadi 3 (tiga): persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. Persediaan bahan baku adalah persediaan bahan yang siap untuk diolah dan 1
diproses dalam kegiatan produksi perusahaan. Persediaan bahan dalam proses adalah persediaan yang masih setengah jadi atau sedang dalam proses produksi, dan persediaan barang jadi adalah persediaan yang telah siap dan dapat dujual dalam kegiatan normal perusahaan dan menjadi pendapatan utama pada perusahaan. Persediaan harus diperhatikan oleh perusahaan karena persediaan merupakan pokok penentu dalam penetapan harga pokok barang, baik harga pokok produksi maupun harga pokok penjualan barang. Banyak sekali risiko-risiko yang dapat terjadi pada persediaan. Risiko-risiko yang timbul dari persediaan seperti: (a) persediaan rusak, (b) sediaan hilang atau dicuri (c) salah nilai pencatatannya. Selain itu perusahaan juga harus mengatur agar persediaan dapat tersedia sepanjang waktu dan berada dalam jumlah yang cukup yaitu tidak berlebih dan juga tidak kurang. Hal ini karena jika persediaan tinggi maka perusahaan dapat dengan mudah mencukupi kebutuhan pasar yang ada namun persediaan yang tinggi dapat menghambat perusahaan sebab sebagian besar dana perusahaan yang seharusnya dapat diputar perusahaan menjadi tidak dapat diputar karena terlalu besar tertanam pada persediaan. Sedangkan jika jumlah persediaan kurang maka perusahaan tidak dapat mencukupi kebutuhan pasar yang ada. Pentingya peran persediaan pada perusahaan inilah, maka perusahaan wajib membuat sebuah sistem yang mengatur tentang persediaan. Sistem tersebut haruslah dapat megatur tentang segala hal yang berhubungan dengan persediaan,
2
mulai dari pengadaan persediaan, penyimpanan, perhitungan, kebijakan persediaan dan sistem akuntansi persediaan. Pada perusahaan skala besar biasanya perusahaan telah menyiapkan sistem khusus untuk mengatur dan mengawasi persediaan mereka. Berbeda dengan perusahaan skala kecil seperti UMKM. Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang biasa kita singkat sebagai UMKM secara umum dapat diartikan sebagai usaha yang memiliki omset sampai dengan Rp 50.000.000.000,- . Usaha ini terdiri dari 3 jenis kategori usaha yaitu: usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah. Pengertian untuk setiap kategori usaha ini menurut Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah : Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria :
3
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan dengan kriteria : a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima
ratus
juta
rupiah)
sampai
dengan
paling
banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Banyak UMKM yang masih belum memperhatikan masalah sistem akuntansi persediaan karena biaya yang dibutuhkan untuk menyediakan jasa ahli dalam melakukan penanganan proses akuntansi secara benar dan tepat tidaklah sedikit. Hal inilah yang menyebabkan kebanyakan UMKM yang ada saat ini baru melakukan pencatatan sebatas pada pencatatan akuntansi kas masuk dan kas
4
keluar saja. Padahal hal ini tidak lah cukup mengingat akuntansi tidak terbatas mengenai kas saja. Berbeda dengan UMKM kebanyakan yang belum menerapkan adanya penerapan sistem persediaan. UMKM UD. Semangat Jaya telah menerapkan sistem persediaan pada perusahaannya. Usaha yang telah berdiri sejak tahun 2007 lalu ini yang dulunya bernama Amanah Plastik telah menyadari betapa penting adanya sistem yang mengatur tentang persediaan pada usaha mereka. Namun walaupun telah menerapkan sistem persediaan pada usahanya, tetapi belum pernah dilakukan analisis terhadap sistem yang telah digunakan. Berdasarkan alasan-alasan tersebut maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA UD. SEMANGAT JAYA”. 1. 2
Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah-masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah UD. Semangat Jaya telah memiliki sistem akuntansi persediaan bahan baku yang baik ? 1. 3
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian Penulisan tugas akhir ini dilaksanakan bertujuan untuk menganalisa apakah UD Semangat Jaya telah memiliki sistem akuntansi persediaan bahan baku yang baik atau belum.
5
2. Manfaat penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan penulis dapat memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 1.
Bagi Penulis: 1. Menerapkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh saat kuliah 2. Membandingkan teori yang ada dengan masalah yang sebenarnya pada perusahaan. 3. Untuk memenuhi syarat kelulusan di Diploma Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
2.
Bagi Perusahaan: Sebagai sarana mengevaluasi tentang sistem persediaan yang ada pada UD. Semangat Jaya.
3.
Bagi Universitas : Mengetahui
kemampuan
mahasiswa
dalam
menguasai
materi
pembelajaran yang diperoleh selama kuliah 1. 4
Gambaran Umum Penulisan
BAB I Berisikan mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian serta Manfaat penelitian. BAB II Berisikan mengenai profil perusahaan, landasan teori penelitian, tinjauan pustaka dan metode penelitian. 6
BAB III Berisi mengenai data-data yang digunakan dalam penelitian beserta analisis penelitian. BAB IV Berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran dari penulis untuk perusahaan selaku objek penelitian.
7