BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Corporate Social Responsibilty atau lebih dikenal dengan CSR adalah bentuk tanggung jawab perusahaan kepada lingkungan dan kemanusian sehingga perusahaan tidak hanya fokus dalam kegiatan mencari laba namun bertanggung jawab dalam penggunaan terhadap sumber daya disekitarnya baik alam maupun masyarakat. Salah satu awal perkembangan CSR adalah Revolusi industri yang terjadi di inggris (1760 -1860), menyebabkan sistem pelaporan akuntansi berkembang sebagai pelaporan terhadap pihak pemberi modal sehingga laporan keuangan dibuat untuk kemakmuran para pemilik modal. Dalam hal ini membuat perusahaan cenderung melakukan eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam dan masyarakat yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan yang akhirnya menimbulkan masalah dalam kehidupan manusia. Orientasi pada laba material telah merusak keseimbangan kehidupan dengan cara menstimulasi pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki manusia secara berlebihan yang tidak memberi kontribusi bagi peningkatan kemakmuran mereka tetapi justru menjadikan mereka mengalami penurunan kondisi sosial [ Galtung & Kada (1995) dan Rich (1996)] dalam Anggraini (2006). Dalam hal ini lahirnya Corporate Social Responsibility (CSR), sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sekitar kegiatan usaha perusahaan. Penerapan CSR tidak dianggap sebagai cost tetapi melainkan
1
juga sebagai investasi masa depan perusahaan (Erni, 2007 dalam Sutopoyudo, 2009). Dewasa ini di Indonesia CSR tidak hanya bersifat komitmen sukarela namun menjadi wajib bagi perusahaan hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahunn 2007 pasal 74 tentang Perseroan Terbatas yang menyatakan : (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). (2) TJSL merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilkaukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (www.hukumonline.com). Oleh karena itu perusahaan yang menggunakan sumber daya alam di Indonesia wajib melaksanakan CSR terhadap masyarakat. Oleh karena itu bursa efek indonesia untuk memudahkan investor dalam melakukan pemantauan kegiatan CSR yang dilakukan secara konsisten oleh perusahaan dengan mengeluarkan Indeks Kehati pada 8 Juni 2009 yang kriteria penilaiannya adalah lingkungan, tenaga kerja, tata kelola perusahaan, hak asasi manusia dan pengembangan masyarakat. Namun sampai saat ini belum terlalu efektif pengungkapan tanggung jawab sosial perusaan di Indonesia yang disebabkan berbagai macam faktor dan permasalahan. Saat ini hampir seluruh perusahaan di dunia dan mulai diwajibkan di Indonesia mempunyai CSR, Sebagai bentuk etika bisnis yang baik dimana perusahaan tidak hanya mencari keuntungan semata (faktor ekonomi ) kepada para pemilik modal tetapi juga kepentingan stakeholder, Yang termasuk didalamnya adalah pegawai
2
atau customer, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan kompetitor.
Semua ini dimaksudkan agar perusahaan mempunyai
tanggung jawab sosial kepada komunitas yang ada didalam dan diluar lingkungan perusahaan. GLOBAL Compact Initiative (2002) menyebut pemahaman ini dengan 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga untuk mensejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini (Nugroho, 2007 dalam Dahlia dan Siregar, 2008). Pengembangan program CSR ini dalam lanjutannya bisa berbentuk pelayanan kesehatan, beasiswa atau penjagaan kelestarian lingkungan. Perusahaan dalam melakukan CSR tidak hanya bertanggung jawab kepada pemegang saham dan kondisi keuangan internal perusahaan atau disebut single bottom line, tetapi harus mengganut triple bottom line dimana selain finansial juga ada sosial dan lingkungan. Masyarakat modern cenderung lebih awas dalam mengawasi perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha bisnis, kepercayaan masyarakat akan turun dengan tidak adaya kepedulian perusahaan terhadap keadaan sosial dan lingkungan. Karena resistensi penolakan masyarakat juga sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup suatu perusahaan (going concern). Mengambil contoh dari kasus penolakan masyarakat india terhadap perusahaan Cocacola amerika akibat penyalahgunaan sumber air bersih yang menyebabkan kekeringan parah dibeberapa desa di India selatan. Masyarakat saat ini menggunakan produk yang bisa mereka percaya, salah satu dasar dari patokan kepedulian terhadap lingkungan dan sosial adalah CSR. Menurut survei yang dilakukan Booth-Harris Trust Monitor pada tahun 2001 3
dalam Sutopoyudo (2009) menunjukkan bahwa mayoritas konsumen akan meninggalkan suatu produk yang mempunyai citra buruk atau diberitakan negatif. CSR saat ini digunakan perusahaan sebagai senjata marketing baru dalam mempromosikan bahwa suatu produk aman, CSR dilakukan secara berkelanjutan sehingga menimbulkan biaya tambahan yang mengurangi pendapatan laba perusahaan sehingga tingkat profit perusahaan, namun terdapat feedback yang didapat karena semakin tingkat kepercayaan konsumen kepada perusahaan secara tidak langsung juga mempengaruhi loyalitas konsumen yang menimbulkan tingkat penjualan yang berangsur naik secara signifikan dan pada akhirnya memberikan keuntungan finasial kepada perusahaan membaik, dan diharapkan tingkat profitabiltas juga meningkat (Satyo, 2005 dalam Sutopoyudo, 2009). Pendapat lain yang dikemukakan darwin (2004) dalam Rakhiemah dan Agustia (2009) perusahaan dapat memperoleh banyak manfaat dari praktik dan pengungkapan CSR apabila dipraktekan dengan sungguh-sungguh, diantaranya : dapat mempeerat komunikasi dengan stakeholders, meluruskan visi, misi, dan prinsip perusahaan terkait dengan praktik dan aktivitas bisnis internal perusahaan, mendorong perbaikan perusahaan secara berkesinambungan sebagai wujud manejemen resiko dan untuk melindungi reputasi, serta untuk meraih competitive advantange dalam hal modal, tenaga kerja, supplier dan pangsa pasar. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Nurlela dan Islahuddin (2008) yang meniliti tentang pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan pada periode tahun 2005 dan digunakannya kepemilikan manejemen
4
sebagai variabel moderating, sehingga penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali apakah corporate social responsibilty mempengaruhi nilai perusahaan. B. Identifikasi Masalah Kerusakan lingkungan saat ini diakui atau tidak merupakan bagian dari kerusakan yang ditimbulkan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan mencari keuntungan semata, CSR dalam hal ini timbul sebagai wujud kepedulian perusahaan terhadap lingkungan yang ada disekitarnya yaitu alam dan masyarakat. Perusahaan saat ini terus mengembangkan image yang baik dimata masyarakat untuk menimbulkan image bahwa produk yang dihasilkan perusahaan baik sehingga secara tidak langsung menimbulkan efek loyalitas terhadap konsumen. Loyalitas konsumen secara tidak langsung juga mempengaruhi kinerja laba perusahaan dan meningkatkan tingkat profitabilitas perusahaan dan secara tidak langsung mengangkat nilai perusahaan. Kinerja perusahaan dapat dinilai dengan tingginya nilai jual saham perusahaan karena sesuai prinsip perusahaan didirikan untuk memberikan keuntungan dan kemakmuran para pemegang saham. Bowman & Haire (1976) dan Preston (1978) dalam Hackston & Milne (1996) dalam Anggraini (2006) semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan maka pengungkapan informasi sosial yang dilakukan perusahaan juga semakin besar /banyak. Pemerintah Indonesia juga menuangkan dalam Undang - Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mengatur kewajiban perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan
5
corporate social responsibility (CSR). Dengan berlakunya UU PT No 40 dapat meningkatkan perluasan pengungkapan CSR bagi perusahaan di Indonesia dari sukarela (voluntary) menjadi wajib (mandatory) untuk perusahaan. Retno (2006) dalam Nurlela dan Islahudin (2008) dari hasil penelitian menemukan bahwa variabel prosentase kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap kebijakan perusahaan dalam mengungkapkan informasi sosial dengan arah sesuai dengan yang diprediksi. Semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan, manajer perusahaan akan semakin banyak mengungkapkan informasi sosial dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di dalam program CSR. Selain itu Damsetz (1986) dalam Junaidi (2006) dalam Anggraini (2006) berargumen bahwa kepemilikan oleh manajemen yang besar akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan dan dia menyimpulkan bahwa konsentrasi kepemilikan akan meningkatkan nilai perusahaan. Kepemilikan manejemen dalam suatu perusahaan dapat disimpulkan semakin meningkatkan tanggungjawab manejemen dalam meningkatkan mutu dan nilai jual perusahaan yang secara tidak langsung mempengaruhi tingkat kepercayaan stakeholders perusahaan dan berpengaruh terhadap peningkatan nilai saham. Perusahaan saat ini dituntut untuk membuat suatu laporan yang berkelanjutan (sustainibility reporting) yang diharapkan perusahaan terus berlanjut di masa depan namun tidak hanya menghasilkan laba ekonomi tetapi menghasilkan hal berupa tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sosial dan kemanusian sebagai fokus utama dari CSR.
6
Dengan Latar belakang ini penulis mengambil judul “ PENGARUH CORPORATE MANEJEMEN
SOCIAL
RESPOSIBILTY
TERHADAP
NILAI
DAN
KEPEMILIKAN
PERUSAHAAN
(PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI 20082009)“. Rumusan masalah diatas dirangkum peneliti menjadi : 1. Apakah pengungkapan CSR (corporate social responsibility disclosure) berpengaruh terhadap nilai perusahaan? 2. Apakah prosentase kepemilikan manejemen berpengaruh terhadap nilai perusahaan ? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian C.1 Tujuan Peneliti : 1. Mengetahui pentingnya pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan? 2. Apakah prosentase kepemilkan manejemen memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan? C.2 Manfaat Penelitian : 1. Untuk peneliti bertujuan untuk memberikan masukan bahwa dengan melakukan CSR membuktikan perusahaan memiliki tanggung jawab sosial yang diatur dalam UU PT NO. 40 pasal 74 tahun 2007 yang mewajibkan seluruh perusahaan di Indonesia wajib memiliki CSR sebagai bentuk
7
perlindungan bagi lingkungan dan masyarakat terhadap aktivitas operasional perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan. 2.
Untuk Perusahaan dengan melakukan CSR dengan pengungkapan yang
luas diharapkan perusahaan dapat menarik konsumen untuk lebih loyal terhadap produk perusahaan yang dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi kenaikan nilai perusahaan. 3. Untuk Masyarakat sebagai sumber pengawasan secara langsung kinerja perusahaan sehingga dapat dicegah efek-efek yang merugikan masyarakat dan lingkungan hidup sekitar perusahaan, sehingga hak-hak masyarakat terlindungi dengan sepenuhnya.
8