BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2008). Dua cara persalinan yaitu persalinan pervaginam yang telah dikenal dengan persalinan normal atau alami dan persalinan dengan sectio caesar dapat disebut juga dengan bedah sesar atau sectio caesarea (Kasdu, 2003). Bedah caesar atau sering disebut sectio Caesar (SC) itu adalah melahirkan janin melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding rahim (uterus) (Oxorn, 2010). Persalinan SC dilakukan jika terjadi kemacetan pada persalinan normal atau jika ada masalah pada proses persalinan yang dapat mengancam nyawa ibu dan janin, artinya janin dan ibu dalam keadaan gawat darurat dan hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan operasi (Kasdu, 2003). Penelitian oleh Salfariani (2012) menyatakan, keadaan yang memerlukan persalinan SC dengan indikasi medis yaitu seperti gawat janin, kelainan pada tali pusat, berat badan bayi terlalu besar atau bayi kembar, kelainan letak janin (sungsang dan melintang), ketuban pecah dini, usia ibu hamil, hambatan jalan lahir dan riwayat SC sebelumnya/LMR (locus menorus resisten). Persalinan SC harus dilakukan dengan diagnosa medis karena dapat berisiko kepada kematian ibu dan risiko komplikasi pada saat proses persalinan. Persalinan dengan operasi memiliki kemungkinan risiko 5 kali lebih besar terjadi komplikasi dibandingkan persalinan normal (Salfariani & Saidah, 2012). Angka Kematian Ibu (AKI) dengan persalinan SC sebesar 40-80 setiap 100.000 kelahiran hidup, sementara risiko kematian ibu pada persalinan SC meningkat 25 kali 1
2
dan risiko infeksi 80 kali lebih tinggi dibandingkan persalinan normal (Anonim, 2011 dalam Suhartatik, 2014). Oleh karena itu, SC hanya dilakukan jika persalinan normal dapat membahayakan ibu dan janinnya (Kasdu, 2003). Diperlukan penilaian dari para ahli bedah SC secara lengkap yang mengacu pada syarat-syarat pembedahan dan pembiusan (Mochtar, 2000). Seiring dengan berjalannya waktu serta berkembangnya kecanggihan bidang ilmu kedokteran kebidanan, pandangan tersebut kemudian bergeser. Kini SC kadang menjadi alternatif persalinan tanpa pertimbangan medis. Bahkan bagi sekelompok orang, SC dianggap sebagai alternatif persalinan yang mudah dan nyaman. Anggapan ini membuat mereka memilih persalinan SC dari pada persalinan alamiah, meskipun tanpa indikasi medis (Kasdu, 2003). Peningkatan CSR (Caesarean Section Rate) sangat pesat hampir di seluruh negara. Di Indonesia angka kejadian SC juga mengalami peningkatan. Angka SC terus meningkat dari insiden 3% hingga 4% pada 15 tahun yang lampau sampai insidensi 10 hingga 15% sekarang ini. (Salfariani & Saidah, 2012). Pada tahun 2000 jumlah ibu
bersalin di Indonesia dengan SC adalah sebesar 47,22% dari seluruh persalinan, kemudian pada tahun 2004 meningkat menjadi 53,2%, dan di tahun 2006 meningkat menjadi sebesar 53,68% dari seluruh total persalinan (Grace, 2007 dalam V.Sumelung, 2014). CSR terbanyak menurut Provinsi adalah Provinsi Bali yaitu sebesar 42,6% (Sitorus, 2007). Melihat kecenderungan meningkatnya angka kejadian SC dari tahun ke tahun, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bersama Departemen Kesehatan dan Departemen Kesejahteraan Sosial melakukan pemantauan terhadap tindakan persalinan SC dengan mengeluarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pelayanan Medik (Dirjen Yanmedik) Departemen Kesehatan RI tanggal 12 September 2000. Edaran tersebut menyatakan bahwa, angka SC untuk rumah sakit pendidikan
3
atau rujukan propinsi ditargetkan turun menjadi 20% sedangkan untuk rumah sakit swasta 15% (Kasdu, 2003). Jumlah persalinan SC di Indonesia, terutama di rumah sakit pemerintah adalah sekitar 20-25% dari total jumlah persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya lebih tinggi yaitu sekitar 30-80% dari total jumlah persalinan (Mulyawati, 2011). Hasil penelitian Sitorus pada tahun 2007, menyatakan bahwa di rumah sakit pemerintah persalinan SC oleh karena indikasi medis adalah 69,3% dan persalinan SC non medis yaitu 29,1%. Berbeda dengan di rumah sakit swasta persalinan SC oleh karena indikasi medis lebih rendah yaitu 30,7% dan angka persalinan SC non medis lebih tinggi yaitu sebesar 70,9%. Menurut penelitian (Sitorus, 2007) tentang persalinan SC di rumah sakit pemerintah lebih fokus dengan indikasi medis dimana permintaan pelayanan lebih mengandalkan jaminan pelayanan kesehatan masyarakat (JPKM) dan askes, sedangkan dirumah sakit swasta persalinaan SC non medis (on request) lebih tinggi dalam peningkatan CSR. Di RS. Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali insiden SC selama 10 tahun (19841994) yaitu 8,06% - 20,23% dan rata-rata pertahun adalah 13,6%. Sedangkan tahun (1994-1996) angka kejadian SC 17,99% (Harry K.Gondo & Sugiharta, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Gondo dan Sugiharta di RSUP Sanglah Denpasar Bali mencatat adanya peningkatan persalinan bedah SC dari tahun 2001 yang berjumlah 5,8% menjadi 14,8% dari total persalinan di tahun 2006. Juga dilaporkan ada peningkatan persentase SC non medis antara tahun 2001 dan tahun 2006, yaitu dari 2,5% pada tahun 2001 menjadi 5% pada tahun 2006. Untuk rumah sakit swasta seperti RS. Kasih Ibu Denpasar Bali, selama tahun 2015 terdapat 618 total persalinan, angka persalinan normal sebesar 199 (32,2%) dan angka persalinan SC sebesar 419 (67,7%) dan SC tersebut semua dilakukan dengan indikasi medis. Pada rumah sakit swasta
4
lainnya yaitu RSU. Bali Royal Hospital (BROS), periode Januari-Desember tahun 2015, dari total 1.004 persalinan, jumlah tindakan SC sebanyak 745 kasus (74,2%) dan jumlah persalinan normal 259 kasus (25,7%). Dimana jumlah persalinan SC (on request) tanpa indikasi medis sebanyak 102 (13,69%) dan yang dengan indikasi medis sebesar 643 (86,3%). RSU. BROS adalah rumah sakit swasta kelas C yang memberikan pelayanan persalinan dengan metode persalinan baik normal maupun dengan metode SC. RSU. BROS menetapkan standar/target angka persalinan SC yaitu sebesar 70%. Berdasarkan data yang diperoleh, angka persalinan SC pada RSU. BROS dalam periode 2013-2015 berada di atas target yang ditetapkan. Pada tahun 2013, dari total 673 persalinan di RSU. BROS, 498 (73,9%) dilakukan secara SC dan 175 persalinan (26,0%) dilakukan secara normal. Di tahun 2014, total persalinan SC yaitu 655 (72,7%) dan persalinan normal 245 (27,2%) dari 900 total persalinan. Sedangkan di tahun 2015, total persalinan SC yaitu 745 (74,2%) dan persalinan normal 259 (25,7%) dari 1004 total persalinan. Persalinan SC dilakukan berdasarkan indikasi medis namun juga tidak sedikit oleh karena indikasi non medis (Sitorus, 2007). Di RSU. BROS, pada tahun 2014 dari juli – desember terdapat 345 total persalinan SC dan sejumlah 46 pasien (13,3%) melakukan SC oleh karena indikasi non medis (on request). Sedangkan selama tahun 2015, angka SC non medis sebesar 102 pasien (13,69%) dari total SC selama setahun. Indikasi persalinan SC terutama on request dipengaruhi oleh karena umur ibu, paritas , pendidikan ibu, penghasilan, sosial budaya, dan permintaan ibu sendiri serta faktor yang lain (Sitorus, 2007). Faktor lain yang mendasari permintaan SC tanpa indikasi medis adalah karena masalah kebudayaan yang mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan nasib anak yang dilahirkan pada tanggal atau jam sekian, maka
5
rejeki dan kehidupannya kelak lebih baik. Namun, alasan yang paling banyak adalah bahwa ibu khawatir dan cemas menghadapi rasa sakit yang akan terjadi pada persalinan normal (Kasdu, 2003). Sedangkan hasil penelitian lain mengatakan bahwa determinan non medis yang mendorong ibu memilih persalinan SC adalah karena rasa sakit dan takut pada persalinan normal (96,5%), kepercayaan (3,5%), pekerjaan(64%), sehingga ibu lebih memilih SC daripada persalinan spontan, tingkat ekonomi (Sarmana, 2004 ; Gondo & Sugiharta, 2010 Teori Perilaku Kesehatan oleh Lawrence Green menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengetahuan, pendidikan, sikap, usia, paritas, kecemasan, kepercayaan dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Dari hasil penelitian Salfariani & Saidah (2012) didapatkan faktor pengetahuan yang mempengaruhi ibu memilih persalinan dengan metode SC tanpa indikasi medis yaitu sebesar (81,8%), yang juga sejalan dengan penelitian (Suhartatik, 2014) yang meyatakan ada pengaruh pengetahuan ibu hamil di dalam memilih persalinan SC (p=0,016). Dan hasil penelitian Purnawati Eka (2009) dikatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu hamil dengan sikap ibu hamil memilih persalinan secara SC. Hasil penelitian Suhartatik (2014) dikatakan adanya pengaruh pendidikan ibu hamil di dalam memilih persalinan SC bahwa (p= 0,031), yang sejalan dengan penelitian Gomes (1999) yang dikutip oleh Rivo (2012), yang memperoleh hasil bahwa tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap persalinan melalui SC, penelitian ini sejalan dengan penelitian Rivo (2012) dimana ibu yang berpendidikan tinggi memiliki kemungkinan 1,17 kali untuk melahirkan melalui SC disbanding ibu yang berpendidikan rendah, meskipun tanpa indikasi medis (OR=1,17). Spetz et al (2001) juga memperoleh adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap pengambilan keputusan seorang ibu untuk melakukan
6
persalinan melalui SC (dalam Rivo 2012). Herstad et al dalam Rivo (2012), memperoleh ada hubungan yang sangat kuat antara umur ibu dengan persalinan SC, sama seperti penelitian Gomes et al dalam Rivo (2012), yang menemukan kelompok umur >35 tahun memiliki peluang 3,4 kali untuk melahirkan melalui SC, penelitian lain yang mendukung dimana diperoleh kemungkinan untuk melahirkan melalui SC pada ibu umur >35 tahun adalah 1,24 kali (OR=1,24) dan <20 tahun (OR=0,67) (Rivo, 2012). Dalam hasil penelitian Isti Mulyawati (2010) juga dikatakan bahwa ada hubungan antara usia ibu hamil dengan persalinan metode SC (p= 0,022) dan juga dikatakan bahwa ada hubungan antara paritas ibu hamil dengan persalinan metode SC (p=0,001). Pada penelitian Rivo (2012), yang mengatakan hasil penelitian bahwa kelompok paritas primipara memiliki risiko 1,15 kali (OR=1,15) untuk melahirkan melalui SC tanpa indikasi medis dibanding kelompok multipara. Dari hasil penelitian Salfariani & Saidah (2012) menyatakan bahwa kecemasan terhadap persalinan normal dapat mempengaruhi pemilihan persalinan SC tanpa indikasi medis (59,1%), penelitian ini sejalan dengan (Suhartatik, 2014) yang menyatakan ada pengaruh kecemasan persalinan normal ibu hamil di dalam memilih persalinan SC (0,014). Selain itu, dari hasil penelitian Salfariani (2012) menyatakan faktor kepercayaan (54,5%) yang merupakan faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan SC tanpa indikasi medis. Dan adapun penelitian dari Meinar Bagindo (2015) menyatakan bahwa ada hubungan antara kepercayaan dengan keputusan pemilihan persalinan SC (p=0,003). Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti “Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Ibu Hamil untuk Memilih Persalinan dengan Metode SC Tanpa Indikasi Medis di Rumah Sakit Umum Bali Royal Hospital Tahun 2016”.
7
Adapun faktor yang ingin diteliti yaitu faktor pengetahuan, pendidikan, usia, paritas, faktor kecemasan persalinan normal dan fakor kepercayaan. 1.2 Rumusan Masalah Menurut teori dalam Obstetrics and Gynecology, operasi SC sebaiknya dilakukan karena pertimbangan medis, mengingat karena risiko operasi SC lebih besar dari pada persalinan normal. Dalam kondisi ibu dan bayi yang sehat dan tidak ada kesulitan, bedah SC memilik risiko (Fitriani, 2011). Kecenderungan untuk melakukan SC tanpa dasar yang cukup kuat terus meningkat, salah satunya adalah karena permintaan ibu bersalin itu sendiri. Yang mengakibatkan tingginya permintaan SC tanpa indikasi medis (Sarmana, 2004). Dari hasil laporan persalinan di ruang bersalin RSU. BROS tahun 2015, target angka SC yang ditetapkan di RSU. BROS adalah 70% untuk persalinan SC. Namun, persalinan SC di RS tersebut masih berada diatas target/melebihi standar target yang ada, yang salah satunya disebabkan oleh karena tingginya angka SC tanpa indikasi medis (13,69%). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, ingin diteliti faktor yang mempengaruhi keputusan ibu hamil untuk memilih persalinan dengan metode SC tanpa indikasi medis di Rumah Sakit Umum Bali Royal Hospital Tahun 2016. 1.3 Pertanyan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, berikut terdapat beberapa permasalahan yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini yaitu : 1. Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan keputusan ibu untuk memilih persalinan SC tanpa indikasi medis? 2. Apakah ada hubungan antara pendidikan ibu dengan keputusan ibu untuk memilih persalinan SC tanpa indikasi medis?
8
3. Apakah ada hubungan antara usia ibu dengan keputusan ibu untuk memilih persalinan SC tanpa indikasi medis? 4. Apakah ada hubungan antara paritas dengan keputusan ibu untuk memilih persalinan SC tanpa indikasi medis? 5. Apakah ada hubungan antara kecemasan dalam persalinan normal ibu dengan keputusan ibu untuk memilih persalinan SC tanpa indikasi medis? 6. Apakah ada hubungan antara kepercayaan dalam persalinan normal ibu dengan keputusan ibu untuk memilih persalinan SC tanpa indikasi medis? 1.4
Tujuan 1.4.1
Umum
Untuk mengidentifikasi dan mengetahui faktor yang mempengaruhi keputusan ibu hamil untuk memilih persalinan dengan metode SC tanpa indikasi medis di Rumah Sakit Umum Bali Royal Hospital. 1.4.2
Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan keputusan ibu untuk memilih persalinan SC tanpa indikasi medis. 2. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan keputusan ibu untuk memilih persalinan SC tanpa indikasi medis. 3. Untuk mengetahui hubungan antara usia ibu dengan keputusan ibu untuk memilih persalinan SC tanpa indikasi medis. 4. Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan keputusan ibu untuk memilih persalinan SC tanpa indikasi medis. 5. Untuk mengetahui hubungan antara kecemasan ibu dengan keputusan ibu untuk memilih persalinan SC tanpa indikasi medis.
9
6. Untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan ibu dengan keputusan ibu untuk memilih persalinan SC tanpa indikasi medis. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi dan informasi serta pengembangan teori bagi kesehatan masyarakat terkait kesehatan ibu dan anak (KIA) khususnya dalam persalinan SC. 2. Dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya sehingga peneliti selanjutnya dapat menggali lebih dalam dan dapat dijadikan informasi atau pengetahuan lebih lanjut mengenai faktor persalinan yang mempengaruhi tindakan SC. 1.5.2 Manfaat Praktis Membantu dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada ibu yang akan melahirkan secara SC. sebagai bahan untuk menyusun KIE bagi para ibu hamil yang akan menjalankan persalinan di RSU. BROS, sehingga tenaga kesehatan diharapkan memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu-ibu yang ingin bersalin agar memilih cara persalinan yang tepat dan memilih SC hanya untuk indikasi medis. 1.6
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Penelitian ini dilaksanakan oleh mahasiswa Kesehatan Masyarakat untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keputusan ibu hamil untuk memilih persalinan dengan metode SC tanpa indikasi medis di RSU. BROS sebagai bentuk pengembangan ilmu (KIA).