BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seorang wanita yang telah hamil selanjutnya akan mengalami proses persalinan. Persalinan (labor) merupakan serangkaian proses fisiologis yang dialami oleh wanita untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari dalam uterus melalui jalan lahir dengan melewati beberapa tahapan (Bahiyatun, 2008). Pada masa post partum, ibu akan mengalami dua proses adaptasi yaitu adaptasi fisik dan psikologis. Proses adaptasi psikologis merupakan suatu proses penerimaan peran baru sebagai orang tua yang dialami oleh seorang wanita. Adaptasi ini dibagi menjadi beberapa fase, diantaranya fase taking in yang terjadi selama satu sampai dua hari post partum dimana ibu masih berfokus kepada dirinya sendiri, fase taking hold yang terjadi selama tiga sampai sepuluh hari post partum dimana ibu mulai timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dalam merawat bayinya, dan fase letting go yang terjadi sepuluh hari post partum dimana ibu sudah menyesuaikan dan bertanggung jawab terhadap peran barunya. Apabila ketiga fase ini tidak dapat dilewati dengan baik, maka seorang ibu dapat mengalami gangguan depresi post partum (Suherni, 2008). Depresi post partum merupakan gangguan alam perasaan (mood) yang dialami oleh ibu pasca persalinan akibat kegagalan dalam penerimaan proses
1
2
adaptasi psikologis. Kasus depresi post partum ini sudah banyak dilaporkan dengan tingkat insiden yang bervariasi. Di dunia, WHO (2011) menyatakan tingkat insiden kasus depresi post partum yang berbeda di beberapa negara seperti di Kolumbia (13,6%), Dominika (3%), dan Vietnam (19,4%). Soep (2009) melaporkan hasil penelitian dari O’Hara dan Swain bahwa kasus depresi post partum masih banyak terjadi di beberapa negara maju seperti di Belanda (2%-10%), Amerika Serikat (8%-26%), dan Kanada (50%-70%). Sedangkan di Indonesia sendiri, insiden kasus depresi post partum bervariasi yaitu di Bandung mencapai 30% (2002) , Medan mencapai 48,4% (2009), dan Jatinegara, Jakarta, serta Matraman mencapai 76% (2010). Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan, sampai saat ini belum ditemukan kejadian depresi post partum pada ibu yang melakukan persalinan di Puskesmas II dan IV Denpasar Selatan. Ibu-ibu yang mengalami depresi post partum umumnya akan mengalami gejala seperti rasa khawatir, kurang percaya diri, menangis tanpa sebab, kurang merasa menerima bayi yang baru dilahirkan, sangat kelelahan, harga diri rendah, tidak sabaran, terlalu sensitif, sangat mudah marah, dan gelisah (Bonny, 2003). Kejadian depresi post partum ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya akibat dari perubahan fisik dan hormon, dukungan keluarga, suami, dan sosial yang kurang, riwayat obstetri ibu, proses persalinan yang ibu alami, riwayat depresi pada ibu maupun keluarga sebelumnya, serta faktor stress akibat masalah yang dirasakan oleh ibu pada saat itu. Apabila faktor penyebab terjadinya depresi post partum ini tidak ditangani dengan baik, maka
3
ibu dapat mengarah kepada psikosa post partum, dimana tingkat depresi ibu lebih berat dan mengarah kepada perilaku yang membahayakan seperti agitasi, penelantaran bayi, membunuh bayi sendiri, bahkan adanya keinginan untuk bunuh diri (Herawati, 2011). Oleh karena itu, beberapa peneliti telah mengajukan beberapa intervensi yang dapat diberikan untuk mengurangi kejadian depresi post partum ini, diantaranya pendidikan kesehatan mengenai antenatal, proses perawatan bayi di rumah, serta depresi post partum melalui booklet, proses metode belajar sambil bermain mengenai cara perawatan bayi kepada ibu, serta pentingnya dukungan suami dalam kehamilan hingga perawatan bayi. Selain berbagai intervensi yang telah ditemukan oleh peneliti untuk mengurangi kejadian depresi post partum, pemberian konseling juga penting dilakukan untuk mempersiapkan psikis ibu dalam penerimaan perubahan peran yang akan dialaminya (WHO, 2011) . Konseling merupakan proses diskusi yang dilakukan oleh konselor dan konseli dalam memecahkan suatu permasalahan agar menemukan solusi yang tepat dalam mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan sebelumnya oleh peneliti di Puskesmas IV Denpasar Selatan, sebagian besar ibu (7 dari 10) mengatakan bahwa selama kehamilan sampai persalinan tidak pernah diberikan konseling oleh petugas kesehatan sehingga ibu merasa cemas ketika akan menghadapi proses persalinannya. Sedangkan menurut keterangan dari petugas kesehatan yang berada di Puskesmas mengatakan bahwa pendidikan kesehatan telah diberikan kepada ibu sejak ibu
4
mengontrol kehamilannya mengenai proses antenatal tanpa memberikan konseling kepada ibu. Dari data registrasi ditemukan pada tahun 2012 didapatkan data ibu bersalin mencapai 1119 persalinan (Puskesmas II Denpasar Selatan, 2012), sedangkan di Puskesmas IV Denpasar Selatan dari bulan Januari hingga Juni 2014 data persalinan mencapai 139 persalinan. (Puskesmas IV Denpasar Selatan, 2014). Konseling dirasakan perlu untuk diberikan guna membantu memecahkan masalah yang dirasakan ibu selama kehamilan sehingga tingkat depresi post partum dapat berkurang atau tidak terjadi sama sekali. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Pemberian Konseling Terhadap Depresi Post Partum Di Puskesmas II dan IV Denpasar Selatan”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1.2.1
Bagaimana depresi post partum pada kelompok perlakuan setelah diberikan konseling?
1.2.2
Bagaimana depresi post partum pada kelompok kontrol?
1.2.3
Bagaimana pengaruh pemberian konseling terhadap depresi post partum?
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pemberian konseling terhadap depresi
post
partum di Puskesmas II dan IV Denpasar Selatan.
1.3.2
Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi depresi post partum pada kelompok perlakuan setelah diberikan konseling. b. Mengidentifikasi depresi post partum pada kelompok kontrol. c. Menganalisis pengaruh konseling terhadap depresi post partum.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru di bidang kesehatan dalam menanggulangi kasus depresi post partum.
1.4.2
Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan intervensi baru dalam mencegah kejadian depresi post partum
dan diaplikasikan
sesuai dengan prosedur yang berlaku di masing – masing Institusi Pelayanan Kesehatan. 1.4.3
Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber pustaka maupun
pembanding
untuk
penelitian
menanggulangi kasus depresi post partum.
selanjutnya
dalam
6
1.5 Keaslian Penelitian Penelitian “Pengaruh Pemberian Konseling Terhadap Tingkat Depresi Ibu Post Partum Yang Datang Ke Puskesmas II dan IV Denpasar Selatan” sepengetahuan peneliti belum pernah diteliti sebelumnya. Namun, ada beberapa penelitian sejenis yang telah dilakukan diantaranya: 1.5.1
Penelitian Slamet (2008) dengan judul “Pengaruh Konseling Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Seksio Sesarea”. Hasil dari penelitian ini yaitu pemberian konseling berpengaruh signifikan dalam penurunan tingkat kecemasan pada ibu sebelum dan sesudah mengalami operasi seksio sesarea.
1.5.2
Penelitian Budihastuti, Hakimi, Sunartini, Sri Kadarsih (2012) dengan judul “Konseling Dan Mekanisme Koping Ibu Bersalin”. Hasil dari penelitian ini yaitu pemberian konseling dapat mempersiapkan ibu ketika akan mengalami persalinan penting diberikan agar ibu dapat membangun mekanisme koping dalam menjalani persalinan dan setelah melahirkan.
1.5.3
Penelitian Esther (2010) dengan judul “Efektivitas Intervensi Edukasi Pada Depresi Post Partum”. Hasil dari penelitian ini yaitu pemberian intervensi edukasi / pendidikan kesehatan yang diberikan selama tujuh minggu dapat menurunkan kejadian depresi post partum pada kelompok intervensi sebesar 64% secara bermakna.
1.5.4
Penelitian
Soep
(2009)
dengan
judul
“Pengaruh
Intervensi
Psikoedukasi Dalam Mengatasi Depresi Post Partum Di RSU DR.
7
Pirngadi Medan”. Hasil dari penelitian ini yaitu terjadi penurunan depresi post partum pada ibu post partum sebesar 65% setelah dilakukan intervensi psikoedukasi pada tahun 2009 dari 60 ibu yang mengalami depresi post partum. 1.5.5
Penelitian Lutfatul & Hartati (2006) dengan judul “Efektifitas Skala Edinburgh dan Skala Beck Dalam Mendeteksi Risiko Depresi Post Partum Di Rumah Sakit Umum Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto”. Hasil dari penelitian ini yaitu tidak ada perbedaan tingkat kepekaan antara skala pengkajian Edinburgh dan skala Beck dalam mendeteksi risiko timbulnya depresi post partum sehingga kedua skala tersebut mempunyai kemampuan yang sama.