BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian disektor pertanian, sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini terlihat dari banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang hidup dan bekerja disektor tersebut. Tujuan pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, pendapatan petani, memperluas lahan pekerjaan dan mendorong pemerataan berusaha. Seiring dengan meningkatnya pembangunan nasional terutama dalam memenuhi kebutuhan pangan maka pemerintah bahan pangan pun meningkat, mengingat sumber daya alam yang besar pada sektor pertanian maka di masa mendatang sektor ini masih merupakan sektor penting dalam memberikan konstribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional (Adiwilanga, 1992). Ubi kayu atau ketela pohon adalah salah satu komoditas pertanian jenis umbi-umbian yang cukup penting di Indonesia baik sebagai sumber pangan maupun sumber pakan. Daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi, masa panennya yang tidak diburu waktu sehingga dapat dijadikan lumbung hidup. Daun dan umbi ubi kayu dapat diolah menjadi aneka makanan, baik makanan utama maupun selingan. Perbanyakan tanaman ubi kayu dapat dilakukan dengan
Analisis Pemasaran Ubi…, Imam Mahmudi, Fakultas Pertanian UMP, 2016
2
cara generatif (biji) dan vegetatif (stek batang). Secara generatif (biji) biasanya dilakukan pada skala penelitian (pemuliaan tanaman) yang bertujuan untuk menghasilkan varietas baru. Ubi kayu lazimnya diperbanyak dengan cara vegettif / stek batang. Para petani biasanya menanam tanaman ubi kayu dari golongan ubi kayu yang tidak beracun. Sedangkan untuk keperluan industri biasanya dipilih golongan umbi yang beracun. Karena golongan ini mempunyai kadar pati yang lebih tinggi dan umbinya lebih besar serta tahan terhadap kerusakan, misalnya perubahan warna (Sosrosoedirdjo, 1992). Kelebihan dari tanaman ubi kayu pada pertanian antara lain adalah sebagai berikut: a) Dapat tumbuh di lahan kering dan kurang subur. b) Daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi. c) Masa panen tidak diburu waktu sehingga bisa dijadikan lumbung hidup, yakni dibiarkan pada tempatnya untuk beberapa minggu. d) Daun dan umbinya dapat diolah menjadi aneka makanan ( Lingga, 1991). Kecamatan Kalibagor menduduki peringkat ke 8 di Kabupaten Banyumas untuk produksi ubi kayu pada tahun 2014, berikut data urutannya :
Analisis Pemasaran Ubi…, Imam Mahmudi, Fakultas Pertanian UMP, 2016
3
Tabel. 1 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Produksi Ubi Kayu Menurut Kecamatan Tahun 2014 Kecamatan Produksi (ton) Presentase Lumbir 4.501 10,45 Wangon 2.906 6,75 Jatilawang 386 0,89 Rawalo 2.363 5,48 Kebasen 2.100 4,87 Kemranjen 1.633 3,79 Sumpiuh 1.230 2,85 Tambak 564 1,31 Somagede 2.018 4,68 Kalibagor 1.896 4,40 Banyumas 1.099 2,55 Patikraja 640 1,48 Purwojati 2.075 4,81 Ajibarang 1.434 3,34 Gumelar 11.281 26,20 Pekuncen 540 1,25 Cilongok 3.986 9,25 Karanglewas 191 0,44 Kedungbanteng 138 0,32 Baturraden 62 0,14 Sumbang 279 0,64 Kembaran 198 0,45 Sokaraja 434 1,00 Purwoketo Selatan 965 2,24 Purwokerto Barat 101 0,23 Purwokerto Timur 0 Purwokerto Utara 30 0,06 Jumlah 43.050 100 Sumber : Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas, 2014
Ubi kayu sebagai tanaman pangan yang mampu beradaptasi pada lahan marginal dan lahan kering, banyak dibudidayakan oleh petani di wilayah Banyumas (Utami dan Dumasari, 2014). Selama 5 tahun terakhir tercatat luas panen ubi kayu sebesar 2.987 hektar dengan produksi mencapai 43.050 ton dan rata-rata produksi 14,41 ton (Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas, 2014).
Analisis Pemasaran Ubi…, Imam Mahmudi, Fakultas Pertanian UMP, 2016
4
Desa Pekaja merupakan salah satu sentra ubi kayu yang cukup besar di Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas, terbukti mayoritas petani di Desa Pekaja adalah petani ubi kayu, luas lahan yang digunakan untuk budidaya kurang lebih seluas 165,625 Ha dan lahan yang di gunakan untuk budidaya ubi kayu kurang lebih 75 Ha (Monografi Desa Pekaja, 2014). Pemasaran yang tersistem dengan benar dapat memperbaiki pendapatan petani, selain itu keberhasilan pemasaran ubi kayu bisa diukur dengan melihat tingkat efisiensi pemasaran yang berlangsung. Sistem pemasaran yang efisien harus dapat menunjukan bahwa produk ubi kayu bisa terjual secara luas dengan tingkat biaya minimal sehingga nantinya selisih harga di tingkat produsen dengan tingkat konsumen (farmer share) tidak terlalu tinggi. Hasil survei pendahuluan menunjukan terdapat tiga kelompok tani di Desa Pekaja, Kecamatan Kalibagor yaitu kelompok tani Gemah Ripah, kelompok tani Pelita Jaya, dan kelompok tani Makmur. Namun ketiga kelompok tani tersebut mempunyai komoditas budidaya masing-masing, pada kelompok tani Gemah Ripah lebih menekankan terhadap budidaya cabai, kemudian pada kelompok tani Pelita Jaya komoditas yang dibudidayakan adalah padi, dan kelompok tani Makmur merupakan kelompok tani yang membudidayakan ubi kayu. Peneliti ingin melakukan penelitian pada kelompok tani Makmur karena kelompok tani tersebut merupakan satu-satunya kelompok tani di Desa Pekaja yang membudidayakan ubi kayu, anggota kelompok tani Makmur berjumlah 140 orang, kegiatan yang di lakukan adalah budidaya ubi kayu dari mulai penanaman
Analisis Pemasaran Ubi…, Imam Mahmudi, Fakultas Pertanian UMP, 2016
5
sampai dengan panen, tetapi pada proses penjualan ubi kayu masih ketergantungan terhadap pengepul yang harganya sangat tidak menguntungkan petani ubi kayu tersebut. Oleh karena itu peneliti tertarik mengkaji pola saluran pemasaran, margin pemasaran dan distribusi margin masing-masing lembaga pemasaran, dan farmer share di lokasi penelitian Desa Pekaja Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dibuat perumusan masalah : 1. Bagaimana saluran pemasaran ubi kayu pada anggota kelompok tani Makmur di Desa Pekaja Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas? 2. Berapa margin pemasaran dan distribusi margin masing-masing lembaga pemasaran ubi kayu di Desa Pekaja Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas? 3. Berapakah farmer share pemasaran ubi kayu di Desa Pekaja Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas?
C. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui saluran pemasaran ubi kayu pada anggota kelompok tani Makmur di Desa Pekaja Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas
Analisis Pemasaran Ubi…, Imam Mahmudi, Fakultas Pertanian UMP, 2016
6
2. Mengetahui margin pemasaran dan distribusi margin masing-masing lembaga pemasaran ubi kayu di Desa Pekaja Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas. 3. Mengetahui farmer share pemasaran ubi kayu di Desa Pekaja Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
D. Manfaat penelitian Manfaat pada penelitian ini adalah : 1. Secara akademis, dapat menambah refrensi bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya mengenai pemasaran ubi kayu 2. Bagi pemerintah atau instansi terkait, diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan landasan dalam menentukan kebijakan terkait dengan pemasaran ubi kayu 3. Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai bahan tambahan informasi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atau penelitian-penelitian sejenis. E. Pembatasan Masalah 1. Obyek penelitian adalah petani ubi kayu Desa Pekaja Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas. 2. Petani ubi kayu merupakan anggota Kelompok Tani Makmur di Desa Pekaja Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas. 3. Pedagang pengepul menggunakan sistem tebasan, dan bertempat tinggal di Desa Pekaja. 4. Data produksi dan pemasaran ubi kayu yang dianalisis adalah data pada musim tanam 2015.
Analisis Pemasaran Ubi…, Imam Mahmudi, Fakultas Pertanian UMP, 2016