BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang saling berinteraksi. Dalam berinteraksi manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi yang berfungsi untuk menyampaikan pesan. Dengan bahasa pula manusia dapat mengekspresikan apa yang dirasakan dan dipikirkan. Komunikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 585) adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Menurut Chaer (2013: 21), komunikasi bahasa yang terjadi dalam kehidupan manusia ada dua macam, yaitu komunikasi searah dan komunikasi dua arah. Komunikasi searah terjadi ketika penutur tetap sebagai penutur, dan mitra tutur tetap sebagai mitra tutur. Komunikasi searah terjadi misalnya, dalam komunikasi yang bersifat memberitahukan seperti khotbah di masjid atau gereja. Dalam komunikasi dua arah, secara berganti-ganti si pengirim bisa menjadi penerima, dan penerima bisa menjadi pengirim. Komunikasi dua arah ini misalnya, dalam rapat, perundingan, dan diskusi. Salah satu komunikasi searah adalah azan dan khotbah Jumat. Azan adalah pemberitahuan tentang masuknya waktu sholat dengan kalimat-kalimat tertentu (Al-Jazairi, 2000: 338). Azan yang dikumandangkan hendaknya diperhatikan makharijul ḥ uruf-nya agar makna yang dimaksud sesuai dengan pelafalannya.
1
2
Khotbah Jumat adalah pidato, wejangan yang disampaikan khotib di masjid sebelum sholat Jumat (Badudu, 1994: 691). Adapun isi tuturan yang ada dalam khotbah tidak lain merupakan nasihat khotib kepada jamaahnya untuk menjadi orang yang bertaqwa (Badudu via Ma‟ruf,1999: 3). Oleh karena itu, penyampaiaan khotbah hendaknya diperhatikan dalam segi bahasa maupun isi. Jika dalam khotbah menggunakan bahasa yang salah, maka pesan yang akan disampaikan pun akan salah. Para khotib dalam menyampaikan khotbahnya yang berbahasa Arab terkadang tidak sesuai dengan makhraj-nya. Padahal dalam bahasa Arab, pelafalan yang tidak sesuai dengan makhraj-nya dapat mempengaruhi arti dari kata yang digunakan. Sebagai contoh dapat diberikan, misalnya pelafalan kata syirkun dengan kata sirkun. Kata syirkun berarti kemusyrikan (Munawwir, 1984: 715), sedangkan kata sirkun berarti sirkus (Munawwir, 1984: 629). Hal tersebut melatarbelakangi penelitian ini. Penelitian ini meneliti pelafalan pengumandangan azan dan pembacaan khotib dalam khotbah di lima masjid yang berada di kabupaten Sleman. Pemilihan lima masjid bertujuan untuk variasi data penelitian. Kelima masjid tersebut adalah masjid “Azzahroh” di desa Jombor Lor Sinduadi Mlati Sleman, masjid “Al Hanif” di desa Sendangadi Mlati Sleman, masjid “Al Falaah” di jalan Pandega Rini II Kentungan, Depok Sleman, masjid “Al Iman” di Klebengan Catur Tunggal Depok, masjid “Al Adab” Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Dari kelima masjid tersebut penulis menemukan pengucapan-pengucapan bahasa Arab dalam azan maupun khotbah Jumat yang tidak sesuai dengan kaidah
3
bahasa Arab. Misalnya dalam pengucapan kata akbaru, di salah satu masjid di Sleman, muazzin melafalkan dengan kata akbāru. Dalam bahasa Arab kata akbaru memiliki arti yang terbesar (Munawwir, 1984: 1184). Akan tetapi, lafal akbāru artinya „gendang-gendang‟ (Munawwir, 1984: 1183). Berdasarkan contoh tersebut dapat dilihat bahwa penyimpangan pengucapan dalam bahasa Arab dapat mempengaruhi tujuan dari sebuah pesan yang akan disampaikan. Oleh karena itu, untuk meminimalisasi penyimpangan-penyimpangan tersebut maka perlu adanya tindakan nyata berupa penelitian, agar dapat membuka wawasan masyarakat tentang pentingnya mengetahui kaidah pengucapan bahasa Arab yang benar sehingga pesan yang akan disampaikan melalui azan dan khotbah Jumat dapat diterima dengan utuh dan sesuai dengan tujuan penutur. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana penyimpangan fonetis dan fonologis dalam penggunaan bahasa Arab dalam azan dan khotbah Jumat di lima masjid yang ada di Kabupaten Sleman. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penyimpangan fonetis dan fonologis penggunaan bahasa Arab dalam azan dan khotbah Jumat di lima masjid yang ada di Kabupaten Sleman.
4
1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap khotbah Jumat sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain, baik di strata 1 yang berupa skripsi, strata 2 berupa tesis, dan strata 3 berupa disertasi. Penelitian yang dilakukan pun beragam dengan menggunakan berbagai teori dan pendekatan. Ma‟ruf (1999) meneliti “Wacana Khotbah Jumat: Studi Kasus Empat Masjid di Yogyakarta (Kajian Sosiolinguistik)”. Penelitian tersebut menyimpulkan, khotbah Jumat termasuk wacana karena memenuhi syarat pandang realitasnya, medianya, cara pemaparannya, serta wujud pemakaiannya. Selain itu, Ma‟ruf juga menyebutkan bahwa struktur khotbah Jumat terdiri dari dua tuturan khotbah. Di antara kedua khotbah itu khatib menyelai dengan duduk. Pada khotbah Jumat ini digunakan dua macam kode (bahasa) utama, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Arab serta kode penunjang, yaitu bahasa Jawa dan bahasa Inggris. Dalam penelitian tersebut juga ditemukan adanya alih kode, meliputi alih kata dan alih kalimat. Di samping itu, dalam penelitian tersebut ditemukan pula campur kode. Hal-hal yang mempengaruhi khotib untuk beralih kode antara lain: diri khotib sendiri (penutur), lawan tutur, topik pembicaraan, dan pergantian lawan tutur. Hidayati (2010) meneliti “Jenis Tindak Tutur dalam Khotbah Jumat di Masjid Syarqi Kairo Mesir: Kajian Pragmatik. Dalam skripsinya, Hidayati mengemukakan
bahwa
penutur
khotbah
(khotib)
dalam
menyampaikan
khotbahnya tidak hanya menggunakan satu macam tindak tutur, tetapi menggunakan beberapa tindak tutur, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Akan tetapi, yang sering digunakan oleh khotib adalah
5
tindak
tutur
lokusi
karena
hanya
digunakan
untuk
menyatakan
atau
menginformasikan sesuatu. Saddhono (2011) meneliti “Wacana Khotbah Jumat di Kota Surakarta (Sebuah Kajian Sosiopragmatik)”. Saddhono mengemukakan bahwa khotbah Jumat adalah tuturan yang disampaikan oleh seorang khotib dengan situasi sakral karena merupakan bagian dari ibadah agama Islam yang berisi ajakan kepada umat muslim supaya bertakwa kepada Allah SWT. Selain penelitian tentang khotbah Jumat, ditemukan pula penelitian tentang fonologi. Aziz (2014) meneliti “Variasi Fonologis Dialek Arab Pasar Kliwon Surakarta”. Aziz mengungkapkan bahwa perubahan bunyi yang terjadi pada dialek Arab di pasar kliwon, yaitu variasi bunyi vokal, variasi bunyi konsonan, variasi semi-vokal, dan variasi vokal rangkap. Katsumata (2011) meneliti “Interferensi Fonologis pada Tuturan Pembelajaran BIPA dari Jepang”. Katsumata mengungkapkan bahwa pola interferensi fonologis yang terjadi pada tuturan pembelajaran BIPA dari Jepang di Inculs UGM yang satu dengan yang lainnya hampir mirip, walaupun mereka berasal dari sosiokultural yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor kebahsaan, yaitu karena adanya interferensi pada sistem bahasa Jepang ke bahasa Indonesia. Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa penelitian terhadap azan dan khotbah Jumat ditinjau dari sisi fonetis dan fonologis belum dilakukan. Oleh karena itu, penelitian terhadap penggunaan bahasa Arab dalam azan dan khotbah
6
Jumat di lima masjid kabupaten Sleman dengan menggunakan analisis fonetis dan fonologis sangat terbuka dan layak untuk dilakukan. 1.5 Landasan Teori 1.5.1 Fonetik Fonetik dan fonologi adalah bagian dari ilmu bahasa (linguistik). Fonetik adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan fungsi bunyi itu sebagai pembeda makna dalam suatu bahasa (Marsono, 2013: 1). Fonetik dibagi menjadi tiga jenis yaitu fonetik artikulatoris ( ilmu al-aṣ wāti an-naṭ qī), fonetik akustik ( ilmu al-aṣ wāti al-'akūsatī), dan fonetik auditoris ( ilmu alaṣ wāti as-sam ī) (Badri, 1988:5). Jenis fonetik yang hanya dapat dipelajari dalam ilmu bahasa adalah fonetik artikulatoris ( ilmu al-aṣ wāti an-naṭ qī). Fonetik artikulatoris
mempelajari
mekanisme
alat
bicara
yang
bekerja
dalam
menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi itu diklasifikasikan (Hidayatullah, 2012: 34). Badri (1988: 5) menyatakan bahwa ada tiga hal yang bersangkutan dengan pembahasan dalam fonetik artikulatoris ( ilmu al-aṣ wāti an-naṭ qī), yaitu bagaimana pengucapan dan pemisahan huruf dari tempat keluarnya, cara pembentukan huruf, dan penggunaannya. Bahasa Arab mempunyai 28 buah huruf konsonan tanpa menyertakan hamzah dan juga mempunyai 3 huruf vokal, vokal panjang, dan diftong yang berasal dari huruf alif, waw, ya‟. Hal ini sepadan dengan pernyataan Haywood (1965: 2) pada kutipan berikut ini.
7
“the alphabet (hija‟) consists of 28 letters (harf, pl. huruf) 29 if hamza is counted as a separate letter, which are all consonants, three of them, however, alif, waw, ya‟ are also used as long vowels or diphtongs”. Hidayatullah (2012) membagi ke 28 buah huruf tersebut menjadi 9 bagian sesuai tempat artikulasi (makharijul ḥ uruf) serta cara pelafalannya. Penjelasan tersebut sesuai dengan penelitian Bisyr (1990, 229-433). Berikut ini penjelasannya. 1.5.1 Tempat Artikulasi Nama Bilabial
Labiodental
Interdental
Laminoalveolar
Apicoalveolar
Palatal
Velar
Uvular
Huruf
Makharijul ḥ uruf Bibir atas menjadi artikulator pasif Bibir bawah menjadi artikulator aktif Gigi atas menjadi artikulator pasif Bibir bawah menjadi artikulator aktif Gigi atas menjadi artikulator pasif Pinggir lidah menjadi artikulator aktif Gusi menjadi artikulator pasif bagian depan lidah menjadi artikulator aktif Gusi menjadi artikulator pasif Bibir bawah menjadi artikulator aktif Langit-langit mulut menjadi artikulator pasif Bagian tegah lidah menjadi artikulator aktif Bagian belakang langitlangit mulut yang lunak menjadi artikulator pasif Bagian belakang lidah menjadi artikulator aktif Bagian langit-langit mulut yang menonjol ke
8
bawah menjadi satusatunya artikulator Tenggorokan menjadi satu-satunya articulator untuk menghasilkan suara
Glottal
1.5.2 Cara Pelafalan/Cara Artikulasi Nama Stop (al infijariyah, hambat) Nasal (al aṣ wāt al anfiyyah, sengauan) Frikatif (al aṣ wāt al iḥ tikākiyyah, geseran) Affrikat (al aṣ wāt al murakkabah, paduan) Trill (al aṣ wāt at tikrāriyyah, getaran) Lateral (al aṣ wāt al jānibiyyah, sampingan) Semivowel (anṣ āf al ḥ arakat, semivokal)
Huruf
Cara Pelafalan Udara dari paru-paru dihambat secara total sehingga tidak ada udara lagi yang dapat berlalu. Udara keluar tidak melalui mulut karena bibir dikatupkan namun melalui hidung. Arus udara melalui saluran sempit kemudian akan terdengar suara desis. Menghambat sepenuhnya aliran udara lalu membentuk celah sempit dengan artikulator pasif Ujung lidah selalu menyentuh tempat yang sama berulang-ulang Ujung lidah bersentuhan dengan gusi dan udara keluar melalui samping lidah Artikulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka seperti dalam pembentukan vocal.
1.5.2 Fonologi Fonologi merupakan ilmu bahasa yang membahas mengenai bunyi yang fungsional. Bunyi fungsional tersebut disebut dengan fonem. Identitas fonem
9
berlaku hanya di dalam satu bahasa yang sama saja (Verhaar, 2010: 67). Fonem merupakan kesatuan bunyi yang terkecil dan sistem bunyi sebagai pembeda makna. Fonem memiliki bunyi yang dapat membedakan arti dan tidak memiliki bunyi. Fonem yang memunyai bunyi disebut fonem segmental, sedangkan fonem yang tidak memiliki bunyi disebut fonem suprasegmental terdiri atas tekanan, nada, dan kepanjangan (Soeparno, 2002: 88). Adapun fonem segmental adalah vokal dan konsonan. Verhaar (2010: 75) mengatakan bahwa jumlah fonem di setiap bahasa biasanya antara 20-40 buah. Fonem-fonem ini dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu pasangan minimal dan distribusi bunyi-bunyi. Pasangan minimal adalah pasangan kata dalam satu bahasa yang mengandung kontras minimal (Verhaar, 2010: 68). Distribusi bunyi-bunyi adalah posisi yang dapat diduduki oleh suatu fonem dalam satu kata. Berdasarkan distribusinya sebuah fonem dapat diketahui apakah fonem tersebut dapat berada di posisi awal, tengah, maupun akhir kata, misal `ustāżu, sa`ala, dan bada`a (Nur, 2003: 7). 1.6 Metode Penelitian Penelitian ini melalui tiga tahap, yaitu penyediaan data, analisis data yang telah disediakan, dan yang terakhir adalah penyajian hasil analisis data. Ketiga tahap tersebut menggunakan metode dan teknik yang sesuai dengan objek sasaran penelitian (Sudaryanto, 1993: 5). Pada tahap penyediaan data, penelitian ini menggunakan metode simak. Metode simak adalah cara penyediaan data dengan cara menyimak pengguna bahasa (Sudaryanto, 1993: 5). Metode ini menggunakan teknik dasar berupa
10
teknik sadap, yaitu menyadap bahasa yang digunakan oleh pengguna bahasa dalam hal ini khotib sebagai pengguna bahasa dalam khotbah dan muazzin dalam azan. Kemudian dilanjutkan dengan teknik simak bebas libat cakap karena peneliti tidak terlibat langsung dalam dialog. Teknik selanjutnya adalah teknik rekam, penggunaan bahasa direkam melalui handhpone. Peneliti mendengarkan khotbah jumat dan azan dengan merekam azan dan khotbah tersebut. Teknik terakhir yang digunakan adalah teknik catat. Teknik ini menggunakan alat tulis berupa buku dan pena. Kemudian data disalin ke dalam laptop. Data diambil dari tuturan azan dan khotbah Jumat yang dituturkan di masjid “Azzahroh” (Desa Jombor Lor Sinduadi Mlati Sleman), masjid “Al Hanif” (Desa Sendangadi Mlati Sleman), masjid “Al Falaah” (jalan Pandega Rini II Kentungan, Depok Sleman), masjid “Al Iman” (Klebengan Catur Tunggal, Depok), dan mushola “Al Adab” (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada). Data ini diambil selama periode bulan November 2014 hingga Februari 2015. Tahap metode analisis data pada penelitian ini menggunakan metode agih, yaitu membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur dan unsur yang bersangkutan sebagai bagian satuan lingual yang dimaksud Sudaryanto (1993: 85). Alat penentu metode agih berupa bagian atau unsur dari bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti: kata, fungsi sintaksis, klausa, silabe kata, dan yang lainnya). Kemudian dilakukan teknik banding untuk membedakan antara tuturan yang menyimpang dengan tuturan yang tidak menyimpang sesuai dengan kaidah fonologi bahasa Arab. Data-data yang ditemukan dicari padanan katanya dalam bahasa Arab. Kemudian kedua data
11
tersebut dicari artinya dalam kamus Al Munawwir Arab-Indonesia tahun 1984. Hal ini dilakukan untuk mengklasifikasi data-data yang ada menjadi data penyimpangan fonetis dan data penyimpangan fonologis. Tahap selanjutnya adalah tahap penyajinan analisis data. Hasil analisis disajikan dalam sebuah laporan. Penyajian laporan dilakukan secara informal, yaitu penyajian laporan yang berwujud dengan perumusan dengan kata-kata biasa agar mudah dipahami, ditambah dengan tanda-tanda dan lambang sebagai penjelas (Sudaryanto, 1993:145). 1.7 Sistematika Penelitian Penulisan ini akan dibagi dalam empat bab. Bab I berisi pendahuluan yang meliputi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi. Bab II deskripsi azan, khotbah, dan kelima masjid. Bab III berisi analisis penggunaan bahasa Arab dalam azan dan khotbah Jumat di lima masjid kabupaten Sleman berdasarkan kajian fonologis. Bab IV berisi kesimpulan. 1.8 Pedoman Translitrasi Arab-Latin Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakan pedoman transliterasi dari keputusan bersama Mentri Agama RI dan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543b/U/1987. 1. Konsonan Fonem konsonan bahasa Arab dilambangkan dengan huruf hijaiyah atau disebut huruf Arab. Dalam translitrasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf
12
dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dengan huruf dan tanda sekaligus. Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan translitrasinya dengan huruf Latin. No
Nama
Huruf Latin
1
alif
tidak dilambangkan
tidak dilambangkan
2
ba
b
be
3
ta
t
te
4
śa
ṡ
es dengan titik di atasnya
5
jim
j
je
6
ha
ḥ
ha dengan titik di bawahnya
7
kha
kh
huruf ka dan ha
8
dal
d
de
9
zal
ż
zet dengan titik di atasnya
10
ra
r
er
11
za
z
zet
12
sin
s
es
13
syin
sy
es dan ye
14
sad
ṣ
15
ḍ aḍ
ḍ
es dengan titik di bawahnya de dengan titik di bawahnya
Nama
Huruf Latin
Keterangan
16
ta
ṭ
17
za
ẓ
te dengan titik di bawahnya zet dengan titik di bawahnya
No.
Huruf Arab
Huruf Arab
Keterangan
13
18
„ain
„
koma terbalik (di atas)
19
gain
g
ge
20
fa
f
ef
21
qaf
q
qi
22
kaf
k
ka
23
lam
l
el
24
mim
m
em
25
nun
n
en
26
wawu
w
we
27
ha
h
ha
28
hamzah
`
apostrof condong ke kiri
29
ya
y
ye
2.
Vokal Vokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
2.1 vokal tunggal Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut: Tanda
… ... ...
Nama fatḥ ah
Huruf Latin a
Nama a
kasrah
i
i
ḍ ammah
u
u
14
2.2 vokal rangkap Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu: Tanda dan huruf Nama fatḥ ah dan ya‟ …
fatḥ ah dan wau
…
Gabungan huruf ai
Nama a dan i
au
a dan u
Contoh: - Kataba - fa ala - żukira - yażhabu - su‟ila - kaifa - haula 2.3 Maddah Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu: Harkat dan Huruf
Nama
…
fatḥ ah dan alif atau ya‟ kasrah dan ya‟ ḍ ammah dan wau
… … Contoh:
- qāla - ramā - qīla
Huruf dan Tanda ā ī ū
Nama a dan garis di atas i dan garis di atas u dan garis di atas
15
- yaqūlu 3. Tā Marbūṭ ah Transliterasi untuk tā marbūṭ ah ada dua, yaitu: a. Tā Marbūṭ ah hidup atau mendapat harakat fatḥ ah, kasrah, atau
ḍ ammah, transliterasinya adalah /t/. b. Tā Marbūṭ ah mati atau mendapat sukūn, transliterasinya adalah /h/. Kalau pada kata yang terakhir dengan Tā Marbūṭ ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta kedua kata itu terpisah, maka Tā Marbūṭ ah itu ditransliterasikan dengan /h/. Contoh: : al-Madinah al-Munawwarah atau al-MadinatulMunawwarah. 4.
Syaddah Tanda syaddah dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang
diberi tanda syaddah tersebut.
Contoh : : nazzala 5.
Kata Sandang Transliterasi kata sandang dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh
huruf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah. a. kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut.
16
Contoh : : asy-syamsu b. kata sandang yang diikuti huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu /l/ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh : : al-qamar 6.
Hamzah Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof jika terletak ditengah dan akhir
kata. Bila terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh : : inna : ya`khużu 7.
: qara`a Penulisan Kata Pada dasarnya setiap kata ditulis terpisah, tetapi untuk kata-kata tertentu yang
penulisannya dalam huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka transliterasinya dirangkaikan dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh :
8.
Huruf Kapital
: Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn atau innallāha lahuwa khairur-rāziqīn
17
Meskipun dalam sistem tulisan Arab tidak dikenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya huruf kapital digunakan dengan ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Contoh : : Wa mā Muḥ ammadun illā rasūl
18